Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

HASIL

4.1 Makna Rumah Adat Tongkonan bagi masyarakat Toraja

Rumah adat tongkonan sebuah rumah adat yang berasal dari Toraja, Sulawesi
Selatan dengan filosofi Aluk Todolo. Rumah Tongkonan yang juga menjadi simbol
martabat dari masyarakat toraja sehingga pembangunannya tidak sembarangan. Ada
bebrapa syarat atau ritual yang dilakukan. Hal ini diungkapkan oleh informan Pak Erwin,
bahwa:

....”Ada. jadi biasanya itu, mengadakan pertemuan dulu. Lain halnya kalo mau di
perbarui lain halnya kalo baru mau di bangun”....(Sumber. Wawancara, 5
November 2023)

Pada proses awal pembangunan Tongkonan terdapat persyaratan yang dilakukan


yaitu Rambu Solo atau Rambu Tuka. Adat ini biasa dilakukan oleh masyarakat Toraja
sebelum pembangunan Rumah Adat . Hal ini diungkapkan oleh informan Pak Erwin,
bahwa:
....” Itukan persyaratannya buat tongkonan itu, apabila sudah di adakan Rambu solo
atau
Rambu tuka di lokasi tersebut. Lalu bisa dibangun tongkonan”....(Sumber.
Wawancara, 5 November, 2023)

Pada saat ini persyaratan untuk pembangunan rumah adat sudah kurang di
terapkan oleh sekelompok masyarakat Toraja. Hal ini diungkapkan oleh informan Pak
Erwin, bahwa:
....” Ya biasanya begitu. Tapi sekarang kan nda begitu, tergantung dari kemampuan
orang yang ada sekarang. Tapi kalo dlu harus dlu pernah di adakan misalkan pesta
atau pemakaman rambu solo di tempat itu dengan rambu tuka”.... (Sumber.
Wawancara, 5 November, 2023)

Rumah adat tongkonan memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda sesuai dengan
tinggi atau ukuran badannya yang di ungkapkan oleh informan, sebagai berikut:
....” Kalo maknanya itu klo ukuran orang ambil dari ukuran yang punya, itukan ukuran
badan toh, misalnya tinggi, lebar, orang biasanya ambil dari ukuran badannya”....
(Sumber . Wawancara, 5 November, 2023)

....” Nda, maksudnya kalau orang yang mau bikin tongkonan toh, contohnya saya mau
bikin tongkonan, inikan ada ukuran, ukuran badan toh, misalnya tinggi saya.
Biasakan di ambil ukuran dari situ. Kalo ukuran dlu toh, tapi sekarang orang yang
mau besar toh”....(Sumber. Wawancara, 5 November 2023)
Ukuran besar atau kecilnya rumah tongkonan tidak di tentukan oleh sebuah kasta
yang ada namun untuk rumah tongkonan yang memiliki model yang berbeda atau tidak
seperti pada umumnya. Karena pada umumnya rumah adat ini hanya memiliki model
yang sederhana dan memiliki beberapa ruangan di dalamnya, seperti yang diungkapkan
informan, sebagai berikut:
....” Nda ada, cuman modelnya yang biasa ada kastanya. Kan biasa modelnya dibuat
hanya sederhana artinya ukuran biasa. Kalo ada yang ini, ada tahapannya.
Misalnya 3 ruangan di dalam. Yang pertama 1 ruangan, yang kedua ruangan, yang
ketiga 3 ruangan. Nah yang keempat bisa jadi 5 ruangan di dalam”....(Sumber.
Wawancara, 5 November, 2023)

proses penambahan ruangan dalam rumah adat dilakukan melalui proses adat yaitu
rambu solo ataupun rambu tuka untuk proses penambahan ruangan yang ada, yang
diungkapkan oleh informan, sebagai berikut:
....” Pertama di buat toh, misalkan 1 ruangan kalo tongkonan toh, yang kedua 2
ruangan, yang ketiga 3 ruangan di dalam, yang keempat itu bisa jadi lima artinya
semua tahapan sudah dilalui baik acara rambu solonya maupun acara rambu tuka
yang dilaksanakan disitu”....(Sumber. Wawancara, 5 November 2023)

Mengenai adat rambu solo dan rambu tuka yang dilakukan untuk proses
pembangunan rumah adat memiliki pengertian untuk Rambu Solo' adalah upacara adat
pemakaman yang dilakukan oleh masyarakat Toraja, di mana keluarga harus
menyelenggarakan sebuah pesta untuk menghormati mendiang yang telah pergi dan
Rambu tuka. Sedangkan Rambu Tuka' atau aluk rampe matallo (ritus-ritus di sebelah
timur) adalah upacara syukur atas selesai dibangunnya rumah adat, syukur selesai
panen, upacara pesta pernikahan atau upacara syukur lainnya. Hal ini pun di ungkapkan
oleh informan, sebagai berikut:

....” Kalo rambu solo itu pesta kematian, rambu tuka, misalnya pentabisan rumah, ada
istilahnya marara, ada istilahnya dipasoro to manarang, dipasoro to manarang dlu
baru istilahnya pentabisan atau marara dan seterusnya itu ada lagi yang dibilang
ma’bua. Ada upacara rambu tuka yang terakhir. Artinya semua tahapan tahapan
sudah dilalui. Baik rambu tuka, maupun rambu solo itu sudah dilaksanakan semua
dan terakhir bisa ma’bua”....(Sumber. Wawancara, 5 November 2023)

Tongkonan, rumah tradisional Toraja, memiliki elemen-elemen simbolis yang mencerminkan aspek-
aspek sosial, budaya, dan sejarah masyarakat Toraja. Dalam interpretasi ini, lumbung tempat
duduk dapat dianggap sebagai simbol peran ibu dalam keluarga, sedangkan tempat
penyimpanan padi mewakili peran ayah. Orientasi bangunan menghadap Utara-Selatan dapat
diartikan sebagai refleksi keyakinan bahwa nenek moyang Toraja berasal dari Indo-Cina,
khususnya dari arah selatan, yang diwakili oleh penggunaan perahu sebagai model bangunan.
Dengan demikian, desain Tongkonan tidak hanya memenuhi fungsi praktis sebagai tempat
tinggal, tetapi juga menyampaikan pesan simbolis yang menghubungkan masyarakat dengan
sejarah dan mitos nenek moyang mereka. . Hal ini pun di ungkapkan oleh informan,
sebagai berikut:

..... : kalau tongkonan itu di andaikan,ibu kemudian yang lumbung tempatta duduk
dan tempat nya padi itu namanya ayah,jadi ada ibu ada ayah, kemudian kenapa
menghadap Utara Selatan, karena menurut pendapat orang dulu bahwa nenek itu
berasal dari indo cina dari selatan memakai perahu jadi model dari bangunan di
sini itu kayak seperti perahu” (Sumber . Wawancara, 5 November, 2023)

4.2 Warna yang terdapat pada Rumah Adat Tongkonan


Pada tahap awal pembangunan rumah, sebaiknya rumah tidak dicat dan diwarnai.
Proses pewarnaan ini disarankan dilakukan setelah melalui pesta rambu solo. Pesta rambu
solo kemungkinan merupakan suatu upacara atau peristiwa tertentu dalam tradisi lokal yang
menjadi poin penting dalam proses pembangunan rumah tradisional tersebut.Pemilihan
warna merah dan kemungkinan adanya ukiran dalam proses pewarnaan memberikan nuansa
khusus pada rumah tersebut. Warna dan ukiran tersebut mungkin memiliki makna simbolis
atau tradisional yang penting dalam konteks budaya setempat. Ini mencerminkan kedalaman
makna dan keberlanjutan tradisi dalam pembangunan rumah tradisional tersebut. Hal ini di
ungkanpakan oleh informan sebagai berikut:
………..”dari tahapan pertama itu seharusnya tidak diwarnai kalo baru pertama
dibuat. Nanti setelah ada pesta rambu solo disitu, baru bisa diwwarnai. Ada warna
merah dan bisa di ukir.” (Sumber . Wawancara, 5 November, 2023)

Warna-warna yang digunakan dalam pengecatan Tongkonan memiliki makna


budaya yang dalam. Misalnya, warna merah digunakan untuk melambangkan kehidupan
dan keberuntungan, sementara warna hitam melambangkan kematian dan kedukaan. Hal
ini diungkapkan oleh informan sebagai berikut:
....” Warna merah, putih, hitam, warna kuning yang dimana semuanya itu punya arti
kayak seperti putuh di artikan suci hitam yang biasanya di apke di rmbu solo sebgai
tanda kematian sama dengan merah itu melambangkan keberanian sama kalok
kuning biasnya itu kekayaan”....(Sumber. Wawancara, 5 November 2023)

(Penggunaan warna merah, putih, hitam, dan kuning dalam tradisi rumah Tongkonan
masyarakat Toraja memiliki makna simbolis tertentu seperati butih yang berarti
kesucian, hitam yang berarti kematian, merah yang berarti keberanian, dan kening
yang berarti kekayaan)
Artinya adalah bahwa dalam konteks penggunaan warna pada rumah Tongkonan,
perbedaan warna memiliki makna tertentu yang berkaitan dengan jenis upacara atau ritual yang
sedang berlangsung. Misalnya, pada acara rambu tuka, warna kuning, putih, dan merah dapat
digunakan, sementara pada upacara rambu solo, warna hitam digunakan.Pembedaan ini
memungkinkan untuk mengidentifikasi jenis upacara yang sedang berlangsung. Jadi, ketika
melihat warna-warna tersebut pada rumah Tongkonan, seseorang dapat mengetahui apakah
rumah tersebut sedang mengalami upacara rambu tuka (dengan warna kuning dan putih) atau
upacara rambu solo (dengan warna hitam). Dengan cara ini, penggunaan warna menjadi suatu
sistem simbolis yang membedakan dan mengkomunikasikan jenis kegiatan adat atau upacara
yang sedang dilakukan oleh komunitas Toraja. . Hal ini diungkapkan oleh informan sebagai
berikut:

...... ” ya itu saya kurang ngerti kalo makna warna itu. Karna semua
warna di pakai disitu. Artinya kan ada perbandingan kalo misalnya di rambu tuka
ada pake warna hitam. Nah kalo acara rambu tuka biasanya pake warna kuning,
putih bisa juga artinya kuning yang bisa membedakan dengan hitam rambu tuka
dengan rambu solo. Kalo putih bisa dipake rambu solo, merah bisa juga. Yang
hanya 2 warna ini yang bisa membedakan bahwa itu tandanya upacara rambu tuka
kalo pake kuning, yang hitam itu tandanya itu dia pake upacara rambu solo” ”....
(Sumber. Wawancara, 5 November 2023)

4.2 SIMBOL ATAU LAMBANG YANG TERGAMBAR/TERUKIR PADA RUMAH


TONGKONAN DAN APA MAKNA DI BALIK UKIRAN TERSEBUT
Gambar ayam yang terletak di puncak dikaji oleh orang tua dengan dasar keyakinan
bahwa ayam memiliki kemampuan untuk memahami periode waktu, termasuk tengah malam, pagi,
dan siang. Kepercayaan ini berakar pada kemampuan ayam untuk berkokok, sehingga dianggap
sebagai satu-satunya hewan yang memiliki kesadaran terhadap perubahan waktu dari malam ke
siang dan pagi. ayam dianggap sebagai simbol atau indikator alami dari perubahan waktu,
memperkuat pandangan bahwa ayam memiliki pengetahuan bawaan tentang siklus malam, pagi,
dan siang, Hal ini di ungkapkan oleh infoman sebagai berikut.

. …..“itu gambar ayam itu yang paling diatas,kenapa karena menurut orang
tua,ayam itu dia tau tengah malam,dia tau pagi,dia tau berkokok itu jadi tidak ada
hewan ee hewan lainya itu Cuma ayam,dia tau malam dia tau siang dia tau pagi”
(Sumber . Wawancara, 5 November, 2023)

Dalam tradisi di wilayah tersebut, penambahan kepala kerbau pada rumah Tongkonan
melibatkan serangkaian upacara yang harus dijalankan terlebih dahulu. Proses ini tidak sebatas
pada pembangunan fisik rumah, melainkan memerlukan pelaksanaan upacara, termasuk potong
kerbau dan pelaksanaan rambu solo.Upacara rambu solo, yang mungkin merujuk pada
serangkaian tradisi adat atau ritual tertentu, menjadi syarat sebelum kepala kerbau dapat dipasang
pada rumah tersebut. Ini mencerminkan pentingnya aspek budaya dan adat istiadat dalam
pembangunan dan penataan rumah tradisional Tongkonan, menunjukkan bahwa setiap langkah
memiliki makna simbolis dan spiritual yang mendalam. Hampir semua rumah Tongkonan di
wilayah Ke'te Kesu memiliki potongan kepala kerbau di bagian depannya. Namun, setelah
melihat lebih dekat, ternyata kepala kerbau tersebut bukanlah asli, melainkan hasil ukiran
manusia yang dibentuk sedemikian rupa. Kepala kerbau yang terpampang memiliki variasi
warna, ukuran, dan panjang tanduk yang berbeda-beda. Tersedia warna putih, hitam putih, dan
hitam dengan tanduk yang bervariasi. . Hal ini diungkapkan oleh informan sebagai berikut:

...... “ya itulah semua yang sa bilang tadi, semua upacara telah dilakukan disitu.
Pernah potong kerbau baru bisa di pasang kepala kerbau. nda semuanya misalnya
kalo baru pertama dibikin belum ada upacara rambu solo, disitu belum bisa di
pasangi kepala kerbau.” ” (Sumber . Wawancara, 5 November, 2023)

BAB V
1. Mengapa pada proses pembuatan rumah tongkonanan ada syarat atau ritual yang
dilakukan
Rumah adat Tongkonan didirikan melalui serangkaian ritual adat sebagai bentuk
penghormatan kepada leluhur dan sebagai rasa syukur setelah berdirinya tongkonan,
ritual ini melibatkan pengorbanan hewan seperti babi, kerbau, dan ayam serta penyajian
sesajian sebagai persembahan kepada dewa dan leluhur Toraja. Ritual ini berdasarkan
strata sosial masyarakat, dimana rumah kelas menengah dan bangsawan melaksanakan
ritual selama lima hari, sementara rakyat biasa hanya satu hari. Proses ini juga merupakan
masyarakat Toraja untuk tetap berhubungan dengan leluhur mereka.

“ada. jadi biasanya itu, mengadakan pertemuan dulu. Lain halnya kalo mau di
perbaru lain halnya kalo baru mau di bangun (Wawancara, 5
November 2023)
Rumah adat ini di fungsikan sebagai pusat berbagai kegiatan sosial hingga tempat
upacara religi bagi keluarga yang memiliki rumah tersebut. Pada awalnya rumah
tongkonan hanya di gunakan bangsawan Toraja saja untuk berkumpul, akan tetapi pada
perkembangannya rumah ini akhirnya menjadi rumah adat yang di pakai untuk tempat
tinggal masyarakat Toraja.

2. Apakah ada makna dari bentuk dan ukuran yang berbeda


Berdasarkan pandangan agama leluhur orang Toraja yaitu Aluk Todolo bentuk
atau struktur Tongkonan terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu bagian bawah (sulluk
banua) yang merupakan kolong rumah yang di kelilingi oleh tiang-tiang menopang badan
rumah yang di sebut kale banua kemudian badan rumah(kale banua) yang di topang oleh
tiang-tiang merupakan pusat kegiatan menyangkut aspek mata pencaharian hidup,
menyangkut aktivitas seharai-hari, penyelenggara upacara-upacara dalam sistem
kepercayaan, tempat musyawarah keluarga besar. Bagian atas(rattiang banua) merupakan
atap rumah yang menutupi seluruh rumah yang dulu terbuat dari bambu dan mempunyai
bentuk khas seperti perahu memanjang.

“kalo maknanya itu klo ukuran orang ambil dari ukuran yang punya, itukan
ukuran badan toh, misalnya tinggi, lebar, orang biasanya ambil dari
ukuran badannya (Wawancara, 5 November 2023)
Rumah adat tongkonan memiliki ukuran yang luas dan beragam, tergantung pafa fungsi
dan peran pemimpin suku, ukuran rumah tongkonan
3. Perbedaan Rambu Solo dan Rambu Tuka
Rambu solo dan Rambu Tuka ada upacara adat yang berbeda dalam masyarakat
Toraja. Rambu solo adalah upacara adat pemakaman yang dilakukan oleh masyarakat
Toraja, dimana keluarga harus menyelenggarakan sebuah pesta untuk menghormati
mendiang yang telah pergi. Dalam rambu solo, hewan seperti kerbau dan babi dipercaya
sebagai kendaraan bagi arwah yang sudah meninggal untuk pergi ke alam baka dan
rambu solo dilaksanakan saat ada anggota keluarga yang meninggal. Rambu Tuka adalah
upacara syukur atas selesai dibangunnya rumah adat, syukur selesai panen, upacara pesta
pernikahan atau upacara syukur lainnya. Dalam rambu tuka hewan seperti kerbau dan
babi dilambangkan sebagai persembahan, selain itu rambu tuka dilaksanakan untuk
merayakan kebahagiaan dan syukur.
“kalo rambu solo itu pesta kematian, rambu tuka, misalnya pentabisan rumah,
ada istilahnya marara, ada istilahnya dipasoro to manarang,
dipasoro to manarang dlu baru istilahnya pentabisan atau marara
dan seterusnya itu ada lagi yang dibilang ma’bua. Ada upacara
rambu tuka yang terakhir. Artinya semua tahapan tahapan sudah
dilalui. Baik rambu tuka, maupun rambu solo itu sudah dilaksanakan
semua dan terakhir bisa ma’bua”(Wawancara, 5 November 2023)
Pada upacara adat rambu solo siapa saja boleh menghadirinya, termasuk teman
atau kerabat keluarga, anggota keluarga atau yang masih memiliki hubungan darah, juga
tokoh masyarakat adalah beberapa tamu yang harus menghadiri upacara ini sedangkan
pada Rambu Tuka tamu yang hadir adalah tetangga, kerabat, keluarga aray orang-orang
yang mendapatkan undangan.

4. Warna yang digunakan pada Rumah Adat Tongkonan.


Rumah adat tongkonan memiliki warna-warna tertentu yang memiliki maksa simbolis
dalam konteks budaya dan tradisional, warna-warna ini seringkali mencerminkan nilai-
nilai, kepercayaan, atau elemen penting dalam kehidupan masyarakat Toraja. Makna
warna hitam yaitu melambangkan kedukaan, warna merah melambangkan keberanian,
semangat dan kehidupan, warna putih seringkali di anggap sebagai simbil kesucian,
warna kuning sering dikaitkan dengan kebahagiaan.
“warna merah, putih, hitam, warna kuning yang dimana semuanya itu punya arti
kayak seperti putuh di artikan suci hitam yang biasanya di apke di
rmbu solo sebgai tanda kemtaian sama dengan merah itu
melambangkan keberanian sama kalok kuning biasnya itu
kekayaan”(Wawancaea, 5 November 2023)
Makna warna tergantung pada tradisi lokal dan interpretasi masyarakat setempat.
Simbolisme warna memiliki akar dalam kepercayaan agama dan sistem nilai suku Toraja
karena pemilihan warna tidak hanya dipilih untuk alasan estetika tetapi juga memiliki
kedalaman makna dalam warisan budaya lebih lanjut.

5. Tanduk Tedong Pada Rumah Tongkonan


Salah satu ciri khas rumah tongkonan yaitu kepala kerbau ditempel tersusun di
depan rumah pada tiang utama atau tulak somba Tongkonan. Hampir semua rumah
tongkonan yang ada di wilayah ke’te kesu. Dalam tradisi di wilayah tersebut,
penambahan kepala kerbau pada rumah Tongkonan melibatkan serangkaian upacara yang
harus dijalankan terlebih dahulu. Proses ini tidak sebatas pada pembangunan fisik rumah,
melainkan memerlukan pelaksanaan upacara, termasuk potong kerbau dan pelaksanaan
rambu solo. Ini mencerminkan pentingnya aspek budaya dan adat istiadat dalam
pembangunan dan penataan rumah tradisional Tongkonan, menunjukkan bahwa setiap
langkah memiliki makna simbolis dan spiritual yang mendalam.
“ya itulah semua yang sa bilang tadi, semua upacara telah dilakukan
disitu. Pernah potong kerbau baru bisa di pasang kepala kerbau. nda semuanya
misalnya kalo baru pertama dibikin belum ada upacara rambu solo, disitu belum
bisa di pasangi kepala kerbau.”
Tanduk kerbau ini tak hanya dipajang begitu saja. Tapi, menunjukkan tingginya derajat
keluarga yang mendiami rumah tersebut. Ornamen tanduk kerbau di depan tongkonan
melambangkan kemampuan ekonomi sang pemilik rumah saat upacara penguburan
anggota keluarganya. Setiap upacara adat di Toraja seperti pemakaman akan
mengorbankan kerbau dalam jumlah yang banyak.

6. Posisi pembuatan rumah tongkonan


Dengan bentuk desain, hingga posisi rumah dan tiang-tiangnya rumah adat ini memiliki
nilai serta arti yang berbeda-beda. Pertama, posisi rumah menghadap ke utara yang
mengartikan di mana lokasi dari Puang Matua Yang Mahakuasa, yaitu di arah utara. Kini
rumah adat sudah tak banyak digunakan sebagai hunian karena telah membangun rumah
biasa. Orientasi bangunan menghadap Utara-Selatan dapat diartikan sebagai refleksi
keyakinan bahwa nenek moyang Toraja berasal dari Indo-Cina, khususnya dari arah
selatan, yang diwakili oleh penggunaan perahu sebagai model bangunan. Dengan
demikian, desain Tongkonan tidak hanya memenuhi fungsi praktis sebagai tempat
tinggal, tetapi juga menyampaikan pesan simbolis yang menghubungkan masyarakat
dengan sejarah dan mitos nenek moyang mereka.
kalau tongkonan itu di andaikan,ibu kemudian yang lumbung tempatta duduk dan
tempat nya padi itu namanya ayah,jadi ada ibu ada ayah, kemudian
kenapa menghadap Utara Selatan, karena menurut pendapat orang
dulu bahwa nenek itu berasal dari indo cina dari selatan memakai
perahu jadi model dari bangunan di sini itu kayak seperti perahu”

Tongkonan dan rumah kediaman penduduk di sekitar tongkonan selalu dibangun


menghadap ke Utara. Di hadapan tongkonan, dibangun berbanjar dari timur ke barat
lumbung-lumbung padi atau dalam bahasa Toraja di sebut Alang. Bentuk dasar lumbung
atau alang mirip dengan bentuk tongkonan, hanya memiliki ukuran lebih kecil. Jumlah
alang menandakan kesejahteraan/ kekayaan seseorang. Bagian bawah atau kolong Alang
dapat digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu

TRANSKRIP WAWANCARA
(Makna Simbolik Rumah Tongkonan)

Cuplikan Catatan Lapangan


Hasil Wawancara
Lokasi : Siguntu, Toraja Utara
Metode : Wawancara (via telepon)
Narasumber : Pak Erwin
Hari : Minggu
Tanggal : 5 November 2023
Jam : 19.01 WITA
Tempat : Mcdonald

Hasil Wawancara
Peneliti : kalo orang mau buat rumah tongkonan, apakah ada syaratnya atau ritualnya, atau
langsung saja om?
Informan : ada. jadi biasanya itu, mengadakan pertemuan dulu. Lain halnya kalo mau di
perbarui
lain halnya kalo baru mau di bangun

Peneliti : kalo mau di bangun dulu om


Informan : itukan persyaratannya buat tongkonan itu, apabila sudah di adakan rambu solo atau
rambu tuka di lokasi tersebut. Lalu bisa dibangun tongkonan.

Peneliti : jadi itu harus di adakan rambu solo dulu om baru bisa di bangun rumah tongkonan
Informan : ya biasanya begitu. Tapi sekarang kan nda begitu, tergantung dari kemampuan
orang yang ada sekarang. Tapi kalo dlu harus dlu pernah di adakan misalkan pesta
atau pemakaman rambu solo di tempat itu dengan rambu tuka.

Peneliti : pertanyaann selanjutnya om, kan biasanya itu bentuk ukurannya itu beda beda om,
itu kenapa dan apa maknanya om
Informan : kalo maknanya itu klo ukuran orang ambil dari ukuran yang punya, itukan ukuran
badan toh, misalnya tinggi, lebar, orang biasanya ambil dari ukuran badannya.

Peneliti : oh berarti om, ini orang yang meninggal yang mau dibikinkan rumah tongkonan,
sebagaimana bentuk badannya segitu rumah tongkonannya
Informan : nda, maksudnya kalau orang yang mau bikin tongkonan toh, contohnya saya mau
bikin tongkonan, inikan ada ukuran, ukuran badan toh, misalnya tinggi saya.
Biasakan di ambil ukuran dari situ. Kalo ukuran dlu toh, tapi sekarang orang yang
mau besar toh.

Peneliti : itu om besar kecilnya, nda ada ji kaitannya dengan kastanya di atas atau tidak
Informan : nda ada, cuman modelnya yang biasa ada kastanya. Kan biasa modelnya dibuat
hanya sederhana artinya ukuran biasa. Kalo ada yang ini, ada tahapannya. Misalnya 3
ruangan di dalam. Yang pertama 1 ruangan, yang kedua ruangan, yang ketiga 3
ruangan. Nah yang keempat bisa jadi 5 ruangan di dalam.

Peneliti : semakin banyak ruangannya om, semakin tinggi atau bagaiamana


Informan : pertama di buat toh, misalkan 1 ruangan kalo tongkonan toh, yang kedua 2 ruangan,
yang ketiga 3 ruangan di dalam, yang keempat itu bisa jadi lima artinya semua
tahapan sudah dilalui baik acara rambu solonya maupun acara rambu tuka yang
dilaksanakan disitu.

Peneliti : apa bedanya ini om rambu solo sama rambu tuka


Informan : kalo rambu solo itu pesta kematian, rambu tuka, misalnya pentabisan rumah, ada
istilahnya marara, ada istilahnya dipasoro to manarang, dipasoro to manarang dlu
baru istilahnya pentabisan atau marara dan seterusnya itu ada lagi yang dibilang
ma’bua. Ada upacara rambu tuka yang terakhir. Artinya semua tahapan tahapan
sudah dilalui. Baik rambu tuka, maupun rambu solo itu sudah dilaksanakan semua
dan terakhir bisa ma’bua

Peneliti : kan biasanya pewarnaanya itu rumah tongkonan ada warna apa saja
Informan : dari tahapan pertama itu seharusnya tidak diwarnai kalo baru pertama dibuat. Nanti
setelah ada pesta rambu solo disitu, baru bisa diwwarnai. Ada warna merah dan bisa
di ukir.

Peneliti : itu om biasanya ,warna merah, hitam kuning


Informan : putih

Peneliti : oh putih juga ada, apalagi om


Informan : warna merah, putih, hitam, warna kuning yang dimana semuanya itu punya arti
kayak seperti putuh di artikan suci hitam yang biasanya di apke di rmbu solo sebgai
tanda kemtaian sama dengan merah itu melambangkan keberanian sama kalok
kuning biasnya itu kekayaan

Peneliti : itu om hanya itu makan warnanya om tidak ada lagi yang lain?
Informan : ya itu saya kurang ngerti kalo makna warna itu. Karna semua warna di pakai disitu.
Artinya kan ada perbandingan kalo misalnya di rambu tuka ada pake warna hitam.
Nah kalo acara rambu tuka biasanya pake warna kuning, putih bisa juga artinya
kuning yang bisa membedakan dengan hitam rambu tuka dengan rambu solo. Kalo
putih bisa dipake rambu solo, merah bisa juga. Yang hanya 2 warna ini yang bisa
membedakan bahwa itu tandanya upacara rambu tuka kalo pake kuning, yang hitam
itu tandanya itu dia pake upacara rambu solo
Peneliti : kita tau biasa makna gambar nya
Informan : ya itulah yang sa bilang tadi ada tahapannya kalo sudaah dilalui semua bisa
dipasang model. Karena Ada model satu ruangan, model 2 ruangan, model 3 ruangan
ada model smpe 5 ruangan.

Peneliti : terus om, kan biasanya itu ada yang kayak tiang didepannya itu ada 3 tiang itu om,
itu artinya apa om
Informan : oh di depan, itukan sebagai penyangga saja itu. Tukang somba, yang tinggi. Itu
sebagai penopang

Peneliti : biasanya kan ada kepala kerbau di depannya


Informan : ya itulah semua yang sa bilang tadi, semua upacara telah dilakukan disitu. Pernah
potong kerbau baru bisa di pasang kepala kerbau. nda semuanya misalnya kalo baru
pertama dibikin belum ada upacara rambu solo, disitu belum bisa di pasangi kepala
kerbau.

Cuplikan Catatan Lapangan


Hasil Wawancara
Lokasi : Bori parinding
Metode : Wawancara
Narasumber :
Hari : Sabtu
Tanggal : 21 Oktober 2023
Jam : 10.00 WITA
Tempat : Tongkonan Seribu Tanduk

Hasil Wawancara
Peneliti : kalau ini om sudah berapa keturunan?
Informan : saya keturunan ke 14

Peneliti : sudah berapa kali Renovasi ini om?


Informan : dua kali renovasi

Peneliti : berarti berkali-kali mi ini pergantian tanduknya pak dih?


Informan : ini Ndak ,Ndak penrha di ganti anunya di susun saja

Peneliti : berarti darinya keturunan pertama sampe sekarang itu ini tanduknya
Informan : iya iya ,kan di rawat jadi tidak apa². Kan tongkonan ini berdiri dari abad ke 17

Peneliti : baru saya dengar dengarkan namanya,tongkonan seribu tanduk,kenapa dinamakan


pak?
Informan : katanya seribu tanduk apa karna tidak ada tongkonan di Toraja yang sama dengan
ini
Peneliti : berarti ini yang paling banyak?
Informan : paling banyak,200 lebih tapi masih ada di atas sana yang pendek ini diatas

Peneliti : ada juga yg kami dengar itu yang nama-nama rumpun tongkonan begini kalau di
sini itu namanya apa pak
Informan : hah ini yang bangun tongkonan ini konro lele,jadi kalau ini rumpun nya,konro lele ,
keturunanya juga silambi, keturunannya juga paimbonan dan itu anu boleh di pakai

Peneliti : eee untuk gambar-gambar nya sendiri itu om kan ada corak-Coraknya itu ada
artinya atau bagaimana?
Informan : kalau om liat om Ndak tau juga,nanti tukang ukir yang tau itu

Peneliti : juga om biasanya ada gambar ayam di depan nya itu itu apa hubungannya?
Informan : itu gambar ayam itu yang paling diatas,kenapa karena menurut orang tua,ayam itu
dia tau tengah malam,dia tau pagi,dia tau berkokok itu jadi tidak ada hewan ee hewan
lainya itu Cuma ayam,dia tau malam dia tau siang dia tau pagi

Peneliti : sama itu juga om yang mengenai posis pembangunan tongkonan nya, biasanya
selalu berhadap hadapan kenapa itu
Informan :yang kayak begitu kalau tongkonan itu di andaikan,ibu kemudian yang lumbung
tempatta duduk dan tempat nya padi itu namanya ayah,jadi ada ibu ada ayah,
kemudian kenapa menghadap Utara Selatan,karena menurut pendapat orang dulu
bahwa nenek itu berasal dari indo cina dari selatan memakai perahu jadi model dari
bangunan di sini itu kayak seperti perahu
HASIL OBSERVASI

(MAKNA SIMBOLIK RUMAH TONGKONAN)

Cuplikan Catatan Lapangan


Lokasi : KE’TE KESU’
Metode : Observasi
Hari : SABTU
Tanggal : 21 Oktober 2023
Jam : 17.00 WITA
Tempat : Kecamatan Kete’ Kesu

NO FOTO DESKRIPSI
1 Gambar di samping merupakan gambar rumah
tongkonan yang berjejer rapi di wilayah ke’te
kesu yang sempat kami abadikan,
sepengelihatan kami ada kurang lebih 17 rumah
tongkonan di wilayah tersebut, dengan bentuk
dan ukuran yang berbeda-beda, yang kami lihat
pada saat melakukan pengamatan tongkonan
tersebut ada yang difungsikan sebagai rumah
tinggal ,museum, serta tongkonan yang
berukuran kecil yang masyarkat sekitar sebut
sebagai alang di gunakan untuk menyimpan padi
dan bagian bawahnya atau lantangnya di
gunakan sebagai tempat bersantai atau tempat
duduk.
Pada rumah tongkonan tersebut yang
digunakan sebagai rumah tinggal pada bagian
atas kami melihat 2 buah jendela kotak kecil di
bagian depan rumah tongkonan tepat di bawah
lukisan ayam, dan di bagian samping kiri dan
kanan kami juga melihat ada beberapa jendela
kecil, selain tiang pada bagian samping kiri dan
kanan tongkonan sebagai penopang rumah
tongkonan ada hal unik yang kami liat yakni
kami juga melihat ada tiang Panjang di bagian
depan rumah tongkonan yang juga tiang tersebut
digunakan sebagai penyangga rumah tongkonan
yang dimana ukuran tiang tersebut lebih kecil
dari tiang yang ada di bagian badan rumah
tongkonan bukan hanya ukuran tapi bentuknya
pun berbeda. Di bagian tongkonan yang di
jadikan rumah tinggal juga memiliki perbedaan
dengan rumah alang atau lumbung yaitu di
rumah tongkonan yang di gunakan sebagai
rumah tinggal terdapat emper atau teras di
bagian depan

Gambar di samping adalah gambaar kepala


kerbau yang dimana kami melihat masyarakat di
toraja Menyusun tanduk kerbau tersebut dari
yang paling besar paling bawah hingga yang
paling kecil paling atas, dan apabila tanduk pada
tiang tersebut sudah full atau penuh maka iya
akan berpindah kebagian samping untuk
Menyusun kepala kerbau tersebut, kami juga
melihat bukan hanya kepala kerbau yang di
susun tapi ada juga rahang dari kerbau tersebut.
3 Hampir semua rumah tongkonan yang ada di
wilayah ke’te kesu. Pada bagian depan terdapat
potongan kepala kerbau, kami lihat itu bukanlah
kepala kerbau yang asli melainkan kepala
kerbau hasil ukiran manusia yang di bentuk
sedemikian rumah, kepala kerbau yang kami liat
memiliki warna ukuran, serta Panjang tanduk
yang bervariasi, ada warna putih, hitam putih
dan hitam dengan ukuran tanduk yang beragam.
Yang unik juga meskipun ada banyak lumbung
atau alang yang ada di sana tapi tidak satu pun
lumbung yang dipasangi kepala kerbau.
4 Pada rumah tongkonan di toraja hampir semua
memiliki corak atau gambar maupun lukisan
dengan ciri khas warna yang kami lihat
mendominasi merah, hitam dan kuning, yang
kami lihat pada corak atau ukiran rumah
tongkonan tersebut memiliki petekan/ kotak
setiap gambar yang diselang seling, warna
ukiran pada rumah tongkonan dan lumbung
sangat lah berbeda yang kami lihat warna ukiran
pada tongkonan lebih cerah dan bervariasi dari
pada ukiran pada lumbung, bukan hanya warna
tapi jenis atau bentuk dari ukirannya pun
berbeda pada rumah tongkonan ukirannya lebih
bervariasi dibandingkan dengan lumbung.
5 Rumah adat tongkonan di wilayah ke’te kesu
sangatlah besar pada bagian belakang kami
melihat pemilik dari tongkonan tersebut
menambah bangunnya dengan bangunan lain
dari bambu yang kami lihat di fungsikan sebagai
dapur. Rumah tongkonan ini juga memiliki
banyak jendela tetapi dengan ukuran yang
sangat kecil.
6 Yang kami lihat yang menjadi pembeda antara
alang dan rumah tongkonan sangat lah banyak di
antaranya ukurannya, ukirannya, bentuknya dan
fungsinya. Yang kami lihat rumah alang yang
ada di wilayah tersebut tidak dipasangi tanduk
kerbau, dan selain untuk menyimpan padi kami
juga melihat alang tersebut di manfaatkan
sebagai tempat bersantai atau duduk.

7 Yang kami lihat yang menjadi pembeda antara


alang dan rumah tongkonan sangat lah banyak di
antaranya ukurannya, ukirannya, bentuknya dan
fungsinya. Yang kami lihat rumah alang yang
ada di wilayah tersebut tidak dipasangi tanduk
kerbau, dan selain untuk menyimpan padi kami
juga melihat alang tersebut di manfaatkan
sebagai tempat bersantai atau duduk.

FORMAT PENYUSUNAN (MENGORGANISASI) DATA

(MAKNA SIMBOLIK RUMAH TONGKONAN)


1) Fokus Penelitian 1 (Syarat Pembuatan Rumah Tongkonan)
N TEMA DATA TEMUAN INTERPRETASI DATA LITERATUR
O
1 Syarat Ada beberapa tahapan
pembuatan atau syarat dalam
rumah membangun rumah
tongkonan taongkonan yang di
mana hal pertama dan
utama yang dilakukan
adalah mengadakan
pertemuan dengan
keluarga besar yang
dihadiri oleh para
orang tua dan untuk
syarat yang harus
dipenuhi dalam Mengenal tata letak bangunan di
Menurut informasi dari informan pembuatan rumah Toraja yang harus selalu
kami rumah tongkonan memiliki tongkonan adalah menghadap ke utara dan ini
syarat dalam pembuatan, yakni salah telah di laksanakan merupakan syarat mutlak yang
satu syaratnya yaitu dilakukan rambu solo dan rambu dianut di dalam pembangunan,
pertemuan dan telah di adakan tuka.. Tongkonan prinsip ini dilatarbelakangi oleh
rambu solo dan rambu tuka. memiliki bentuk falsafah orang Toraja dalam
Data informan rumah panggung dan memandang alam, yang dalam
Informan=:”ada. jadi biasanya terdiri dari tiga ruang: ajaran Aluk Todolo disebut Ada
itu, mengadakan badan rumah (kale Appa Oto na (falsafah adat
pertemuan dulu. Lain banua), ruang bawah empat dasar): 1. Bagian Utara
(sulluk banua), dan dinamakan Ulunna Langi, 2.
halnya kalo mau di
ruang bumbung atau Bagian Timur dinamakan Mata
perbarui lain halnya atap. Bambu Allo, 3. Bagian Barat
kalo baru mau di digunakan untuk dinamakan Mattampu, 4. Bagian
bangun” membuat atap Selatan dinamakan Pollona
Informan=” itukan persyaratannya tongkonan yang Langi. (Aldy dwi mulyana,
buat tongkonan itu, berbentuk tanduk 2013)
apabila sudah di kerbau atau perahu.
adakan rambu solo Terdapat ruang
atau rambu tuka di kosong di bagian
lokasi tersebut. Lalu bawah atap yang dapat
bisa dibangun digunakan untuk
menyimpan berbagai
tongkonan.”
macam barang. Orang
Artinya: "Biasanya, pertama-tama
beraktivitas di ruang
diadakan pertemuan. Namun,
tengah. Di tempat ini,
jika ingin diperbarui,
Anda dapat
syaratnya berbeda dengan
menemukan dapur,
yang baru ingin dibangun."
tempat tidur, berbagai
"Itu merupakan persyaratan
perabotan rumah
untuk mendirikan tongkonan,
tangga, dan banyak
di mana rambu solo atau
lagi karena penghuni
rambu tuka harus telah
rumah melakukan
diselenggarakan di lokasi
banyak hal untuk
tersebut sebelum tongkonan
membangun
dapat dibangun." kehidupan dan budaya
mereka. Berbagai
spesies hewan tinggal
di ruang bawah. Di
bawah rumah
ditempatkan kandang
kerbau, babi, dan
ayam, dan di
sekeliling tongkonan
ditanam berbagai jenis
tumbuhan: beringin,
durian, langsat,
pinang, angsana
(cendana), dan pohon
bambu.

2 Posisi Tongkonan, rumah


pembuatan tradisional Toraja,
rumah memiliki elemen-
tongkonan elemen simbolis yang
mencerminkan aspek-
aspek sosial, budaya,
dan sejarah
masyarakat Toraja.
Dalam interpretasi ini,
Menurut narasumber kami posisi lumbung tempat
pembuatan rumah tongkonan itu duduk dapat dianggap
harus mengarah ke utara selatan. Tongkonan dan rumah
sebagai simbol peran kediaman penduduk di sekitar
Data Temuan ibu dalam keluarga, tongkonan selalu dibangun
Informan= : kalau tongkonan itu di sedangkan tempat menghadap ke Utara. Di
andaikan,ibu kemudian penyimpanan padi hadapan tongkonan, dibangun
yang lumbung tempatta mewakili peran ayah.
duduk dan tempat nya Orientasi berbanjar dari timur ke barat
bangunan lumbung-lumbung padi atau
padi itu namanya menghadap Utara- dalam bahasa Toraja di sebut
ayah,jadi ada ibu ada Selatan dapat diartikan
ayah, kemudian kenapa sebagai Alang. Bentuk dasar lumbung
refleksi atau alang mirip dengan bentuk
menghadap Utara Selatan, keyakinan bahwa tongkonan, hanya memiliki
karena menurut pendapat nenek moyang Toraja
orang dulu bahwa nenek berasal dari Indo- ukuran lebih kecil. Jumlah alang
itu berasal dari indo cina Cina, khususnya dari menandakan kesejahteraan/
dari selatan memakai arah selatan, yang kekayaan seseorang. Bagian
perahu jadi model dari diwakili oleh bawah atau kolong Alang dapat
bangunan di sini itu kayak penggunaan perahu digunakan sebagai tempat untuk
seperti perahu” sebagai model menerima tamu. (Котлер, 2008)
bangunan. Dengan
Artinya: “Jika kita mengandaikan demikian, desain
tongkonan sebagai ibu, Tongkonan tidak
yang menjadi lumbung hanya memenuhi
tempat duduk dan tempat fungsi praktis sebagai
penyimpanan padi tempat tinggal, tetapi
disebut sebagai ayah. juga menyampaikan
Jadi, terdapat figur ibu pesan simbolis yang
dan ayah. Alasan menghubungkan
mengapa tongkonan masyarakat dengan
menghadap ke Utara- sejarah dan mitos
Selatan adalah karena nenek moyang
keyakinan bahwa nenek mereka.
moyang berasal dari
Indo-Cina, dari selatan,
menggunakan perahu
sebagai model bangunan.
Sehingga, struktur
bangunan di sini
dibangun menyerupai
perahu.”

2) Fokus Penelitian 2 (SIMBOL ATAU LAMBANG APA SAJA YANG TERGAMBAR/TERUKIR


PADA RUMAH TONGKONAN DAN APA MAKNA DI BALIK UKIRAN TERSEBUT)
NO TEMA DATA TEMUAN INTERPRETASI DATA LITERATUR
1 Gambar/Ukiran Gambar ayam yang
2 Ekor Ayam terletak di puncak
Jantan Pada dikaji oleh orang tua
Bagian Depan dengan dasar
Rumah keyakinan bahwa
Tongkonan ayam memiliki
kemampuan untuk
memahami periode
menurut informan kami waktu, termasuk Pa’ Manuk Londong
yang kami wawancarai di tengah malam, pagi, (ukiran yang menyerupai
lokasi bulo pariding dan siang. ayam jantan) Bentuknya
rumah tongkonan seribu Kepercayaan ini seperti ayam jantan sebagai
tanduk mengatakan berakar pada lambang kehidupan yang
bahwa ukiran/gambar kemampuan ayam bertata masyarakat dan
ayam bermakna bahwa untuk berkokok, beraturan tertentu, serta
sanya ayam satu-satunya sehingga dianggap mengenai norma-norma
hewan mampu membaca sebagai satu-satunya hukum dan menurut
atau memprediksi waktu. hewan yang memiliki falsafat Aluk Todolo ayam
Data Temuan kesadaran terhadap jantan itu adalah sebagai
Informan= perubahan waktu dari alat peradilan dahulu kala
“itu gambar ayam itu malam ke siang dan di atas langit yang setelah
yang paling pagi. ayam dianggap turun ke bumi diikuti oleh
sebagai simbol atau manusia, serta juga peran
diatas,kenapa karena
indikator alami dari ayam jantan itu bagi
menurut orang
perubahan waktu, manusia dalam memberi
tua,ayam itu dia tau
memperkuat waktu atau mengenal
tengah malam,dia waktu di malam hari.
pandangan bahwa
tau pagi,dia tau (Wijayanti, 2011)
ayam memiliki
berkokok itu jadi
pengetahuan bawaan
tidak ada hewan ee
tentang siklus malam,
hewan lainya itu pagi, dan siang.
Cuma ayam,dia tau
malam dia tau siang
dia tau pagi”
Artinya:
Gambar ayam yang
terletak di bagian paling
atas dijelaskan oleh orang
tua karena menurut
mereka, ayam memiliki
kemampuan untuk
mengenali waktu, baik
tengah malam, pagi,
maupun siang. Ayam
juga diketahui mampu
berkokok, sehingga
dianggap sebagai satu-
satunya hewan yang
memiliki kesadaran akan
pergantian waktu dari
malam ke siang dan pagi
2 Simbol Kepala Dalam tradisi di
Kerbau wilayah tersebut,
penambahan kepala
kerbau pada rumah
Tongkonan melibatkan
serangkaian upacara
yang harus dijalankan
Menurut Pak Erwin terlebih dahulu. Proses
selaku informan yang ini tidak sebatas pada Masyarakat Toraja
kami wawancarai bahwa pembangunan fisik menganggap kerbau
kepala kerbau bukan rumah, melainkan sebagai simbol
semata hanya pajangan memerlukan kemakmuran. Pada masa
saja. Pak Erwin pelaksanaan upacara, lampau, kebanyakan
mengatakan kepala termasuk potong penilaian serta transaksi
kerbau dapat di pasang kerbau dan selalu diputuskan
pada rumah tongkonan pelaksanaan rambu berdasarkan pada nilai
ketika pemilik rumah solo. kerbau. Selain itu, dalam
tongkonan tersebut telah Upacara rambu solo, membedakan status sosial
melakukan upacara adat yang mungkin merujuk seseorang dapat dinilai
baik itu rambu solo dan pada serangkaian berdasarkan jumlah kerbau
rambu tuka’. tradisi adat atau ritual yang dimilikinya. Kerbau
Data Temuan tertentu, menjadi juga merupakan simbol
Informan= syarat sebelum kepala pengorbanan dalam
kerbau dapat dipasang menghormati orang telah
“ya itulah semua
pada rumah tersebut. tiada. Menurut keyakinan
yang sa bilang tadi,
Ini mencerminkan adat Suku Toraja, arwah
semua upacara telah dari orang yang meninggal
dilakukan disitu. pentingnya aspek
budaya dan adat membutuhkan banyak
Pernah potong kerbau yang akan berguna
istiadat dalam
kerbau baru bisa di dalam perjalanannya. Tak
pembangunan dan
pasang kepala penataan rumah lain ialah agar dapat tiba di
kerbau. nda tradisional Tongkonan, nirwana (Puya) dengan
semuanya misalnya menunjukkan bahwa cepat. (Lebang, 2017)
kalo baru pertama setiap langkah
dibikin belum ada memiliki makna
upacara rambu solo, simbolis dan spiritual
disitu belum bisa di yang mendalam.
pasangi kepala Hampir semua rumah
kerbau.” Tongkonan di wilayah
Ke'te Kesu memiliki
Artinya:
potongan kepala
"Ya, itulah semua yang
kerbau di bagian
saya katakan tadi. depannya. Namun,
Semua upacara telah setelah melihat lebih
dilakukan di sana. Baru dekat, ternyata kepala
setelah kerbau tersebut
menyelenggarakan bukanlah asli,
upacara dan potong melainkan hasil ukiran
kerbau, kepala kerbau manusia yang dibentuk
bisa dipasang. Tidak sedemikian rupa.
semua rumah Kepala kerbau yang
Tongkonan, misalnya, terpampang memiliki
variasi warna, ukuran,
yang baru pertama kali
dan panjang tanduk
dibangun dapat
yang berbeda-beda.
memasang kepala Tersedia warna putih,
kerbau sebelum hitam putih, dan hitam
melaksanakan upacara dengan tanduk yang
rambu solo." bervariasi.
Yang menarik,
meskipun terdapat
banyak lumbung atau
alang di sekitar sana,
namun tidak ada
satupun lumbung yang
dipasangi kepala
kerbau. Hal ini
menambah keunikan
dan nilai artistik pada
desain arsitektur
rumah Tongkonan di
Ke'te Kesu.

3) Fokus Penelitian 3 (Makna warna-warna pada rumah tongkonan)


NO TEMA DATA TEMUAN INTERPRETASI DATA LITERATUR
1 Syarat pada tahap awal
pewarnaan pembangunan rumah,
sebaiknya rumah tidak
dicat dan diwarnai.
Proses pewarnaan ini
disarankan dilakukan
setelah melalui pesta
Menurut data informan rambu solo. Pesta Proses pewarnaan
kami salah satu syarat rambu solo digunakan dengan cara
pembuatan rumah kemungkinan tradisional, warna merah
tongkonan adalah telah merupakan suatu biasa dipakai tanah merah
dilakukan rambu solo dan upacara atau peristiwa atau batu merah yang
rambu tuka tertentu dalam tradisi digosokan ke batu
Data Temuan lokal yang menjadi poin dicampur dengan air,
Informan= penting dalam proses sedangkan warna kuning
”dari tahapan pembangunan rumah juga sama diperoleh dari
tradisional tersebut. tanah liat berwarna kuning,
pertama itu
Pemilihan warna merah warna putih di dapat dari
seharusnya tidak kapur sirih dicampur
diwarnai kalo baru dan kemungkinan
adanya ukiran dalam dengan cuka balo (tuak nira
pertama dibuat. khas Toraja), maksudnya
proses pewarnaan
Nanti setelah ada agar tahan melekat.
memberikan nuansa
pesta rambu solo khusus pada rumah Sedangkan warna hitam
disitu, baru bisa tersebut. Warna dan dibuat dari jelaga (osing)
diwwarnai. Ada ukiran tersebut mungkin dicampur dengan getah dan
warna merah dan memiliki makna daun ubi jalar atau batang
bisa di ukir.” simbolis atau tradisional pisang. Warna
Artinya: yang penting dalam mengandung arti yang erat
konteks budaya hubungannya dengan
Dari tahap awalnya
setempat. Ini kehidupan manusia Toraja.
seharusnya tidak dicat Warna-warna tersebut
jika rumah baru pertama mencerminkan
kedalaman makna dan merupakan simbol dari
kali dibangun. Baru peristiwa tertentu dan
keberlanjutan tradisi
setelah melalui pesta diartikan sebagai golongan
dalam pembangunan
rambu solo, barulah rumah tradisional warna manusia yaitu merah
dapat dicat. Cat yang tersebut. melambangkan darah dan
digunakan umumnya putih daging dari tulang
berwarna merah dan manusia, golongan warna
bisa diukir." kemuliaan yaitu kuning,
golongan warna kematian
yaitu hitam. (Wijayanti,
2011)
2 Warna apa Warna yang digunakan
saja yang pada pewarnaan rumah
digunakan Tongkonan, seperti
untuk putih, hitam, dan
mewarnai kuning, mungkin
rumah memiliki makna
tongkonan simbolis tertentu dalam
konteks budaya dan
Menurut informan kami tradisi masyarakat
Pewarnaan pada ragam hias
ada beberapa warna yang Toraja. Meskipun
Toraja tidak pernah
di gunakan makna warna dapat
berubah sejak awal
Data Informan bervariasi di berbagai
ditemukan, begitu pula
Informan= budaya, berikut adalah
warna-warna yang
”warna merah, putih, interpretasi umum yang
digunakan, yaitu merah,
hitam, warna kuning mungkin terkait:
kuning putih dan hitam.
yang dimana 1. Putih: Biasanya
Keempat warna tersebut
semuanya itu punya melambangkan
berasal dari bahan alam asli
kesucian,
arti kayak seperti (arang, kapur, sumba,
kemurnian, dan
putuh di artikan suci tanah), yang masing-
spiritualitas.
hitam yang biasanya Warna putih
masing mempunyai makna
di apke di rmbu solo spiritual. (Wijayanti, 2011)
sering kali
sebgai tanda digunakan
kemtaian sama dalam banyak
dengan merah itu tradisi untuk
melambangkan merefleksikan
keberanian sama keberanian atau
kalok kuning biasnya keberlanjutan
itu kekayaan” kehidupan.
2. Hitam: Dapat
diartikan
Artinya:
sebagai simbol
Penggunaan warna kematian atau
merah, putih, hitam, dan penghormatan
kuning dalam tradisi terhadap leluhur
rumah Tongkonan yang telah
masyarakat Toraja meninggal.
memiliki makna Penggunaan
simbolis tertentu warna hitam
seperati butih yang seringkali
berarti kesucian, hitam terkait dengan
yang berarti kematian, upacara
pemakaman dan
merah yang berarti
spiritualitas.
keberanian, dan kening 3. Kuning:
yang berarti ke keyaan Mungkin
melambangkan
kekayaan,
kelahiran, atau
kehidupan yang
subur. Warna
kuning sering
dihubungkan
dengan
matahari,
panen, dan
kemakmuran
dalam beberapa
tradisi.
Perlu diingat bahwa
interpretasi warna dapat
bervariasi tergantung
pada konteks budaya
dan tradisi setempat.

3 Apa makna Artinya adalah bahwa


dari dalam konteks
gambar penggunaan warna pada
tersebut rumah Tongkonan,
perbedaan warna
memiliki makna tertentu
yang berkaitan dengan
jenis upacara atau ritual
yang sedang
Berdasarkan Sande (1991),
Informan= : berlangsung. Misalnya,
beliau mengungkapkan
” ya itu saya kurang pada acara rambu tuka,
mengenai berbagai jenis
ngerti kalo makna warna kuning, putih,
elemen estetis berupa
warna itu. Karna semua dan merah dapat
ragam hias Toraja yang
digunakan, sementara
warna di pakai disitu. bersumber dari lingkungan
pada upacara rambu
Artinya kan ada sekitar manusia, yaitu
solo, warna hitam
perbandingan kalo digunakan.
Tuhan, manusia, peralatan,
misalnya di rambu tuka flora dan fauna. (Wijayanti,
ada pake warna hitam. 2011)
Pembedaan ini
Nah kalo acara rambu memungkinkan untuk
tuka biasanya pake mengidentifikasi jenis
warna kuning, putih upacara yang sedang
bisa juga artinya berlangsung. Jadi,
kuning yang bisa ketika melihat warna-
membedakan dengan warna tersebut pada
rumah Tongkonan,
hitam rambu tuka
seseorang dapat
dengan rambu solo.
mengetahui apakah
Kalo putih bisa dipake rumah tersebut sedang
rambu solo, merah bisa mengalami upacara
juga. Yang hanya 2 rambu tuka (dengan
warna ini yang bisa warna kuning dan putih)
membedakan bahwa itu atau upacara rambu solo
(dengan warna hitam).
tandanya upacara
Dengan cara ini,
rambu tuka kalo pake
penggunaan warna
kuning, yang hitam itu menjadi suatu sistem
tandanya itu dia pake simbolis yang
upacara rambu solo” membedakan dan
mengkomunikasikan
jenis kegiatan adat atau
upacara yang sedang
dilakukan oleh
komunitas Toraja..

Anda mungkin juga menyukai