DAN KONSELING
Disusun oleh:
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang” Bimbingan Konseling
Kelompok”,tepat pada waktunya.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan
dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.Penulis menyadari bahwa
makalah ini Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
sehingga masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang dimiliki cukup terbatas.Oleh
karena itu ,penulis berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya.
ii
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
BAB II .......................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 2
BAB III......................................................................................................................................................... 7
PENUTUP .................................................................................................................................................... 7
Kesimpulan : ......................................................................................................................................... 7
Saran : ................................................................................................................................................... 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Berbicara mengenai manusia, tentunya tidak pernah terlepas dari kegiatan memahami
berpikir, merasa, dan melakukan sesuatu. Kegiatan tersebut merupakan suatu kebiasaan atau
rutinitas, bahkan suatu kebutuhan yang perlu dilakukan dan dipenuhi oleh manusia itu sendiri.
Bimbingan konseling sendiri merupakan salah disiplin ilmu yang berusia muda,
dibandingkan dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya, karena usianya yang belum menginjak 1,5
abad. Bimbingan dan konseling sendiri pada mulanya didirikan oleh tokoh bimbingan Frank
Parson dengan biro vokasionalnya, untuk membantu anak-anak muda siap memasuki dunia
pekerjaan, seiring berjalannya waktu peran dari bimbingan sendiri meluas mencakup aspek-aspek
seperti karier, pribadi, sosial, dan belajar dari individu-individu. Bimbingan dan konseling sendiri
dalam prakteknya memiliki beberapa model dan pendekatan, dan pendekatan yang akan dibahas
dalam makalah ini lebih berfokus pada bimbingan konseling dalam model pendekatan yang
berbentuk kelompok (lebih dari satu individu). Bagaimanakah pendekatan konseling dan
bimbingan dalam model
B. Rumusan Masalah:
C. Tujuan :
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. TERBENTUKNYA KELOMPOK
Kelompok didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang. Kumpulan orang-
orang itu kemudian menjunjung suatu atau beberapa kualitas tertentu, sehingga dengan demikian
kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok.
Suatu dampak tertentu akan mulai terasa, baik ke dalam diri mereka sendiri maupun kepada
lingkungan, apabila dalam kumpulan orang-orang itu sudah ada sesuatu yang lebih dari sekedar
kuantitas. Misalnya, karena kegerahan orang yang tidur tadi mulai bangun, dan yang satu melihat
dan menyadari adanya orang lain. Meraka merasa mulai ada kebersamaan diantara mereka.
Mereka saling bertanya menuturkan pemahaman masing-masing sebelum mereka berada di
ruangan yang mereka tempati itu. Dari suasana seperti itu tampak bahwa unsur “kualitas” mulai
tumbuh pada kumpulan orang-orang yang semula hanya memiliki unsur “kuantitas”.
2
belum berkembang kebersamaan dengan “kualitas”. Contoh orang-orang dengan kebersamaan
kualitas adalah mahasiswa yang sedang berdiskusi, dll.
a. Interaksi antara orang-orang yang ada di dalam kumpulan atau kerumunan itu.
d. Kepemimpinan yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan atau kepentingan bersama.
e. Norma yang diakui dan diikuti oleh mereka yang terlibat di dalamnya.
NB: Tidak semua kelompok harus diikat oleh kelima faktor tersebut di atas, dan lagi kekuatan
ikatan masing-masing faktor itupun dapat tidak selalu sama. Untuk suatu kelompok yang mantap
diperlukan mantapnya kelima faktor itu.
Kelompok primer diwarnai oleh hubungan pribadi secara akrab dan kerja sama terus-menerus
diantara para anggotanya. Contohnya keluarga, kesatuan anak-anak sepermainan, kesatuan
sekelompok remaja.
3
b. Kelompok sosial dan kelompok psikologikal
Jenis-jenis kelompok ini dibedakan terutama sekali atas dasar tujuan pokok yang ingin
dicapai. Pada kelompok sosial, tujuan yang ingin dicapai biasanya tidak bersifat pribadi
(impersonal), melainkan merupakan tujuan bersama untuk kepentingan bersama. Contoh:
persatuan buruh.
Kelompok psikologikal pada dasarnya lebih bersifat mempribadi (personal). Para anggota
kelompok psikologikal memasuki kelompok itu biasanya didorong oleh kepentingan yang
menyangkut hubungan antarpribadi. Contoh: sekelompok anak perempuan yang berkumpul di
bawah pohon rindang setiap waktu istirahat & himpunan para korban kebakaran atau perkosaan.
Kelompok formal biasanya terbentuk berdasarkan tujuan dan aturan tertentu yang bersifat
resmi (dan tertulis). Gerak dan kegiatan kelompok formalpun diatur dan tidak boleh menyimpang
dari ketentuan yang telah dibuat. Aturan ini biasanya tertulis dalam AD dan ART. Sebaliknya
keberadaan dan gerak-gerik kelompok informal tidak didasarkan atas hal-hal resmi seperti itu,
melainkan didasarkan pada kemauan, kebebasan dan selera orang-orang yang terlibat di dalamnya.
2. Keanggotan Kelompok
Keanggotan kelompok dapat bersifat sukarela atau tidak sukarela. Keanggotaan dalam
kelompok keluarga tertentu adalah tidak sukarela. Ada beberapa organisasi yang anggotanya
terhimpun atas dasar kedudukannya. Dalam kelompok seperti ini semua menduduki jabatan yang
dimaksud, mau tidak mau menjadi anggota dari kelompok itu. Sebaliknya, kelompok yang
4
keanggotaannya bersifat sukarela biasanya lebih bebas dalam menentukan gerak dan kegiatan
kelompok itu. Adapun alas an seseorang mau memasuki suatu kelompok secara sukarela adalah:
a. Dalam kelompok itu dapat dicapai tujuan atau kepentingan pribadi yang penting, misalnya
kedudukan dan penghargaan.
b. Kelompok itu menyajikan kegiatan-kegiatan yang menarik, seperti diskusi, menjelajah alam,
darmawisata, olahraga, dll.
b. Jumlah anggota.
d. Kedudukan kelompok.
e. Kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk saling berhubungan sebagai
kawan, kebutuhan untk diterima, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan bantuan moral, dsb.
Namun, satu faktor yang tidak boleh dilupakan, bahkan faktor yang amat penting, ialah
tumbuh dan berkembangnya “dinamika kelompok” di dalam kelompok yang dimaksudkan itu.
Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam suatu kelompok; artinya
merupakan pengerahan secara serentak semua faktor yang dapat digerakkan dalam kelompok itu.
Dengan demikian, dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi
suatu kelompok.
5
2. Peranan Dinamika Kelompok dalam Bimbingan dan Konseling
Layanan dengan pendekatan kelompok dalam bimbingan dan konseling merupakan bentuk
usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang memerlukan. Melalui dinamika kelompok
setiap anggota kelompok diharapkan mampu tegak sebagai perorangan yang sedang
mengembangkan kediriannya dalam hubungannya dengan orang lain. Ini tidak berarti bahwa
kedirian seseorang lebih ditonjolkan daripada kehidupan kelompok secara umum.
Dalam “kelompok tugas” arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu. Sesuai
dengan namanya , “kelompok tugas” pada dasarnya diberi tugas untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan, baik pekerjaan itu ditugaskan oleh pihak di luar kelompok itu maupun tumbuh di dalam
kelompok itu sendiri sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan kelompok itu sebelumnya. Dalam hal ini
tampak bahwa “kelompok bebas” dapat mengubah dirinya menjadi “kelompok tugas” , yaitu
apabila kelompok itu mengikatkan diri untuk sesuatu tugas yang ingin diselesaikan.
Apabila materi itu bersifat penugasan, maka kelompok adalah “kelompok tugas”, sedangkan
apabila materi itu merupakan hasil pengemukaan secara bebas para anggota kelompok, maka
kelompok itu adalah “kelompok bebas”. Di dalam kedua jenis kelompok itu, keberadaan dan
peranan dinamika kelompok adalah sama.
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Berdasarkan penjelasan mengenai BK kelompok itu sendiri, baik dari segi terbentuknya
kelompok, jenis kelompok dan keanggotaannya, dan kelompok dalam kegiatan bimbingan dan
konseling. Dapat disimpulkan bahwa layanan BK dalam seting kelompok adalah layanan BK yang
bertujuan untuk memberikan bantuan kepada individu, konteks layanan yang berbentuk kelompok
ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas layanan BK individual. Keberadaan BK yang
dilakukan secara kelompok bukan untuk menggantikan layanan BK yang dilakukan secara
individual melainkan untuk melengkapi kelemahan-kelemahan yang ada pada layanan BK yang
dilakukan dalam seting individual. Seperti yang dikutip dalam buku Winkel (2006) bahwa layanan
BK baik yang kelompok maupun yang individual itu bersifat sinergi dan melengkapi satu dengan
yang lain. karena melihat tiap-tiap pendekatan baik yang individual maupun yang kelompok sama-
sama memiliki kekurangan.
Saran :
Untuk itu pelayanan bimbingan konseling kelompok harus di kembangkan sampai menjadi
kegiatan rutin dalam program bimbingan. Bentuk layanan bimbingan ini kiranya harus
diperkenalkan secara lebih luas, sehingga semua calon konselor dan para konselor dapat melihat
kegunaannya dan bersedia untuk memasukkannya dalam perencanaan program bimbingan. Karena
dalam konseling kelompok terdapat persamaan dan perbedaan dengan konseling individual, maka
hal ini menuntut persiapan dan kemampuan khusus dari pihak konselor seperti pembentukan
kelompok dan pendampingan proses konseling yang mengandung interaksi antara konselor dengan
para konseli, serta antara konseli yang satu dengan konseli yang lain.
7
DAFTAR PUSTAKA
Dapus : Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Karyanti. (2018). Dance
Lubis, Namora Lumongga. (2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling Falam Teori dan Praktik
Lubis, Namora Lumongga. (2016). KonselingKelompok. Jakarta: Kencana Narti, Sri. (2019)
Bimbingan dan Konseling (PTBK). Yogyakarta; CV BUDI UTAMA Mulyana D. 2007. Ilmu
Rosdakarya. Prayitno, dkk. (2017). Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok.