1.laporan Apotek Ragasi
1.laporan Apotek Ragasi
Disusun oleh :
Rosmayanti (2143700226)
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
Rosmayanti (2143700226)
(apt. Piter, S.Si., MM., M.Farm) (apt. Ryan Sofyana Rinaldi, S.Farm)
NIDN : 0313026701
ii
SURAT PERNYATAAN
iii
KATA PENGANTAR
2. Ibu apt. Nuzul Fajriani, S.Farm., M.Sc, selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Universitas 17 Agustus 1945.
3. Bapak apt. Piter, S.Si., MM., M.Farm selaku Dosen Pembimbing Fakultas
Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 di Apotek Ragasi.
4. Bapak apt. Ryan Sofyana Rinaldi, S.Farm, selaku Apoteker Penanggung Jawab
sekaligus Pembimbing kami selama PKPA di Apotek Ragasi yang telah
memberikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dan
memberikan arahan sehingga kami bisa menyelesaikan PKPA dan Laporan
Praktik Kerja Profesi Apoteker dengan baik dan benar.
5. Bapak Denu Ksatria Perdana, selaku Pemilik Sarana Apotek Ragasi yang telah
mengizinkan dan memberikan dukungan kepada kami untuk melakukan
kegiatan PKPA di Apotek Ragasi.
iv
6. Seluruh karyawan Apotek Ragasi yang telah membantu kami selama
melakukan kegiatan PKPA di Apotek Ragasi.
8. Kedua Orang Tua beserta keluarga yang telah menjadi motivasi terbesar dalam
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) serta
memberikan dukungan secara materil dan non-materil.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 17
4.2 Saran.................................................................................................... 27
LAMPIRAN ......................................................................................................... 29
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan bagian dari hak asasi manusia dan salah satu
unsur kesejahteraann yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada era globalisasi saat ini,
tingkat kesadaraan masyarakat semakin tinggi bahwa dalam kehidupan
yang menjadi aset utama adalah kesehatan, sehingga kebutuhan akan sarana
kesehatan juga semakin meningkat. Salah satu sarana yang digunakan
menjaga dan meningkatkan kesehatan adalah apotek.
Apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 merupakan suatu tempat untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73
Tahun 2016 standar pelayanan kefarmasian merupakan suatu tolak ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Apoteker merupakan bagian
dari tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian yaitu pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang makin maju dibidang kefarmasian, maka telah terjadi pergeseran
orientasi pelayanan kefarmasian yang semula hanya perubahan paradigma
dalam pelayanan kesehatan yang semula hanya berfokus kepada pelayanan
obat (drug oriented) menjadi pelayanan pada pasien (patient oriented) yang
mengacu kepada Pharmaceutical Care (PC). Oleh karena itu, dengan
adanya perkembangan paradigma ini, maka apoteker dituntut untuk
1
memberikan pelayanan kefarmasian dan mengambil keputusan dengan
memperhatikan kondisi pasien. Hal ini bertujuan agar tercipta pengobatan
yang rasional dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Maka dari itu dibutuhkan tenaga apoteker yang kompeten dalam
melakukan konsultasi, edukasi dan informasi. Dalam rangka
mempersiapkan para calon Apoteker yang profesional, maka perlu
dilakukan suatu pembekalan berupa Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
sebagai pelatihan dalam menerapkan ilmu yang telah didapatkan di masa
kuliah. Berdasarkan hal tersebut, Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta bekerja sama dengan Apotek
Ragasi untuk menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
yang dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2022 – 28 Mei 2022. Melalui
kegiatan ini diharapkan mahasiswa yang merupakan calon apoteker dapat
mendapatkan ilmu dan pengalaman kerja agar nantinya dapat diterapkan
secara nyata dalam menjalankan perannya sebagai apoteker.
2
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian
di Apotek.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
sebelumnya yaitu seluas 90 m2.
A. Latar Belakang Berdirinya Apotek Ragasi
Berdirinya Apotek Ragasi adalah dilatar belakangi oleh
pengalaman pemilik apotek yang pernah bekerja sebagai Med-Rep
(Medical Representative), berdasarkan pengalaman tersebut yang
kemudian pemilik apotek melihat peluang bahwa pendirian apotek
dilingkungan sekitar sangat menguntungkan, akhirnya didirikanlah
apotek tersebut.
B. Tujuan
Adapun tujuan berdirinya Apotek Ragasi adalah :
1. Sebagai tempat pengabdian profesi Apoteker.
2. Meningkatkan nilai ekonomi dan juga nilai kesehatan di
masyarakat.
3. Melayani kebutuhan obat, bahan obat, alat kesehatan serta
perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan kebutuhan
masyrakat dengan berorientasi kepada kepentingan dan
kepuasan pasien sebagai implementasi kompetensi profesi
farmasi.
4. Memberikan dan menyediakan informasi, edukasi dan
konsultasi kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,
khususnya obat dan cara pengobatan yang tepat.
5
Dalam struktur di atas dijelaskan adanya pembagian tugas
dan tanggung jawab secara bertingkat yaitu sebagai berikut:
1. Direktur PT. Ragasi Indo Perdana dalam hal ini kepala yang
mengontrol jalannya apotek.
2. Apoteker penanggung jawab bertugas sebagai penanggung jawab
segala hal yang berhubungan dengan obat-obatan dan segala
kegiatan apotek.
3. Head marketing bertugas untuk memimpin dan bertanggung jawab
terhadap seluruh proses kegiatan marketing agar target apotek
tercapai.
4. Head finance bertugas merencanakan, mengembangkan, dan
mengontrol fungsi keuangan dan akuntansi di apotek dalam
memberikan informasi keuangan secara komprehensif dan tepat
waktu untuk membantu apotek dalam proses pengambilan
keputusan yang mendukung pencapaian target financial apotek.
5. Staf logistik bertugas untuk membantu apoteker penanggung jawab
serta mencatat pembelian dan pengeluaran barang melalui sistem,
mengecek barang yang masuk ke apotek dan membuat laporan
harian.
6. Staf marketing bertugas untuk membantu head marketing seperti
melakukan promosi dengan cara membuat iklan melalui spanduk
atau banner bahkan media sosial, menetapkan berbagai kebijakan,
untuk mencapai tujuan apotek misalnya merencanakan produk apa
saja yang seharusnya tersedia diapotek dan juga menentukan harga
produk yang dijual agar dapat dicapai oleh semua kalangan
masyarakat.
7. Staf finance bertugas membantu head finance serta menerima
pembayaran atau administrasi kepada konsumen.
6
2.1.5 Visi dan Misi
A. Visi
Menjadi perusahaan besar nasional di bidang kesehatan, yang
punya tujuan meningkatkan nilai ekonomi dan juga nilai
kesehatan di masyarakat.
B. Misi :
1. Memberikan pelayanan yang murah dan berkualitas kepada
masyarakat.
2. Berkolaborasi dengan paramedis sekitar untuk bekerjasama
di bidang farmasi.
3. Menciptakan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya.
2.2 Manajemen Pelayanan Kefarmasian
Sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
RI No.73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
meliputi standar : pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai sampai pelayanan farmasi klinik.
2.2.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
A. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang perlu
diperhatikan yaitu pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat. Selain itu perencanaan juga dilakukan
berdasarkan pada pertimbangan laju penjualan barang, apakah
termasuk fast moving (barang yang cepat terjual) atau termasuk
slow moving (barang yang lama terjual).
Perencanaan pengadaan perbekalan farmasi di Apotek
Ragasi dimulai dengan menulis di buku defekta yaitu setiap hari
petugas memeriksa barang yang kosong atau mencapai stok
minimal, lalu melakukan pencatatan dalam buku defekta.
Perencanaan pembelian dilakukan setiap hari oleh TTK.
7
B. Pengadaan
Pengadaan barang berfungsi untuk mengatur barang agar
tidak terjadi kekosongan. Barang yang dipesan haruslah melalui
jalur resmi atau PBF yang resmi untuk menjamin mutu dan
keabsahan barang. Pengadaan dapat dilakukan ke Pedagang
Besar Farmasi (PBF) yang resmi dan sudah terdaftar untuk
menjamin mutu barang. Pemilihan PBF berdasarkan harga (lebih
murah), kelengkapan barang dan terdapat diskon yang lebih
besar dari lainnya Pemesanan dilakukan dengan menuliskan
Surat Pesanan (SP). Untuk obat - obat biasa pesanan boleh
dilakukan via telepon atau whatsapp kepada sales. SP akan
diambil oleh ekspeditur ketika mengantar barang. Sedangkan
untuk obat- obatan yang mengandung prekursor, dan obat-obat
tertentu, surat pesanan apotek harus diambil terlebih dahulu oleh
sales kemudian obat bisa dikirimkan oleh pihak PBF. SP tersebut
harus ditanda tangani oleh apoteker dan terdapat stempel basah
nama dan SIPA apoteker. Apotek Ragasi tidak melakukan
pengadaan obat narkotika dan psikotropika.
C. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima. Pengecekan barang datang dilakukan dengan
mengecek kesesuaian alamat apotek dengan faktur, kemudian
kesesuaian fisik barang meliputi nama, jenis dan bentuk, jumlah,
nomor batch, dan tanggal kadaluwarsa dengan informasi yang
tertera pada faktur dan surat pesanan. Jika semua telah sesuai
maka faktur ditandatangani, diberi tanggal penerimaan serta cap
apotek. Untuk faktur asli dikembalikan lagi ke PBF dan apotek
hanya mendapat salinannya.
8
D. Penyimpanan
Obat bebas dan obat bebas terbatas untuk penjualan bebas
langsung disimpan dan disusun sebaik mungkin di etalase depan
apotek sehingga tampak menarik dan mudah dilihat oleh
konsumen. Sedangkan obat keras, untuk pelayanan resep
disimpan dalam lemari di ruang pelayanan resep.
Penyimpanan dilakukan sesuai jenis sediaan dan disusun
berdasarkan alfabetis dan pengeluaran di Apotek Ragasi
menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yang artinya obat
yang memiliki kadaluwarsa lebih dekat yang keluar terlebih
dahulu. Pencatatan kartu stok secara sistem pada aplikasi yang
ada untuk mencatat keluar masuknya obat yang berisi data
tanggal, nomor resep, jumlah obat yang masuk atau keluar,
jumlah sisa obat dan paraf, sehingga persediaan obat dapat
dikontrol dengan baik.
E. Pemusnahan
Sejauh ini Apotek Ragasi belum pernah melakukan
pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai, adapun jika memang ada produk yang tidak sesuai,
rusak ataupun mendekati kadaluwarsa barang akan di retur ke
PBF yang bekerja sama dengan apotek sesuai perjanjian atau
kontrak. Kemudian untuk resep yang telah disimpan melebihi
jangka waktu 5 (lima) tahun dilakukan pemusnahan.
Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar
F. Pengendalian
Pengendalian barang yang dilakukan di Apotek Ragasi
antara lain :
1. Kartu Stok : prinsip kartu stok adalah pencatatan pergerakan
transaksi keluar masuk barang. Fungsi kartu stok adalah
untuk melihat pergerakan stok sebagai dasar untuk
9
melakukan pembelian dan melacak jika menemukan
kejanggalan karena kesalahan sistem atau kelalaian
karyawan.
2. Stok opname : stok opname adalah pemeriksaan jumlah
barang dan perhitungan nilai stok barang yang ada di Apotek
Ragasi yang dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan tujuan
memeriksa ketersediaan barang, kontrol barang kadaluarsa,
menentukan Harga Pokok Penjualan (HPP), membuat
laporan laba rugi dan untuk menentukan barang kategori fast
moving atau slow moving.
3. Defekta : buku defekta memuat informasi tentang nama obat
dan jumlah nya. Pencatatan barang yang kosong atau stok
mencapai minimal di buku defekta dilakukan pada malam
hari menjelang apotek tutup dan ketika menemukan
kekosongan pada stok ketika penjualan berlangsung. Fungsi
pencatatan pada buku defekta adalah untuk menghindari
kekosongan stok di apotek sehingga dapat meningkatkan
kemajuan apotek dan kepercayaan pasien.
G. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan
farmasi meliputi pengadaan surat pesanan, faktur, penyimpanan
kartu stok, penyerahan nota atau struk penjualan dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen apotek, meliputi laporan keuangan,
barang dan laporan lainnya, laporan internal apotek dibuat oleh
apoteker penanggung jawab apotek yaitu berupa laporan rugi
laba yang dibuat tiap satu bulan sekali. Pelaporan eksternal
merupakan laporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10
2.2.2 Pelayanan Kefarmasian
A. Pengkajian Resep
1. Resep
Ketika pasien datang menyerahkan resep atau salinan
resep kepada bagian pelayanan, kemudian resep atau salinan
resep diperiksa keabsahannya oleh asisten apoteker terlebih
dahulu untuk kelengkapan resepnya. Pemeriksaan
kelengkapan resep meliputi aspek :
a. Aspek Administrasi
b. Aspek Farmasetika
11
Obat diserahkan ke pasien dengan disertai pemberian
informasi obat kepada pasien dilakukan baik dalam
pelayanan resep maupun non-resep. Hal ini bertujuan agar
tujuan terapi dapat tercapai dengan baik dan untuk
menghindari kesalahan pada terapi. Pemberian informasi
obat di Apotek Ragasi terdiri dari nama obat, fungsi, cara
penggunaan, efek samping, cara penyimpanan obat dan
informasi lainnya mengenai obat tersebut. Setelah selesai,
resep diberikan nomor urut dan didokumentasikan pada
buku resep regular. Pendokumentasian meliputi : nomor
resep, nama obat dan signanya, jumlah obat, nama dokter,
nama pasien dan harga resep.
2. Non Resep (Swamedikasi)
Pelayanan farmasi tanpa resep terdiri dari
swamedikasi dan pembelian produk farmasi lainnya.
Swamedikasi dilakukan jika pasien berupaya melakukan
pengobatan dan perawatan terhadap penyakitnya secara
mandiri. Biasanya swamedikasi dilakukan untuk pengobatan
pertama sebelum ke dokter, penyakitpenyakit yang dapat
dicegah dengan menggunakan obat non resep. Produk obat
yang digunakan dalam swamedikasi biasanya adalah
golongan obat bebas, obat bebas terbatas dan suplemen.
Untuk obat- obat keras yang boleh diberikan terhadap pasien
yang ingin melakukan pengobatan sendiri hanya mencakup
obat-obat yang ada dalam Daftar Obat Wajib Apotek
(DOWA) dan SK Menkes No. 919 tentang kriteria obat keras
tanpa resep. Penggalian data dan keluhan pasien dilakukan
terlebih dahulu untuk mengetahui apakah pasien telah
terbiasa menggunakan obat tersebut atau tidak. Bila pasien
telah terbiasa menggunakan obat tersebut, pasien diberikan
informasi tentang obat keras yang terdapat dalam DOWA
12
yang dapat digunakan.
B. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan
pemberian informasi Obat. Setelah melakukan pengkajian resep
dilakukan hal sebagai berikut :
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep :
13
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
14
D. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk
mengawali konseling, apoteker menggunakan three prime
questions. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa
pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat yang
digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu
diberi konseling :
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan
fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis
(misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi
khusus (penggunaan kortikosteroid dengan tappering
down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi
sempit (digoksin, fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa
Obat untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam
kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu
Obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan
dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
15
• Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
atau banner bahkan media sosial, menetapkan berbagai
kebijakan, untuk mencapai tujuan apotek misalnya merencanakan
produk apa saja yang seharusnya tersedia diapotek dan juga
menentukan harga produk yang dijual agar dapat dicapai oleh
semua kalangan masyarakat.
7. Staf finance bertugas membantu head finance serta menerima
pembayaran atau administrasi kepada konsumen.
3.1.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Apotek Ragasi
1. Perencanaan
Proses perencanaan pengadaan obat di apotek ragasi
didasarkan dengan menggunakan metode konsumsi atau
pemakaian barang pada periode sebelumnya. Perencanaan obat ini
dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan mengelompokkan barang
berdasarkan slow moving dan fast moving, sehingga tidak akan
terjadi penumpukan barang yang dapat menyebabkan death stock
(stok mati).
Setiap stok barang yang habis maka dilakukan pencatatan
dalam buku defecta yang dapat mencegah terjadi nya kekosongan
obat. Buku defecta merupakan buku yang digunakan untuk
menulis daftar barang yang akan habis untuk segera dipesan
kepada PBF.
2. Pengadaan
Pengadaan obat yang di terapkan pada apotek ragasi
karawang yaitu pengadaan dalam jumlah terbatas dan juga
pegadaan berencana. Pengadaan dalam jumlah terbatas merupakan
pengadaan yang dilakukan hanya saat persediaan dari sediaan ini
mulai menipis dan diadakan untuk obat-obat tertentu yang
dibutuhkan dalam waktu tertentu atau singkat seperti satu atau dua
minggu. Pengadaan berencana adalah pengadaan berdasarkan
pengadaan penjualan setiap minggu atau setiap bulannya atau bisa
juga disebut dengan metode konsumsi dimana pengadaan sediaan
18
farmasi berdasarkan konsumsi periode sebelumnya. Pengadaan
obat dilakukan berdasarkan penyakit musiman (pilek, batuk),
sehingga dapat memaksimalkan prioritas pengadaan obat.
Contohnya seperti pada pandemi covid-19 dimana obat yang lebih
diprioritaskan pengadaan yaitu obat batuk, flu, demam dan lain-
lain. Hal ini membuktikan bahwasanya apotek ragasi karawang
tidak akan membiarkan stok barangnya kosong.
3. Penerimaan
Proses penerimaan barang di apotek ragasi karawang,
melalui pemeriksaan secara langsung yang pada saat obat datang
dari PBF, dengan memeriksa kondisi obat, jumlah barang, nomor
batch dan tanggal ED obat sesuai dengan faktur. Penerimaan
bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajaukan. Apabila terjadi
ketidaksesuaian, petugas penerima akan mengembalikan (return)
atau menolak barang yang dikirim disertai nota pembelian barang
dari apotek. Jika barang diterima maka petugas dapat memberikan
nomor urut pada faktur dan memberikan cap serta memdatanagani
faktur asli. Faktur asi akan di ambil oleh PBF sedangkan faktur
salinan nya akan di pegang oleh apotek yang penerima.
4. Penyimpanan
Barang yang sudah diterima oleh petugas, maka disimpan
dalam gudang obat, begitulah yang di laksanakan oleh petugas
apotek ragasi karawang. Pada penyimpanan obat di lakukan
dengan menerapkan sistem FEFO (Frist Expired Frist Out) yaitu
barang dengan waktu kadaluarsa lebih dekat yang dikeluarkan
terlebih dahulu. Hal tersebut dapat meminimalisir barang
kadaluarsa yang dapat merugikan apotek. Penyimpanan obat
bebas, bebas terbatas, keras dan LASA di lakukan berdasarkan
alfabet. Pada obat yang kurang stabil dengan dengan obat yang
lain dapat di simpan sesuai keterangan yang tertera pada etiket.
19
5. Pendistribusian
Pendistribusian obat Apotek Ragasi kepada konsumen
meliputi penjualan obat bebas (obat tanpa resep), penjualan OWA,
dan penjualan obat berdasarkan resep, terkadang ada sesekali
pembelian obat dari klinik, apotek, praktik dokter bahkan rumah
sakit.
6. Pemusnahan Dan Penarikan
Apotek ragasi belum pernah sama sekali melakukan
pemusnahan atau penarikan dikarenakan memang pengelolaan
perbekalan farmasi di apotek ragasi di rancang sedemikian rupa
agar stok barang tidak berlebih atau tidak terdapat obat rusak
bahkan kadaluwarsa.
7. Pengendalian
Pengendalian ini dilakukan untuk memertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, penyimpanan dan
pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian di Apotek
Ragasi berdasarkan buku defekta barang, hal ini sangat efesien
karena pencatatan buku defekta dilakukan sebelum pemesanan,
pengadaaan barang di lakukan setiap hari menjalang tutupnya
apotek sehingga pengisian buku defekta juga setiap hari dan juga
apotek ragasi mengecek dan mencocokkan ketersediaan sediaan
farmasi yang ada di kartu stok, buku defekta dan aplikasi yang
terdapat dikomputer apotek. Apotek ragasi melakukan
pengendalian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dengan
cara melakukan stock opname satu bulan sekali pada akir bulan.
8. Pencatatan Dan Pelaporan
Pencatatan di Apotek Ragasi dilakukan setiap proses
pengelolaan sediaan farmasi,meliputi pengadaan yaitu setiap
barang yang diterima dari PBF diinput dikomputer data yang
20
dicatat adalah tanggal penginputan, tanggal order, nomor faktur,
kode PBF, nama PBF, item obat yang dipesan, jumlah yang
dipesan, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, harga, PPN, diskon,
total faktur serta tanggal jatuh tempo faktur. Selanjtnya setiap
pergantian shift data dilaporkan dan disetorkan kepada bagian
keuangan yang kemudian bagian keuangan menghitung
kesesuaian dan input kekomputer sebagai laporan nanti pada bulan
berjalan.
3.1.3 Kegiatan Administrasi Apotek Ragasi
Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh Apotek Ragasi meliputi
administrasi resep dan administrasi non resep.
• Administrasi resep berupa pencatatan data pasien, penyimpanan
resep, pembuatan kwitansi, pembuatan salinan resep, form
skrining resep, serta pengarsipan faktur pembelian obat. Resep
disimpan selama 5 tahun, kemudian dimusnahkan.
• Administrasi non resep terdiri dari administrasi keuangan,
administrasi barang (faktur pembelian, buku defekta, surat
pemesanan dan kartu stok) dan administrasi SDM (absensi
pegawai, perhitungan lembur dan pengaturan jadwal kerja).
3.1.4 Penjualan di Apotek Ragasi
1. Jumlah Resep
Sebulan : ± 120 resep
Setahun : ± 1500 resep
2. Penjualan Obat
Komposisi penjualan antar obat resep dan obat bebas :
sekitar 70% obat resep dan 30% obat bebas.
21
Tabel 3. 1 Penjualan Obat
22
diantaranya:
1. Pelayanan Informasi Obat
Dimana kegiatan ini dilakukan oleh apoteker penanggung
jawabnya atau tenaga teknis kefarmasian yang terdapat di apotek.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di apotek meliputi :
• Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
• Pemberdayaan masyarakat (penyuluhan).
• Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
2. Pelayanan Resep Dan Non Resep
Pada pelayanan resep : jika resep tersebut telah dinyatakan
lengkap berdasarkan ketiga aspek yaitu aspek administrasi,
farmaseutik dan klinis, maka langkah selanjutnya adalah
mengecek ketersediaan obat di apotek. Ada atau tidaknya obat di
apotek diberitahukan kepada pasien. Jika pasien menyetujui
pengambilan obat yang ada di apotek, maka secara langsung
asisten apoteker memberikan informasi tentang biaya yang perlu
dibayarkan oleh pasien. Jika pasien menyetujui, maka resep akan
dilayani dan dilanjutkan dengan penyiapan obat.
Obat diserahkan ke pasien dengan disertai pemberian informasi
obat kepada pasien dilakukan baik dalam pelayanan resep maupun
non-resep. Hal ini bertujuan agar tujuan terapi dapat tercapai
dengan baik dan untuk menghindari kesalahan pada terapi.
Pemberian informasi obat di Apotek Ragasi terdiri dari nama obat,
fungsi, cara penggunaan, efek samping, cara penyimpanan obat
dan informasi lainnya mengenai obat tersebut. Setelah selesai,
resep diberikan nomor urut dan didokumentasikan pada buku
resep regular. Pendokumentasian meliputi : nomor resep, nama
obat dan signanya, jumlah obat, nama dokter, nama pasien dan
harga resep.
Pelayanan non resep : Pelayanan farmasi tanpa resep terdiri dari
swamedikasi dan pembelian produk farmasi lainnya. Biasanya
23
untuk swamedikasi ini dilakukan untuk pengobatan pertama
sebelum ke dokter, penyakitpenyakit yang dapat dicegah dengan
menggunakan obat non resep. Produk obat yang digunakan dalam
swamedikasi biasanya adalah golongan obat bebas, obat bebas
terbatas dan suplemen. Untuk obat- obat keras yang boleh
diberikan terhadap pasien yang ingin melakukan pengobatan
sendiri hanya mencakup obat-obat yang ada dalam Daftar Obat
Wajib Apotek (DOWA) dan SK Menkes No. 919 tentang kriteria
obat keras tanpa resep.
3. Konseling
Konseling ini dilakukan oleh apoteker untuk kriteria pasien
tertentu didalam suatu ruangan konseling.
Adapun tahapnya :
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui
Three Prime Questions, yaitu:
• Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
• Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian
obat Anda?
• Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang
diharapkan setelah Anda menerima terapi obat tersebut?
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan
kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan
obat.
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan
masalah penggunaan obat.
e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman
pasien Apoteker mendokumentasikan konseling dengan
meminta tanda tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien
memahami informasi yang diberikan dalam konseling.
Kemudian untuk pelayanan farmasi klinik seperti pelayanan
24
kefarmasian di rumah (home pharmacy care), Pemantauan Terapi
Obat (PTO), dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) belum
dilakukan secara optimal dikeranakan keterbatasan sumber daya
manusia.
3.1.6 Teknologi Manajemen Dan Pelayanan Apotek Ragasi
Apotek ragasi dalam pengelolaan perbekalan sediaan farmasi
menggunakan aplikasi zahir accounting yang ada dikomputer apotek
dimana aplikasi ini mampu mengelola stok, penjualan, hingga laporan
keuangan. Dalam melakukan pelayanan apotek ragasi melayani baik
secara online maupun langsung. Dimana pelayanan secara online
melalui media social seperti whatsapp ataupun email maupun melalui
e-commerce seperti tokopedia sedangkan langsung, konsumen secara
langsung datang ke apotek. Apotek ragasi juga memiliki website yaitu
ragasi.net didalam website tersebut berisi mengenai profile, produk
yang dijual, harga dan lain-lain.
3.1.7 Ketanggapan Apotek
Pelayanan di apotek ragasi terbilang sangat ramah dan tanggap
terhadap konsumen. Petugas juga mampu memberikan penyelesaian
terhadap masalah yang dihadapi konsumen. Terjalinnya komunikasi
yang baik antara petugas dan konsumen disisi lain merupakan salah
satu strategi dalam mengembangkan apotek. Selain itu, jika dalam
apotek tersebut obat yang mereka butuhkan tidak ada, maka pihak
apotek memberikan rekomendasi apotek lain yang menjual obat
tersebut, sehingga konsumen tidak merasa kesulitan untuk
mendapatkan obat yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini yang
membuat konsumen merasa bahwa pelayanan di apotek ragasi
berprioritas pada konsumen.
3.2 Kegiatan PKPA di Apotek Ragasi
Apotek Ragasi memberikan pelayanan dari jam 07.00 s/d 17.00
WIB, hari minggu dan tanggal merah libur.
Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker dimulai dari hari Senin s/d Sabtu
25
pada jam 07.00 s/d jam 16.00 WIB.
Adapun kegiatan Praktek kerja kefarmasian di Apotek Ragasi meliputi
pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian dan kegiatan
pelayanan non kefarmasian.
26
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
dilaksanakan di apotek ragasi dapat disimpulkan bahwa :
• Apotek ragasi sudah menerapkan Permenkes No 73 tahun 2016
mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan mengacu kepada
Pharmaceutical Care.
• Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek ragasi
memberikan pengalaman dan ilmu mengenai pekerjaan kefarmasian di
Apotek dalam hal tugas, wewenang, dan tanggung jawab Apoteker di
Apotek, cara mengelola Apotek yang baik, manajemen Apotek,
administrasi Apotek, dan pelayanan kefarmasian serta kegiatan lain
yang bermanfaat bagi calon Apoteker sesuai dengan standar pelayanan
di Apotek.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan Praktek
Kerja Profesi Apoteker di Apotek ragasi adalah :
• Sebaiknya kerapihan dan kebersihan apotek dijaga karena hal tersebut
akan menunjukan kenyamanan baik kepada petugas maupun konsumen.
• Pada tempat penyimpanan obat yang perlu diberi label LASA dan High
Alert sudah terkelupas dan bahkan ada yang hilang, untuk menghindari
kesalahan dalam pengambilan dan penyerahan obat sebaiknya di tempel
stiker/label yang baru dan juga obat disusun lagi sesuai dengan alfabet
agar memudahkan pengambilan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
29
Lampiran 2 Denah Ruangan Apotek Ragasi
30
Lampiran 3 Lokasi Apotek Ragasi
31
Lampiran 4 Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
32
Lampiran 5 Surat Izin Apotek
33
Lampiran 6 Struktur Organisasi Apotek
34
Lampiran 7 Jadwal Praktik Apoteker
35
Lampiran 8 Fasilitas Apotek Ragasi
36
Lampiran 9 Contoh List Obat
37
Lampiran 10 Copy Resep
38
Lampiran 11 Kartu Stok
39
Lampiran 12 Alur
1. ALUR RESEP Pelayanan
DAN NON RESEP Resep dan Non Resep
CEK KELENGKAPAN
RESEP/COPYRESEP DAN CEK PASIEN PERMINTAAN BELI
KEASLIAN RESEP/ COPY OBAT
RESEP
OBAT DISIAPKAN
OBAT DISIAPKAN
40
Lampiran 13 Etiket
APOTEK RAGASI
Jl. Perum Puri Raya Asri Karawang .Tlp 087788557732
Apoteker : apt. Riyan Sofyana Rinaldi S.Farm
SIPA : 503/4052/118/SIP.A/IX/DPMPTSP/2019
NO. Tgl.
tablet
......... x sehari ........... bungkus
Kapsul
Sebelum/saat/setelah makan
APOTEK RAGASI
Jl. Perum Puri Raya Asri Karawang .Tlp 087788557732
Apoteker : apt. Riyan Sofyana Rinaldi S.Farm
SIPA : 503/4052/118/SIP.A/IX/DPMPTSP/2019
NO. Tgl.
OBAT LUAR
41
Lampiran 14 Form Konseling
Apoteker
42
Lampiran 15 Form Pelayanan Informasi Obat
43
Apoteker yang menjawab :
…………………………………………………………………………
Tanggal : ……………………………… Waktu :
…………………………………. Metode Jawaban :
Lisan/Tertulis/Telepon )*
apt.
Riyan Sofyana R
44
Lampiran 16 Dokumentasi PKPA
45
Lampiran 17 Logbook PKPA Apotek
46
Lampiran 18 Dokumen Pembimbingan Dengan Dosen Pembimbing Fakultas
47
Lampiran 19 Jadwal & Absensi PKPA
48
49