Dwi Octa Mega Utami-Skripsi-Upaya KBRI Kuala Lumpur
Dwi Octa Mega Utami-Skripsi-Upaya KBRI Kuala Lumpur
BAB I..............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................8
Amalia Zida..................................................................................................................12
BAB IV.........................................................................................................................28
BAB V..........................................................................................................................32
4.1. . Kebijakan KBRI Dalam Memberikan Bantuan Hukum Kepada TKI yang
Terancam Hukuman Mati di Malaysia.................................................................................32
BAB VI.........................................................................................................................46
PENUTUP....................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................50
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara yang mempunyai banyak tenaga kerja baik di dalam negeri maupun
di luar negeri.
Jumlah penduduk negara Indonesia pada tahun 2017 berjumlah 256.603.197 juta jiwa
dan jumlah TKI di Malaysia mencapai 792.571 jiwa atau setara dengan 9.96 % jumlah
membuat warga negara mencari pekerjaan di Malaysia, terdapat beberapa faktor yang
kemiripan budaya dan bahasa, perbedaan gaji di Indonesia dan Malaysia, diimingi gaji yang
besar, banyaknya agen perorangan illegal yang mengajak TKI agar bekerja di luar negeri,
visa bebas kunjungan yang salah digunakan oleh TKI, komposisi demografis orang Indonesia
Banyaknya jumlah TKI yang bekerja di Malaysia maka akan besar pula tingkat
kejahatan dan permasalahan yang dilakukan oleh TKI di Malaysia. Malaysia ialah negara
dengan sistem hukumnya berbeda dengan Indonesia. Adapun permasalahan yang sering
terjadi dan dihadapi oleh TKI di Malaysia terbagi dalam 5 aspek yakni Keimigrasian,
Ketenagakerjaan, Pibiaya, Perdata, Non Hukum. (Data perlindungan Fungsi Konsuler WNI /
Sesuai dengan undang – undang pibiaya yang berlaku di Malaysia, terdapat beberapa
jenis kejahatan yang membawa ancaman hukuman mandatori berupa hukuman mati, yakni :
Kepemilikan Senjata Api Illegal, Penculikan, Makar Terhadap Di Pertuan Agung (Sultan
dan bantuan hukum kepada TKI/WNI yang terancam hukuman mati, langkah pemerintah
tersebut yakni : Meminta akses konsuler, Memberikan pengalangkah dari Malaysia, Segera di
pulangkan ke Indonesia ketika tersangka tidak bebas murni, Tidak melakukan ekstradisi oleh
negara Indonesia dengan Malaysia, Meminta pengampunan kepada kepala negara atau sultan
memerlukan peran pemerintah Indonesia. Mekemudiani peran KBRI Kuala Lumpur dalam
memberikan upaya bantuan perlindungan TKI di Malaysia menjadi hal yang menarik untuk
dianalisis oleh penulis karena vitalnya peran KBRI dalam mengatasi permasalahan TKI di
luar negeri, sangat menentukan tingkat efektivitas dari upaya perlindungan tersebut.
Kementerian Luar Negeri, maka dari itu KBRI Kuala Lumpur mempunyai peran yang sangat
penting karena menjadi tokoh utama dalam memberikan upaya perlindungan kasus ancaman
hukuman mati terhadap TKI yang bekerja di Malaysia. Hal tersebut dikarnakan KBRI Kuala
Lumpur merupakan perwakilan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Malaysia yang
berfungsi sebagai sarana penghubung antara pemerintah Indonesia dengan Malaysia sebagai
jauh mengenai bagaimana upaya yang dilakukan KBRI Kuala Lumpur dalam memberikan
bantuan hukum kepada TKI yang terancam hukuman mati di Malaysia dan melihat efektifitas
bantuan yang diberikan kepada TKI yang terancam hukuman mati. Sehingga penulis
DI MALAYSIA (2016-2017)
Hukuman Mati Terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia Periode (2016-
2017)”
Lumpur dalam menangani kasus Hukum Kepada Tenaga Kerja Indonesia Yang
2. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis ialah mengetahui dan mencari peran
KBRI Kuala Lumpur terkait dengan perlindungan kepada TKI yang terancam
hukuman mati di Malaysia serta efektifitas penerapan kebijakan pemerintah dalam
Berdasarkan penelitian yang disebutkan diatas, maka manfaat penelitian ini ialah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
bahan bacaan dan referensi bagi para peneliti dan akademisi ilmu Hubungan
wawasan mengenai upaya KBRI Kuala Lumpur dalam melindungi TKI yang
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
Terdahulu
Universitas Diponegoro
Tahun 2020
wawanlangkah.
Tahun 2017
Susiatiningsih
Tahun 2021
Tahun 2016-2017
Surabaya
Tahun 2019
upaya KBRI Kuala Lumpur dalam menangani ancaman hukuman mati Tenaga Kerja
sebagai berikut :
2.2.1. Teori Diplomasi
untuk mencapai tujuan atau kepentingan nasional yang dituangkan dalam strategi
politik luar negeri. Bentuk tindakan diplomasi, yaitu upaya pemerintah untuk
tersebut, dapat berupa kesepakatan tentang suatu masalah yang dapat diterima oleh
semua pihak yang terlibat. Diplomasi adalah proses tawar-menawar atas suatu isu
tertentu melalui saluran resmi yang disepakati untuk mencapai kepentingan nasional
dikoordinasikan dan diatur oleh duta besar dan perwakilan; bisnis atau seni diplomat.
Esensi diplomasi diwujudkan dalam empat hal, yaitu: (1) kebijakan luar negeri (2)
perluasan, dan distribusi yang layak. Konsep diplomasi adalah praktek pelaksanaan
hubungan antar negara melalui perwakilan resmi. Diplomasi juga merupakan sarana
Konsep diplomasi juga merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah
sehingga langkah-langkah tidak langsung dari diplomasi juga merupakan bagian dari
Proses politik luar negeri dan hubungan luar negeri sangat erat kaitannya,
Dalam beberapa hal, konsep diplomasi sama dengan politik luar negeri. Tetapi
mekanisme, kebijakan luar negeri melibatkan tujuan dan sasaran. Kebijakan luar
negeri menyangkut substansi dan isi dari hubungan luar negeri, sedangkan diplomasi
2010, hlm.19).
salah satunya adalah mengikuti empat prinsip alat diplomasi, yaitu perdamaian dan
oposisi (kerja sama, penyesuaian, dan oposisi). Kerja sama dan keselarasan dapat
dicapai melalui negosiasi yang berhasil. Jika perundingan gagal mencapai tujuannya
pertama adalah 1st Track Diplomacy, yaitu diplomasi yang dilakukan melalui peran
(MCN). Upaya diplomasi yang kedua yaitu 2nd track diplomacy, yaitu diplomasi
approach.
Dalam mengatasi permasalah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang terancam hukuman
mati di Malaysia, maka penulis mempunyai asumsi terhadap permasalah tersebut yakni
sebagai berikut :
a. Upaya yang dilakukan oleh KBRI Kuala Lumpur dalam melindungi warga
hukuman mati tetap kurang efektif dan belum menemukan titik temu dari
termasuk tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Dasar hukum yang pertama adalah UU No.1.
UU No 39 Tahun 2004, mengatur tentang penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri.
Dua Instruksi Presiden (Inpres) No. 6 Tahun 2006 tentang kebijakan pembenahan sistem
pemukiman kembali dan perlindungan pekerja migran Indonesia, yang dasar hukumnya
selanjutnya adalah Permenaker Permenaker No. 6. Peraturan Nomor 20 Tahun 2007 tentang
Khusus untuk perlindungan WNI di luar negeri, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu)
dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) memiliki tanggung jawab yang lebih besar
dalam melindungi WNI. Kewajiban ini sejalan dengan UU No. 12. Pasal 19 b No. 37 Tahun
1999, yaitu: “Perwakilan Republik Indonesia wajib memberikan pelindungan, pengayoman,
dan bantuan hukum kepada warga negara Indonesia dan badan hukum asing sesuai dengan
peraturan perundang-undangan nasional maupun peraturan perundang-undangan
internasional. (Undang-undang Nomor 37 tentang Hubungan Luar Negeri, 1999).
Melanjutkan ke pasal berikutnya (Pasal 20 dan 21), Kementerian Luar Negeri sebagai
perwakilan Republik Indonesia berkewajiban membantu menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi WNI dan berupaya membantu WNI kembali apabila terancam. oleh bahaya.
Bantuan hukum berasal dari istilah ‘legal asisstance dan legal aid”. Legal aids
biasanya digunakan untuk pengertian bantuan hukum dalam arti sempit berupa pemberian
jasa di bidang hukum kepada orang yang terlibat dalam suatu perkara secara cuma-cuma atau
gratis bagi mereka yang tidak mampu (miskin). Sedangkan legal assistance adalah istilah
yang dipergunakan untuk menunjukkan pengertian bantuan hukum kepada mereka yang tidak
mampu, yang menggunakan honorium.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dalam Pasal 1 angka
9 memberikan pengertian bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Advokat
Dasar Hukum
Pasal 27 ayat (1), “Setiap warga negara sama kedudukannya dalam hukum, dan
pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintah tersebut tanpa
terkecuali.”
Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum tanpa
terkecuali yang meliputi hak untuk dibela (acces to legal counsel), diperlakukan sama
di depan hukum (equality before the law), keadilan untuk semua (justice for all).
Pasal 4 “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan
hari nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut……..”
Pasal 22 ayat (1) “Adokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma
kepada pencari keadilan yang tidak mampu.
Pasal 56 : (1) Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan
hukum. (2) Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak
mampu.
Pasal 57 : (1) Pada setiap pengadilan negeri dibentuk pos bantuan hukum kepada
pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum.
(2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara cuma-
cuma pada semua tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
(3) Bantuan hukum dan pos bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pasal 55 “Untuk mendapatkan penasehat hukum tersebut dalam pasal 54, tersangka
atau terdakwa berhak memilih sendiri penasehat hukum .”
Pasal 56 ayat 1 “Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana
lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan
pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat
yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjuk penasehat hukum bagi mereka.”
Bantuan hukum adalah jasa memberi bantuan dengan bertindak sebagai pembela dari
seseorang yang tersangkut dalam perkara pidana maupun sebagai kuasa dalam perkara
perdata atau tata usaha negara di muka pengadilan (litigation) dan atau memberi nasehat di
Ad. 1. Pemberian bantuan diberikan dalam ruang lingkup permasalahan hukum yang dialami
oleh orang yang membutuhkan bantuan karena keterlibatannya dalam masalah hukum
sedangkan orang tersebut kurang mengerti hukum atau kurang mengetahui hukum dan
termasuk orang yang tidak mampu dalam segi keuangan.
Ad. 2. Tindakan yang dilakukan oleh pemberi bantuan hukum berupa pembelaan-pembelaan
yang dilakukan sebagai pembela/penasehat hukum dalam perkara pidana yang dilakukan
mulai dari tingkat kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan
Ad. 3 Memberikan nasehat, pertimbangan, pengertian dan pengetahuan hukum kepada orang
yang membutuhkan bantuan hukum terhadap permasalahan-permasalahan hukum yang
sedang dihadapi.
Bantuan hukum diberikan kepada orang yang tidak mampu tetapi jangan diartikan
hanya sebagai bentuk belas kasihan kepada yang lemah semata. Seharusnya selain membantu
orang miskin, bantuan hukum juga merupakan gerakan moral yang memperjuangkan hak
asasi manusia juga untuk mewujudkan cita-cita negara kesejahteraan dan keadilan sosial.
Menurut UU no. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan BAB I Ketentuan Umum Pasal
1 Butir 2 adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Jadi, Tenaga
Kerja Indonesia adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat di luar negeri.
Menurut Payaman Simanjuntak, tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang
sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain,
seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja menurutnya ditentukan oleh umur/usia.
Tenaga kerja (man power) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
a. Angkatan kerja atau labour farce, terdiri atas:
1. golongan yang bekerja, dan
2. golongan yang menganggur atau yang sedang mencari pekerjaan.
b. Kelompok bukan angkatan kerja, terdiri atas:
1. golongan yang bersekolah,
2. golongan yang mengurus rumah tangga, dan
3. golongan lain-lain atau penerima pendapatan.
c. Golongan yang bersekolah adalah mereka yang kegiatannya hanya bersekolah. Golongan
yang mengurus rumah tangga adalah mereka yang mengurus rumah tangga tanpa
memperoleh upah, sedangkan yang tergolong dalam lain-lain ini ada dua macam, yaitu:
1. golongan penerima pendapatan, yaitu mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan
ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pensiun, bunga atas
simpanan uang atau sewa atas milik, dan
2. mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain, misalnya karena lanjut usia
(jompo), cacat atau sakit kronis.
Ketiga golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja ini kecuali mereka yang
hidupnya tergantung dari orang lain, sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk
bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering juga dinamakan sebagai Potmlial Labour Force
(PLP).
Jadi, tenaga kerja mencakup siapa saja yang dikategorikan sebagai angkatan kerja dan
juga mereka yang bukan angkatan kerja, sedangkan angkatan kerja adalah mereka yang
bekerja dan yang tidak bekerja pengangguran).
bahwa:1
1. Dari perspektif hukum internasional, pidana mati merupakan pelanggaran hak untuk
hidup, bukan sekedar pembatasan atau pengecualian atas hak untuk hidup.
pidana mati bagi kejahatan-kejahatan yang paling serius most serious crime, tetapi
4. Bahwa dari sudut efek jera deterrent effect, pidana mati berdasarkan berbagai kajian
1
Ibid., hlm. 65
5. Bahwa dari sudut hukum konstitusi, Konstitusi Indonesia berbeda dengan ICCPR
Indonesia.
Hal yang sama diungkapkan pula oleh Prof. Jeffrey Fagan, Columbia University USA,
1. Bahwa dari berbagai kajian ilmiah menunjukkan hukuman mati (death penalty) tidak
berpengaruh terhadap efek jera (diterrent effect), juga dalam hal drugs crimes pada
2. Bahwa tidak bisa dijamin presisi atau akurasi putusan hakim dalam penjatuhan hukum
3. Bahwa life sentence without parole lebih efektif menimbulkan efek jera (diterrent
effect).
Jadi, hukuman mati masih menjadi hal yang kontroversial karena terdapat beberapa
ancaman yang hukumannya adalah hukuman mati, sehingga banyak para ahli berpendapat
2
Jeffrey fegan. Doctoral dissertation :” death penalt, life sentence without parole diterrent effect”(
Columbia University USA, 1985). 16
3
“ Jenis Hukuman Mati”, melalui www.wikipedia.org/wiki/jenis/hukuman/mati.com, diakses tanggal 2
desember 2017
makanan terakhir, dan mandi. Tawanan itu dibawa ke ruang eksekusi dan dua
tabung mengapit dirinya. Dari tabung-tabung ini kemudian racun disuntikkan.
Setelah tabung terhubung, tirai ditarik hingga saksi dapat menyaksikan eksekusi,
dan tawanan diperbolehkan untuk membuat pernyataan terakhir.
b. Regu Tembak
dan untuk alasan itu tidak secara khusus digunakan pada penjahat perang.
Namun metode yang berbeda secara luas dari satu negara ke negara lain, tetapi
c. Hukum Gantung
tahanan tersebut berdiri pada sebuah objek yang kemudian didorong meninggalkan
napi hingga mati tercekik. Ini merupakan metode umum digunakan oleh Nazi
dan merupakan bentuk yang paling umum digunakan sebelum tahun 1850-an.
Kematiannya lambat dan menyakitkan. Ada juga cara dengan napi berdiri di tanah
dengan tali di leher mereka dan tiang gantungan kemudian diangkat ke udara.
d. Hukum Penggal
pemenggalan kepala oleh hukum, Saudi Arabia adalah negara yang paling sering
menggunakannya.
e. Hukum Rajam
Rajam sampai mati adalah melempar batu ke arah napi sampai mati.
Menurut hukum Syariah Islam, perajaman adalah metode eksekusi yang dapat
sanksi untuk perzinahan dan kejahatan lainnya. Pasal 104 dari Hukum Hodoud
menetapkan bahwa batu tidak boleh terlalu besar sehingga seseorang meninggal
hanya dengan dua lemparan, dan tidak begitu kecil untuk didefinisikan sebagai
Bagi WNI yang menghadapi ancaman hukuman dan deportasi, Kemlu dan kedutaan
RI akan “mencari bantuan hukum dan kemanusiaan melalui sistem hukum yang berlaku dan
saluran diplomatik” untuk menjamin hak-hak WNI tersebut, seperti asuransi, institusi, DLL.
Isu-isu seperti transportasi kembali ke Indonesia dan penguburan warga negara Indonesia
yang layak diselesaikan. Mulai dari membayar biaya konsultan hukum, membeli obat-obatan,
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya tersebut akan ditanggung oleh Kementerian
Luar Negeri dan kedutaan Indonesia di luar negeri dari anggota keluarga WNI yang
bersangkutan, “pemerintah daerah atau instansi terkait asal WNI, dan sumber biaya lain yang
tidak mengikat”. Jika kasus WNI perlu ada perkembangan, Kementerian Luar Negeri dan
KBRI wajib menyediakannya. Untuk meningkatkan pelayanan, Kemlu dan KBRI harus
melakukan evaluasi secara terus menerus. Kedutaan Besar Indonesia menggunakan berbagai
cara untuk melindungi pekerja migran di luar negeri. Yang pertama adalah kebijakan politik.
Pendekatan politik ini membutuhkan dua langkah. Yang pertama adalah jalur pertama, di
kedua (Track 2) adalah diplomasi yang melibatkan aktor di luar negara, seperti lembaga
KBRI juga menggunakan jalur hukum untuk membantu pekerja migran Indonesia
hukum tidak lengkap tanpa meningkatkan pelayanan perwakilan Indonesia di luar negeri.
Service, mengoptimalkan layanan dokumen, dokumentasi WNI di luar negeri dan lain-lain.
Selain melakukan pendekatan politis dan pendekatan hukum, pihak Kemenlu dan
Bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh KBRI Kuala Lumpur terhadap TKI
yang bermasalah ialah dengan menggunakan beberapa langkah, yakni (KBRI Kuala Lumpur,
2010):
Malaysia.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. . Kebijakan KBRI Dalam Memberikan Bantuan Hukum Kepada TKI yang
Terancam Hukuman Mati di Malaysia
berada. Hal tersebut dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea ke 4 yakni “Pemerintah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Berlandaskan
UUD 1945 pemerintah mempunyai peranan yang penting untuk menjamin hak dan kewajiban
warga negaranya.
Kebijakan perlindungan ini penting maknanya untuk memberikan rasa nyaman bagi
warga Negara yang merasa kebangsaannya ialah bangsa Indonesia. Perlindungan terhadap
warga Negara Indonesia dapat menumbuhkan rasa bangga karena menjadi warga Negara
Indonesia.
pada tindak Preventif dan Represif. Tindakan Perlindungan Preventif tidak saja dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan tetapi juga mempersiapkan WNI
agar tidak merasa terdadak apabila menghadapi situasi yang tidak terduga. Perlindungan
Represif ialah tindakan yang dilakukan setelah adanya tindakan oleh aparat pemerintah
setempat. Tindakan selanjutnya ialah memberikan bantuan hukum dan bantuan kekonsuleran
Ketika ini jumlah penduduk Warga Negara Indonesia pada tahun 2017 berjumlah
256.603.197 juta jiwa dan jumlah TKI di Malaysia mencapai 792.571 jiwa atau setara dengan
9.96 % jumlah penduduk Indonesia yang bekerja di Malaysia. Banyaknya jumlah tenaga
kerja indonesia di luar negeri membuat pemerintah harus mempunyai sikap yang tegas agar
Dalam UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 2 yang berbunyi
“ Tenaga Kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat ”.
Data perlindungan WNI/TKI KBRI Kuala Lumpur pada tahun 2016 ini bahwa jumlah
TKI di shelter KBRI Kuala Lumpur mencapai 1989 orang, total ini terbagi antara TKI yang
masuk shelter sebanyak 982 orang dan TKI yang keluar shelter sebanyak 1007 orang. TKI
yang keluar shelter ialah TKI yang meninggal, transfer instansi, pulang, dan melarikan diri.
mekemudiani KBRI Kuala Lumpur pada tahun 2016 sebanyak 1250 kasus dan WNI/TKI
yang mempunyai lebih dari 1 kasus sebanyak 1072 kasus. Kasus – kasus tersebut meliputi
sebanyak 142 kasus, Perdata sebanyak 2 kasus, Non Hukum/ lain-lain sebanyak 314 kasus.
Adapun penanganan kasus WNI/TKI non shelter (kasus luar) pada tahun 2016 sebanyak 507
kasus dan WNI/TKI lebih besar dari jumlah kasus karena kasusnya sama melibatkan
beberapa WNI/TKI sekaligus sebanyak 729 kasus. Kasus – kasus tersebut meliputi kasus
kasus, Perdata sebanyak 2 kasus, Non Hukum/ lain – lain sebanyak 483 kasus.
yang terancam hukuman mati, dengan ketentuan yang terdapat didalam UU No 16 tahun
Undang ini.
6. Kode Etik Advokat ialah kode etik yang ditetapkan oleh organisasi profesi
Sesuai dengan Undang – Undang Pibiaya yang berlaku di Malaysia, terdapat beberapa
jenis kejahatan yang membawa ancaman hukuman mandatori berupa hukuman mati, yakni :
(Vide Akta Dadah berbahaya (ADB) Tahun 1952, pasal 39B mengenai
b. Pembunuhan :
(Vide Kanun Keseksaan (Akta 574), pasal 301 dan pasal 302)
d. Penculikan :
mati di Malaysia.
orang tersebut hanya disuruh untuk membawa tas yang isinya yakni narkotika
tetapi orang tersebut tidak mengetahui isi barang tersebut. Ketika sampai di
tetapi harus dihukum dan harus mengikuti mandatori undang – undang sehigga
hakim seperti kaca mata kuda tidak dapat munggunakan kewenangan hakim.
Akan tetapi, komisi HAM Malaysia meminta kepada parlemen dan perbiaya
menteri untuk mengkaji ulang dan memberikan kewenangan kepada hakim dalam
Kasus WNI/TKI yang terancam hukuman mati pada tahun 2016 di Malaysia sebanyak
190 kasus, jumlah tersebut ialah jumlah akhir pada ketika perhitungan dilakukan. Terdiri dari
a. Meminta akses konsuler yakni meminta akses untuk bertemu kepada orang yang
bersangkutan.
hukuman mati tersebut bila terbukti menurut jaksa, tugas pengalangkah sendiri
dalam kasus tersebut ialah untuk mencari celah hukum dalam kasus tersebut
maknanya dugaan dari jaksa tersebut tidak terbukti benar maka Perkaranya
equitably atau bebas murni dan/atau tetap kurangnya alat bukti atau alat bukti
tidak kuat maka disebut discharge not amount to equitably (DNAA) maknanya
dibebaskan tetapi tidak sama dengan bebas murni dan dapat dipanggil kembali
apabila jaksa mempunyai alat bukti yang kuat dan telah dilengkapi. ”
Dalam kasus ini, bila tersangka yang ancaman hukuman mati dalam status DNAA
karena bila jaksa menemukan alat bukti yang lengkap orang yang tetap di Malaysia akan
ditangkap kembali. Bila orang tersbut tidak mempunyai kesempatan lain maka harus di
Pemerintah Indonesia jarang melakukan ekstradisi untuk kasus hukuman mati karena
kasus ini terkemudian banyak dan sifat hukumnya yang mandatori sehingga membuat sedikit
celah hukum untuk mengektradisi. Dalam hal lain, apabila pemerintah indonesia meminta
ekstradisi maka negara Malaysia juga akan meminta ekstradisi kembali apabila terjadi kasus
Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa jarangnya dilakukan ekstradisi oleh
pemerinttah indonesia. Ketika dilakukannya ektradisi maka hal yang akan berkaitan ialah
hubungan politik antar negara, hubungan ekonomi, hungan bilateral antar negara dan
Selain ekstradisi ada langkah lain yakni meminta pengampunan. Pengampunan disini
maksudnya kebebasan yang diberikan oleh Yang Di Pertuan Agung untuk wilayah
Persekutuan dan wilayah – wlayah yang tidak terdapat Sultannya. Malaysia sendiri
mempunyai 13 negeri negara bagian (provinsi), untuk wilayah – wilayah yang mempunyai
Sultan mengajukan pengampunan kepada Sultannya. Apabila terjadi kasus di Kuala Lumpur
maka mengajukannya mekemudiani Yang Di Pertuan Agung sebagai kepala negara karena
1. Dari Tersangka yang terancam hukuman mati membuat sendiri surat yang
Agung.
2. Dari Pengalangkah tersangka kasus yang terancam hukuman mati membuat
3. Dari Duta Besar meminta pengampunan kepada Sultan atau Yang Di Pertuan
Agung.
negara).
Hal tersebut dilakukan ketika sudah inkrah dan sudah putusan akhir di pengadilan yang
Dalam melakukan pengajuan dan pengampunan oleh kepala negara, kepala negara
mempunyai hak prerogratif. Hak Prerogratif ialah hak khusus atau hak istimewa yang ada
pada seseorang karena kedudukannya sebagai kepala negara misal memberi tanda jasa, gelar,
grasi dan amnesti kepada orang lain. Hak prerogratif juga ialah bukan kuasa dari hakim
melainkan kuasa dari Sultan dan Yang Dipertuan Agung atau Kepala Negara.
Hak prerogratif juga ada yang dikabulkan oleh Sultan atau Yang Dipertuan Agung dan
ada yang tidak dikabulkan, akan tetapi banyak pengampunan yang ditangguhkan oleh Sultan
dan Yang Dipertuan Agung, sehingga orang tersebut tidak dapat melakukan apapun.
Tersangka yang mendapatkan hak prerogratif dari Sultan atau Yang Dipertuan Agung
maka orang tersebut akan bebas murni dan bebas dari segala tuntutan hukum yang menimpa
kepada dirinya serta orang tersebut tidak dapat di hukum atau dijatuhi hukuman kepada
dirinya.
A. Efektivitas Penerapan Kebijakan Pemerintah Dalam Memberikan Bantuan
Negara Republik Indonesia mempunyai suatu sistem hukum yang berdaulat dan tidak
dapat diganggu gugat, Dasar Hukum Negara Republik Indonesia ialah UUD 1945 dimana
dasar hukum tersebut menjadi sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menjadikan
pedoman kepada pemerintah untuk memberikan bantuan hukum kepada siapapun yang
membutuhkannya.
berdasarkan asas :
a. keadilan;
c. keterbukaan;
d. efisiensi;
e. efektivitas; dan
f. akuntabilitas.
Selain berdasarkan asas, fungsi pemerintah dalam memberikan bantuan hukum kepada
WNI/TKI yang terancam hukuam mati mempunyai tujuan. Hal ini terdapat dalam uu no. 16
membutuhkan bantuan hukum sebagaimana yang dituangkan dalam UU No. 16 tahun 2011
hukum keperdataan, pibiaya, dan tata usaha negara baik litigasi maupun
nonlitigasi.
Bantuan hukum yang diberikan oleh pemerintah kepada TKI yang terancam hukuman
mati berupa bantuan materil dan formil. Bantuan materil berupa biaya administrasi yang
seluruhnya ditanggung oleh negara, bantuan formil berupa mengawal kasus hukum tersebut
Pemerintah Indonesia berupaya membantu agar hukuman TKI yang terancam hukuman
mati di Malaysia dapat di kurangi dengan langkah mekemudiani beberapa tahapan dan
a. Mahkamah Rendah
1. Mahkamah Penghulu
2. Mahkamah Majistret
3. Mahkamah Sekyen
b. Mahkamah Tinggi
1. Mahkamah Tinggi
2. Mahkamah Rayuan
3. Mahakamah Persekutuan
di kawal oleh pemerintah Indonesia, sehingga membuat TKI yang terancam hukuman mati
merasa aman dan haknya terpenuhi sebagai warga negara Republik Indonesia.
Pemerintah Indonesia yang memberikan bantuan hukum kepada TKI yang terancam
hukuman mati telah berupaya dan mencoba agar hukuman tersebut dapat dikurangi sehingga
tidak menyebabkan terjadinya hukuman mati. Mekemudiani tahapan dan proses hukum yang
panjang pemerintah indonesia yang mengawal kasus hukuman mati ini mendapatkan titik
hukuman mati telah mendapatkan hasil yang positif dan banyak hukuman yang sebelumnya
hukuman mati di turunkan menjadi Hukuman Penjara dan Bebas Dari Tuntutan Hukum.
diturunkan menjadi Hukuman Penjara dan Bebas Dari Tuntutan Hukum pada tahun 2016
sebanyak 56 kasus dari jumlah kasus yang terancam hukuman mati sebanyak 190 kasus atau
sebanyak 33.92 % yang berhasil di selamatkan oleh Pemerintah Indonesia dari hukuman
mati. Jumlah tersebut meliputi 28 kasus turun hukuman penjara dan 28 kasus bebas dari
tuntutan hukum.
Data tersebut menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Indonesia dalam upaya
menangani kasus WNI/TKI yang terancam hukuman mati di Malaysia sangatlah baik dan
bekerja sesuai dengan proses dan tahapan – tahapan yang ada. Pemerintah Indonesia telah
melakukan pemberian bantuan hukum kepada WNI/TKI yang terancam hukuman mati,
langkah – langkah yang dilakukan sudah efektif dan telah menghasilkan bukti sehingga
adanya kasus yang terselesaikan tetapi terdapat pula kasus yang tidak dapat diselesaikan.
Tidak sedikit kasus – kasus yang statusnya tetap ditangguhkan atau terancam dengan
hukuman mati tanpa adanya pengurangan atau grasi dari pemerintah Malaysia.
Kasus – kasus yang statusnya tetap ditangguhkan atau hukumannya menjadi hukuman
mati sebanyak 134 kasus, terdiri dari 5 jenis kasus yakni Narkotika sebanyak 98 kasus,
mungkin dalam memberikan bantuan hukum terhadap WNI/TKI yang terancam hukuman
mati di Malaysia, tetapi tidak dapat dipungkiri perbedaan hukum antara Indonesia dan
Malaysia mempunyai pengaruh yang sangat besar, hal ini dikarenakan untuk melakukan
pengawalan kasus terhadap WNI/TKI yang terancam hukuman mati harus mempunyai celah
Kasus – kasus tersebut membuktikan bahwa sulitnya mencari celah hukum untuk
menyelesaikan kasus WNI/TKI yang terancam hukuman mati di Malaysia. Maka dari itu,
kasus dari awal hingga selesai. Hal ini dilakukan sangat efektif dalam penanganan
kasus yang dihadapi dan dapat memberikan pengamanan kepada tersangka yang
yang tertulis dalam UUD 1945 alinea ke 4. Pemerintah harus memperhatikan hak
– hak tersangka tersebut apakah terpenuhi atau tidak, sehingga hak dalam
c. Hak prerogratif
Hak Prerogratif ialah hak istimewa yang dimiliki oleh kepala negara. Hal
ini dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk meminta kepada pemerintah
Malaysia mengenai kasus dan hukuman yang sedang di hadapi, apakah dapat
kurangi hukumannya dan bebas dari segala tuntutan hukum atau tidak di
tangguhkan.
d. Ekstradisi
diserahkan kepada negara asal tersangka untuk disidang sesuai perjanjian yang
maka pemerintah Indonesia harus memenuhi ekstradisi yang diajukan oleh negara
e. Yurisdiksi
nasional suatu negara yang berdaulat kepada negara lain. Yurisdiksi juga dapat
Malaysia, karena apabila hal ini terjadi maka hal seperti ekstradisi juga akan
WNI/TKI yang terancam hukuman mati di Malaysia ialah telah dilakukan sesuai ketentuan
undang – undang, baik UU No 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, UU No. 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, dan UU No. 39 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Data perlindungan Fungsi Konsuler WNI / TKI KBRI Kuala Lumpur, M. (n.d.).
Fauziyyah, A., & Windiani, R. (2020). Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Kasus
Wilfrida Soik di Malaysia Tahun 2010-2015. Jurnal FISIP Universitas Diponegoro,
20-25.
Holsti, K. J. (1987). Foreign Relations International Relations. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
KBRI Kuala Lumpur. (2010). Retrieved from Press Release WNI yang Berada dalam
Tahanan/Penjara Malaysia.
Kementerian Luar Negeri Indonesia. (2011, 08 14). Retrieved from Pelayanan Publik:
http://www.kemlu.go.id/Pages/ServiceDisplay.aspx?IDP=1&l=id
Maksum, A. (2017). Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Hubungan Indonesia-Malaysia Era
Jokowi. Jurnal PIR, Volume 2, No. 1.
Plano C, J., & Roy, O. (n.d.). Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Abardin.
Zida, A. (2019). Diplomasi Indonesia dalam Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Malaysia Tahun 2016-2017. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 05-20.