Anda di halaman 1dari 13

REAKSI KATALIS ENZIM

TIM DOSEN STABILITAS OBAT


CPL
• S12: Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral dan etika
• KU2: Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu dan terukur; humaniora dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah terkait obat
berdasarkan analisis informasi dan data, menggunakan pendekatan berbasis bukti dalam perancangan, pembuatan/penyiapan, pendistribusian,
pengelolaan dan/ atau pelayanan sediaan farmasi untuk mengoptimalkan keberhasilan terapi
• P1: Menguasai teori, metode, aplikasi ilmu, dan teknologi farmasi (farmasetika, kimia farmasi, farmakognosi, farmakologi) konsep dan aplikasi ilmu
biomedik (biologi, anatomi manusia, mikrobiologi, fisiologi, patofisiologi, etik biomedik, biostatistik), konsep farmakoterapi, pharmaceutical care,
pharmacy practice serta prinsip pharmaceutical calculation, epidemiologi, pengobatan berbasis bukti dan farmakoekonomi.

CPMK
• Mampu mengumpulkan dan merangkum informasi mengenai stabilitas obat

Sub-CPMK
• Mahasiswa mampu menghubungkan pengaruh reaksi-reaksi komposit dan reaksi yang dikatalis enzim terhadap stabilitas obat (C6, A5)

Indikator Capaian
• Ketepatan dalam menjelaskan macam-macam reaksi komposit dan menyebutkan contoh reaksi komposit
• Ketepatan dalam menjelaskan pengaruh reaksi komposit terhadap stabilitas obat
Asam dan logam
platinum pada reaksi
tersebut bertindak
Contoh: sebagai katalisator
• konversi pati
menjadi gula yang
sejumlah reaksi yang dipengaruhi oleh
kecepatan reaksinya asam
dipengaruhi oleh
• dekomposisi
Penemuan di awal adanya substansi yang
amoniak dan
abad 19 tidak mengalami
alcohol dengan
perubahan sampai
adanya logam
akhir proses
platinum
Aktivitas katalitik ada 5 jenis, yaitu
• Aktivitasnya bergantung pada konsentrasi dan luas permukaan katalisator
• Aktivitasnya hanya spesifik untuk katalisator tententu
• Aktivitasnya bergantung pada bentuk geometri atau orientasi permukaan katalisator.
• Aktivitasnya memerlukan promoter tertentu, promoter adalah zat yang berfungsi untuk mengaktifkan kerja katalitik dari
katalisator.
• Aktivitasnya berlangsung baik jika tidak ada inhibitor, inhibitor adalah zat yang menghambat kerja katalisator.

Laju reaksi menggunakan katalisator bergantung pada aktivitas katalitiknya, makin tinggi aktivitas katalitiknya, maka laju
reaksinya makin cepat
Suhu

pH
Faktor yang
mempengaruhi
kerja enzim Konsentrasi
Enzim, Subtrat
dan kofaktor

Inhibitor
Suhu

• Setiap kenaikan suhu 10o C, kecepatan enzim akan


menjadi dua kali lipat, sampai batas suhu tertentu.
• Enzim dan protein pada umumnya dinonaktifkan oleh
suhu tinggi.
• Enzim berdarah panas dan manusia bekerja paling
efisien pada suhu 370 C, sedangkan enzim hewan
berdarah dingin pada suhu 250 C.
pH

• Semua enzim peka terhadap perubahan pH, dan


nonaktif pada lingkungan pH sangat rendah (asam
kuat) dan pH tinggi (basa kuat).
• Contoh enzim pepsin memiliki pH optimum 2,
sedangkan enzim tripsin memiliki pH optimum 8,5.
Konsentrasi enzim, subtrat dan kofaktor

• Jika pH dan suhu suatu sistem enzim adalah konstan, dan


jumlah substrat berlebihan, maka laju reaksi adalah sebanding
dengan jumlah enzim yang ada.
• Sebaliknya jika pH, suhu dan konsentrasi enzim konstan, maka
laju reaksi adalah sebanding dengan jumlah substrat.
Inhibitor

• Aktivitas suatu enzim dapat dihambat oleh suatu senyawa yang dikenal sebagai inhibitor. Berdasarkan
kestabilannya, inhibitor digolongkan menjadi 2 jenis utama, yaitu inhibitor irreversible dan inhibitor
reversible
• Inhibitor irreversible : inhibitor yang reaksinya kimianya berjalan satu arah → setelah inhibitor mengikat
enzim, inhibitor tdk dpt dipisahkan dan bersifat stabil.
• Inhibitor reversible : inhibitor yang reaksi kimianya berjalan dua arah atau dapat balik dab bersifat tdk
stabil → ketika inhibitor mengikat enzim, inhibitor ini dpt dipisahkan lagi dari ikatannya
• Inhibitor reversible dan irreversible dapat digunakan untuk memperlambat laju penguraian senyawa
akibat adanya kerja enzim
PERSAMAAN MICHAELIS-MENTEN

 Persamaan Michaelis-Menten adalah dasar dari persamaan kinetik enzim, karena diasumsikan tipe reaksinya irreversible, maka tidak masalah jika satu atau
lebih produk yang terjadi, kemudian karena reaksinya tergantung waktu maka bisa di diferensialkan. Misal: S adalah obat, P adalah obat yang telah terdegradasi
(misalnya metabolitnya)., E adalah Enzim, kf (k1) adalah laju arah maju, kr (k2) adalah laju balik dan kcat (k3) adalah laju katalitik, maka reaksi:

 Persamaan Michaelis-Menten berguna untuk mempelajari reaksi enzim dengan obat (substrat). Reaksi enzimatik ini biasanya lebih cepat dari pada reaksi
degradasi kimiawi.

dP/dt = ka. [E.S]

Contoh: prodrug kloramfenikol palmitat mengalami degradasi didalam tubuh oleh enzim esterase menjadi kloramfenikol dan palmitat sehingga kloramfenikol aktif
sebagai anti bakteri. Laju pembentukan kompleks [E.S] adalah:

d[E.S] / dt = k1.[E][S] – k2.[E.S] – k3.[E.S]


= k1.[E][S] – (k2+k3).[E.S]
Jika, [E.S] konstan selama reaksi dan selalu lebih kecil dari S dan P, maka:

d[E.S] / dt =0 k1.[E].[S] = (k1+k2).[E.S]


[E.S]ss = (k1/(k2+k3)).[E].[S]

Enzim mula-mula = enzim bebas + enzim yang berkompleks dengan substrat.


E0 = E + [E.S]ss
Keterangan:
E = E0 – [E.S]ss
E = enzim bebas (yang tidak bereaksi)
[E.S]ss = (k1.S.E0) / ((k2+k3)+k1.S) (ES)ss = enzim yang bereaksi

[E.S]ss = (S.E0) / ((k2+k3)/k1)+S) Pada keadaan steady state (ss)


[E.S]ss = (S.E0)/(Km+S)→ Km = (k2+k3)/k1 dP/dt = k3.[E.S]ss
dP/dt = (k3.S.E0)/(Km+S)
dP/dt max = Vm
Ketika substrat jauh lebih besar dari pada jumlah enzim dan semua enzim berkompleks dengan substrat [E.S]
sudah jenuh S >>> E0. E0 sebagai Es, maka:
Vm = k3.E0
V = (Vm.S)/(Km+S), karena Es~E0
Inversi dari persamaan ini akan menghasilkan persamaan Lineweaver-Burk, yaitu:
1/V = (Km+S)/(Vm.S)
1/V = 1/Vm + (Km/(Vm.S))
Persamaan Lineweaver-Burk ini berupa garis lurus dengan titik potong garis persamaan:
Sumbu x = 1/Km
Sumbu y = 1/Vm
Sekian…
Ada Pertanyaan…?

Anda mungkin juga menyukai