Anda di halaman 1dari 7

Lex Crimen Vol. VII/No.

7/Sept/2018

BATAS-BATAS BERLAKUNYA KETENTUAN kompetensi pengadilan Indonesia untuk


PIDANA DALAM PERATURAN PERUNDANG- memeriksa dan memutusnya.
UNDANGANAN MENURUT TEMPAT (PASAL 2 Kata kunci: Batas-batas Berlakunya Ketentuan
SAMPAI 8 KUHP) DARI ASPEK PERLINDUNGAN Pidana, Peraturan Perundang-undangan,
TERHADAP WARGA NEGARA INDONESIA DI Menurut Tempat, Aspek Perlindungan, Warga
LUAR NEGERI1 Negara Indonesia di Luar Negeri.
Oleh : Syalom Walintukan2
PENDAHULUAN
ABSTRAK A. Latar Belakang Masalah
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Batas-batas berlakunya aturan pidana dalam
mengetahui bagaimana pengaturan batas-batas peraturan perundang-undangan Indonesia
berlakunya ketentuan pidana dalam peraturan menurut tempat yang diatur dalam Pasal 2
perundang-undangan menurut tempat dalam sampai dengan Pasal 8 KUHP. Batas-batas
Pasal 2 sampai dengan Pasal 8 KUHP dan berlakunya aturan pidana menurut waktu, yaitu
bagaimana pengaturan dalam Pasal 2 sampai jika suatu perbuatan tidak tercakup oleh salah
Pasal 8 KUHP dilihat dari aspek perlindungan satu dari asas tersebut, yang dirumuskan dalam
terhadap Warga Negara Indonesia yang Pasal 2 sampai dengan Pasal 8 KUHP, maka
menjadi korban kejahatan di luar wilayah perbuatan tersebut tidak dapat dituntut
Indonesia dan pelakunya bukan Warga Negara dengan menggunakan aturan pidana Indonesia.
Indonesia. Dengan menggunakan metode Jika suatu perbuatan tidak tercakup oleh salah
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. satu asas tersebut maka pada diri orang itu
Pengaturan batas-batas berlakunya ketentuan terdapat suatu alasan untuk tidak dapat
pidana dalam peraturan perundang-undangan dituntut, yang dalam kepustakaan hukum
menurut tempat dalam Pasal 2 sampai dengan disebut sebagai “alasan penghapus
3
Pasal 8 KUHP, yaitu: 1) dalam Pasal 2 diatur penuntutan”. Dengan kata lain, pengadilan
mengenai asas territorial sedangkan dalam Indonesia tidak memiliki kompetensi
Pasal 3 diatur perluasan asas territorial yaitu (wewenang) untuk mengadili dan memutus
terhadap kendaraan air dan pesawat udara perbuatan yang bersangkutan, sehingga
Indonesia; 2) dalam sebagian dari Pasal 4 diatur terhadap perbuatan itu juga tidak dapat
asas nasional pasif (perlindungsn) sedangkan dilakukan penuntutan.
dalam Pasal 7 diatur perluasan terhadap asas Dalam kenyataan adakalanya terjadi
nasional pasif (personal) ini; 3) dalam Pasal 5 perbuatan yang dapat menjadi persoalan
diatur asas nasional aktif (personal) sedangkan berkenaan dengan batas-batas berlakunya
dalam Pasal 8 diatur perluasan asas nasional aturan pidana menurut tempat itu. Contohnya
aktif (personal) ini; dan 4) dalam sebagian dari dapat dikemukakan suatu berita dalam media
rumusasn Pasal 4 diatur mengenai asas elektronik Okezone, tanggal 28 Maret 2018,
universal. 2. Peristiwa di mana seorang WNI memuat berita berjudul “Perempuan WNI
menjadi korban kejahatan (victim) di luar Dibunuh Kekasihnya Asal Amerika di Kamboja”,
Wilayah Indonesia di suatu negara asing – juga di mana diberitakan antara lain, Seorang
bukan terjadi di kendaraan air atau pesawat perempuan warga negara Indonesia (WNI)
udara indonesia, juga pelakunya bukan seorang bernama Enen Cahyati dibunuh oleh pria asal
WNI, juga bukan persoalan Amerika Serikat (AS) bernama Bilal Abdul
meterai/merek/surat hutang yang Fateen di Phnom Penh, Kamboja. Korban
dikeluarkan/digunakan/menjadi tanggungan ditemukan tak bernyawa di sebuah kamar di
Pemerintah Indonesia, serta juga bukan kasus Hotel Hometown Suite pada 25 Maret.
pemalsuan mata uang/uang kertas atau Melansir dari Cambodia Expats Online, pria
pembajakan di laut atau di pesawat udara berusia 66 tahun itu memesan kamar hotel
merupakan peristiwa yang bukan menjadi bersama Enen pada 19 Maret. Staf hotel
mencium bau tidak sedap dari kamar hotel
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Adi T. Koesoemo,
tempat pasangan kekasih itu menginap dan
SH., MH; Roy R. Lembong, SH., MH
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat. NIM.
3
14071101296 Ibid., hlm. 137.

70
Lex Crimen Vol. VII/No. 7/Sept/2018

melihat ada gembok baru di pintu. Sejumlah 2. Bagaimana pengaturan dalam Pasal 2
staf hotel lantas mendobrak masuk dan sampai Pasal 8 KUHP dilihat dari aspek
memanggil polisi ketika melihat jenazah perlindungan terhadap Warga Negara
perempuan 47 tahun itu tergeletak tak Indonesia yang menjadi korban kejahatan
bernyawa dengan luka bekas cekikan. di luar wilayah Indonesia dan pelakunya
Sementara itu, Bilal Abdul Fateen asal Illinois bukan Warga Negara Indonesia?
sudah terlebih dahulu kabur dari tempat
kejadian. Direktur Perlindungan WNI dan BHI C. Metode Penelitian
Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhammad Penelitian yang digunakan untuk penulisan
Iqbal mengatakan, pihak Kedutaan Besar RI skripsi ini dikenal sebagai penelitian hukum
(KBRI) Phnom Penh sudah mengetahui kasus normatif. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji
pembunuhan tersebut. Enen diduga dibunuh Pengertian penelitian hukum normatif
tiga hari sebelum jasadnya ditemukan di kamar dijelaskan dengan memberikan uraian bahwa,
hotel.4 “penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
Berita ini tentang seorang Warga Negara meneliti bahan pustaka atau data sekunder
Indonesia yang dibunuh oleh seorang Warga belaka, dapat dinamakan penelitian hukum
Negara Amerika Serikat ketika berada di Kota normatif atau penelitian hukum kepustakaan
Pnom Penh, Kamboja. Hal ini menimbulkan (di samping adanya penelitian sosiologis atau
pertanyaan tentang pengaturan dari asas-asas empiris yang terutama meneliti data primer)”.5
berlakunya aturan pidana menurut tempat Jadi penelitian hukum nomatif merupakan
yang diatur dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti
8 KUHP, serta apakah pengaturan tersebut bahan pustaka atau juga seringdikatakan
mencakup peristiwa yang terjadi di luar wilayah sebagai penelitian terhadap data sekunder.
Indonesia di mana seorang Warga Negara
Indonesia menjadi korban dari seorang Warga PEMBAHASAN
Negara dari Negara lainnya lagi. Hal ini akan A. Pengaturan Batas-batas Berlakunya
menentukan apakah pelaku tersebut, jika dapat Ketentuan Pidana menurut Tempat dalam
ditangkap oleh pemerintah Indonesia, Pasal 2 – 8 KUHP
selanjutnya dapat diadili di Indonesia atau Menurut para ahli hukum pidana, batas-
tidak. batas berlakunya ketentuan pidana dalam
Uraian sebelumnya menunjukkan adanya peraturan perundang-undangan dapat
urgensi untuk membahas masalah tersebut dibedakan atas batas-batas berlakunya
sehingga dapat rangka kewajiban untuk menulis ketentuan pidana menurut waktu dan batas-
skripsi pokok itu telah dipilih untuk dibahas di batas berlakunya ketentuan pidana menurut
bawah judul “Batas-batas Berlakunya tempat.6 Dalam KUHP, batas berlakunya
Ketentuan Pidana dalam Peraturan Perundang- ketentuan pidana menurut waktu diatur dalam
undanganan Menurut Tempat (Pasal 2 sampai 8 Pasal 1 KUHP, sedangkan batas-batas
KUHP) dari Aspek Perlindungan terhadap berlakunya ketentuan pidana menurut tempat
Warga Negara Indonesia di Luar Negeri”. diatur dalam Pasal 2 sampai Pasal 8 KUHP.
Pasal 2 sampai Pasal 8 KUHP yang mengatur
B. Rumusan Masalah batas berlakunya ketentuan pidana menurut
1. Bagaimana pengaturan batas-batas tempat itu mengandung 4 (empat) asas, yaitu:
berlakunya ketentuan pidana dalam 1. Asas territorial; 2. Asas nasional aktif atau
peraturan perundang-undangan menurut asas personal; 3. Asas nasional pasif atau asas
tempat dalam Pasal 2 sampai dengan perlindungan, dan 4. Asas universal. Empat asas
Pasal 8 KUHP? tersebut akan dibahas satu persatu berikut ini.
1. Asas Teritorial

4
Okezone, “Perempuan WNI Dibunuh Kekasihnya Asal
5
Amerika di Kamboja”, Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
https://news.okezone.com/read/2018/03/28/18/1879126 Normatif. Suatu Tinjauan Singkat, ed. 1, cet. 16, Rajawali
/perempuan-wni-dibunuh-kekasihnya-asal-amerika-di- Pers, Jakarta, 2014, hlm. 13-14.
6
kamboja, diakses tanggal 30/03/2018 J.M. van Bemmelen, Op.cit., hlm. 85.

71
Lex Crimen Vol. VII/No. 7/Sept/2018

Asas teritorial, yangjuga dikenal sebagai pengadilan Indonesia tetap memiliki


asas wilayah, merupakan suatu asas yang kewenangan mengadili. Tindak-tindak
menyatakan bahwa perundang-undangan pidana yang disebutkan secara khusus,
hukum pidana berlaku bagi semua yaitu:
perbuatan pidana (tindak pidana) yang 1. Salah satu kejahatan tersebut dalam
terjadi di dalam wilayah Negara, baik Bab I (Kejahatan terhadap Keamanan
dilakukan oleh warga negaranya sendiri Negara) dan Buku II (Kejahatan
maupun oleh orang asing.7 Yang penting terhadap Martabat Presiden dan
untuk asas teritorial ini, yaitu tindak pidana Wakil Presiden) dari Buku II KUHP.
itu terjadi di dalam wilayah Negara, dalam 2. Pasal 160, 161, 240, 279, 450, dan 451
hal ini wilayah Negara Republik Indonesia, KUHP.
atau tiondak pidana itu dilakukan di Pasal 5 ayat (1) ke 1, bersifat lebih umum.
Indonesia. Asas ini terdapat dalam Pasal 2 Terhadap WNI diterapkan asas ini jika
KUHP yang menyatakan bahwa, “Ketentuan melakukan suatu kejahatan (misdrijven)
pidana dalam perundang-undangan menurut undang-undang Indonesia
Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang sedangkan menurut undang-undang negara
melakukan sesuatu tindak pidana dimana perbuatan dilakukan diancam
di Indonesia”.8 dengan pidana. Di sini hanya dikatakan
“menurut undang-undang negara dimana
2. Asas Nasional Aktif atau Asas Personal perbuatan dilakukan diancam dengan
Asas nasional aktif atau asas personal, yaitu pidana”, sebab mungkin negara lain itu tidak
perundang-undangan hukum pidana berlaku mengenal klasifikasi tindak pidana atas
bagi semua perbuatan pidana yang Kejahatan dan Pelanggaran seperti
dilakukan oleh warganegaranya, di mana Indonesia.
saja, juga di luar wilayah Negara. 9 Asas ini Asas nasionalitas aktif/personalitas dijadikan
diatur dalam Pasal 5 KUHP, sedangkan dasar dalam Putusan MA No. 150K/Kr.1972,
dalam Pasal 7 KUHP ada perluasan terhadap 7-6-1978, berkenaan dengan terdakwa
asas nasionalitas aktif. seorang Warga Negara Indonesia yang
Menurut Pasal 5 ayat (1) KUHP, ketentuan ketika berada di Hongkong telah melakukan
pidana dalam perundang-undangan pembunuhan dan mengajukan alasan kasasi
Indonesia diterapkan bagi warga negara bahwa hakim Indonesia tidak berwenang
yang di luar Indonesia melakukan: mengadili karena perbuatan pidana yang
1. salah satu kejahatan tersebut dalam didakwakan terjadi di Hongkong, di luar
Bab I dan II Buku Kedua dan pasal- wilayah hukum Republik Indonesia. Tetapi
pasal 160, 161, 240, 279, 450, dan alasan ini dinyatakan tidak dapat diterima
451. oleh pengadikan karena hakim pengadilan RI
2. salah satu perbuatan yang oleh suatu berwenang mengadili berdasarkan
ketentuan pidana dalam perundang- ketentuan KUHP Pasal 5.10
undangan Indonesia dipandang
sebagai kejahatan, sedangkan 3. Asas Nasionalitas Pasif
menurut perundang-undangan negara Asas nasional pasif11 atau asas
12
dimana perbuatan dilakukan diancam perlindungan, yaitu aturan pidana suatu
dengan pidana. Negara berlaku bagi perbuatan yang
Dalam Pasal 5 ayat (1) ke 1 disebutkan dilakukan di luar wilayah tetapi merugikan
secara khusus beberapa tindak pidana kepentingan nasional (Negara). Asas
tertentu. Untuk tindak-tindak pidana nasionalitas pasif terdapat dalam sebagian
tersebut, sekalipun perbuatan itu tidak dari Pasal 4 KUHP, yaitu pada bagian kalimat
diancam pidana dalam undang-undang (frasa) yang menentukan bahwa ketentuan
negara di mana perbuatan dilakukan,
10
Chidir Ali, Yurisprudensi Hukum Pidana Indonesia. Jilid 1,
7
Moeljatno, Op.cit., hlm. 38. Armico, Bandung, 1986, hlm. 61.
8 11
Tim Penerjemah BPHN. Op.cit., hlm. 13. Moeljatno, Op.cit., hlm. 40.
9 12
Moeljatno, Op.cit., hlm. 38. J.M. van Bemmelen, Op.cit., hlm. 86.

72
Lex Crimen Vol. VII/No. 7/Sept/2018

pidana dalam perundang-undangan 2. suatu kejahatan mengenai mata uang


Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh
melakukan di luar Indonesia: negara atau bank, …;
1. salah satu kejahatan berdasarkan 3. …
Pasal-pasal 104, 106, 107,108,dan 4. salah satu kejahatan yang tersebut dalam
131. Pasal-pasal 438, 444 sampai dengan 446
2. suatu kejahatan … mengenai meterai tentang pembajakan laut dan Pasal 447
yang dikeluarkan dan merek yang tentang penyerahan kendaraan air
digunakan oleh Pemerintah Indonesia. kepada kekuasaan bajak laut dan Pasal
3. pemalsuan surat hutang atau 479 huruf j tentang penguasaan pesawat
sertifikat hutang atas tanggungan udara secara melawan hukum, Pasal 479
Indonesia, atas tanggungan suatu huruf I, m, n, dan o tentang kejahatan
daerah atau bagian daerah Indonesia, yang mengancam keselamatan
termasuk pula pemalsuan talon, tanda penerbangan sipil.
dividen atau tanda bunga, yang Asas universal terdapat dalam sebagian dari
mengikuti surat atau sertifikat itu, dan rumusan Pasal 4 ke 2 KUHP, yaitu bagian
tanda yang dikeluarkan sebagai kalimat yang menyatalan “suatu kejahatan
pengganti surat tersebut, atau mengenai mata uang atau uang kertas yang
menggunakan surat-surat tersebut di dikeluarkan oleh negara atau bank“, karena
atas, yang palsu atau dipalsukan, dalam rumusan tersebut “tidak lagi
seolah-olah asli dan tidak dipalsu; dipersoalkan mata uang negara mana, di
4. …. mana dilakukan dan siapa pembuatnya”.16
Kejahatan yang disebutkan dalam Pasal 4 ke Semula bagian kalimat ini berbunyi “suatu
1 KUHP, yaitu Pasal 104 (Makar dengan kejahatan mengenai mata uang atau uang
maksud untuk membunuh, atau merampas kertas yang dikeluarkan oleh negara atau
kemerdekaan, atau meniadakan bank yang berlaku sah di Hindia Belanda“,
kemampuan Presiden atau Wakil Presiden tetapi kemudian Belanda menjadi anggota
memerintah), Pasal 106 (Makar dengan Konvensi Jenewa 20 April 1929, yaitu
maksud supaya seluruh atau sebagian dari International Convention for the Suppression
wilayah Negara), Pasal 107 (Makar dengan of Counterfeiting Currency, yang tujuannya
maksud untuk menggulingkan pemerintah), memberantas pemalsuan uang secara
108 (pemberontakan), dan Pasal 131 internasional. Berdasarkan keanggotaan
(penyerangan terhadap diri presiden atau dalam Konvensi ini maka kata-kata “yang
Wakil Presiden). berlaku sah di Hindia Belanda”, dihapuskan.

4. Asas Universal B. Pengaturan dalam Pasal 2 sampai Pasal 8


Asas universal13 yang bertujuan melindungi KUHP dilihat dari aspek perlindungan
kepentingan internasional14 yaitu kejahatan terhadap WNI yang menjadi korban
mengenai pemalsuan mata uang dan uang kejahatan di luar wilayah Indonesia
kertas (Pasal 4 ke 2 KUHP) dan kejahatan Dapat terjadi bahwa seorang WNI saat
pembajakan (Pasal 4 ke 4 KUHP).15 berada di luar wilayah Indonesia atau dengan
Asas universalitas terdapat dalam sebagian kata lain sedang berada di luar negeri menjadi
dari Pasal 4 KUHP, yaitu ketentuan pidana korban suatu kejahatan, di mana pelakunya
dalam perundang-undangan Indonesia seseorang yang bukan WNI. Jika pelaku
diterapkan bagi setiap orang yang seorang WNI sudah tentu dapat diterapkan
melakukan di luar Indonesia: Pasal 4 ke 2 KUHP mengenai asas nacional aktif
1. … atau asas personal, sehingga pengadilan
Indonesia memiliki kompetensi untuk
memeriksa dan memutus peristiwa tersebut.

13
Ibid., hlm. 40.
14 16
Ibid. Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta,
15
Ibid. Jakarta, 2010, hlm. 75.

73
Lex Crimen Vol. VII/No. 7/Sept/2018

Berbeda halnya jika pelaku bukan WNI, Jadi, peristiwa seorang WNI menjadi korban
dalam hal ini dapat diberikan contoh peristiwa kejahatan di luar Wilayah Indonesia di suatu
Contohnya dapat dikemukakan suatu berita negara asing, adalah peristiwa di mana WNI
dalam dedia elektronik Okezone, tanggal 28 merupakan korban (victim) tindak pidana.
Maret 2018, memuat berita berjudul Berbeda dengan asas nasional aktif atau
“Perempuan WNI Dibunuh Kekasihnya Asal personal di mana WNI merupakan pelaku
Amerika di Kamboja”, di mana diberitakan dari tindak pidana. Dengan demikian,
tentang seorang Warga Negara Indonesia yang peristiwa di mana seorang WNI menjadi
dibunuh oleh seorang Warga Negara Amerika korban kejahatan di luar Wilayah Indonesia
Serikat ketika berada di Kota Pnom Penh, di suatu negara asing, tidak termasuk
Kamboja.17 Dalam hal ini, perisiwa seperti itu cakupan asas nasional aktif atau personal.
perlu diteliti satu persatu Pasal 2 sampai Pasal 8 3. Dilihat dari sudut asas nasional pasif dalam
KUHP yang mengandung 4 (empat) macam asas sebagian dari Pasal 4 dan perluasannya
tentang batas berlakunya ketentuan pidana dalam Pasal 8 KUHP.
dalam peraturan perundang-undangan Asas nasionalitas pasif dalam Pasal 4 KUHP
Indonesia. bertujuan melindungi kepentingan nasional
1. Dilihat dari sudut asas teritorial (Pasal 2) dan Indonesia. Kepentingan nasional yang
perluasan asas teritorial (Pasal 3 KUHP). dilanggar juga sudah ditentukan secara
Asas teritorial dalam Pasal 2 KUHP terbatas (limitatif) dalam Pasal 4, yaitu: 1)
merupakan asas bahwa ketentuan pidana salah satu kejahatan berdasarka Pasal 104,
dalam peraturan perundangan-undangan 106, 107, 108 dan 131 KUHP; 2) kejahatan
Indonesia berlaku untuk setiap orang yang mengenai meterai yang dikeluarkan
melakukan tindak pidana di Indonesia; danmerk yang digunakan oleh Pemerintah
sedangkan perluasan asas territorial dalam Indonesia; dan 3) pemalsuan surat hutang
Pasal 3 menentukan adanya perluasan atau sertifikat hutang atas tanggungan
kompetensi pengadilan Indonesia untuk Indonesia dan sebagainya. Perluasan asas
tindak pidana di luar wilayah Indonesia nasional pasif dalam Pasal 8 berkenaan
tetapi dalam keadaan air atau pesawat dengan kepentingan Indonesia yaitu
udara Indonesia. bertujuan melindungi kepentingan
Jadi, peristiwa di mana seorang WNI pelayaran Indonesia.
menjadi korban kejahatan di luar Wilayah Asas ini tidak melindungi kepentingan
Indonesia di suatu negara asing, tidak perseorangan warga negara Indonesia.
termasuk cakupan asas territorial yang Jadi, kepentingan WNI terhadap nyawanya
berkenaan dengan tindak pidana di wilayah atau harta bendanya tidak termasuk dalam
Indonesia atau setidak-tidaknya nya dalam cakupan asas nasional pasif. Dengand
kendaraan air atau peswat udara Indonesia. emikian, peristiwa seorang WNI yang
2. Di lihat dari sudut asas nasional aktif atau menjadi korban kejahatan saat berada di
asas personal dalam Pasal 5 dan luar wilayah Indonesia atau di luar negeri,
perluasannya dalam Pasal 7 KUHP. tidak termasuk cakupan asas nasional pasif.
Asas nasional aktif atau asas personal dalam 4. Dilihat dari sudut asas universal dalam
Pasal 5 berkenaan dengan pelaku tindak sebagian dari Pasal 4 KUHP.
pidana yang WNI. Perluasan dalam Pasal 7 Asas universal18 bertujuan melindungi
berkenaan dengan pejabat sebagai pelaku kepentingan internasional,19 sehingga ada
tindak pidana yang melakukan kejahatan tindak-tindak pidana tertentu yang dapat
jabatan (Buku II Bab XXVIII) pada saat tugas diadili oleh Negara manapun juga tanpa
di luar negeri, di mana pejabat ini dapat WNI melihat di mana tempat dilakukan dan siapa
ataupun warga negara asing tapi bekerja yang melakukan. Tindak pidana yang
pada kantor Indonesia, misalnya kerja di termasuk ke dalam asas universal ini
Kedutaan Indonesia. menurut KUHP yaitu tindak pidana
(kejahatan) mengenai pemalsuan mata uang

18
Moeljatno, Op.cit., hlm. 40.
17 19
Okezone, Loc.cit. Ibid.

74
Lex Crimen Vol. VII/No. 7/Sept/2018

dan uang kertas (Pasal 4 ke 2 KUHP) dan memenuhi perasaan keadilan masyarakat
tindak pidana (kejahatan) pembajakan, baik Indonesia.
pembajakan di laut maupun pembajakan di
pesawat udara (Pasal 4 ke 4 KUHP). PENUTUP
Jadi, peristiwa di mana seorang WNI A. Kesimpulan
menjadi korban kejahatan di luar Wilayah 1. Pengaturan batas-batas berlakunya
Indonesia di suatu negara asing, tidak ketentuan pidana dalam peraturan
termasuk cakupan asas universal yang perundang-undangan menurut tempat
ditujukan kepada pelaku tindak pidana dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 8
pemalsuan mata uan dan uang kertas (Pasal KUHP, yaitu: 1) dalam Pasal 2 diatur
4 ke 2 KUHP) dan tindak pidana pembajakan mengenai asas territorial sedangkan
di laut dan pembajakan udara (Pasal 4 ke 4 dalam Pasal 3 diatur perluasan asas
KUHP). territorial yaitu terhadap kendaraan air
Bahasan yang dilakukan menunjukkan dan pesawat udara Indonesia; 2) dalam
bahwa peristiwa di mana seorang WNI menjadi sebagian dari Pasal 4 diatur asas nasional
korban kejahatan (victim) di luar Wilayah pasif (perlindungsn) sedangkan dalam
Indonesia di suatu negara asing – juga bukan Pasal 7 diatur perluasan terhadap asas
terjadi di kendaraan air atau pesawat udara nasional pasif (personal) ini; 3) dalam
indonesia, juga pelakunya bukan seorang WNI, Pasal 5 diatur asas nasional aktif
juga bukan persoalan meterai/merek/surat (personal) sedangkan dalam Pasal 8
hutang yang dikeluarkan/digunakan/menjadi diatur perluasan asas nasional aktif
tanggungan Pemerintah Indonesia, serta juga (personal) ini; dan 4) dalam sebagian dari
bukan kasus pemalsuan mata uang/uang kertas rumusasn Pasal 4 diatur mengenai asas
atau pembajakan di laut atau di pesawat udara universal.
- , merupakan peristiwa yang bukan menjadi 2. Peristiwa di mana seorang WNI menjadi
kompetensi pengadilan Indonesia untuk korban kejahatan (victim) di luar Wilayah
memeriksa dan memutusnya. Contohnya Indonesia di suatu negara asing – juga
peristiwa pembunuhan terhadap WNI yang bukan terjadi di kendaraan air atau
terjadi di luar negeri karena motif-motif pribadi pesawat udara indonesia, juga pelakunya
dan pelakunya juga bukan WNI, yang bukan bukan seorang WNI, juga bukan
merupakan kompetensi pengadilan Indonesia persoalan meterai/merek/surat hutang
karena tidak termasuk ke dalam baik asas yang dikeluarkan/digunakan/menjadi
territorial, asas nasional aktif, asas nasional tanggungan Pemerintah Indonesia, serta
pasif, maupun asas universal. juga bukan kasus pemalsuan mata
Hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak uang/uang kertas atau pembajakan di
puas jika pelaku melarikan diri dari negaranya laut atau di pesawat udara - ,
sendiri dan kemudian datang ke Indonesia, merupakan peristiwa yang bukan
sedangkan menurut hukum pidana Indonesia menjadi kompetensi pengadilan
tidak dapat diambil tindakan hukum apapun Indonesia untuk memeriksa dan
kepada tersangka pelaku karena tidak tercakup memutusnya.
dalam batas-batas berlakunya ketentuan
pidana dalam peraturan perundang-undangan B. Saran
Indonesia. 1. Untuk sistematika yang lebih teratur
Oleh karenanya ada baiknya jika dalam Pasal sebaiknya Pasal 4 yang sebagiannya
4 ke 3 KUHP yang mengenai asas nasional pasif mengatur asas nasional pasif
(perlindungan) dapat ditambahkan daftar (perlindungan) dan sebagian yang lain
tindak pidana (kejahatan) yang dipandang mengatur asas universal, dipecah
berat, seperti antara lain tindak pidana menjadi 2 (dua) pasal di mana pasal yang
pembunuhan terhadap WNI Indonesia yang satu mengatur asas nasional aktif
dilakukan di luar Indonesia, sehingga dapat (perlindungan) dan pasal yang lain
diadili oleh pengadilan Indonesia. Penambahan mengatur asas universal.
ketentuan seperti ini akan lebih dapat

75
Lex Crimen Vol. VII/No. 7/Sept/2018

2. Sebaiknya jika dalam Pasal 4 ke 3 KUHP Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta,
yang mengenai asas nasional pasif 1983.
(perlindungan) dapat ditambahkan daftar Utrecht, E., Hukum Pidana I, Penerbitan
tindak pidana (kejahatan) yang Universitas, Bandung, 1960
dipandang berat, seperti antara lain Wallace, Rebecca M., Hukum Internasional
tindak pidana pembunuhan terhadap terjemahan oleh Bambang Arumanadi
WNI Indonesia yang dilakukan di luar dari International Law, IKIP Semarang
Indonesia, sehingga dapat diadili oleh Press, Semarang, 1993.
pengadilan Indonesia Penambahaan Woodford, Kate et al (ed.), Cambridge Advance
ketentuan seperti ini akan lebih dapat Learner’s Dictionary, Cambridge
memenuhi perasaan keadilan masyarakat University Press, Cambridge, 2003.
Indonesia.
Sumber Internet:
DAFTAR PUSTAKA Friskamamalu, “Sistem Peradilan Pidana”,
Chidir Ali, Yurisprudensi Hukum Pidana https://friskamanalu.wordpress.com/201
Indonesia. Jilid 1, Armico, Bandung, 1986. 3/06/04/sistem-peradilan-pidana/,
Ali, Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet.2, diakses tanggal 07/04/2018.
Sinar Grafika, Jakarta, 2012. Okezone, “Perempuan WNI Dibunuh
Bemmelen, J.M. van, Hukum Pidana 1. Hukum Kekasihnya Asal Amerika di Kamboja”,
Pidana Material Bagian Umum https://news.okezone.com/read/2018/0
terjemahan Hasnan dari Ons Strafrecht. 3/28/18/1879126/perempuan-wni-
Het materiele strafrecht algemeen deel, dibunuh-kekasihnya-asal-amerika-di-
Binacipta, Jakarta, 1984. kamboja, diakses tanggal 30/03/2018
Kelsen, Hans, Teori Umum tentang Hukum dan
Negara, terjemahan raisul Muttaqien Peraturan Perundang-undangan:
dari General Theory of Law and State, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1976 tentang
cet.7, Nusa Media, Bandung, 2011. Perubahan Dan Penambahan Beberapa
Hamzah, Andi, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Pasal Dalam Kitab Undang Undang
Cipta, Jakarta, 2010. Hukum Pidana Bertalian Dengan
Lamintang, P.A.F. dan F.T. Lamaintang, Dasar- Perluasan Berlakunya Ketentuan
dasar Hukum Pidana di Indonesia, Sinar Perundang-undangan Pidana, Kejahatan
Grafika, Jakarta, 2014. Penerbangan, Dan Kejahatan Terhadap
Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan Sarana/Prasarana Penerbangan
Tertulis di Indonesia, Rajawali Pers, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Jakarta, 2012. Tahun 1976 Nomor 26, Tambahan
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet.2, Lembaran Negara Republik Indoensia
Bina Aksara, Jakarta, 1984. Nomor 3080).
______, Perbuatan Pidana dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang
Pertanggungjawaban dalam Hukum Perairan Indonesia (Lembaran Negara
Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1983. Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor
Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, cet.4, Rajawali 73, Tambahan Lembaran Negara
Pers, Jakarta, 2013. Republik Indonesia Nomor 3647).
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Pidana di Indonesia, cet. 3, PT Eresco, Penerbangan (Lembaran Negara Republik
Jakarta-Bandung, 1981. Indonesia Tahun 2009 Nomor 1).
Soesilo, R., Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Serta Komentar-
komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
Politeia, Bogor, 1991.
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
Nasional (BPHN), Kitab Undang-Undang

76

Anda mungkin juga menyukai