Tentunya menu-menu tersebut bisa jadi jauh dari pola konsumsi kita yang
ketergantungan dengan gula. Bagaimana tidak, nasi putih yang biasa kita
makan, mengandung gula, minuman boba yang nikmat juga tinggi akan
gula, bahkan yang sehat seperti buah-buahan, juga tetap mengandung
gula. Lalu apakah mengonsumsi gula setiap harinya akan buruk bagi
kesehatan kita?
Bagi anda yang mungkin rutin berolahraga dan melakukan aktivitas fisik,
risiko akan turun karena tubuh anda rutin membakar kalori. Namun bagi
anda yang kurang aktivitas fisik dan mengonsumsi gula melewati batas,
hal tersebut dapat membahayakan kesehatan anda.
Menganut gaya hidup sehat sedari muda sangat penting karena tidak
jarang, penyakit kronis yang diderita di usia tua merupakan akumulasi
dari gaya hidup tidak sehat sedari muda.
Selalu perhatikan bagaimana pola konsumsi anda dan awasi nilai gizi
yang ada pada makanan. Hindari mengonsumsi makanan dan minuman
tinggi gula, seperti donat, kue, soda, boba milkshake, minuman berenergi,
permen, dan makanan manis lainnya.
Jangan lupa juga untuk membatasi jumlah karbohidrat anda karena ketika
makanan yang mengandung karbohidrat dicerna, sistem pencernaan
memecah karbohidrat menjadi zat yang menjadi gula.
TEKS 2
Menghadapi Era Gelap Ekonomi
Dunia di ambang resesi. Sejumlah pengamat ekonomi, Bank Dunia, maupun Dana
Moneter Internasional (IMF) telah melihat potensi ke arah itu. Indikatornya, kata
mereka, antara lain semakin melambatnya perekonomian di sejumlah negara maju,
seperti Amerika Serikat, sebagian wilayah Eropa, dan Tiongkok.
Selain itu, inflasi yang bergerak cepat di sejumlah negara juga berpotensi
memperparah krisis. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyebut roda
perekonomian di wilayah Eropa melambat karena harga gas alam melonjak sebagai
dampak konflik Rusia-Ukraina. Sementara itu, perlambatan ekonomi Tiongkok terjadi
akibat kebijakan zero COVID policy dan volatilitas (melonjaknya harga) di sektor
properti.
IMF memprediksi sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami kontraksi
setidaknya dua kuartal berturut-turut tahun ini dan tahun depan. Itu artinya, resesi
global membayang di depan mata. Dunia pun menghadapi era kegelapan ekonomi.
Pada The 1st Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting di Washington DC,
Amerika Serikat, Selasa (11/10) malam waktu setempat atau Rabu WIB, Menteri
Keuangan Sri Mulyani juga menyampaikan hal yang kurang lebih senada. Dia
menyebut krisis pangan akan menghampiri dunia dalam kurun waktu 8–12 bulan ke
depan. Kondisi itu, kata dia, diperparah dengan ketersediaan pasokan pupuk
sebagai dampak konflik Rusia-Ukraina.
Apalagi di era inflasi dan suku bunga tinggi seperti sekarang ini, tentu dibutuhkan
adanya kerja sama di antara negara-negara di dunia. Sikap egois akan
membuyarkan semua upaya keluar dari kondisi yang oleh para pengamat disebut
sebagai perfect long storm (badai panjang yang sempurna).
Di dalam negeri, seluruh elemen bangsa juga harus merapatkan barisan. Apalagi
antarinstansi pemerintah. Tidak boleh ada ego sektoral, baik di antara
kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah. Tiap-tiap kepala daerah harus
mampu membangun situasi sosial dan politik yang kondusif untuk menjaga stabilitas
ekonomi, terutama dengan menekan laju inflasi, menjaga pasokan dan ketersediaan
pasokan pangan maupun energi.
Sejauh ini, Indonesia memang belum terdampak krisis. Direktur Pelaksana IMF
bahkan mengapresiasi Indonesia yang bisa meraih pertumbuhan ekonomi tinggi di
tengah kondisi dunia yang berat. Indonesia, kata dia, ibarat titik terang di tengah
kondisi ekonomi global yang memburuk. Namun, pujian ini jangan membuat kita
lengah dan terlena. Kewaspadaan dan kehati-hatian perlu agar kita tidak terombang-
ambing dan tenggelam dalam badai.
SELAMAT MENGERJAKAN