Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SOSIOLOGI ANTROPOLOGI DARI TOKOH PARSUDI SUPARLAN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologo/Antropologi

Dosen Pengampuh:Dr.Muslimin, I., M.A.

DisusunOleh:

Nama NPM
Apria Rinaldi 2331010030

AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDINDAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesakan makala hini yang membahas Materi tentang gagasan Parsudi Suparlan Dalam tulisan ini,
kami berusaha menguraikan aspek-aspek penting yang berkaitan dengan Sosiologi/Antropologi Semoga
tulisan ini dapat memberikan pemahaman yang bermanfaat bagi teman-teman sekalian yang ingin
memperdalam pengetahuan mengenai gagasan Parsudi Suparlan.

Sebagai makalah yang berusaha mendalami aspek tentang Sosiologi/Antropologi, kami sebagai
pemakalah menyadari bahwa masih banyak keterbatasan dalam makalah ini makadari itu kami terbuka
untuk kritik maupun saran yang membangun guna meningkatkan kualitas makalah kami. Dengan begitu
kami berharap dapat memperbaiki dan mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang
Sosiologi/Antropologi dan dapat membuka ruangdiskusi bagi teman- teman.

Bandar Lampung, 28 November 2023

ii
Pemakalah

cover
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………………………iii

BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. LatarBelakang.................................................................................................................................... 1
B. Rumusn Masalah ........................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 2
A. Multikulturalisme .............................................................................................................................. 2
B. Multikulturalismedansukubangsa ................................................................................................. 2
C. Politik kesukubangsaan dan Multikulturalisme……………………………………………………………………..3

D. Politik keagamaan dan Multikulturalisme………………………………………………………………………….4

BAB III ......................................................................................................................................................... 6


PENUTUP .................................................................................................................................................... 6
A. Kimpulan........................................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Parsudi Suparlan merupakan salah seorang antropolog Indonesia yang memiliki
kepakaran dalam bidang antropologi perkotaan, kemiskinan perkotaan dan
multikulturalisme. Sejumlah buku yang ia tulis seperti Kemiskinan di Perkotaan , Orang
yang disukai di Riau,The Javanesein Suriname
dan berbagai karya lainnya telah menjadi acuan penelitian para antropologi. Beberapa tul
isannya juga dimuat dalam bentuk jurnal di Jurnal Antropologi Indonesia. Tidak hanya it
u Parsudi juga aktif dalam proses pengkaderan calon-
calon dosen antropologi dan mendukung publikasi teksbook paradosen antropologi
sehingga mudah untuk menyebarkan ilmu antropologi.Dalam
karyanya „The Javanese in Suriname‟ Parsudi menjelaskan bagaimana orang Jawa tetap
mempertahankan etnisitasnya dalam interaksi sosial di mana etnisitas dan agama
memainkan peran dan mendefinisikan identitas mereka. Karyanya ini
membangkitkan penelitian para antropolog terkait „diaspora‟ etnisJawake Suriname.

Buku Kemiskinan di Perkotaan; Kemiskiinan di perkotaan merupakan masalah so


sialdan budaya yang terjadi karena kurangnya materi atau sumber daya lain pada sejumla
h kelompok dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku di mana
kelompok itu berada.

Tulisan Parsudi tentang multikulturalisme: untuk mencapai prinsip


demokrasi Indonesia harus mengadopsi ideology multikulturalisme.
Karena Indonesia bisa
saja berujung pada sikap otoriter atau dominasi terhdap budaya bangsa lain. Ideology
multikulturalisme membuat masyarakat sadarakan tanggung jawabnya sebagai masy
arakat Indonesia yang berasal dari ras dan etnis yang berbeda-beda untuk tidak bersika
pdominan atau sewenang-sewenang terhadap budaya bangsa atau kelompok lain.
B. Rumusn Masalah
1. Apa ituMultikulturalisme
2. Multikulturalisme dan suku bangsa
3. Politik kesukubangsaan dan Multikulturalisme
4. Politik keagamaan dan Multikulturalisme

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Multikulturalisme
2. Untuk menganalisis Multikulturalisme dan suku bangsa
3. Untuk menganalisis politik sukubangsa danMultikulturalisme
4. Untuk Menganalisis politik dan Multikulturalisme

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah sebuah ideology yang mengakui dan mengagungkan
perbedaan-Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan-perbedaan individual atau orang-
perorangan perbedaan budaya. Perbedadan budaya mendorong terwujudnya
keanekaragaman atau peluralisme budaya sebagai sebuah corak kehidupan masyarakat
yang mempunyai keanekaragaman kebuadayaan, yaitu yang saling memahami dan
menghormaati kebuadayan-kebudayaan mereka yang berbeda satu dengan lainnya,
termasuk kebudayaan mereka yang tergoyang sebagai kelompok minoritas.
Dalam pengertian multikulturalisme,sebuah masyarakat bangsa dilihat sebagai
memiliki sebuah kebudayaan yang utama yang berlaku umum didalam kehidupan
masyarakat bangsa tersebut. Kebudayaan bangsa ini merupakan sebuah mozaik, dan yang
didalam mozaik tersebut terdapat beranekaragam corak budaya yang merupakan ekspresi
dari berbagai kebudayaan yang ada dalam masyarakat bangsa tersebut. Model
multikulturalisme ini bertentangan dengn model moklturalisme yang menekankan
keseragman atau kesatuan kebudayaan dengan melalui proses penyatuan kebudayaan-
kebudayaan yang berbeda-beda kedalam sebuah kebudayaan yang nominan dan
mayoritas. Disamping itu juga melalui proses asimilas iatau pembauran dimana jatidiri
dari kelompok-kelompok atar sukubangsa –suku bangsa minoritas harus mengganti
jatidiri warganya menjadi sama dengan jatidiri yang dominan, dan mengadopsi cara-
cara hidup dan kebudayaan dominan tersebut menjadi cara-cara hidup dan
kebudayaannya yang baru. Dan bila mereka tergolong sebagai minoritas tidak
melakukannya akan di asingkan darimasyarakat luas, bahkan apabilperlu dimusnahkan.
Dalam metode multikulturalisme penekanannya adalah pada kesederajatan ungkapan-
ungkapan budaya yang berbeda-beda, pada pengkayaan budaya melalui pengadopsian
unsur-unsur budaya yang dianggap paling cocok dan berguna bagi pelaku dalam
kehidupannya tanpa ada hambatan berkenaan dengan asal kebudayaan yang di adopsi
tersebut, karena adanya batas-batas sebuah bangsa yang primordial. Dalam masyarakat
suatu budaya atau multikulturalis.

B. Multikulturalismedansukubangsa
Bila demikian, pertanyaan adalah, berada dimanakah posisimasyarakat yang
Multikulturalisme karena dalam masyarakat tersebut setiap orang telah menjadi
Multikulturalisme? Sukubangsa sebagai golongan sosial yang askriptif dan sebagai
masyarakat pemilik kebudayaan sukubangsa tetap ada dalam masyarakat Multikultural,
tetapi sukubangsa sebagai sebuah ideology dan sebuah satua npolitik diredupkan
perannya. Peranan suku bangsa tidak lagi haru sada dalam kehdupan public atau

2
masyarakat luas, tetapi berada dalam suasana-suasana suku bangsa yang merupakan
ungkapan-ungakapan budaya sukubangsa dalam kehidupan mayarakat sukubangsa yang
bersangkutan. Model berpikir inimungkin sejalan dengan model berpikir politik dizaman
pemerintahan presiden Soekarno yang melarang didirikannya partai politik suku bangsa
tetapi menggunakan kehidupan budaya suku bangsa didalam lingkungannya sendiri, dan
menampilkan ungkapan-ungkapan budaya lambang bhineka tunggal ika dengan
penekanannya pada keanekaragaman kebudayaan. Dalam konsep Muttikulturalisme
penekanan fokusnya adalah pada pemahaman dan hidup dengan perbedaan sosial dan
budaya,baik secara individual maupun secara kelompok atau masyarakat. Indifidu dilihat
sebagi refleksi dari satuan sosial dan budaya dimana mereka itu menjadi bagian
daripadanya. Permasalahannya buakn terletak pada perbedaan kebudayaan ataupun pada
hubungan budaya, yang menghasilkan warga m,asyarakat yang multikultural yang
multikulturaklis, tetapi permaslahannya terletak pada waktu hubungan antar budaya
tersebut bergeser menjadi hubungan antar jati diri.pada waktu hubungan antar jatidiri
masih berada dalam ruang lingkup kerja atau berdasarkan atas setatus-setatus sosial yang
di proleh, maka hubungan antar jati diri yang berlangsung akan mengacu pada struktur
satuan sosial dimana integrasi tersebut berlangsung. Tetapi, pada waktu hubungan
tersebut menjadi hubungan antar jatidiri yang didapat yang mencorak berdasar dan umum
maka acuan bagi jatidiri yang digunakan adalah sukubangsa. Hubungan atar jatidiri yang
mengkomondasi perbedaan-perbedaan, dan sebaliknya menekankan pengguna streotip
dan prasangka untuk mempertegas perbedaan dan batas-batas suku bangsa di antara
mereka.
Multikulturalisme dilihat dari pengikat dan jembatan yang mengakomondasi
perbedaan-pebedaan termasuk perbedaan-perbedaan kesukubngsaan dan sukubangsa
dalam masyarakat yang multikultural. Penegrtian ini mengacu pada penegrtian bahwa
perbedaan-perbedaan tersebut terwadahi di tempat-tempat umum, tempat kerja dan
pasar,dan sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat secara politik, hukum,ekonomi,
dan sosial.sedangkan kesukubangsaan dan masyarakat sukubangsa dangan kebudayaan
sukubangsanya tetap dapat hidup dalam ruang lingkup atau suasana
kesukubanmgsaannya.Tetapi, didalam susasan-suasana nasional dan tempat tempat
umum yang seharusnya menjadi cirinya adalah kebangsaan dengan pluralisme
kebudayanya, dan bukanya sesuatu kebudayaan sukubangsa tertentu yang dominan.
Dengan kata lain pihak kesukubangsaan tidak mungkin dapat hidup atau di toleransi
utuk dapat hidup dalam suasana nasional atau umum, karena hanya akan menjadi acuan
pemecah-belah integritas bangsa. Model ini mungkin dapat kitatemukan dalam kebijakan
politik kesukubangsaan yang dibuat oleh presiden sukarno dalam rezim orde ribelar
(sebelum orde lama), yaitu yang melarang keberadaan partai-partai plitik berlandaskan
suku bangsa.

C. Politik kesukubangsaan dalam Multikulturalisme

3
Bila kesukubangsaan tidak seharusnya dimunculkan dalam arena nasional dan
umum, bagaimana dengan kemunculannya di kabupaten atau provinsi dalam rangka
etonomi daerah? Sebaliknya konsep nasional dan umum harus di defenisikan untuk
kejelasannya, karena pengertian nasional dan umum sebetunya dan seharusnya
mencangkup juga wilayah-wilayah yang sekarang berada dalam sistem etonimi daerah.
Jadi bukan hanya jakarta saja yang merupakan wilayah nasional dan umum. Dengan
demikian, adalah menjadi kewajiban dari pemerintahan pada tingkat kabupaten dan
provinsi untuk menciptakan adanya sebuah konsep mengenai wilayah-wilayah umum
dan nasional yang didekatkan dari wilayah-wilayah suku bangsa, dan konsep pluralisme
budaya dimana hak-hak minoritas atau pandangan yang bermukim di wilayah tersebut
dijamin hak-hak hidupnya untuk berbeda dari mainstream yang ada setempat, dan
dijadikan pula tungkat kesedrajatan hak-hak hidup mereka. Golongan minoritas ini tidak
seharusnya diperlakukan sebai kata gori suku bangsa, tetapi sebagai ungakapan budaya
dari kebudayaan bangsa Indonesia. Dengan demikian, maka tindakan pembedaan antara
yang asli dan yang pendatang harus ditinjau ulang. Karena dalam yang sekarang berlaku,
mereka yang asli adalah siapa saja yang hidup dimana saja asalkan yang bersangkuatn itu
merupakan keturunan asli suku bngsa daerah tersebut. Sedangkan keturunan pendatang
yang hidup turun-menrun disuatu wilayah suku bangsa digolongkan sebai pendatang
padahal keturunan pendapat ini lah yang lebih tau dan hanya tau mengenai kehidupan
dimana daerah dia hidup dibandingkan dengan mereka yang asli tetapi lebih hidup secara
turun-temurun diluar daerahnya. Sehingga, yang asli atau putra daerah seharusnya adalah
mereka yang dilahirkan di daerah tersebut, dan bukanya mereka itu sendiri hidup di
daerah lainnya.mereka ini sebenarnya telah menjadi putra daerah di tempat lain. Dengan
cara ini maka pluralisme budaya dapat di kembangkan untuk merendam kemunculan
kesukubangsaan sebagai potensi konflik atar suku bangsa. Pemasalahan pluralisme
budaya ini menjadi pelik di indonesia, sehingga presidem Soekarno melarang partisipasi
kesukubangsaan melalui partai-partai politik suku bangsa didalam arena politik nasional
maupun daerah, karena hawatir menjadi acuan bagi penggalangan politik yang memecah
belah integrasi kehidupan berbangsa menjadi negara-negara suku bangsa.

D. Politik keagamaan dan Multikulturalisme

Sedangkan keyakinan keagamaan, yang juga bersifat primordial dan mempunyai


potensi pemecah belah bangsa melalui batas-batas sosial budaya yang diperkuat oleh
keyakinan keagamaan, justru dikembang suburkan.

Dinegara-negara Barat, hususnya di Amerika Serikat, yang mayoritas penduduknya


beragama kristen justru para imigran yang beragama islam memperoleh kebebasan untuk
meng spersikan keyakinan keagamaan mereka tanpa harus khawatir untuk di diskriminasi
atau dilarang oleh negara dan tanpa takut untuk diserbu dan dibakar mesjidnya oleh
warga setempat yang beragama Kristen. Bahkan dikota Bloomington negara bagian india,
berdasarkan pengamatan penulis, masjid dibangun diatas sebidang tanah hasil sumbangan
4
dari jamaah gereja setempat. Pembakaran, pengrusakan, atau pengeboman gereja atau
kelenteng merupan gejala yang tidak mengagetkan di Indonesia tetapi sngat mengagetkan
dan tidak masuk akal bagi orang Amerika, karena kejadian-kejadian tersebut terjadi
diabad ke-20 dan ke-21 dan buanya di zaman kegelapan sebagaimana yang telah terjadi
di Eropa Barat pada abad ke-16.

Multikulturalisme haruslah menjadi sebuah politik nasional. Jika pemerintah


Indonesia memang mengirimkan adanya kesetabilan keamanan secara nasional dan
keteraturan sosial dalam kehidupan sehari-hari yang memungkinkan warga masyarakat
dapat menjalankan pungsi-pungsi produktifitasnya dan menikmati kesejahtraan hidup
yang pantas, maka sudah sepatutnya model Multikulturalisme dipelajari dengan sungguh-
sungguh dan sejumlah kebijakan haruslah diambil dan dijalankan secara nasional.
Penerapan multikulturalisme untuk menghasilkan sebuah masyarakat multicultural tidak
dapat dipaksakan oleh pemerintah. Tugas pemerintah adalah menstimulu atau memberi
semangat bagi terciptanya masyarakat multicultural dan membuat program-program
jangka pendek maupun panjang dalam sistem dan lembaga pendidikan, hukum,
penegakan hukum berikut sangsi-sangsinya, membuat desain-desain untuk kegiatan
umun dan pasar yang memungkinkan warga dari komoniti setempat untuk belajar dari
pengalaman-pengalaman untuk dapat hidup dalam keanekaragaman perbedaan
kesukubangsaan untuk acuan pemahamannya.

Pemerintah harus menegaskan bahwa yang utama adalah menjadi warga dan
bangsa Indonesia, tanpa memperdulikan asal sukubangsa, ras, agama, dan daerah. Yang
dilihat adalah kesetiaanya kepada Indonesia, dalam bentuk karya-karyanya yang dapat
mensejagtrakan diri dan komonitinya serta masyarakat Indonesia pada umumnya.
Penegasan tersebut diatas, yang merupakan landasan bagi kebijaksanaan politik untuk
menuju masyarakat multicultural, hanyamungkin dapat dicapai bila sertai dengan
penataan kehidupan demokrasi, penegakan hukum yang adil dan beradap, pemberantasan
korupsi dan kolusi, dan berbagai bentuk pemerasan atau pemalakan.

Program-perogram jangka panjang yang secara langsung akan mendukung


terciptanya masyarakat multicultural dimasa yang akan dating adalah: pendidikan
kewarganegaraan, pendidikan bahasa-bahasa dan keanekaragaman kebudayaan
sukubangsa, keanekaragaman agama dan keyakinan keyakinan keagamaan lain (yang
tidak menjadi keyakinan keagamaan dari si pelajar padatingkat SLU atau mahasiswa).
Program-program pebaikan hukum dan lembaga-lembaga penegakan hukum. Program-
program pemberantasan korupsidan kolusi. Pemerintah juga sebaiknya mengeluarkan
sebuah ketetapan hukum mengenai kesetaraan warga dan komuniti-komuniti setempat
(tanpa memandang asal, sukubangsa, agama, dan ras), untuk meniadakan potensi konflik
yang diakibatkan oleh pembedaan dan pendeskriminasian karena asli dan pendatang.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Multikulturalisme adalah sebuah ideology yang mengakui dan mengagungkan
perbedaan-Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan-perbedaan individual atau orang-
perorangan perbedaan budaya. Perbedadan budaya mendorong terwujudnya
keanekaragaman atau peluralisme budaya sebagai sebuah corak kehidupan masyarakat
yang mempunyai keanekaragaman kebuadayaan, yaitu yang saling memahami dan
menghormaati kebuadayan-kebudayaan mereka yang berbeda satu dengan lainnya,
termasuk kebudayaan mereka yang tergoyang sebagai kelompok minoritas.

Multikulturalisme dilihat dari pengikat dan jembatan yang mengakomondasi perbedaan-


pebedaan termasuk perbedaan-perbedaan kesukubngsaan dan sukubangsa dalam
masyarakat yang multikultural. Penegrtian ini mengacu pada penegrtian bahwa
perbedaan-perbedaan tersebut terwadahi di tempat-tempat umum, tempat kerja dan
pasar,dan sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat secara politik, hukum,ekonomi,
dan sosial.sedangkan kesukubangsaan dan masyarakat sukubangsa dangan kebudayaan
sukubangsanya tetap dapat hidup dalam ruang lingkup atau suasana
kesukubanmgsaannya.Tetapi, didalam susasan-suasana nasional dan tempat tempat
umum yang seharusnya menjadi cirinya adalah kebangsaan dengan pluralisme
kebudayanya, dan bukanya sesuatu kebudayaan sukubangsa tertentu yang dominan.

6
DAFTAR PUSTAKA
Barth, Frendik,1969, “Indoduction” .Dalam Frendik Barth (ed.), “Ethnic Groups and
Boundaries, Boston, and Co. Hal. 7-39.

Bennett, Charle I., 1995, Comprehensive multicurtural Education: Theory and practice.
Boston:Allyn and Bacon.

Fay, Brian, 1996,Contemporary philosoppy of social science:A multicultural Apperoach.


Oxford: Blackwell

Glazer, Nathan, 1997, We Are All Multicurturalists Now.Cambridge, Mss.: Harvard


University Press.

Jary, David dan Julia Jary, 1991, Dictionary of Sociology. New York: Harper. Hal. 319.

Anda mungkin juga menyukai