Anda di halaman 1dari 11

Studi Kasus Tentang Akomodasi Pembelajaran…(Ika Rahmawati) 157

STUDI KASUS TENTANG AKOMODASI PEMBELAJARAN UNTUK ANAK


BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA KELAS III
DI SD N KARANGANYAR YOGYAKARTA

CASE STUDY ABOUT LEARNING ACCOMMODATION FOR CHILDREN WITH LEARNING


DISABILITIES IN MATHEMATICS 3rd GRADE IN SD N KARANGANYAR YOGYAKARTA

Oleh:
Ika Rahmawati
Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Yogyakarta
Ika46rahmawati@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang akomodasi
pembelajaran untuk siswa berkesulitan belajar matematika kelas III di SD N Karanganyar Yogyakarta.
Aspek yang diteliti dalam akomodasi pembelajaran yaitu materi dan cara pengajaran, tugas dan penilaian,
tuntutan waktu, dan lingkungan belajar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
jenis studi kasus (case study). Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas III. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas III SD N Karanganyar Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan model
interaktif dari Miles dan Huberman dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Untuk menguji keabsahan data digunakan uji kredibilitas dengan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru kelas III telah melakukan beberapa
akomodasi pembelajaran. Akomodasi dalam materi dan cara pengajaran, guru telah membuat isyarat
yang membangun perhatian siswa, menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami, mengulang
penjelasan materi, memberikan akses materi dan menyoroti kata kunci materi pokok. Tugas dan penilaian,
guru sudah menjelaskan dan mengulangi petunjuk tugas secara lisan serta membolehkan siswa
menggunakan alat bantu hitung. Tuntutan waktu dan penjadwalan, guru sudah memberikan tambahan
waktu dan membantu memfokuskan untuk mengelompokkan tugas dari mudah ke sulit. Lingkungan
pembelajaran, guru memberikan keleluasaan gerak siswa untuk memperoleh posisi duduk yang nyaman,
memberikan umpan balik secara lisan atau tulisan dan memberikan penghargaan verbal atau non verbal.
Kata kunci: akomodasi pembelajaran, siswa berkesulitan belajar matematika.

Abstract
The aim of this research is to understand and describe the learning accommodation of children
with learning disabilities in mathematics 3rd grade in SD N Karanganyar Yogyakarta. The aspects that
can be researched in the learning accommodation are material and instruction technique, assignment
and evaluation, time demand and schedule, and learning environment. The research is a descriptive
qualitative study and belongs to case study. The subject is teacher of 3rd grade. The research was
undertaken in 3rd grade SD N Karanganyar Yogyakarta. The technique of data collection used in the
research are observation, interview and documentation. The data was analyzed use model interactive
from Miles and Huberman by the steps of data reduction, presentation and conclusion. Test credibility
with triangulation of sources and technique was used as a test validation. The results shows that the 3rd
grade has done some forms of learning accommodation. In term of material and technique instruction,
the teacher have made some signs that can attract student attention, explained with understandable
language, repeated the previous material given and also gave access knowing the materials and highlight
the keywords of the principal material. Interm of assignment and evaluation, the teacher have explained
and repeated the assignment instruction verbally and allowed the student to use calculation tool. In term
of time demand and schedule, the teacher have given additional time and helped the student to focus on
the categorizing the task item from easy to difficult. In term of learning environment, the teacher gave
students freedom to choose comfortable seat and position, the teacher have given written and verbal
feedback and verbal and non-verbal.
Keywords: learning accomodation, student with learning disabilities in mathematics.
158 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 7 No 2 Tahun 2018

Pendahuluan tersebut menjadikan guru kelas sebagai satu-


satunya komponen pembelajaran yang harus
Pendidikan merupakan salah satu faktor mengakomodasi segala jenis perbedaan siswa.
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Adanya kelas inklusi banyak
Setiap bentuk aspek kehidupan manusia baik memposisikan guru kelas reguler pada situasi
pribadi, keluarga, kelompok maupun dalam yang sulit. Dengan latar pendidikan yang tidak
berbangsa dan bernegara yang sedang dibekali tentang bagaimana menangani ABK
membangun, banyak ditentukan oleh kemajuan termasuk anak berkesulitan belajar matematika,
pendidikan (Zakiyah Drajat, 2000: 15). Untuk guru kelas reguler juga memiliki tanggung
memperoleh kesejahteraan hidup yang lebih jawab untuk memberikan pembelajaran yang
baik seluruh lapisan masyarakat berhak dapat diterima semua siswa dikelasnya. Pada
mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan akhirnya untuk meningkatkan kualitas
kondisi apapun tidak terkecuali anak pembelajaran tanggung jawab guru kelas reguler
berkebutuhan khusus (ABK). menjadi lebih banyak. Hal ini seperti yang
Pemerintah memberikan kesempatan terjadi di kelas III SD N Karanganyar. Di kelas
pendidikan kepada ABK dengan menyediakan tersebut belum ada guru pendamping khusus
program pelayanan yang mudah diakses oleh (GPK), sehingga proses pembelajaran guru
ABK termasuknya anak berkesulitan belajar reguler mengupayakan sendiri agar siswa
matematika, yakni melalui sistem pendidikan memahami pelajaran. Sedangkan GPK dengan
inklusif. Pendidikan inklusif menurut jumlah yang masih terbatas ditugaskan melayani
Mohammad Takdir Ilahi (2013: 50) merupakan siswa ABK dikelas khusus.
pendidikan yang berusaha mengakomodasi Berdasarkan pengamatan di lapangan
segala jenis perbedaan dari peserta didik. pada bulan Februari 2017 di kelas III SD N
Akomodasi menurut Lerner & Kline (2006) Karanganyar Yogyakarta, ditemukan satu siswa
dalam Sari Rudiyati, dkk., (2010: 190) adalah dengan nilai rata-rata rendah khususnya pada
penyesuaian dan modifikasi program mata pelajaran matematika. Siswa yang diduga
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan anak mengalami berkesulitan belajar matematika ini
dengan kebutuhan khusus. pendiam. Saat mengerjakan soal matematika
Pemenuhan kebutuhan belajar yang siswa tersebut nampak gelisah ditengah teman-
dapat diakomodasi pada saat proses belajar teman lainnya yang juga sedang mengerjakan
mengajar menurut Hayden (2004) dalam Sari soal matematika dengan santai. Kegelisaan
Rudiyati, dkk., (2010: 190) yaitu: (1) materi dan siswa tersebut ditunjukkan dengan pandangan
cara pengajaran, (2) tugas dan penilaian, (3) matanya yang berkaca-kaca menatap ujung
tuntutan waktu dan penjadwalan, (4) lingkungan pensil yang dimainkan tangannya. Hal yang
belajar, dan (5) penggunaan sistem komunikasi terungkap setelah guru membahas soal, siswa
khusus. Anak berkesulitan belajar matematika tersebut belum memahami sepenuhnya materi
dapat berkomunikasi menggunakan bahasa pada yang disampaikan guru. Hal ini ditunjukkan dari
umumnya, sehingga tidak memerlukan 10 soal matematika 7 jawaban yang dituliskan
akomodasi dalam sistem komunikasi khusus. salah. Hal yang sama juga terjadi ketika guru
Melalui akomodasi pembelajaran memberikan soal matematika berbentuk cerita.
diharapkan siswa berkesulitan belajar Guru mendapati jawaban siswa tersebut tidak
matematika dapat mengikuti dan memahami ada yang benar. Dalam proses pembelajaran
informasi yang sama dengan siswa secara tersebut peneliti mengamati bagaimana guru
umum. Dalam hal ini guru merupakan melayani siswa yang mengalami kesulitan
komponen utama ketika memberikan akomodasi belajar menerima pelajaran yang disampaikan.
pembelajaran. Idealnya dalam memberikan Guru sudah terlihat memiliki usaha untuk
akomodasi pembelajaran guru kelas memberikan apa yang dibutuhkan siswa, namun
berkolaborasi dengan guru pendamping khusus ketika perhatian guru beralih kepada siswa lain,
(GPK). Hal itu karena keberagaman siswa di siswa tersebut kembali mengalami kesulitan
kelas, akomodasi untuk siswa berkesulitan dalam mengerjakan soal selanjutnya.
belajar matematika dapat diberikan sesuai Selain itu untuk memperkuat observasi
dengan kebutuhannya; namun, pada yang telah dilakukan, peneliti juga melakukan
kenyataannya belum semua sekolah memiliki wawancara dengan guru kelas III SD N
GPK disetiap kelasnya. Bahkan dalam satu Karanganyar Yogyakarta. Ketika peneliti
sekolah hanya mempunyai satu GPK. Kondisi bertanya untuk memastikan hasil pengamatan
Studi Kasus Tentang Akomodasi Pembelajaran…(Ika Rahmawati) 159

yang telah dilakukan. Guru kelas III mengakui pembelajaran. Dengan tidak adanya GPK di
bahwa memang ada permasalahan di kelas kelas reguler, maka guru kelaslah yang
seperti yang telah peneliti amati. Guru kelas III bertanggung jawab terhadap keberhasilan
mengatakan bahwa dikelas tersebut ada peserta didik. Hal tersebut mengingatkan
beberapa siswa yang sulit untuk memahami kembali bahwa guru merupakan salah satu
materi pelajaran khususnya matematika, namun komponen keberhasilan pendidikan.
ada 1 siswa pendiam yang juga mengalami Berdasarkan hasil pengamatan dan
kesulitan paling nampak pada mata pelajaran wawancara yang peneliti dapatkan, maka
matematika. Ketika mengalami kebingungan akomodasi pembelajaran penting dilakukan
siswa tersebut hanya diam saja tidak berusaha guru untuk anak berkesulitan belajar
bertanya sehingga guru yang harus aktif. Siswa matematika. Dalam penelitian ini bertujuan
tersebut berinisial RRB. Guru menduga bahwa untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-
RRB termasuk slow learner (anak yang bentuk akomodasi pembelajaran oleh guru untuk
mengalami lamban belajar); namun dugaan anak berkesulitan belajar matematika di kelas III
tersebut bertentangan dengan hasil tes IQ. SD N Karanganyar Yogyakarta.
Dalam tes CPM pada tahun 2015 menyatakan Anak berkesulitan belajar matematika
bahwa RRB termasuk pada grade III yang yang dimaksud adalah seseorang anak kelas III
berarti bahwa RRB mempunyai kapasitas yang mengalami kesulitan dalam mempelajari
intelektual rata-rata (normal). konsep perhitungan dan penalaran matematika
Secara fisik, RRB tidak tampak jauh yang bukan disebabkan karena kemampuan
berbeda dengan siswa pada umumnya; namun intelegensi yang rendah (dibawah rata-rata)
RRB selalu nampak kesulitan ketika ataupun gangguan emosi, fisik, pendengaran
mengerjakan soal matematika yang diberikan atau penglihatan; namun disebabkan karena
guru. RRB dapat membaca dan menuliskan adanya kesenjangan antara prestasi dan potensi
simbol huruf atau angka, akan tetapi mengalami yang berdampak pada pencapaian akademik
kebingungan tentang apa yang dimaksud dalam yang rendah yakni belum mencapai nilai
soal terlebih mengenai soal cerita. Bahkan pada ketuntasan minimal (KKM) sehingga
soal penjumlahan bersusun RRB mengerti memerlukan pelayanan khusus dalam
bahwa ini harus melakukan penjumlahan akan pembelajaran. Siswa tersebut mempunyai
tetapi pada akhir pengerjaan jawabannya salah. intelegensi normal namun pada kenyataannya
Demikian juga dengan soal matematika yang hasil belajarnya rendah. Adanya kondisi tersebut
disajikan dalam bentuk cerita, RRB bertambah harus segera di atasi oleh guru.
bingung sehingga jawaban dengan soal sering Dalam pembelajaran guru memiliki
tidak nyambung. peran yang sangat penting yaitu melakukan
Berdasarkan hal di atas peneliti pembelajaran menggunakan berbagai model dan
menduga bahwa RRB suspect mengalami media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
berkesulitan belajar matematika yang siswa. Sebagai tokoh utama dalam
membutuhkan akomodasi untuk dapat pembelajaran, menyadari bahwa masing-masing
memenuhi kebutuhan belajarnya. Hal ini siswa itu unik merupakan hal yang penting bagi
dilatarbelakangi adanya fakta bahwa meskipun guru karena setiap siswa memiliki kebutuhan
RRB mengalami kesulitan belajar dengan hasil yang berbeda. Dengan paradigma tersebut guru
belajar tidak mencapai KKM dan walaupun diharapkan dapat menangani masing-masing
kadang juga mencapai KKM khususnya pada siswa sesuai dengan kebutuhannya. Untuk
mata pelajaran matematika; namun hasil IQ memenuhi kebutuhan masing-masing siswa
menunjukkan bahwa RRB mempunyai kapasitas tersebut guru dapat mengusahakan melalui
intektual normal, jadi tidak bisa digolongkan akomodasi pembelajaran.
slow learner. Lerner & Kline (2006 dalam Sari
Kasus di atas memberikan gambaran Rudiyati, dkk., 2010: 190) menyebutkan
bahwa keberadaan anak berkesulitan belajar akomodasi adalah penyesuaian dan modifikasi
khususnya pada bidang matematika tentu program pendidikan untuk memenuhi
memberikan sebuah tantangan, karena guru kebutuhan anak dengan kebutuhan khusus.
harus bisa memberikan layanan sesuai dengan Sementara itu Heyden (2004) dalam Sari
kebutuhan mereka, terlebih disekolah inklusi Rudiyati, dkk., (2010:187) memaknai
yang belum memiliki GPK yang mendampingi akomodasi sebagai perubahan yang dilakukan
siswa berkesulitan belajar dalam proses supaya siswa berkebutuhan khusus dapat belajar
160 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 7 No 2 Tahun 2018

di ruang kelas biasa. Selain pendapat tersebut, (Swanson,1999 dalam Pujaningsih, 2010: 201).
Pichla, et. al., (2006: 2) menyatakan bahwa Tingkat kesulitan soal/ tugas diberikan secara
akomodasi adalah mengubah bagaimana siswa bertahap. Guru memberikan soal dari tingkat
mengakses informasi dan mendemonstrasikan kesulitan yang rendah ke tinggi. Begitupun juga
pembelajaran. Erich Storm (2014) memiliki dengan bantuan yang diberikan guru diberikan
pendapat yang hampir sama tentang akomodasi. saat siswa mengalami kesulitan dari tingkat
Bentuk akomodasi yang dapat dilakukan, antara kesulitan yang rendah ke tinggi. Adapun
lain: akomodasi penyajian, respon, pengaturan, akomodasi yang dapat dilakukan guru untuk
waktu, jadwal, dan mengorganisasi siswa berkesulitan belajar matematika menurutt
keterampilan. Hetcher et. al., (2004: 3) dan Erich Strom (2014)
Berdasarkan pendapat di atas dapat yaitu: 1) menyederhanakan tugas atau PR untuk
ditegaskan bahwa akomodasi dapat diartikan siswa berkesulitan belajar matematika, 2)
sebagai pengubahan berupa penyesuaian mengkombinasikan petunjuk lisan dengan
pelaksanaan proses pembelajaran yang gambar, diagram atau tulisan, 3) menjelaskan
diberikan guru untuk siswa berkebutuhan atau mengulangi petunjuk tugas, 4) embolehkan
khusus sesuai dengan kondisi dan siswa menggunakan alat bantu hitung dalam
kemampuannya. Hal ini termasuk didalamnya pengerjaan tugas, 5) memisahkan antara buku
adalah anak berkesulitan belajar matematika. tugas dan buku catatan, 6) menggunakan kertas
Adapun komponen akomodasi dalam penelitian grafik untuk memudahkan dalam pengerjaan
ini dibatasi 4 komponen menurut Hayden (2004) soal perhitungan susun.
diantaranya: (1) materi dan cara pengajaran, (2)
tugas dan penilaian di kelas, (3) tuntutan waktu Akomodasi tuntutan waktu dan
dan penjadwalan, (4) lingkungan belajar. penjadwalan
Sedangkan akomodasi penggunaan sistem Siswa berkesulitan belajar
komunikasi khusus tidak diikutsertakan karena kemungkinan dapat menyelesaikan tugas atau
bahasa anak berkesulitan belajar matemtika bekerja dalam waktu yang lebih lambat
seperti anak pada umumnya sehingga tidak dibandingkan siswa lainnya. Smith (1998: 53
memerlukan sistem komunukasi khusus. menyarankan untuk bersabar dan memberikan
waktu kepada anak berkesulitan belajar. The
Akomodasi materi dan cara pengajaran Emily Hall Tremaine Foundation juga
Permasalahan yang sering terjadi pada mengemukakan tentang pemberian waktu
anak berkesulitan belajar matematika yaitu khusus agar siswa berkesulitan belajar mampu
konsep nilai tempat dan pemecahan masalah menyelesaikan tugas yang diberikan.
dalam soal cerita. Kondisi tersebut Akomodasi dalam tuntutan waktu dan
menyebabkan penyerapan materi yang berbeda penjadwalan yang dapat dilakukan guru untuk
dan cenderung lebih lamban dari pada teman- siswa berkesulitan belajar matematika yaitu: 1)
teman yang lain. Akomodasi materi dan cara memberikan daftar tugas yang harus
pengajaran yang dapat diberikan untuk siswa diselesaikan siswa, 2) memberikan tambahan
berkesulitan belajar matematika menurut waktu siswa dalam menyelesaikan tugas, 3)
Hetcher et. al., (2004: 2) dan Pichla (2004: 29) memberikan jeda waktu untuk siswa istirahat
yaitu: 1) membuat isyarat untuk membangun sejenak, 4) memberikan tugas lebih awal dan
perhatian, 2) menggunakan media gambar untuk menyediakan jadwal pengumpulan tugas, 5)
memperjelas materi yang disampaikan, 3) membantu memfokuskan perhatian siswa untuk
menggunakan grafik atau tabel fakta mengelompokkan tugas dari mudah ke sulit
Matematika, 4) mengulang materi yang (Hetcher et. al., 2004: 3, dan Pichla, et. al., 2006:
disampaikan, 5) melakukan pembelajaran 30).
kelompok kecil (tutor sebaya), 6) memberikan
akses pada siswa untuk mempelajari sumber dan Akomodasi lingkungan belajar
materi yang mendukung, 7) menyoroti kata Guru dapat membantu mengatasi
kunci materi pokok ketika pembelajaran. permasalahan anak-anak dengan pengaturan
kelas yang sesuai (Stevens 1997 dalam
Akomodasi tugas dan penilaian Pujaningsih, 2010: 201). Lingkungan belajar
Strategi yang mempunyai efek paling yang diwarnai dengan kerjasama
besar dalam peningkatan kemampuan akademik memungkinkan peningkatan motivasi yang
anak adalah kontrol tingkat kesulitan berdampak pada peningkatan prestasi
Studi Kasus Tentang Akomodasi Pembelajaran…(Ika Rahmawati) 161

khususnya bagi anak berkesulitan belajar pada saat penelitian dilakukan. Objek dalam
matematika. Akomodasi dalam lingkungan penelitian ini adalah, (1) materi dan cara
belajar yang dapat dilakukan guru untuk siswa pengajaran; (2) tugas dan penilaian di kelas; (3)
berkesulitan belajar matematika yaitu: 1) tuntutan waktu dan penjadwalan; (4) lingkungan
menempatkan siswa berkesulitan belajar dibaris belajar.
depan, 2) merotasi tempat duduk siswa secara
rutin, 3) memaasangkan siswa berkesulitan Waktu dan Setting Penelitian
belajar dengan teman atau asisten untuk Penelitian ini dilaksanakan selama dua
membantunya, 4) memberikan umpan balik bulan yaitu bulan April – Mei 2017 dengan
secara lisan atau tulisan terhadap apa yang telah setting di kelas III SD N Karanganyar, yang
dilakukan dilakukan siswa berkesulitan belajar beralamatkan di Jalan Sisingamangaraja No.
ketika pembelajaran, 5) memberikan 19A, Brontokusuman, Mergangsan, Daerah
penghargaan pada setiap usaha yang telah Istimewa Yogyakarta.
dilakukan siswa (Hetcher et. al., 2004: 4 dan
Erich Strom, 2014). Teknik dan Instrumen pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam
METODE PENELITIAN penelitian ini yaitu menggunakan tiga jenis
metode yaitu observasi, wawancara dan
Jenis Penelitian dokumentasi. Dalam teknik observasi peneliti
Penelitian ini menggunakan pendekatan melakukan penacatatan sistematis dengan
kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. menggunakan lembar catatan pada saat
Jenis penelitian tersebut digunakan bermaksud pembelajaran matematika di kelas III dengan
untuk melakukan studi mendalam dengan menggunakan instrumen pedoman observasi.
mencermati kasus atau masalah pelaksanaan Dalam teknik wawancara, peneliti
akomodasi pembelajaran untuk anak menggunakan wawancara semiterstruktur yang
berkesulitan belajar matematika kelas III di SD bertujuan untuk menemukan permasalahan
N Karanganyar Yogyakarta. Hasil penelitian ini secara lebih terbuka, dan pihak yang
bukan berupa data angka melainkan uraian kata- diwawancarai diminta untuk menjawab
kata atau deskripsi tentang akomodasi pertanyaan yang ada dengan menggunakan
pembelajaran yang diberikan guru untuk siswa instrumen pedoman wawacara untuk guru kelas
berkesulitan belajar matematika kelas III di SD III (SI), siswa berkesulitan belajar matematika
tersebut (RRB) dan kepala sekolah (M). Dalam teknik
dokumentasi peneliti menggunakannya untuk
Subjek dan Objek Penelitian melengkapi data terkait dengan akomodasi
Penentuan subjek dalam penelitian ini pembelajaran yang dilakukan guru untuk anak
menggunakan teknik purposif yaitu memilih berkesulitan belajar matematika.
subjek dan informan berdasarkan kriteria yang
sudah ditentukan. Subjek dalam penelitian ini Teknik Analisis Data
yaitu guru kelas III SD N karanganyar Dalam penelitian ini teknik analisis data
Yogyakarta dan anak berkesulitan belajar yang digunakan adalah analisis data deskriptif
matematika (RRB). Adapun karakteristik guru kualitatif. Analisis data kualitatif model Miles &
kelas tersebut yaitu masih aktif mengajar saat Huberman (1984 dalam Sugiyono, 2012: 246)
akan diadakan penelitian, guru merupakan yaitu data reduction, data display, dan
subjek yang memberikan akomodasi conclusion drawing/verification. Reduksi data
pembelajaran pada siswa dikelasnya, yang di dalam penelitian ini dilakukan dengan
dalamnya terdapat anak berkesulitan belajar membuang atau mengurangi data yang tidak
matematika. Sedangkan karakteristik siswa relevan dan memfokuskan hasil wawancara,
kelas III SD N Karanganyar yaitu siswa yang observasi, dan studi dokumentasi pada
mengalami kesulitan belajar matematika yang akomodasi pembelajaran oleh guru untuk siswa
dibuktikan dengan hasil belajar dibawah KKM berkesulitan belajar matematika kelas III di SD
dan berdasarkan data sekolah siswa tersebut N Karanganyar. Penyajiaan data tentang
mempunyai gap antara potensi IQ dengan hasil akomodasi pembelajaran untuk anak
belajarnya. Sedangkan informan dalam berkesulitan belajar matematika dalam bentuk
penelitian ini adalah kepala sekolah (M) dengan teks naratif. Langkah terakhir dalam analisis
kriteria masih menjabat sebagai kepala sekolah data yaitu penarikan kesimpulan, yang mana
162 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 7 No 2 Tahun 2018

peneliti menganalisis data hasil observasi, Guru kelas III (SI) sudah membuat
wawancara, dan dokumentasi tentang isyarat yang membangun perhatian siswa diawal
akomodasi pembelajaran yang diberikan guru pembelajaran ataupun ditengah-tengah
untuk anak berkesulitan belajar matematika pembelajaran dengan mengetukan alat tulis
kelas III SD N Kayanganyar Yogyakarta yakni (penghapus papan tulis/ spidol) dimeja atau
dengan mengaitkan data satu dengan data yang papan tulis, isyarat suara hallo/ hai. Dalam
lain yang kemudian dicari benang merahnya dan menjelaskan materi SI menjelaskan materi
ditarik sebagai kesimpulan akhir. menggunakan kalimatnya sendiri yaitu dengan
menjelaskan didepan kelas tanpa membaca lagi
Pengujian Keabsahan Data keterangan yang ada dibuku paket. Disamping
Pengujian keabsahan data digunakan uji itu, SI juga melakukan pengulangan penjelasan
kredibilitas dengan menggunakan teknik materi yang telah disampaikan ketika
triangulasi, bahan referensi serta meningkatkan pembelajaran matematika. Adapun SI
ketekunan. Triangulasi yang dipergunakan melakukan pengulangan materi dengan cara
peneliti adalah triangulasi sumber dan teknik. klasikal dan individual bagi yang dirasa guru
Triangulasi sumber dalam penelitian ini belum memahami materi yang telah
dipergunakan untuk menguji hasil wawancara disampaikannya.
dengan guru kelas III SD N Karanganyar terkait Dalam rangka mempermudah belajar
dengan akomodasi pembelajaran anak siswa SI memberikan akses pada siswa untuk
berkesulitan belajar matematika. Sumber data mempelajari sumber materi yaitu berupa buku
yang menjadi bagian dari triangulasi sumber paket matematika yang dipinjamkan kepada
adalah guru kelas, anak berkesulitan belajar setiap siswa dikelas III serta menyoroti kata
matematika, dan kepala SD N Karanganyar. kunci materi pokok dengan menegaskan secara
Metode pengumpulan data yang menjadi bagian lisan, melingkari atau menggarisbawahi materi
dari triangulasi metode adalah observasi, yang sudah ditulis dipapan tulis.
wawancara dan dokumentasi terkait dengan
akomodasi pembelajaran oleh guru untuk anak Akomodasi tugas dan penilaian
berkesulitan belajar matematika di dalam kelas. Sebelum mengerjakan soal SI
Bahan referensi yang dimaksud dalam menjelaskan petunjuk tugas secara lisan dan
penelitian ini adalah adanya pendukung data mengulangi penjelasan hingga siswa paham.
untuk membuktikan data yang telah ditemukan Pada saat mengerjakan tugas SI memberi ijin
oleh peneliti berupa foto kegiatan pembelajaran siswa untuk menggunakan alat hitung kecuali
matematika didalam kelas dan rekaman kalkulator yang dapat membantu siswa dalam
wawancara guru kelas III dan kepala sekolah. pengerjaan tugas latihan saja sedangkan ketika
Selain itu peneliti juga meningkatkan ketekunan penilaian semua siswa termasuk RRB tidak
yaitu dengan melakukan pengecekan kembali diperbolehkan menggunakan alat bantu kecuali
terhadap data yang telah ditemukan. Dengan alat tulis.
demikian, peneliti dapat memberikan deskripsi
data yang akurat dan sistematis. Akomodasi tuntutan waktu dan
penjadwalan
HASIL PENELITIAN DAN Pada saat pengerjaan tugas SI sudah
PEMBAHASAN memberikan waktu tambahan sesuai yang
dibutuhkan RRB baik dalam mengerjakan soal
Hasil Penelitian latihan ataupun ulangan. Selain itu SI membantu
Berdasarkan data hasil observasi memfokuskan RRB mengelompokkan tugas
wawancara dan dokumentasi terhadap subjek dari mudah ke yang sulit yaitu dengan
penelitian (SI), siswa yang mengalami kesulitan mendatangi tempat duduk RRB.
belajar (RRB), kepala sekolah diperoleh
gambaran mengenai akomodasi pembelajaran
untuk anak berkesulitan belajar matematika di Akomodasi lingkungan belajar
kelas III SD N Karanganyar Yogyakarta. Pada saat pembelajaran untuk
Adapun hasil penelitian akan dipaparkan memperoleh posisi yang nyaman SI
berikut. memberikan keleluasaan gerak kepada RRB
ataupun siswa lain selama tidak menganggu dan
Akomodasi materi dan cara pengajaran tidak membuat keramaian dikelas. Selain itu, SI
Studi Kasus Tentang Akomodasi Pembelajaran…(Ika Rahmawati) 163

juga memberikan umpan balik kepada RRB


diakhir pengerjaan tugas berupa pujian pada saat Materi dan cara pengajaran
tugas yang dikerjakan benar dan koreksi lisan Guru sudah membuat isyarat yang
pada saat RRB mengalami kekeliruan. Untuk membangun perhatian siswa. Hal ini sesuai
menambah motivasi siswa dalam belajar SI juga dengan pendapat Hatcher et al., (2004: 3) bahwa
menerpkan sistem penghargaan verbal dan non guru harus memastikan perhatian siswa tertuju
verbal diantaranya, pujian, memberikan tepuk pada guru. Untuk menarik dan mempertahankan
tangan, hadiah berupa alat tulis serta sentuhan perhatian siswa maka dapat dilakukan dengan
tangan. membuat nada atau suara yang berbeda.
Guru sudah menjelaskan dengan bahasa
Pembahasan yang mudah dipahami. Sesuai dengan pendapat
Berdasarkan hasil temuan peneliti yang Martini Jamaris (2013:188) bahwa karakteristik
telah dipaparkan di atas dapat dilihat bahwa anak yang mengalami kesulitan belajar
dalam pembelajaran mengenai siswa matematika yaitu mereka yang dimungkinkan
berkesulitan belajar matematika, guru kelas III mengalami kesulitan pemahaman bahasa
SD N Karanganyar sudah melakukan akomodasi matematika. Sehingga menjelaskan bahasa yang
pembelajaran. Akomodasi pembelajaran ini mudah dipahami dan diiringi dengan
menjadi hal yang penting dilakukan oleh guru menggunakan contoh permasalahann dalam
karena berdasarkan pengamatan lapangan dan kehidupan nyata dapat membuat anak menjadi
wawancara guru pada bulan Februari 2017 lebih mudah memahami. Hal yang dilakukan
memang ditemukan adanya siswa yang guru tersebut merupakan akomodasi yang
mengalami kesulitan belajar matematika. Hal ini dibutuhkan siswa.
sesuai dengan pendapat Martini Jamaris (2013: Guru mengulang penjelasan materi
188) yang mengemukakan bahwa kesulitan yang sebelumnya sudah dijelaskan. Hal ini
belajar yang dialami oleh anak yang berkesulitan senada dengan Pichla, et. al., (2006: 26) yang
belajar matematika merupakan anak yang menyatakan bahwa guru sebaiknya memberikan
mengalami satu atau lebih dari gejala yaitu kesempatan untuk siswa menjelaskan materi
mengalami kelemahan dalam menghitung, yang telah dipahami atau guru menanyai hal
kesulitan dalam mentransfer pengetahuan, yang belum pahami oleh siswa, sehingga guru
pemahaman bahasa matematika yang kurang, dapat menjelaskannya kembali. Hal ini senada
ataupun kesulitan dalam persepsi visual. dengan pendapat Hatcher, et al., (2004: 2) yang
Mengingat siswa yang diampu dikelas menyatakan akomodasi yang dapat diberikan
III memiliki berbagai macam karakteristik. untuk siswa berkesulitan belajar yaitu
Ditambah dengan kesulitan belajar matematika membolehkan siswa mendapat penjelasan ulang
yang dialami salah seorang siswa tersebut, guru atau menuliskan informasi penting.
kelas III ini sudah berusaha mengatasi Guru memberikan akses untuk siswa
permasalahan siswa tersebut melalui pemberian mengenai materi yang akan dipelajari. Akses
akomodasi pembelajaran. Guru kelas III selalu tersebut berupa buku paket yang dipinjamkan
mengupayakan cara agar materi yang kepada setiap siswa. Hal ini sesuai dengan
disampaikan dapat dipahami semua siswa. Pichla, et al., (2006: 26) bahwa guru dapat
Akomodasi pembelajaran yang telah menggunakan buku referensi matematika yang
dilakukan guru kelas III didukung oleh teori mudah dipahami siswa ketika membaca
yang disampaikan Hayden (2004 dalam Sari informasi didalamnya.
Rudiyati, dkk., 2016: 10) dan teori yang Guru menyoroti kata kunci materi
disampaikan Hatcher, et al., (2004: 3-4). Kedua pokok. Guru menyoroti kata kunci dengan
teori tersebut sama-sama menyebutkan bahwa menegaskan secara lisan dan menggarisi atau
akomodasi pembelajaran yang dapat dilakukan melingkari hal yang penting dipapan tulis. Hal
untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar ini sesuai dengan Pichla, et al., (2006: 26)
matematika mencakup 4 aspek, yaitu: materi dan bahwa, hal yang dapat dilakukan guru yaitu
cara pengajaran, tugas dan penilaian, tuntutan menyoroti operasi simbol hitung matematika
waktu dan penjadwalan, lingkungan belajar. atau menjelaskan konsep menggunakan kode
Adapun untuk mengetahui bagaimana warna untuk memfokuskan perhatian siswa.
akomodasi pembelajaran untuk siswa Hatcher, et al., (2004: 2) juga mengungkapkan
berkesulitan belajar oleh guru kelas III, akan hal yang sama, hal dapat dilakukan guru pada
diuraikan berikut ini. saat pembelajaran agar siswa lebih ,udah
164 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 7 No 2 Tahun 2018

memahami yaitu menyoroti kata kunci materi strategi yang mempunyai efek paling besar
pokok. dalam peningkatan kemampuan akademik anak
adalah kontrol tingkat kesulitan. Tingkat
Tugas dan penilaian kesulitan soal/ tugas diberikan secara bertahap.
Guru sudah menjelaskan atau Guru memberikan soal dari tingkat kesulitan
mengulangi petunjuk tugas secara lisan. Bahkan yang rendah ke tinggi. Begitupun juga dengan
guru menyerhakan penjelasan ketika dijumpai bantuan yang diberikan guru diberikan saat
siswa yang masuh belum paham. Sesuai dengan siswa mengalami kesulitan dari tingkat kesulitan
pendapat Hatcher, et al., (2004: 3) bahwa, yang rendah ke tinggi.
akomodasi sebelum tugas diberikan yaitu
dengan cara menjelaskan, mengulangi dan Lingkungan belajar
menyederhanakan instruksi tugas. Sehingga Pada saat pembelajaran guru
sebelum mengerjakan tugas siswa mengerti memberikan keleluasaan gerak kepada siswa
bagaimana seharusnya yang dilakukan ketika untuk memperoleh posisi duduk yang nyaman
mengerjakan tugas. selama tidak menganggu teman lainnya. Hal ini
Guru membolehkan siswa sesuai dengan pendapat Hatcher, et. al., (2004:
menggunakan alat bantu hitung dalam 2) bahwa, dengan memberikan keleluasaan
pengerjaan tugas pada saat latihan soal. Sudah gerak kepada siswa selama tidak menganggu
sesuai dengan pendapat Pichla, et. al., (2004: 27) yang lain diharapkan siswa memperoleh
bahwa untuk memudahkan siswa dalam kenyamanan. Dari rasa nyaman tersebut dapat
mengerjakan yang dapat guru lakukan yaitu berdampak pada konsentrasi siswa yang
dengan membolehkan siswa menggunakan nantinya akan lebih fokus ketika guru
benda konkrit atau alat bantu pada saat menjelasakan materi.
pengerjaan tugas. Selain itu guru memberikan umpan
balik secara lisan atau tulisan terhadap apa yang
Tuntutan waktu dan penjadwalan telah dilakukan siswa. Guru memberikan umpan
Pada saat pembelajaran guru sudah balik untuk siswa berkesulitan belajar
memberikan tambahan waktu RRB dalam matematika dengan berupa pujian dan koreksi
menyelesaikan tugas. Hal ini sesuai dengan lisan. Hal ini sesuai dengan Hatcher, et. al.,
pendapat Hatcher, et. al., (2004: 3) bahwa, (2004: 2) bahwa, guru menggunakan umpan
akomodasi yang dapat diberikan untuk siswa balik lisan ataupun tulisan disesuaikan dengan
berkesulitan belajar matematika terkait waktu karakteristik siswa terhadap apa yang dilakukan
dan penjadwalan yaitu dengan memberikan siswa didalam kelas ketika pembelajaran.
waktu lebih pada saat siwa mengerjakan tugas. Dengan koreksi lisan siswa akan mendapat
Smith (1998: 53 dalam Pujaningsih 2010: 201) pengarahan untuk memperbaiki kesalahan.
menyarankan untuk bersabar dan memberikan Sedangkan pujian akan menjadikan siswa lebih
waktu kepada anak berkesulitan belajar. The termotivasi lagi dalam belajar. Elly Sari M.
Emily Hall Tremaine Foundation juga (2013: 84-88 dalam Dyan Rismawati, 2016: 25)
mengemukakan tentang pemberian waktu menyatakan bahwa Motivasi menjadikan siswa
khusus agar siswa berkesulitan belajar mampu tidak mudah menyerah dalam belajar.
menyelesaikan tugas yang diberikan. Hal Guru memberikan penghargaan pada
tersebut juga diperkuat oleh Pichla, et. al., setiap usaha siswa. Guru memberikan
(2006: 28) yang menyatakan bahwa akomodasi penghargaan berupa tepuk tangan, sentuhan
terkait tugas yang dapat guru lakukan salah tangan, pujian dan hadiah (alat tulis). Hal ini
satunya yaitu memberikan siswa tambahan sesuai dengan Hatcher, et. al., (2004: 2) yang
waktu untuk menyelesaikan tugas. menyatakan akomodasi yang diberikan juga
Guru membantu memfokuskan dapat berupa penggunaan sistem penghargaan
perhatian RRB untuk mengelompokkan tugas dan dorongan positif untuk perilaku yang baik
dari mudah ke sulit. Hal ini sesuai dengan saat mengikuti pembelajaran dikelas. Hal ini
pendapat Hatcher, et. al., (2004: 3) yaitu guru karena dengan adanya penguatan diharapkan
dapat melakukan akomodasi dengan memberi siswa dapat mengulangi hal positif lagi dilain
bantuan untuk memfokuskan perhatian siswa waktu. Hal tersebut juga diperkuat oleh
berkesulitan belajar untuk mengelompokkan pendapat Pichla, et. al., (2006: 30) yang
tugas dari mudah ke sulit. Swanson (1999 dalam mengemukakan bahwa pada saat pembelajaran
Pujaningsih, 2010: 201) juga menyatakan bahwa guru sebaiknya memberikan banyak dorongan
Studi Kasus Tentang Akomodasi Pembelajaran…(Ika Rahmawati) 165

positif untuk mereka. Hal ini karena dengan berbagai variasi dalam pembelajaran
dorongan tersebut siswa akan menjadi lebih seperti, percobaan, demonstrasi dan
semangat dalam mengikuti pembelajaran lainnya, c) memperdalam pengetahuan
dikelas, sehingga akan tercipta lingkungan mengenai karakteristik masing-masing
belajar yang menyenangkan dan dipenuhi siswa, sehingga akomodasi
dengan semangat belajar. pembelajaran dapat diberikan secara
tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, d)
SIMPULAN DAN SARAN akomodasi pembelajaran yang sudah
diterapkan hendaknya digembangkan,
Simpulan akan lebih baik lagi apabila guru
Berdasarkan hasil penelitian dan menerapkan akomodasi pembelajaran
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa guru sesuai hasil asesmen siswa.
kelas III SD N Karanganyar Yogyakarta sudah 2. Kepala sekolah
melakukan akomodasi pembelajaran untuk anak Berkaitan dengan penerapan
berkesulitan belajar matematika. Adapun bentuk akomodasi pembelajaran untuk seluruh
akomodasi yang telah dilakukan yaitu ABK hendaknya dapat: a)
akomodasi dalam hal: (1) materi dan cara merealisasikan program penyediaan
pengajaran, guru membuat isyarat yang media visual yang terkait dengan
membangun perhatian siswa, menjelaskan pembelajaran matematika disetiap
dengan bahasa yang mudah dipahami, kelas, b) memberikan kebijakan khusus
mengulang penjelasan materi yang sebelumnya terkait dengan pemberian soal tes untuk
sudah dijelaskan, memberikan akses untuk anak berkebutuhan khusus sesuai
siswa mengenai materi yang akan dipelajari dan dengan kemampuan materi yang telah
menyoroti kata kunci materi pokok. (2) tugas dikuasai, c) menambah jumlah GPK
dan penilaian, guru sudah menjelaskan dan khususnya dikelas reguler untuk
mengulangi penjelasan petunjuk tugas secara bekerjasama dengan guru kelas dalam
lisan dan membolehkan siswa menggunakan alat menangani anak berkubutuhan khusus.
bantu hitung dalam pengerjaan tugas pada saat 3. Peneliti
latihan soal. (3) tuntutan waktu dan Hasil penelitian ini diharapkan
penjadwalan, guru sudah memberikan tambahan dijadikan sebagai pembanding bagi
waktu RRB dalam menyelesaikan tugas dan peneliti untuk meneliti masalah serupa
membantu memfokuskan perhatian RRB untuk dari sudut pandang yang berbeda atau
mengelompokkan tugas dari mudah ke sulit. (4) cakupan yang lebih luas serta peneliti
lingkungan pembelajaran, guru memberikan diharapkan tidak hanya fokus pada
keleluasaan gerak kepada siswa untuk aspek anak berkesulitan belajar
memperoleh posisi duduk yang nyaman selama matematika saja tetapi juga aspek yang
tidak menganggu teman lainnya, memberikan lainnya.
umpan balik secara lisan atau tulisan terhadap
apa yang telah dilakukan dilakukan siswa dan DAFTAR PUSTAKA
memberikan penghargaan verbal atau non verbal Ali Hamzah dan Muhlisrarini. (2014).
untuk setiap usaha siswa. Perencanaan dan Strategi
Pembelajaran Matematika. Jakarta:
Rajawali Pers.
Burhan Bungin. (2011). Penelitian Kualitatif:
Saran Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Berdasarkan kesimpulan, saran yang Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
dapat peneliti berikan yaitu untuk: Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
1. Guru
Berkaitan dengan penerapan Creswell, J. (2015). RISET PENDIDIKAN,
akomodasi pembelajaran dikelas Perencanaan, Pelaksanaan, dan
henyaknya guru dapat: a) Evaluasi Riset Kualitatif & Kuantitatif.
memperbanyak media visual yang (Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto
terkait mata pelajaran matematika untuk dan Sri Mulyani Soetjipto). Yogyakarta:
memudahkan siswa memahami materi Pustaka Belajar. (Edisi asli diterbitkan
yang disampaikan, b) membuat oleh Pearson Education Inc.).
166 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 7 No 2 Tahun 2018

Dyan Rismawati, (2016). Peningkatan Munawir Yusuf. (2005). Pendidikan bagi Anak
Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Problema Belajar: Konsep dan
Melalui Akomodasi Pada Anak Penerapannya di Sekolah mau pun di
Berkesulitan Belajar Membaca Di Kelas Rumah. Jakarta: Departemen
III SD N Bangunrejo 2. Skripsi, tidak Pendidikan Nasional Direktorat
dipublikasikan. S1-UNY. Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Pembinaan Pendidikan Tenaga
Fahsl, A.J. (2007). “Mathematics Kependidikan dan Ketenagaan
Accomodations for All Students”. Perguruan Tinggi.
Intervention in School and Clinic: Mar,
2007; 42, 4; ProQuest Education Pichla, Tami, et al. (2006). Teaching all
Journals pg.198. students: Staff Guide to Modification
and Accomodations. Huron
Hatcher, Susan & Angela Waguespack. (2004). Intermediate School District and Ubly
Academic Accommodations for Student Community School.
with Disabilities. Bethesda: National
Association of School Psychologists. Pujaningsih. (2010). Layanan Pendidikan Anak
Berkesulitan Belajar di Sekolah Dasar
Heri Purwanto, dkk., (2013). Berkenalan melalui Model Akomodasi
dengan anak berkesulitan belajar Pembelajaran. Jurnal Kependidikan dan
spesifik. Jakarta: Helen Keller Kebudayaan, Edisi khusus II (16), 198-
Internasional Indonesia. 210.

Karso, (2009). Pembelajaran Matematika SD. Pujaningsih. (2011). Pendidikan Anak


Semarang: UNNES Press. Berkesulitan Belajar Spesifik. Diambil
pada 19 Mei 2015 pukul 22:00 WIB dari
Koga, N. & Silva, S.(2004). Curriculum http://staff.uny.ac.id/sites/default-
Modification. Wakefield, MA: National /files/tmp/materi%20untuk%20diklat%
Center on Accesing the General 20dinas%20dikpora%20DIY.pdf.
Curriculum.
Santrock, John W. (2002). Life-Span
Lerner J. W. & Kline. (2006). Learning Development. Alih bahasa: Juda
Disabilities and Related Disorder: Damanik, Ahmad Chusairi. Jakarta:
Characteristics and Teaching Erlangga.
Strategies:Tenth Edition. USA:
Houghton Mifflin Company. Sari Rudiyati, Pujaningsih & Unik A.W. (2011).
Panduan Penerapan Akomodasi
Martini Jamaris. (2014). Kesulitan Belajar: Pembelajaran bagi Anak Berkesulitan
Perspektif, Asesmen, dan Belajar. Yogyakarta: UNY.
Penanggulangannya. Jakarta: Ghalia
Indonesia. Sari Rudiyati. (2016). Panduan Penerapan
Mohammad Takdir Ilahi. (2013). Akomodasi dan Modifikasi
PENDIDIKAN INKLUSIF: Konsep dan Pembelajaran Pada Anak Learning
Aplikasi. Yogyakarta: AR-RUZZ Disabilities. PPM.
Media.
Sigit Dwi Laksana. (2016). Integrasi Empat
Mulyono Abdurrahman. (2003). Pendidikan Pilar Pendidikan (UNESCO) dan Tiga
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Pilar Pendidikan Islam. Diambil pada
Jakarta: PT. Rineka Cipta. 15 Agustus 2017 dari
http://www.researchgate.net/publicatio
Mulyono Abdurrahman. (2012). Anak n/308646833.
Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis,
dan Remidiasinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Studi Kasus Tentang Akomodasi Pembelajaran…(Ika Rahmawati) 167

Smith, David. (2006). Inklusi Sekolah Ramah


untuk Semua, (Alih bahasa: Mohammad
Sugiarmin). Bandung: Nuansa.

Strom, Erich. (2014). Common Modifications


and Accomodations. Diambil pada 15
November 2016 dari
https://www.understood.org/en/learning
-attention-
issues/treatmentsapproaches/educationa
l-strategies/common-modifications-
andaccommodations.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian


Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta.

Suharmini Arikunto. (2006). Prosedur


Penelitian suatu pendekatan praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sutjihati Somantri. (2012). Psikologi Anak Luar


Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Suwarno. (2006). Dasar-Dasar Ilmu


Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

Tombokan Runtukahu dan Selpius. (2014).


Pembelajaran Matematika Dasar Bagi
Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta:
RUZZ Media.

Zakiyah Drajat. (2000). Ilmu pendidikan Islam.


Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai