HASIL
Rumah adat tongkonan sebuah rumah adat yang berasal dari Toraja, Sulawesi
Selatan dengan filosofi Aluk Todolo. Rumah Tongkonan yang juga menjadi simbol
martabat dari masyarakat toraja sehingga pembangunannya tidak sembarangan. Ada
bebrapa syarat atau ritual yang dilakukan. Hal ini diungkapkan oleh informan Pak Erwin,
bahwa:
....”Ada. jadi biasanya itu, mengadakan pertemuan dulu. Lain halnya kalo mau di
perbarui lain halnya kalo baru mau di bangun”....(Sumber. Wawancara, 5
November 2023)
Pada saat ini persyaratan untuk pembangunan rumah adat sudah kurang di
terapkan oleh sekelompok masyarakat Toraja. Hal ini diungkapkan oleh informan Pak
Erwin, bahwa:
....” Ya biasanya begitu. Tapi sekarang kan nda begitu, tergantung dari kemampuan
orang yang ada sekarang. Tapi kalo dlu harus dlu pernah di adakan misalkan pesta
atau pemakaman rambu solo di tempat itu dengan rambu tuka”.... (Sumber.
Wawancara, 5 November, 2023)
Rumah adat tongkonan memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda sesuai dengan
tinggi atau ukuran badannya yang di ungkapkan oleh informan, sebagai berikut:
....” Kalo maknanya itu klo ukuran orang ambil dari ukuran yang punya, itukan ukuran
badan toh, misalnya tinggi, lebar, orang biasanya ambil dari ukuran badannya”....
(Sumber . Wawancara, 5 November, 2023)
....” Nda, maksudnya kalau orang yang mau bikin tongkonan toh, contohnya saya mau
bikin tongkonan, inikan ada ukuran, ukuran badan toh, misalnya tinggi saya.
Biasakan di ambil ukuran dari situ. Kalo ukuran dlu toh, tapi sekarang orang yang
mau besar toh”....(Sumber. Wawancara, 5 November 2023)
Ukuran besar atau kecilnya rumah tongkonan tidak di tentukan oleh sebuah kasta
yang ada namun untuk rumah tongkonan yang memiliki model yang berbeda atau tidak
seperti pada umumnya. Karena pada umumnya rumah adat ini hanya memiliki model
yang sederhana dan memiliki beberapa ruangan di dalamnya, seperti yang diungkapkan
informan, sebagai berikut:
....” Nda ada, cuman modelnya yang biasa ada kastanya. Kan biasa modelnya dibuat
hanya sederhana artinya ukuran biasa. Kalo ada yang ini, ada tahapannya.
Misalnya 3 ruangan di dalam. Yang pertama 1 ruangan, yang kedua ruangan, yang
ketiga 3 ruangan. Nah yang keempat bisa jadi 5 ruangan di dalam”....(Sumber.
Wawancara, 5 November, 2023)
proses penambahan ruangan dalam rumah adat dilakukan melalui proses adat yaitu
rambu solo ataupun rambu tuka untuk proses penambahan ruangan yang ada, yang
diungkapkan oleh informan, sebagai berikut:
....” Pertama di buat toh, misalkan 1 ruangan kalo tongkonan toh, yang kedua 2
ruangan, yang ketiga 3 ruangan di dalam, yang keempat itu bisa jadi lima artinya
semua tahapan sudah dilalui baik acara rambu solonya maupun acara rambu tuka
yang dilaksanakan disitu”....(Sumber. Wawancara, 5 November 2023)
Mengenai adat rambu solo dan rambu tuka yang dilakukan untuk proses
pembangunan rumah adat memiliki pengertian untuk Rambu Solo' adalah upacara adat
pemakaman yang dilakukan oleh masyarakat Toraja, di mana keluarga harus
menyelenggarakan sebuah pesta untuk menghormati mendiang yang telah pergi dan
Rambu tuka. Sedangkan Rambu Tuka' atau aluk rampe matallo (ritus-ritus di sebelah
timur) adalah upacara syukur atas selesai dibangunnya rumah adat, syukur selesai
panen, upacara pesta pernikahan atau upacara syukur lainnya. Hal ini pun di ungkapkan
oleh informan, sebagai berikut:
....” Kalo rambu solo itu pesta kematian, rambu tuka, misalnya pentabisan rumah, ada
istilahnya marara, ada istilahnya dipasoro to manarang, dipasoro to manarang dlu
baru istilahnya pentabisan atau marara dan seterusnya itu ada lagi yang dibilang
ma’bua. Ada upacara rambu tuka yang terakhir. Artinya semua tahapan tahapan
sudah dilalui. Baik rambu tuka, maupun rambu solo itu sudah dilaksanakan semua
dan terakhir bisa ma’bua”....(Sumber. Wawancara, 5 November 2023)
Tongkonan, rumah tradisional Toraja, memiliki elemen-elemen simbolis yang mencerminkan aspek-
aspek sosial, budaya, dan sejarah masyarakat Toraja. Dalam interpretasi ini, lumbung tempat
duduk dapat dianggap sebagai simbol peran ibu dalam keluarga, sedangkan tempat
penyimpanan padi mewakili peran ayah. Orientasi bangunan menghadap Utara-Selatan dapat
diartikan sebagai refleksi keyakinan bahwa nenek moyang Toraja berasal dari Indo-Cina,
khususnya dari arah selatan, yang diwakili oleh penggunaan perahu sebagai model bangunan.
Dengan demikian, desain Tongkonan tidak hanya memenuhi fungsi praktis sebagai tempat
tinggal, tetapi juga menyampaikan pesan simbolis yang menghubungkan masyarakat dengan
sejarah dan mitos nenek moyang mereka. . Hal ini pun di ungkapkan oleh informan,
sebagai berikut:
..... : kalau tongkonan itu di andaikan,ibu kemudian yang lumbung tempatta duduk
dan tempat nya padi itu namanya ayah,jadi ada ibu ada ayah, kemudian kenapa
menghadap Utara Selatan, karena menurut pendapat orang dulu bahwa nenek itu
berasal dari indo cina dari selatan memakai perahu jadi model dari bangunan di
sini itu kayak seperti perahu” (Sumber . Wawancara, 5 November, 2023)
(Penggunaan warna merah, putih, hitam, dan kuning dalam tradisi rumah Tongkonan
masyarakat Toraja memiliki makna simbolis tertentu seperati butih yang berarti
kesucian, hitam yang berarti kematian, merah yang berarti keberanian, dan kening
yang berarti kekayaan)
Artinya adalah bahwa dalam konteks penggunaan warna pada rumah Tongkonan,
perbedaan warna memiliki makna tertentu yang berkaitan dengan jenis upacara atau ritual yang
sedang berlangsung. Misalnya, pada acara rambu tuka, warna kuning, putih, dan merah dapat
digunakan, sementara pada upacara rambu solo, warna hitam digunakan.Pembedaan ini
memungkinkan untuk mengidentifikasi jenis upacara yang sedang berlangsung. Jadi, ketika
melihat warna-warna tersebut pada rumah Tongkonan, seseorang dapat mengetahui apakah
rumah tersebut sedang mengalami upacara rambu tuka (dengan warna kuning dan putih) atau
upacara rambu solo (dengan warna hitam). Dengan cara ini, penggunaan warna menjadi suatu
sistem simbolis yang membedakan dan mengkomunikasikan jenis kegiatan adat atau upacara
yang sedang dilakukan oleh komunitas Toraja. . Hal ini diungkapkan oleh informan sebagai
berikut:
...... ” ya itu saya kurang ngerti kalo makna warna itu. Karna semua
warna di pakai disitu. Artinya kan ada perbandingan kalo misalnya di rambu tuka
ada pake warna hitam. Nah kalo acara rambu tuka biasanya pake warna kuning,
putih bisa juga artinya kuning yang bisa membedakan dengan hitam rambu tuka
dengan rambu solo. Kalo putih bisa dipake rambu solo, merah bisa juga. Yang
hanya 2 warna ini yang bisa membedakan bahwa itu tandanya upacara rambu tuka
kalo pake kuning, yang hitam itu tandanya itu dia pake upacara rambu solo” ”....
(Sumber. Wawancara, 5 November 2023)
. …..“itu gambar ayam itu yang paling diatas,kenapa karena menurut orang
tua,ayam itu dia tau tengah malam,dia tau pagi,dia tau berkokok itu jadi tidak ada
hewan ee hewan lainya itu Cuma ayam,dia tau malam dia tau siang dia tau pagi”
(Sumber . Wawancara, 5 November, 2023)
Dalam tradisi di wilayah tersebut, penambahan kepala kerbau pada rumah Tongkonan
melibatkan serangkaian upacara yang harus dijalankan terlebih dahulu. Proses ini tidak sebatas
pada pembangunan fisik rumah, melainkan memerlukan pelaksanaan upacara, termasuk potong
kerbau dan pelaksanaan rambu solo.Upacara rambu solo, yang mungkin merujuk pada
serangkaian tradisi adat atau ritual tertentu, menjadi syarat sebelum kepala kerbau dapat dipasang
pada rumah tersebut. Ini mencerminkan pentingnya aspek budaya dan adat istiadat dalam
pembangunan dan penataan rumah tradisional Tongkonan, menunjukkan bahwa setiap langkah
memiliki makna simbolis dan spiritual yang mendalam. Hampir semua rumah Tongkonan di
wilayah Ke'te Kesu memiliki potongan kepala kerbau di bagian depannya. Namun, setelah
melihat lebih dekat, ternyata kepala kerbau tersebut bukanlah asli, melainkan hasil ukiran
manusia yang dibentuk sedemikian rupa. Kepala kerbau yang terpampang memiliki variasi
warna, ukuran, dan panjang tanduk yang berbeda-beda. Tersedia warna putih, hitam putih, dan
hitam dengan tanduk yang bervariasi. . Hal ini diungkapkan oleh informan sebagai berikut:
...... “ya itulah semua yang sa bilang tadi, semua upacara telah dilakukan disitu.
Pernah potong kerbau baru bisa di pasang kepala kerbau. nda semuanya misalnya
kalo baru pertama dibikin belum ada upacara rambu solo, disitu belum bisa di
pasangi kepala kerbau.” ” (Sumber . Wawancara, 5 November, 2023)
BAB V
1. Mengapa pada proses pembuatan rumah tongkonanan ada syarat atau ritual yang
dilakukan
Rumah adat Tongkonan didirikan melalui serangkaian ritual adat sebagai bentuk
penghormatan kepada leluhur dan sebagai rasa syukur setelah berdirinya tongkonan,
ritual ini melibatkan pengorbanan hewan seperti babi, kerbau, dan ayam serta penyajian
sesajian sebagai persembahan kepada dewa dan leluhur Toraja. Ritual ini berdasarkan
strata sosial masyarakat, dimana rumah kelas menengah dan bangsawan melaksanakan
ritual selama lima hari, sementara rakyat biasa hanya satu hari. Proses ini juga merupakan
masyarakat Toraja untuk tetap berhubungan dengan leluhur mereka.
“ada. jadi biasanya itu, mengadakan pertemuan dulu. Lain halnya kalo mau di
perbaru lain halnya kalo baru mau di bangun (Wawancara, 5
November 2023)
Rumah adat ini di fungsikan sebagai pusat berbagai kegiatan sosial hingga tempat
upacara religi bagi keluarga yang memiliki rumah tersebut. Pada awalnya rumah
tongkonan hanya di gunakan bangsawan Toraja saja untuk berkumpul, akan tetapi pada
perkembangannya rumah ini akhirnya menjadi rumah adat yang di pakai untuk tempat
tinggal masyarakat Toraja.
“kalo maknanya itu klo ukuran orang ambil dari ukuran yang punya, itukan
ukuran badan toh, misalnya tinggi, lebar, orang biasanya ambil dari
ukuran badannya (Wawancara, 5 November 2023)
Rumah adat tongkonan memiliki ukuran yang luas dan beragam, tergantung pafa fungsi
dan peran pemimpin suku, ukuran rumah tongkonan
3. Perbedaan Rambu Solo dan Rambu Tuka
Rambu solo dan Rambu Tuka ada upacara adat yang berbeda dalam masyarakat
Toraja. Rambu solo adalah upacara adat pemakaman yang dilakukan oleh masyarakat
Toraja, dimana keluarga harus menyelenggarakan sebuah pesta untuk menghormati
mendiang yang telah pergi. Dalam rambu solo, hewan seperti kerbau dan babi dipercaya
sebagai kendaraan bagi arwah yang sudah meninggal untuk pergi ke alam baka dan
rambu solo dilaksanakan saat ada anggota keluarga yang meninggal. Rambu Tuka adalah
upacara syukur atas selesai dibangunnya rumah adat, syukur selesai panen, upacara pesta
pernikahan atau upacara syukur lainnya. Dalam rambu tuka hewan seperti kerbau dan
babi dilambangkan sebagai persembahan, selain itu rambu tuka dilaksanakan untuk
merayakan kebahagiaan dan syukur.
“kalo rambu solo itu pesta kematian, rambu tuka, misalnya pentabisan rumah,
ada istilahnya marara, ada istilahnya dipasoro to manarang,
dipasoro to manarang dlu baru istilahnya pentabisan atau marara
dan seterusnya itu ada lagi yang dibilang ma’bua. Ada upacara
rambu tuka yang terakhir. Artinya semua tahapan tahapan sudah
dilalui. Baik rambu tuka, maupun rambu solo itu sudah dilaksanakan
semua dan terakhir bisa ma’bua”(Wawancara, 5 November 2023)
Pada upacara adat rambu solo siapa saja boleh menghadirinya, termasuk teman
atau kerabat keluarga, anggota keluarga atau yang masih memiliki hubungan darah, juga
tokoh masyarakat adalah beberapa tamu yang harus menghadiri upacara ini sedangkan
pada Rambu Tuka tamu yang hadir adalah tetangga, kerabat, keluarga aray orang-orang
yang mendapatkan undangan.
TRANSKRIP WAWANCARA
(Makna Simbolik Rumah Tongkonan)
Hasil Wawancara
Peneliti : kalo orang mau buat rumah tongkonan, apakah ada syaratnya atau ritualnya, atau
langsung saja om?
Informan : ada. jadi biasanya itu, mengadakan pertemuan dulu. Lain halnya kalo mau di
perbarui
lain halnya kalo baru mau di bangun
Peneliti : jadi itu harus di adakan rambu solo dulu om baru bisa di bangun rumah tongkonan
Informan : ya biasanya begitu. Tapi sekarang kan nda begitu, tergantung dari kemampuan
orang yang ada sekarang. Tapi kalo dlu harus dlu pernah di adakan misalkan pesta
atau pemakaman rambu solo di tempat itu dengan rambu tuka.
Peneliti : pertanyaann selanjutnya om, kan biasanya itu bentuk ukurannya itu beda beda om,
itu kenapa dan apa maknanya om
Informan : kalo maknanya itu klo ukuran orang ambil dari ukuran yang punya, itukan ukuran
badan toh, misalnya tinggi, lebar, orang biasanya ambil dari ukuran badannya.
Peneliti : oh berarti om, ini orang yang meninggal yang mau dibikinkan rumah tongkonan,
sebagaimana bentuk badannya segitu rumah tongkonannya
Informan : nda, maksudnya kalau orang yang mau bikin tongkonan toh, contohnya saya mau
bikin tongkonan, inikan ada ukuran, ukuran badan toh, misalnya tinggi saya.
Biasakan di ambil ukuran dari situ. Kalo ukuran dlu toh, tapi sekarang orang yang
mau besar toh.
Peneliti : itu om besar kecilnya, nda ada ji kaitannya dengan kastanya di atas atau tidak
Informan : nda ada, cuman modelnya yang biasa ada kastanya. Kan biasa modelnya dibuat
hanya sederhana artinya ukuran biasa. Kalo ada yang ini, ada tahapannya. Misalnya 3
ruangan di dalam. Yang pertama 1 ruangan, yang kedua ruangan, yang ketiga 3
ruangan. Nah yang keempat bisa jadi 5 ruangan di dalam.
Peneliti : kan biasanya pewarnaanya itu rumah tongkonan ada warna apa saja
Informan : dari tahapan pertama itu seharusnya tidak diwarnai kalo baru pertama dibuat. Nanti
setelah ada pesta rambu solo disitu, baru bisa diwwarnai. Ada warna merah dan bisa
di ukir.
Peneliti : itu om hanya itu makan warnanya om tidak ada lagi yang lain?
Informan : ya itu saya kurang ngerti kalo makna warna itu. Karna semua warna di pakai disitu.
Artinya kan ada perbandingan kalo misalnya di rambu tuka ada pake warna hitam.
Nah kalo acara rambu tuka biasanya pake warna kuning, putih bisa juga artinya
kuning yang bisa membedakan dengan hitam rambu tuka dengan rambu solo. Kalo
putih bisa dipake rambu solo, merah bisa juga. Yang hanya 2 warna ini yang bisa
membedakan bahwa itu tandanya upacara rambu tuka kalo pake kuning, yang hitam
itu tandanya itu dia pake upacara rambu solo
Peneliti : kita tau biasa makna gambar nya
Informan : ya itulah yang sa bilang tadi ada tahapannya kalo sudaah dilalui semua bisa
dipasang model. Karena Ada model satu ruangan, model 2 ruangan, model 3 ruangan
ada model smpe 5 ruangan.
Peneliti : terus om, kan biasanya itu ada yang kayak tiang didepannya itu ada 3 tiang itu om,
itu artinya apa om
Informan : oh di depan, itukan sebagai penyangga saja itu. Tukang somba, yang tinggi. Itu
sebagai penopang
Hasil Wawancara
Peneliti : kalau ini om sudah berapa keturunan?
Informan : saya keturunan ke 14
Peneliti : berarti darinya keturunan pertama sampe sekarang itu ini tanduknya
Informan : iya iya ,kan di rawat jadi tidak apa². Kan tongkonan ini berdiri dari abad ke 17
Peneliti : ada juga yg kami dengar itu yang nama-nama rumpun tongkonan begini kalau di
sini itu namanya apa pak
Informan : hah ini yang bangun tongkonan ini konro lele,jadi kalau ini rumpun nya,konro lele ,
keturunanya juga silambi, keturunannya juga paimbonan dan itu anu boleh di pakai
Peneliti : eee untuk gambar-gambar nya sendiri itu om kan ada corak-Coraknya itu ada
artinya atau bagaimana?
Informan : kalau om liat om Ndak tau juga,nanti tukang ukir yang tau itu
Peneliti : juga om biasanya ada gambar ayam di depan nya itu itu apa hubungannya?
Informan : itu gambar ayam itu yang paling diatas,kenapa karena menurut orang tua,ayam itu
dia tau tengah malam,dia tau pagi,dia tau berkokok itu jadi tidak ada hewan ee hewan
lainya itu Cuma ayam,dia tau malam dia tau siang dia tau pagi
Peneliti : sama itu juga om yang mengenai posis pembangunan tongkonan nya, biasanya
selalu berhadap hadapan kenapa itu
Informan :yang kayak begitu kalau tongkonan itu di andaikan,ibu kemudian yang lumbung
tempatta duduk dan tempat nya padi itu namanya ayah,jadi ada ibu ada ayah,
kemudian kenapa menghadap Utara Selatan,karena menurut pendapat orang dulu
bahwa nenek itu berasal dari indo cina dari selatan memakai perahu jadi model dari
bangunan di sini itu kayak seperti perahu
HASIL OBSERVASI
NO FOTO DESKRIPSI
1 Gambar di samping merupakan gambar rumah
tongkonan yang berjejer rapi di wilayah ke’te
kesu yang sempat kami abadikan,
sepengelihatan kami ada kurang lebih 17 rumah
tongkonan di wilayah tersebut, dengan bentuk
dan ukuran yang berbeda-beda, yang kami lihat
pada saat melakukan pengamatan tongkonan
tersebut ada yang difungsikan sebagai rumah
tinggal ,museum, serta tongkonan yang
berukuran kecil yang masyarkat sekitar sebut
sebagai alang di gunakan untuk menyimpan padi
dan bagian bawahnya atau lantangnya di
gunakan sebagai tempat bersantai atau tempat
duduk.
Pada rumah tongkonan tersebut yang
digunakan sebagai rumah tinggal pada bagian
atas kami melihat 2 buah jendela kotak kecil di
bagian depan rumah tongkonan tepat di bawah
lukisan ayam, dan di bagian samping kiri dan
kanan kami juga melihat ada beberapa jendela
kecil, selain tiang pada bagian samping kiri dan
kanan tongkonan sebagai penopang rumah
tongkonan ada hal unik yang kami liat yakni
kami juga melihat ada tiang Panjang di bagian
depan rumah tongkonan yang juga tiang tersebut
digunakan sebagai penyangga rumah tongkonan
yang dimana ukuran tiang tersebut lebih kecil
dari tiang yang ada di bagian badan rumah
tongkonan bukan hanya ukuran tapi bentuknya
pun berbeda. Di bagian tongkonan yang di
jadikan rumah tinggal juga memiliki perbedaan
dengan rumah alang atau lumbung yaitu di
rumah tongkonan yang di gunakan sebagai
rumah tinggal terdapat emper atau teras di
bagian depan