Anda di halaman 1dari 9

Sifat fisika dan kimia zat

Setiap zat atau benda memiliki sifat yang unik dan berbeda dengan zat lainnya. Perbedaan sifat tersebut
disebabkan oleh kandungan dan susunan partikel penyusunnya yang berbeda. Adapun partikel
penyusun suatu zat disebut atom.

Jumlah dan susunan atom dalam suatu zat akan menentukan sifat zat tersebut. Contohnya adalah intan
dan grafit. Intan dan grafit sama-sama terbentuk dari unsur karbon dan berbentuk kristal. Tetapi intan
memiliki jumlah karbon lebih banyak dengan bentuk ikatan tetrahedral (tiap atom karbon berikatan
dengan atom karbon lainnya), sedangkan grafit memiliki jumlah atom dimana tiap atom karbonnya
berikatan dengan 3 atom karbon lainnya. Hal tersebut membuat intan memiliki tingkat kekerasan lebih
tinggi dari grafit.

Contoh lainnya adalah air dan hidrogen peroksida. Air dan hidrogen peroksida terbentuk dari atom-atom
yang sama yaitu hidrogen dan oksigen tetapi jumlah oksigen pada hidrogen peroksida lebih banyak dari
air. Air terdiri dari 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen, sedangkan hidrogen perolsida terdiri dari 2
atom hidrogen dan 2 atom oksigen. Air dapat dikonsumsi oleh manusia, sedangkan hidogen peroksida
biasa digunakan untuk disinfektan (cairan pembunuh bakteri).

Sifat suatu zat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu sifat fisika dan sifat kimia. Sifat fisika adalah sifat
yang dapat diamati tanpa mengubah ciri-ciri atau komposisi zat tersebut. Sifat fisika bersifat kuantitatif
atau dapat diukur dengan alat ukur atau dihitung dengan rumus tertentu. Sifat fisika tidak berkaitan
dengan pembentukan zat baru.

Adapun sifat kimia merupakan sifat yang terdapat pada suatu zat ketika mengalami perubahan atau
reaksi menjadi zat lain. Sifat kimia bersifat kualitatif atau tidak dapat diukur.

Apa saja sifat fisika dan kimia pada suatu zat? Nah, artikel sekarang akan menjelaskan sifat fisika dan
sifat kimia yang terdapat pada suatu zat.

Sifat Fisika Zat


1. Kerapatan (Densitas/Massa Jenis)

Kerapatan atau densitas atau juga massa jenis merupakan massa suatu zat yang terdapat pada tiap
volume zat tersebut. Massa jenis merupakan ciri khas suatu zat karena besar massa jenis tiap zat
berbeda.

Massa jenis dapat dihitung dengan rumus massa benda dibagi volume benda tersebut. Rumusnya dapat
dilihat di bawah ini

P = m/V
m = PxV

V = m/P

Keterangan :

P = rho atau massa jenis, satuan Kg/m³ atau g/cm³ atau g/ml

m = massa benda, satuan Kilogram (Kg) atau gram (g)

V = volume benda, satuan m³ atau cm³ atau mililiter (ml)

Apakah kamu pernah lihat balon mainan anak kecil yang dapat terbang? Jika pernah, apakah kamu tahu,
kenapa balon tersebut dapat terbang setelah diisi gas tertentu oleh penjual balonnya dan kenapa ketika
gas dalam balon habis lalu kamu meniup sendiri balon tetapi balon tersebut tidak dapat terbang,
padahal sama-sama diisi gas?.

Gas yang sering digunakan penjual balon mainan untuk mengisi balonnya adalah helium. Gas Helium
memiliki massa jenis lebih rendah dari udara. Massa jenis gas Helium yaitu 0,1786 Kg/m³, sedangkan
massa jenis udara lebih besar yaitu 1,29 Kg/m³. Oleh karena massa jenis helium yang lebih rendah dari
udara, ketika gas Helium dimasukkan ke dalam balon, balon akan terangkat ke atas.

Namun ketika kamu meniup balon sendiri, maka balon tersebut tidak dapat terangkat, karena balon
terisi dengan gas karbondioksida dan uap air yang berasal dari proses pernafasan kamu. Gas
karbondioksida dan uap air memiliki massa jenis yang lebih besar dari udara. Massa jenis gas
karbondioksida adalah 1,98 Kg/m³.

Pemanfaatan benda berdasarkan massa jenisnya dapat kamu lihat juga pada perahu tradisional yang
menggunakan bahan baku kayu. Walaupun kayu termasuk benda padat tetapi kayu memiliki massa jenis
yang lebih kecil dari air. Massa jenis kayu yaitu sekitar 320-720 Kg/m³ sedangkan massa jenis air sebesar
1000 Kg/m³.

2. Kekerasan

Kekerasan adalah ukuran keras atau lunaknya suatu zat. Alat ukur yang umum digunakan untuk
mengukur kekerasan zat adalah sklerometer. Satuan kekerasan zat yaitu skala Mohs.

Ukuran kekerasan, umumnya digunakan pada zat padat. Zat padat tersusun dari molekul-molekul yang
sangat rapat dan memiliki ikatan molekul yang sangat kuat. Tingkat kekerasan tiap zat berbeda.

Berikut ini beberapa contoh tingkat kekerasan beberapa zat.

Natrium dan Kalium mempunyai tingkat kekerasa dengan skala 0,5-0,6 Mohs

Talk (Mg₃Si₄O₁₀(OH)₂) mempunyai tingkat kekerasan 1 Mohs


Timah (Sn) dan grafit (C) mempunyai tingkat kekerasan 1,5 Mohs

Kalsium (Ca) mempunyai tingkat kekerasan 2 Mohs

Emas (Au), perak (Ag), Alumunium (Al), dan seng (Zn) mempunyai tingkat kekerasan 2,5-3 Mohs

Tembaga (Cu) mempunyai tingkat kekerasan 3 Mohs

Nikel (Ni) dan besi (Fe) mempunyai tingkat kekerasan 4 Mohs

Baja yang merupakan logam campuran dari beberapa unsur mempunyai tingkat kekerasan 4-4,5 Mohs

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa semakin besar nilai tingkat kekerasannya, semakin
keras benda tersebut. Penerapan tingkat kekerasan zat dapat kamu lihat pada mata bor, palu, dan alat
pemotong seperti gergaji, pisau dan lain-lain.

3. Elastisitas

Elastisitas merupakan kemampuan suatu zat untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya yang
diberikan ke benda tersebut hilang. Gaya dapat berupa tarikan atau dorongan.

Setiap benda mempunyai kemampuan elastisitas termasuk logam. Ketika logam diberikan gaya maka
pola geometris susunan atomnya akan mengalami perubahan ukuran dan bentuk. Tetapi bila gayanya
dihilangkan maka logam tersebut kembali ke ukuran dan bentuk semula.

Kemampuan elastisitas berbeda pada tiap benda yang berbeda. Zat seperti kayu, es batu dan gelas
mempunyai elastisitas rendah sehingga bila zat-zat tersebut diberikan gaya yang besar akan mengalami
kerusakan.

Zat yang memiliki elastisitas tinggi seperti karet, ketika diberikan gaya yang besar akan mampu kembali
ke ukuran dan bentuk semula. Kemampuan elastisitas karet disebabkan rantai polimer penyusun karet
mengalami peregangan. Rantai polimer karet akan kembali ke posisi semula setelah gaya yang bekerja
pada karet hilang.

4. Daya Hantar

Daya hantar merupakan kemampuan suatu zat untuk menghantarkan listrik atau panas. Berdasarkan
daya hantarnya, zat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu konduktor, semikonduktor dan isolator.

Konduktor adalah benda yang sangat baik dalam menghantarkan listrik atau panas, contohnya yaitu
besi, tembaga, emas dan perak. Kemampuan benda konduktor disebabkan oleh ikatan-ikatan atom
penyusunnya mempunyai elektron-elektron yang bergerak bebas. Pergerakan elektron yang bebas
membuat logam dapat menghantarkan panas dan listrik dengan mudah.
Isolator adalah zat yang rendah atau kurang baik dalam menghantarkan panas atau listrik. Rendahnya
kemampuan daya hantar benda isolator disebabkan oleh kurang bebasnya elektron dari atom
penyusunnya untuk bergerak atau berpindah. Contoh dari isolator antara lain karet, plastik, kayu dan
lainnya.

Semikonduktor merupakan benda yang jika berada pada suhu rendah bersifat isolator dan pada suhu
tinggi bersifat konduktor. Pergerakan elektron atom penyusun benda semikonduktor dipengaruhi oleh
suhu benda tersebut. Contoh benda semikonduktor antara lain silikon dan germanium. Pemanfaatan
benda semikonduktor dapat kamu jumpai pada processor komputer atau integrated circuit (IC).

5. Kemagnetan

Kemagnetan merupakan kemampuan suatu zat untuk dipengaruhi oleh magnet. Berdasarkan sifat
kemagnetannya, benda dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu ferromagnetik, paramagnetik dan
diamagnetik.

Ferromagnetik adalah benda yang dapat ditarik dengan kuat oleh magnet. Benda ferromagnetik sangat
baik untuk dijadikan magnet. Contoh benda ferromagnetik yaitu besi, baja, kobalt dan nikel.

Paramagnetik adalah benda yang ditarik dengan lemah oleh magnet. Benda yang termasuk
paramagnetik antara lain : magnesium, molibdenum dan litium.

Diamagnetik merupakan benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet. Benda-benda yang termasuk
kelompok diamagnetik yaitu perak, emas, tembaga dan bismut.

6. Viskositas

Viskositas adalah ukuran kekentalan fluida. Fluida merupakan kelompok zat yang berwujud cair atau
gas. Viskositas akan mempengaruhi kemampuan zat mengalir. Semakin besar viskositas zat fluida,
semakin sulit zat tersebut mengalir dan semakin sulit zat lain bergerak di dalam fluida.

Viskositas zat cair disebabkan oleh gaya kohesi antar molekul-molekul penyusun zat cair tersebut. Pada
zat gas, viskositasnya dipengaruhi oleh tumbukan antara molekul-molekul gasnya.

Setiap benda memiliki viskositas tertentu. Contoh fluida dengan viskositas tinggi adalah madu dan oli.
Adapun air merupakan contoh fluida dengan viskositas rendah.

7. Titik Didih

Titik didih merupakan suhu dimana zat cair berubah menjadi uap pada tekanan tertentu. Suatu zat cair
dapat berubah menjadi uap karena tekanan uap lebih besar dari tekanan luar yang menahan zat cair.
Contohnya yaitu air yang akan berubah bentuk dari cair ke gas pada suhu 100ºC, maka air tersebut
mempunyai titik didih sebesar 100ºC.
Proses perubahan zat cair menjadi gas disebut penguapan. Proses penguapan dapat terjadi ketika zat
cair memperoleh kalor atau panas. Ketika air mencapai titik didihnya, air akan berubah wujud menjadi
gas dan tidak akan terjadi kenaikan suhu kembali.

Setiap benda cair memiliki titik didih yang berbeda. Salah satu faktor yang mempengaruhi titik didih zat
cair adalah viskositas. Semakin besar viskositasnya (semakin kental) maka titik didihnya semakin tinggi.
Contohnya air dan minyak, viskositas air lebih rendah dari minyak, maka titik didih air lebih rendah dari
minyak. Titik didih air sebesar 100ºC, dan titik didih minyak lebih besar yaitu 150ºC.

Penerapan pengetahuan tentang titik didih sudah dilakukan oleh manusia seperti proses destilasi pada
pembuatan bahan bakar dan oli yang berasal dari minyak. Proses destilasi adalah proses pemisahan
campuran berdasarkan titik didih dari zat-zat yang terdapat dalam campuran tersebut. Minyak mentah
akan diletakkan dalam sebuah wadah kedap udara lalu dipanaskan dengan suhu 370ºC dan tekanan 1
atm. Kandungan minyak mentah tersebut akan terpisah berdasarkan titik didihnya masing-masing. Hasil
destilasi pada minyak mentah antara lain gas, bensi, oli, minyak tanah, diesel, lilin dan aspal.

8. Titik Beku

Titik beku adalah suhu pada tekanan tertentu dimana zat cair berubah menjadi padat. Titik beku juga
merupakan suhu terendah dari zat cair yang membuat zat cair tersebut membeku. Contohnya air, ketika
suhu 27ºC berwujud zat cair, tetapi saat suhu diturunkan sampai 0ºC akan berubah wujud menjadi
padat. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa titik beku air adalah 0ºC.

Perubahan wujud zat cair dari bentuk cair ke padat disebut membeku. Pada proses pembekuan zat cair
terjadi pelepasan kalor yang terkandung di dalam molekul zat cair tersebut.

Proses pembekuan dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan makanan. Pembekuan bahan makanan
membuat bahan makanan tersebut tahan lama karena proses pembusukan makanan yang disebabkan
oleh pertumbuhan mikroorganisme di dalam bahan makanan terhambat. Pertumbuhan mikroorganisme
dapat dihambat, karena kandungan air dalam bahan makanan yang dibekukan menjadi lebih sedikit.

Pada daerah subtropis suhu lingkungan dapat di bawah 0ºC. Suhu yang sangat rendah tersebut dapat
membekukan air termasuk cairan pendingin mesin kendaraan sehingga mengakibatkan kerusakan pada
mesin kendaraan. Oleh karena itu dibutuhkan zat anti beku yang dapat mempertahankan cairan
pendingin kendaraan tetap mempertahankan wujud cairnya meskipun suhu lingkungan sangat rendah.

Zat cair yang digunakan sebagai zat anti beku yaitu senyawa etilen glikol, propilen glikol, dan gliserol.
Molekul gliserol dapat membentuk ikatan hidrogen yang kuat dengan molekul air, sehingga titik beku
campuran lebih rendah dari pada titik beku air. Campuran tersebut mampu mencegah pembentukan
kristal es walaupun suhu turun sampai -37,8ºC.

Hewan yang tinggal di daerah subtropis juga memiliki zat anti beku dalam tubuhnya. Zat anti beku ini
berguna untuk menghindari terjadinya pembekuan cairan dalam sel dan jaringan tubuhnyam sehingga
hewan tersebut dapat bertahan hidup dalam cuaca ekstrim. Contoh zat anti beku pada hewan yaitu
gliserol dan dimetilsulfoksida pada serangga, trehalosa pada cacing nematoda dan porifera, dan protein
anti beku "anti freeze protein (AFP)" pada ikan di antartika.

9. Titik Leleh

Titik leleh adalah suhu pada tekanan tertentu yang membuat zat padat berubah menjadi cair. Titik leleh
disebut juga titik lebur. Perubahan wujud zat dari padat menjadi cair disebut mencair atau melebur atau
meleleh. Peleburan suatu zat membutuhkan kalor.

Coba perhatikan perubahan wujud es batu menjadi air lalu menjadi uap. Ketika es batu diletakkan dalam
suatu wadah dan wadah tersebut diletakkan di udara terbuka atau suhu ruang, sedikit demi sedikit es
batu akan melebur menjadi air kemudian air tersebut lambat laun akan menguap sampai air dalam
wadah tersebut habis. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa es batu yang berubah menjadi air, maka
es batu tersebut menerima kalor dari suhu ruang sehingga mencapai titik leburnya, kemudian air
tersebut menguap seluruhnya maka air mencapai titik didihnya.

Setiap benda termasuk logam memiliki titik leleh. Berikut ini titik leleh dari beberapa zat :

Alumunium titik lelehnya adalah 660ºC

Besi titik lelehnya 1539ºC

Magnesium titik lelehnya 650ºC

Nikel titik lelehnya 1455ºC

Timah titik lelehnya 232ºC

Plastik PVC (Polyvinyl Chloride) titik lelehnya 175ºC

Plastik HDPE (High Density Polyethylene) titik lelehnya 130ºC

Plastik PP (Polypropilene) titik didihnya 160ºC

Sekarang coba perhatikan peralatan masak yang ada di rumah, menurut kamu bahan yang digunakan
untuk membuat alat masak tersebut dari apa? Ya, kebanyakan alat masak terbuat dari logam seperti
alumunium, besi, stainless steel, dan tembaga, karena logam memiliki titik leleh yang tinggi dan
merupakan penghantar panas yang baik. Tetapi dulu, peralatan masak seperti panci banyak dibuat dari
alumunium karena alumunium mempunyai titik leleh tinggi, mudah dibentuk, penghantar panas yang
baik, ringan dan tidak mudah berkarat serta tidak reaktif.

Sifat Kimia Zat


1. Kestabilan
Kestabilan adalah kemampuan suatu zat mempertahankan diri atau dekomposisi di lingkungan
alamiahnya atau ketika terkena udara panas, cahaya, tekanan, kondisi alami lain atau akibat adanya
reaksi alami yang dapat terjadi pada zat tersebut. Kestabilan juga dapat didefinisikan sebagai mudah
atau tidaknya suatu zat rusak.

Zat yang stabil memiliki elektron pada kulit terluar yang sudah berpasangan atau berjumlah 2 dan 8,
sehingga sulit bereaksi dengan unsur lain. Contohnya yaitu gas mulia seperti helium, neon, argon,
kripton, xenon dan rodon. Jadi, gas mulia tersebut memiliki tingkat kestabilan yang tinggi.

Namun ada juga zat dengan kestabilan rendah seperti plastik atau stirofoam. Di masa sekarang,
penggunaan plastik atau stirofoam salah satunya digunakan sebagai pembungkus atau wadah makanan.

Penggunaan zat yang memiliki kestabilan rendah seperti plastik atau stirofoam sebagai wadah makanan
seperti mie instan sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Stirofoam merupakan jenis
plastik yang mengandung polistirena. Senyawa polistirena diduga sebagai pemicu kanker atau
karsinogen bila terkonsumsi dan menumpuk di dalam tubuh. Senyawa polistirena sulit terurai oleh
tubuh dan lingkungan. Oleh karena itu senyawa polistirena juga dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan.

Stirofoam mudah rusak jika terkena panas tinggi. Jika seseorang menyeduh mie instan dengan
menggunakan wadah terbuat dari stirofoam dengan air panas, maka molekul polistirena akan tercampur
dengan mie instan sehingga zat berbahaya tersebut masuk ke dalam tubuh. Bila senyawa polistirena
terkonsumsi terus menerus maka kemungkingan besar tubuh akan terserang penyakit. Tetapi ada juga
yang menyatakan bahwa jumlah senyawa polistirena, yang tercampur ke dalam makanan, tidak
siginfikan sehingga tidak membahayakan.

2. Kereaktifan

Kereaktifan adalah kemampuan suatu zat bereaksi dengan zat lain secara spontan, seperti logam alkali
dan alkali tanah yang reaktif terhadap air. Selain unsur alkali, unsur halogen juga termasuk unsur yang
reaktif.

Unsur alkali terdapat pada golongan IA dan IIA pada tabel periodik unsur. Unsur alkali IA memiliki
elektron valensi, dalam konfigurasi elektron, satu elektron yang mudah lepas sehingga menyebabkan
unsur ini sangat reaktif, mudah terbakar dan sangat bereaksi dengan air. Unsur yang termasuk alkali IA
yaitu hidrogen, litium, natrium, kalium, rubidium, cesium, fransium. Selain hidrogen, unsur alkali
termasuk jenis logam.

Adapun unsur alkali tanah termasuk golongan IIA dan mempunyai elektron valensi 2 elektron. Walaupun
unsur ini reaktif tapi tidak sereaktif unsur alkali golongan IA. Logam alkali tanah dapat terbakar diudara
bila dipanaskan. Unsur yang termasuk logam alkali tanah yaitu berilum, magnesium, kalsium, stronsium,
barium dan radium.
Unsur alkali dan alkali tanah bila beraksi dengan air dapat menghasilkan gas hidrogen, oksida bila
bereaksi dengan uap, hidroksida bila bereaksi denga air dingin, dan energi atau panas.

Apakah kamu pernah mendengar karbid? Karbid merupakan senyawa yang banyak digunakan dalam
industri las karbid dan untuk mempercepat pematangan buah. Karbid berwujud padat seperti batu, dan
berwarna keabu-abuan.

Rumus kimia karbid yaitu CaC₂. Berdasarkan rumus kimia tersebut dapat diketahui bahwa karbid disusun
dari unsur kalsium yang termasuk logam alkali dan sangat reaktif dengan air.

Ketika karbid dimasukkan ke dalam air, karbid akan langsung bereaksi. Reaksi kimia antara karbid dan air
menghasilkan gas asitilena (C₂H₂), kalsium hidroksida dan panas. Reaksi kimia antara karbid dan air
dapat dilihat di bawah ini :

CaC₂ + 2H₂O →C₂H₂ + Ca(OH)₂

Gas asitilena yang dihasilkan dari reaksi karbid dan air, bersifat mudah terbakar sehingga dimanfaatkan
dalam proses pengelasan logam.

Unsur lainnya yang reaktif yaitu unsur halogen. Unsur halogen termasuk unsur nonlogam dan golongan
VIIA pada tabel periodik unsur. Unsur halogen memiliki 7 elektron valensi sehingga hanya membutuhkan
1 elektron saja agar unsur stabil. Oleh karena itu, unsur halogen sangat reaktif. Semua unsur halogen
berupa molekul diatomik, beracun dan berwarna. Unsur halogen antara lain : fluor, chlor, brom, iodium,
dan astatin.

3. Korosifitas

Korosifitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu zat untuk melarutkan struktur zat lain melalui
reaksi kimia yang bersifat menghancurkan dan merusak. Zat yang memiliki korosifitas disebut zat
korosif. Zat korosif mampu merusak zat dan jaringan tubuh juga menyebabkan karat pada logam. Zat
korosif dapat berupa pengoksidasi, asam kuat dan basa kuat.

Penggunaan zat korosif biasanya untuk membunuh bakteri dan membersihkan noda pada lantai atau
pakaian. Contoh zat korosif yang digunakan sebagai pembersih noda lantai adalah asam klorida (HCl).

Coba kamu lihat botol pembersih lantai di rumahmu, ada tidak tulisan HCl. Jika ada berarti, maka zat
utama pembersih lantaimu adalah asam klorida. Senyawa HCl mampu mengikis kotoran, logam bahkan
jaringan tubugmu. Oleh karena itu, senyawa HCl termasuk senyawa dengan korisifitas tinggi.

Ketika kamu menuangkan noda lantai dengan cairan pembersih lantai yang mengandung senyawa asam
klorida, akan timbul perubahan warna dari cairan tersebut dan keluar gas dengan bau menyengat. Jadi
sebaiknya gunakan sarung tangan agar tidak bersentuhan langsung dengan senyawa tersebut yang
menyebabkan kulitmu mengalami iritasi atau luka dan masker agar gas tidak masuk ke saluran
pernafasan.
Selain asam klorida, senyawa lainnya yang memiliki korosifitas tinggi adalah asam sulfat. Rumus kimia
asam sulfat yaitu H₂SO₄. Senyawa asam sulfat biasanya digunakan sebagai cairan elektrolit dalam accu.
Jadi berhati-hatilah menggunakan senyawa dengan korosifitas tinggi.

Sebenarnya masih ada lagi sifat-sifat kimia yang lainnya. Tetapi tidak disampaikan agar kamu dapat
mencarinya sendiri. Suatu pengetahuan akan lebih berkesan bila kamu mau mencari, memahami dan
menerapkannya melalui usaha sendiri. Coba kamu cari sendiri apa saja sifat-sifat kimia dari suatu zat
selain dari yang disebutkan di atas.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, suatu zat mempunyai sifat yang unik dan menjadi ciri khas yang
membuat zat tersebut berbeda dengan zat lainnya. Sifat zat tersebut dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu sifat fisika dan sifat kimia.

Sifat fisika suatu zat antara lain : densitas zat, kekerasan, daya hantar, viskositas, titik didih, titik beku,
dan titik leleh. Sifat fisika tersebut dapat diukur dengan alat ukur.

Sifat kimia zat meliputi kestabilan zat, kerraktifan dan korosifitas zat. Sifat kimia dipebgaruhi oleh
susunan unsur dan reaksi kimia zat tersebut dengan zat lain.

Pengetahuan mengenai sifat fisika dan kimia bermanfaat agar mengetahui bagaimana memanfaatkan
zat-zat tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, juga dapat mengetahui cara yang aman ketika
menggunakan zat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai