Anda di halaman 1dari 11

PEMIKIRAN KH.

HASYIM ASY’ARI DI BIDANG FIQIH


Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Aswaja

Yang Diampu Oleh Muhammad Ilyas, M.Pd.I

Oleh
kelompok 12:

Moh. Faris Sauki A (2303805091022)


Aan Fahrudi (2303805091070)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2023
PRAKATA

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan


limpahan rahmatnya makalah berjudul “Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari di bidang
fiqih” dalam tugas mata kuliah Pengantar Aswaja ini telah kami selesaikan.
Dengan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat diterima dan
membawa manfaat besar serta memberikan nuansa baru bagi pihak yang
berkecimpung dalam dunia ilmu keberagaman Aswaja. Sebagai penyusun kami
menyadari dalam proses penyusunan makalah Pengantar Aswaja ini tidak lepas
dari hambatan, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak segala hambatan itu dapat
teratasi.
Akhirnya, jikalau dalam makalah ini ada hal-hal yang kurang berkenan atau
bahkan tidak sesuai menurut pengamatan pembaca, dengan lapang dada kami
akan menerima kritik dan saran demi pembenahan makalah kami selanjutnya.

Jember, 30 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................i
PRAKATA ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................2
1.3 Tujuan ...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Biografi KH. Hasyim Asy’ari ............................................................... 3
2.2 Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari di Bidang Fiqih ..................................3
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 7
3.2 Saran ......................................................................................................7
DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


KH. Hasyim Asy'ari adalah seorang ulama dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi
Islam terbesar di Indonesia. Dalam bidang fiqih, KH. Hasyim Asy'ari memiliki pemikiran yang
khas dan berpengaruh.
Pemikiran KH. Hasyim Asy'ari dalam bidang fiqih terinspirasi dari ajaran-ajaran Sunni
yang berbasis pada empat mazhab (madzhab) terkenal, yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki,
Mazhab Syafi'i, dan Mazhab Hanbali. Ia juga berpegang pada prinsip-prinsip kaidah fiqih (usul
fiqih) yang ditetapkan oleh para imam Mazhab.
Namun, ada beberapa pemikiran KH. Hasyim Asy'ari yang dianggap unik dan khas dalam
bidang fiqih. Salah satunya adalah pandangannya terhadap madzhab-madzhab fiqih. Ia
berpendapat bahwa semua madzhab fiqih adalah benar dan sah selama masuk dalam kerangka
ajaran Islam. Ia menekankan pentingnya meneladani dan mengikuti salah satu madzhab, tanpa
ada keharusan untuk menjadi fanatik atau mempermasalahkan perbedaan-perbedaan antara
madzhab tersebut.
Selain itu, KH. Hasyim Asy'ari juga mengedepankan prinsip kesederhanaan dan
kepentingan umat dalam memahami dan mengamalkan fiqih. Ia menekankan pentingnya
memperhatikan konteks sosial dan budaya masyarakat dalam menentukan hukum-hukum Islam
yang berlaku. Dengan demikian, ia menganjurkan untuk mengambil hukum-hukum yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
Pemikiran KH. Hasyim Asy'ari juga mengedepankan islam moderat dan toleran. Ia menentang
pengkultusan terhadap ajaran-ajaran agama dan menolak tafsir-tafsir yang sempit dan keras
dalam menginterpretasikan hukum-hukum Islam. Ia memandang bahwa agama harus dihayati
dan dijalankan dengan penuh kearifan dan makna, serta menjalankan prinsip keadilan dan
rahmat bagi seluruh umat manusia.
Dalam sumbangan bagi perkembangan fiqih di Indonesia, KH. Hasyim Asy'ari juga
menekankan pentingnya pendidikan agama yang berkualitas dan menyeluruh. Ia mendirikan
pesantren-pesantren modern yang mengintegrasikan pendidikan agama dan umum serta
membuka ruang bagi para santri untuk mengembangkan pemahaman fiqih yang bertanggung
jawab.
Secara keseluruhan, pemikiran KH. Hasyim Asy'ari di bidang fiqih ditandai dengan
komitmen terhadap sunnah dan prinsip-prinsip fiqih, serta penekanan pada kesederhanaan,
toleransi, dan kemaslahatan umat dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Biografi KH. Hasyim Asy’ari?
2. Bagaimanakah pemikiran KH. Hasyim Asy’ari di bidang fiqih?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Biografi KH. Hasyim Asy’ari
2. Untuk mengetahui pemikiran KH. Hasyim Asy’ari di bidang fiqih

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi KH. Hasyim Asy’ari


Gambaran Umum KH. Hasyim Asy’ari KH. Hasyim Asy’ari merupakan salah satu tokoh dari
sekian banyak ulama besar yang pernah dimiliki oleh bangsa ini (Indonesia). Biografi tentang
kehidupan beliaupun sudah banyak ditulis oleh beberapa kalangan. Namun dari beberapa tulisan atau
karya yang telah ada ternyata terdapat satu hal yang menarik yang mungkin dapat digambarkan
dengan kata sederhana, yaitu kata “pesantren”, bahkan Abdurrahman Mas’ud menyebut beliau
sebagai “Master Plan Pesantren”. Mengingat latar belakang beliau berasal dari keluarga santri dan
hidup di pesantren sejak lahir. Beliau juga dididik dan tumbuh berkembang di lingkungan pesantren.
Selain itu juga hampir seluruh kehidupan beliau dihabiskan di lingkungan pesantren, bahkan sebagian
besar waktu beliau dihabiskan untuk belajar dan mengajar di pesantren.
KH. Hasyim Asy’ari memiliki nama lengkap Muhammad Hasyim sementara nama Asy’ari
dinisbatkan kepada nama ayahnya. Kiai Hasyim Asy’ari sosoknya dikenal sebagai tokoh ulama
pemikir dan pejuang, serta pahlawan nasional yang menjadi salah satu tokoh besar Indonesia abad
ke-20. Kiai Hasyim Asy’ari lahir pada selasa kliwon, 24 dzulqo’dah 1282 hijriyah, bertepatan dengan
tanggal 14 Februari 1871 Masehi, di pesantren Gedang, Tambakrejo, kabupaten Jombang1 dan wafat
di jombang pada Bulan Juli 1943.2

2.2 Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari di Bidang Fiqih


Pemikiran keislaman KH. Hasyim Asy’ari di bidang fiqih. Fiqih merupakan cabang ilmu
keislaman yang membahas tenang hukum-hukum Allah dan ibadah. Adapun pemikirannya dalam
idang fiqih yang paling menonjol adalah tentang ijtihad dan taqlid.
Secara Etimologis, kata ijtihad diartikan kesulitan dan kesusahan (al-masyaqqoh), juga
diartikan kesanggupan dan kemampuan (ath-thaqat). Sedangkan menurut istilah ijtihad adalah
menggunakan seluruh kesanggupan untuk menetapkan hukum-hukum syariat.3
Adapun definisi taqlid secara Bahasa adalah kalung yang dikaitkan. Secara istilah, taklid
berarti menirukan dan mengaitkan diri denga napa yang dilihat, didengar, dan dipahami.4 Definisi

1
Moh Syafi, Profil Pesantren TebuIreng, (Jombang, Pestaka Tebuireng, 2011)
2
Abdul Hadi, K.H Hasyim Asy’ari, (Yogyakarta: DIVA Pres, 2018), hal 17
3
Muhammad syukri albani nasution dan Rahmat hidayat nasution, filsafat hukum islam&muqoshid syariah (Jakarta:
Kecana ,2020), hlm.30
4
Yusuf Hanafi, dkk., Literasi al-quran: model pembeajaran Tahsin-tilawah berbasis talqin-taqlid (Sidoarjo: Delta pijar
khatulistiwa, 2019), hlm. 112
3
lebih sederhananya taklid adalah menerima atau mengambil perkataan orang lain yang tidak
berlandaskan dari al-quran, hadits, ijmak’, dan qiyas.5
Dalam pandangan KH. Hasyim Asy’ari, hal yang paling penting dilakukan umat islam dalam
hal fiqih, yaitu mengikuti salah satu dari empat mazhab sunni. Pandangan ini dtuangkan dalam
muqoddimat al-qanun al-asasi al-nahdlah al ‘ulama (Pengantar terhadap aturan-aturan dasar
nahdlatul ulama). Kitab ini merupakan hasil ijtihadnya beserta para ulama lain berdasarkan al-quran
dan as-sunnah Rosulullah saw.6
Orang yang melakukan Ijtihad disebut Mujtahid. Tetapi, tidak semua orang dapat disebut
mujtahid, karena kemampuan berijtihad hanya boleh dilakukan oleh orang – orang yang memenuhi
syarat. Tentang syarat-syarat seseorang boleh dan bisa menjadi mujtahid, silahkan perhatikan table
berikut.

Syarat-syarat menjadi
mujtahid

Syarat Penting Syarat Pelengkap


Syarat Umum Syarat Pokok

1. Menguasai 1. Tidak ada dalil


1. Baligh 1. Mengetahui
Bahasa arab qoth’I bagi
2. Berakal Al-Quran
2. Mengetahui masalah yang
Sehat 2. Memahammi
ilmu ushul diijtihadi
3. Memiliki Sunnah
fikih 2. Mengetahui
daya nalar 3. Memahami
3. mengetahui tempat-tepat
yang kuat maksud-
ilmu mantik khalafiyah
4. Beriman/ maksud
atau logika atau
Mukmin hukum
4. mengetahui perbedaan
syariat
hukum asal tempat
4. Mengetahui
sesuatu 3. Memelihara
kaidah-
.perkara. keshalihan dan
kaidah
ketaqwaaan
umum
diri.
hukum islam.

5
H.A. Basiq Djalil, Ilmu ushul fiqih (satu dan dua) edisi revisi (Jakarta: Kencana, 2014). Hlm. 202.
6
Martin Van Buinessen, NU, Tradisi, Relasi-relasi kuasa, pencarian wacana baru (Yokyakarta; LKiS, 2004), hlm. 37.
4
Oleh karena itu, tidak semua orang dapat berijtihad, dari segi keilmuan dan syarat-syarat lain
tidak mmpuni dan memenuhi. KH. Hasyim Asy’ari, memiliki gelar Hadratussyaikh. Dan beliau
sudah memenuhi semua syarat untuk menjadi mujtahid.
Mujtahid dibedakan menjadi dua tingkatan, yakni mujtahid mustaqil dan mujtahid ghairu
mustaqil. Tingkatan yang kedua (mujtahid ghairu mustaqil) dibedakan lagi menjadi empat, seingga
mujtahid itu dibedakana menjadi lima tingkatan. Mujtahid Mustaqil adalah mujtahd tertinggi.
Ulama-ulama yang masuk kategori ini sudah bisa membuat kaidah untuk dirinya sendiri dan untuk
orang lain yang hendak berijtihad. Adapun ulama-ulama mujtahid mustaqil adalah imam mujtahid
yang empat, yaitu Abu Hanifah, Maliki, Syafi’I, dan ahmad bin hambal. sedangkan mujtahid-
mujtahid yang lain, termasuk murid para imam mujtahid yang empat, masuk dalam tingkatan ghairu
mustaqil, yaitu bersifat muntasib atau mengikuti.
Taklid merupakan perbuatan menikuti perkataan atau pendapatorang lain tanpa mengetahui
landasan atau alasan. Misalnya, seseorang bertaqlid mengikuti pendapat imam syafi;I tanpa
mengetahui dalilnya atau hujjahnya. Orang yang bertaqlid disebut muqallid.
Dalam pendangan KH. Hasyim Asy’ari, bertaqlid itu sejatinya boleh, dengan syarat apabila dia
tidak mampu untuk berijtihad menggunakan potensi akalnya dalam memahami al-quran dan sunnah.
Beliau juga menjelaskan, bahwa larangan taqlid hanya ditujukan kepada orang yang mampu
melakukan ijtihad, meskipun kemampuannya hanya pada satu bidang, sehingga beliau berpendapat
bagi siapa saja yang tidak mampu berijtihad, maka harus mengikuti salah satu dari empat mazhab.
Adapun bagi mujtahid maka dilarang mengikuti hasil ijtihad mujtahid lainnya. Pemikiran ini
dipegang teguh oleh warga NU.
Dan Allah berfirman dalam surat an-nahl ayat 43, yang menerangkan tentang anjuran bertaqlid
bagi orang yang tidak mampu untuk melakukan ijtihad. Yang berbunyi,
ِ ‫س ْلنَا مِ ْن قَ ْبلِكَ ا َِل ِر َج ًال نُّ ْوحِ ْْٓي اِلَ ْي ِه ْم فَاسْـَٔلُ ْْٓوا ا َ ْه َل‬
َ‫الذ ْك ِر ا ِْن ُك ْنت ُ ْم َل تَ ْعلَ ُم ْون‬ َ ‫َو َما ْٓ اَ ْر‬
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui” (QS An-Nahl (16): 43)
KH. Hasyim Asy’ari menganjurkan kepada umat islam untuk bertaqlid atau mengikuti pada
salah satu empat imam mazhab, karena mengikutinya itu bermanfaat bagi umat islam. Manfaat yang
diperoleh itu dapat digunakan untuk mengembangkan pemahaman keislamannya dari genersi
pendahulunya. Misalnya, generasi tabi’in bersandar kepada para sahabat, sedangkan generasi tabi’it
tabi’in bersandar kepada tabi’in, dan seterusnya.7

7
Rizem Aizid, Selayang Pandang KH. Hasyim Asy’ari (Yogyakarta: Diva Press, 2023). Hal. 40
5
KH. Hasyim Asy’ari juga membahas tentang fikih siyasah yang dianggapnya sebagai bagian
dari ilmu politik dan pemerintahan dalam islam. Fikih siyasah mengkaji aspek-aspek yang berkaitan
dengan dalil-dalil umum dalam al-quran dan hadits.8

8
Ibid. hal. 41
6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gambaran Umum KH. Hasyim Asyari KH. Hasyim Asyari merupakan salah satu tokoh dari
sekian banyak ulama besar yang pernah dimiliki oleh bangsa ini Indonesia. Biografi tentang
kehidupan beliaupun sudah banyak ditulis oleh beberapa kalangan. Namun dari beberapa tulisan atau
karya yang telah ada ternyata terdapat satu hal yang menarik yang mungkin dapat digambarkan
dengan kata sederhana, yaitu kata pesantren, bahkan Abdurrahman Masud menyebut beliau sebagai
Master Plan Pesantren. Mengingat latar belakang beliau berasal dari keluarga santri dan hidup di
pesantren sejak lahir. Beliau juga dididik dan tumbuh berkembang di lingkungan pesantren. Selain
itu juga hampir seluruh kehidupan beliau dihabiskan di lingkungan pesantren, bahkan sebagian besar
waktu beliau dihabiskan untuk belajar dan mengajar di pesantren.
Pemikiran keislaman KH. Hasyim Asy’ari di bidang fiqih. Fiqih merupakan cabang ilmu
keislaman yang membahas tenang hukum-hukum Allah dan ibadah. Adapun pemikirannya dalam
idang fiqih yang paling menonjol adalah tentang ijtihad dan taqlid. Secara Etimologis, kata ijtihad
diartikan kesulitan dan kesusahan (al-masyaqqoh), juga diartikan kesanggupan dan kemampuan (ath-
thaqat). Sedangkan menurut istilah ijtihad adalah menggunakan seluruh kesanggupan untuk
menetapkan hukum-hukum syariat. Adapun definisi taqlid secara Bahasa adalah kalung yang
dikaitkan. Secara istilah, taklid berarti menirukan dan mengaitkan diri denga napa yang dilihat,
didengar, dan dipahami.

3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah diatas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukakan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

7
DAFTAR RUJUKAN

Aizid, Rizem. (2023). Selayang Pandang KH. Hasyim Asy’ari. Yogyakarta: Diva Press.
Buinessen, Van, Martin. (2004), NU, Tradisi, Relasi-relasi kuasa, pencarian wacana baru.
Yokyakarta; LKiS.
Djalil, Basiq, H.A. (2014). Ilmu ushul fiqih (satu dan dua) edisi revisi. Jakarta: Kencana.
Hadi, Abdul. (2018). K.H Hasyim Asy’ari. Yogyakarta: DIVA Pres.
Hanafi, Yusuf., dkk. (2019). Literasi al-quran: model pembeajaran Tahsin-tilawah berbasis talqin-
taqlid Sidoarjo: Delta pijar khatulistiwa.
Nasution, albani, syukri., nasution, hidayat, Rahmat. (2020). filsafat hukum islam&muqoshid
syariah Jakarta: Kecana.
Syafi, Moh. (2011). Profil Pesantren TebuIreng. Jombang: Pestaka Tebuireng.

Anda mungkin juga menyukai