Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK DAN PEMANFAATANNYA DALAM BIMBINGAN

DAN KONSELING

Dosen Pengampu: Busmayaril, M.Ed

Disusun oleh:

Anita Maharani 2211080133

Dian Anggraini 2211080145

Ferlinda Arianita 2211080155

Friska Puspita Dewi 2211080157

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang” Bimbingan Konseling
Kelompok”,tepat pada waktunya.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan
dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.Penulis menyadari bahwa
makalah ini Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
sehingga masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang dimiliki cukup terbatas.Oleh
karena itu ,penulis berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya.

Akhir kata,penulis ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 19 Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii

BAB I ............................................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1

BAB II .......................................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 2

A. TERBENTUKNYA KELOMPOK ...................................................................................................... 2

1. Unsur Kuantitas dan Kualitas ........................................................................................................... 2

2. Kerumpunan dan Kelompok ............................................................................................................. 2

3. Faktor Pengikat dalam Kelompok..................................................................................................... 3

B. JENIS KELOMPOK DAN KEANGGOTAANNYA .......................................................................... 3

1. Jenis-jenis Kelompok ........................................................................................................................ 3

2. Keanggotan Kelompok ..................................................................................................................... 4

C. KELOMPOK DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING ......................................... 5

1. Dinamika Kelompok ......................................................................................................................... 5

2. Peranan Dinamika Kelompok dalam Bimbingan dan Konseling...................................................... 6

3. Dua Jenis Kelompok dalam Layanan Bimbingan dan Konseling ..................................................... 6

BAB III......................................................................................................................................................... 7

PENUTUP .................................................................................................................................................... 7

Kesimpulan : ......................................................................................................................................... 7

Saran : ................................................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Berbicara mengenai manusia, tentunya tidak pernah terlepas dari kegiatan memahami
berpikir, merasa, dan melakukan sesuatu. Kegiatan tersebut merupakan suatu kebiasaan atau
rutinitas, bahkan suatu kebutuhan yang perlu dilakukan dan dipenuhi oleh manusia itu sendiri.

Bimbingan konseling sendiri merupakan salah disiplin ilmu yang berusia muda,
dibandingkan dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya, karena usianya yang belum menginjak 1,5
abad. Bimbingan dan konseling sendiri pada mulanya didirikan oleh tokoh bimbingan Frank
Parson dengan biro vokasionalnya, untuk membantu anak-anak muda siap memasuki dunia
pekerjaan, seiring berjalannya waktu peran dari bimbingan sendiri meluas mencakup aspek-aspek
seperti karier, pribadi, sosial, dan belajar dari individu-individu. Bimbingan dan konseling sendiri
dalam prakteknya memiliki beberapa model dan pendekatan, dan pendekatan yang akan dibahas
dalam makalah ini lebih berfokus pada bimbingan konseling dalam model pendekatan yang
berbentuk kelompok (lebih dari satu individu). Bagaimanakah pendekatan konseling dan
bimbingan dalam model

B. Rumusan Masalah:

1. Bagaimana terbentuknya kelompok?

2. Apa saja jenis kelompok dan keanggotaannya ?

3. Apa saja kelompok dalam kegiatan bimbingan dan konseling ?

C. Tujuan :

1.Apa tujuan terbentuknya kelompok ?

2.Apa tujuan kelompok dan keanggotaannya ?

3.Apa tujuan kelompok dalam kegiatan bimbingan dan konseling ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. TERBENTUKNYA KELOMPOK
Kelompok didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang. Kumpulan orang-
orang itu kemudian menjunjung suatu atau beberapa kualitas tertentu, sehingga dengan demikian
kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok.

1. Unsur Kuantitas dan Kualitas


Apabila sejumlah orang (misalnya 20 orang) bersama-sama berada disuatu tempat, tetapi
orang yang satu tidak punya hubungan sama sekali dengan yang lain, maka sejumlah orang itu
dapat disebut sebagai “kumpulan orang-orang”. Unsur atau ciri yang ada di dalam kumpulan
orang-orang itu hanya satu, yaitu “kuantitas”. Unsur kuantitas itu tidak membawa dampak sesuatu
kepada lingkungannya maupun kepada diri mereka sendiri, kecuali dampak berkenaan dengan
besar-kecilnya bangunan fisik keseluruhan kumpulan orang-orang itu.

Suatu dampak tertentu akan mulai terasa, baik ke dalam diri mereka sendiri maupun kepada
lingkungan, apabila dalam kumpulan orang-orang itu sudah ada sesuatu yang lebih dari sekedar
kuantitas. Misalnya, karena kegerahan orang yang tidur tadi mulai bangun, dan yang satu melihat
dan menyadari adanya orang lain. Meraka merasa mulai ada kebersamaan diantara mereka.
Mereka saling bertanya menuturkan pemahaman masing-masing sebelum mereka berada di
ruangan yang mereka tempati itu. Dari suasana seperti itu tampak bahwa unsur “kualitas” mulai
tumbuh pada kumpulan orang-orang yang semula hanya memiliki unsur “kuantitas”.

2. Kerumpunan dan Kelompok


Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai peristiwa berkumpulnya sejumlah orang di
suatu tempat. Objek-objek tertentu, seperti pertandingan olahraga merupakan peristiwa yang
mengundang banyak orang untuk datang. Di tempat itu orang-orang tidak terlibat satu sama lain,
tetapi “kebersamaan” yang ada pada orang-orang itu baru merupakan “kebersamaan kuantitas”,

2
belum berkembang kebersamaan dengan “kualitas”. Contoh orang-orang dengan kebersamaan
kualitas adalah mahasiswa yang sedang berdiskusi, dll.

Berkumpulnya sejumlah orang yang masing-masing tidak mempunyai hubungan itu


membentuk apa yang disebut “kerumpunan” sedangkan berkumpulnya sejumlah orang yang saling
berkaitan satu sama lain membentuk apa yang disebut “kelompok”.

3. Faktor Pengikat dalam Kelompok


Kumpulan orang-orang atau kerumunan dapat berubah menjadi kelompok apabila di
dalamnya muncul dan berkembang faktor-faktor pengikat sebagai berikut:

a. Interaksi antara orang-orang yang ada di dalam kumpulan atau kerumunan itu.

b. Ikatan emosional sebagai pernyataan kebersamaan.

c. Tujuan atau kepentingan bersama yang ingin dicapai.

d. Kepemimpinan yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan atau kepentingan bersama.

e. Norma yang diakui dan diikuti oleh mereka yang terlibat di dalamnya.

NB: Tidak semua kelompok harus diikat oleh kelima faktor tersebut di atas, dan lagi kekuatan
ikatan masing-masing faktor itupun dapat tidak selalu sama. Untuk suatu kelompok yang mantap
diperlukan mantapnya kelima faktor itu.

B. JENIS KELOMPOK DAN KEANGGOTAANNYA


1. Jenis-jenis Kelompok
a. Kelompok primer dan kelompok sekunder

Kelompok primer diwarnai oleh hubungan pribadi secara akrab dan kerja sama terus-menerus
diantara para anggotanya. Contohnya keluarga, kesatuan anak-anak sepermainan, kesatuan
sekelompok remaja.

Kelompok sekunder didasarkan kepada kepentingan-kepentingan tertentu yang mewarnai


arah kegiatan dan gerak-gerik kelompok itu, seperti: kelompok politik , kelompok keagamaan,
kelompok para ahli pada suatu bidang, dll.

3
b. Kelompok sosial dan kelompok psikologikal

Jenis-jenis kelompok ini dibedakan terutama sekali atas dasar tujuan pokok yang ingin
dicapai. Pada kelompok sosial, tujuan yang ingin dicapai biasanya tidak bersifat pribadi
(impersonal), melainkan merupakan tujuan bersama untuk kepentingan bersama. Contoh:
persatuan buruh.

Kelompok psikologikal pada dasarnya lebih bersifat mempribadi (personal). Para anggota
kelompok psikologikal memasuki kelompok itu biasanya didorong oleh kepentingan yang
menyangkut hubungan antarpribadi. Contoh: sekelompok anak perempuan yang berkumpul di
bawah pohon rindang setiap waktu istirahat & himpunan para korban kebakaran atau perkosaan.

c. Kelompok terorganisasikan dan kelompok tidak terorganisasikan

Dalam suatu kelompok yang terorganisasikan masing-masing anggota memainkan peranan


yang persamaan, perbedaan dan kaitan yang satu dengan lainnnya jelas dan tegas, untuk mencapai
tujuan bersama. Ciri utama kelompok terorganisasikan ialah adanya pemimpin yang mengatur dan
memberi kemudahan dan mengawasi dijalankannya peranan masing-masing anggota. Sebaliknya
pada kelompok yang tidak terorganisasikan para anggotanya bertindak lebih bebas, tidak saling
terikat pada anggota lain.

d. Kelompok formal dan kelompok informal

Kelompok formal biasanya terbentuk berdasarkan tujuan dan aturan tertentu yang bersifat
resmi (dan tertulis). Gerak dan kegiatan kelompok formalpun diatur dan tidak boleh menyimpang
dari ketentuan yang telah dibuat. Aturan ini biasanya tertulis dalam AD dan ART. Sebaliknya
keberadaan dan gerak-gerik kelompok informal tidak didasarkan atas hal-hal resmi seperti itu,
melainkan didasarkan pada kemauan, kebebasan dan selera orang-orang yang terlibat di dalamnya.

2. Keanggotan Kelompok
Keanggotan kelompok dapat bersifat sukarela atau tidak sukarela. Keanggotaan dalam
kelompok keluarga tertentu adalah tidak sukarela. Ada beberapa organisasi yang anggotanya
terhimpun atas dasar kedudukannya. Dalam kelompok seperti ini semua menduduki jabatan yang
dimaksud, mau tidak mau menjadi anggota dari kelompok itu. Sebaliknya, kelompok yang

4
keanggotaannya bersifat sukarela biasanya lebih bebas dalam menentukan gerak dan kegiatan
kelompok itu. Adapun alas an seseorang mau memasuki suatu kelompok secara sukarela adalah:

a. Dalam kelompok itu dapat dicapai tujuan atau kepentingan pribadi yang penting, misalnya
kedudukan dan penghargaan.

b. Kelompok itu menyajikan kegiatan-kegiatan yang menarik, seperti diskusi, menjelajah alam,
darmawisata, olahraga, dll.

c. Dengan memasuki kelompok itu kebutuhan-kebutuhan tertentu dapat terpenuhi, seperti


kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, kebutuhan untuk dikenal orang lain, kebutuhan akan rasa
aman, dsb.

C. KELOMPOK DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING


1. Dinamika Kelompok
Kelompok yang baik ialah kelompok apabila kelompok itu diwarnai oleh semangat tinggi,
kerjasama yang lancar dan mantap serta adanya saling mempercayai di antara anggota-anggotanya.
Dinamika kelompok adalah kekuatan yang mendorong kehidupan kelompok itu.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kelompok adalah:

a. Tujuan dan kegiatan kelompok.

b. Jumlah anggota.

c. Kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok.

d. Kedudukan kelompok.

e. Kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk saling berhubungan sebagai
kawan, kebutuhan untk diterima, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan bantuan moral, dsb.

Namun, satu faktor yang tidak boleh dilupakan, bahkan faktor yang amat penting, ialah
tumbuh dan berkembangnya “dinamika kelompok” di dalam kelompok yang dimaksudkan itu.
Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam suatu kelompok; artinya
merupakan pengerahan secara serentak semua faktor yang dapat digerakkan dalam kelompok itu.
Dengan demikian, dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi
suatu kelompok.

5
2. Peranan Dinamika Kelompok dalam Bimbingan dan Konseling
Layanan dengan pendekatan kelompok dalam bimbingan dan konseling merupakan bentuk
usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang memerlukan. Melalui dinamika kelompok
setiap anggota kelompok diharapkan mampu tegak sebagai perorangan yang sedang
mengembangkan kediriannya dalam hubungannya dengan orang lain. Ini tidak berarti bahwa
kedirian seseorang lebih ditonjolkan daripada kehidupan kelompok secara umum.

3. Dua Jenis Kelompok dalam Layanan Bimbingan dan Konseling


Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling melalui pendekatan kelompok, ada dua
jenis kelompok yang dapat dikembangkan, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. Anggota-
anggota “kelompok bebas” melakukan kegiatan kelompok tanpa penugasan tertentu, dan
kehidupan kelompok itu memang tidak disiapkan secara khusus sebelumnya. Kelompok bebas
memberikan kesempatan kepada seluruh anggota kelompok untuk menentukan arah da nisi
kehidupan kelompok itu.

Dalam “kelompok tugas” arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu. Sesuai
dengan namanya , “kelompok tugas” pada dasarnya diberi tugas untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan, baik pekerjaan itu ditugaskan oleh pihak di luar kelompok itu maupun tumbuh di dalam
kelompok itu sendiri sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan kelompok itu sebelumnya. Dalam hal ini
tampak bahwa “kelompok bebas” dapat mengubah dirinya menjadi “kelompok tugas” , yaitu
apabila kelompok itu mengikatkan diri untuk sesuatu tugas yang ingin diselesaikan.

Apabila materi itu bersifat penugasan, maka kelompok adalah “kelompok tugas”, sedangkan
apabila materi itu merupakan hasil pengemukaan secara bebas para anggota kelompok, maka
kelompok itu adalah “kelompok bebas”. Di dalam kedua jenis kelompok itu, keberadaan dan
peranan dinamika kelompok adalah sama.

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :
Berdasarkan penjelasan mengenai BK kelompok itu sendiri, baik dari segi terbentuknya
kelompok, jenis kelompok dan keanggotaannya, dan kelompok dalam kegiatan bimbingan dan
konseling. Dapat disimpulkan bahwa layanan BK dalam seting kelompok adalah layanan BK yang
bertujuan untuk memberikan bantuan kepada individu, konteks layanan yang berbentuk kelompok
ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas layanan BK individual. Keberadaan BK yang
dilakukan secara kelompok bukan untuk menggantikan layanan BK yang dilakukan secara
individual melainkan untuk melengkapi kelemahan-kelemahan yang ada pada layanan BK yang
dilakukan dalam seting individual. Seperti yang dikutip dalam buku Winkel (2006) bahwa layanan
BK baik yang kelompok maupun yang individual itu bersifat sinergi dan melengkapi satu dengan
yang lain. karena melihat tiap-tiap pendekatan baik yang individual maupun yang kelompok sama-
sama memiliki kekurangan.

Saran :
Untuk itu pelayanan bimbingan konseling kelompok harus di kembangkan sampai menjadi
kegiatan rutin dalam program bimbingan. Bentuk layanan bimbingan ini kiranya harus
diperkenalkan secara lebih luas, sehingga semua calon konselor dan para konselor dapat melihat
kegunaannya dan bersedia untuk memasukkannya dalam perencanaan program bimbingan. Karena
dalam konseling kelompok terdapat persamaan dan perbedaan dengan konseling individual, maka
hal ini menuntut persiapan dan kemampuan khusus dari pihak konselor seperti pembentukan
kelompok dan pendampingan proses konseling yang mengandung interaksi antara konselor dengan
para konseli, serta antara konseli yang satu dengan konseli yang lain.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dapus : Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Karyanti. (2018). Dance

Counseling. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA

Lubis, Namora Lumongga. (2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling Falam Teori dan Praktik

Edisi Pertama. Jakarta: Kencana

Lubis, Namora Lumongga. (2016). KonselingKelompok. Jakarta: Kencana Narti, Sri. (2019)

Kumpulan Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan

Bimbingan dan Konseling (PTBK). Yogyakarta; CV BUDI UTAMA Mulyana D. 2007. Ilmu

komunikasi: Suatu pengantar. Bandung:Remaja

Rosdakarya. Prayitno, dkk. (2017). Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok.

Bogor: Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai