Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Disusun Oleh :

LENY MARLENA
SRY SUSANTY
SITI AMINAH
M. YANIS

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI NASIONAL


2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, kami
dapat menyusun makalah Pengantar Sosiologi. Khususnya tentang “Maulid Nabi Muhammad
SAW” Pemahaman kita sebagai manusia terbatas tetapi dengan makalah ini membuat kami
semakin terpacu untuk terus mencari pengertian yang berkelanjutan atas pembelajaran mata
kuliah ini. Bukan hanya itu kami harap dengan penulisan mata kuliah ini dapat menambah
wawasan kami. Makalah ini, tentunya masih jauh dari kesempurnaan, karena kami juga
masih dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik, koreksi,
saran, dan masukan dari para pembaca sekalian. Terimakasih atas perhatianya dan jikalau ada
kesalahan kata maupun tulisan Kami mohon maaf karena kami manusia yang jauh dari kata
benar.

Lhokseumawe, Desember 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang..................................................................................

1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................

2.1 Kenduri Maulid..................................................................................

2.2 Nilai-nilai Yang Terdapat Pada Kenduri Maulid................................

2.3 Penyelenggara Kenduri Maulid Di Masyarakat Aceh.........................

2.4 Keunikan Kenduri Maulid Dan Makanan Yang Dihidangkan………

BAB III : PENUTUP...........................................................................................

3.1 Kesimpulan.........................................................................................

3.2 Saran...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW rutin dirayakan oleh masyarakat Aceh
setiap tahun. Selain tradisi, perayaan Maulid juga kerap dijadikan ajang silaturahmi antar
gampong (kampung dalam bahasa Aceh)
Perayaan Maulid Nabi di “Bumoe Seurambi Mekkah” dilakukan bergantian tergantung
kesiapan kampung setempat dengan jadwal sekitar 3 bulan, yaitu Rabiul Awal (Maulod
Awai), Rabiul Akhir (Maulod Teungoh), dan Jumadil Awal (Maulod Akhe).
jadi, jika Anda berkunjung ke Aceh pada kurun waktu tersebut, Anda dapat ikut
merasakan suasana perayaan Maulid Nabi di sana. Acara perayaan Maulid Nabi dimeriahkan
masyarakat Aceh dengan gelaran zikir maulid yang dilantunkan oleh santri-santri dan diisi
pula dengan aneka perlombaan keagamaan.

1.2. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang
kebudayaan Aceh tentang Kanduri Maulid Nabi Besar Muhammad SAW !
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kenduri Maulid

Kanduri Maulod (kenduri Maulid) pada masyarakat Aceh terkait erat dengan
peringatan hari kelahiran Pang Ulee (penghulu alam) Nabi Muhammad SAW, utusan Allah
SWT yang terakhir pembawa dan penyebar ajaran agama Islam. Kenduri ini sering pula
disebut kanduri Pang Ulee.
Masyarakat Aceh sebagai penganut agama Islam melaksanakan kenduri maulid setiap
bulan Rabiul Awal, Rabiul Akhir dan Jumadil Awal. Kenduri maulid yang dilaksanakan pada
bulan Rabiul Awal disebut maulod awai (maulid awal) dimulai dari tanggal 12 Rabiul Awal
sampai berakhir bulan Rabiul Awal. Sedangkan kenduri maulid yang dilaksanakan pada
bulan Rabiul Akhir disebut maulod teungoh (maulid tengah) dimulai dari tanggal 1 bulan
Rabiul Akhir sampai berakhirnya bulan. Selanjutnya, kenduri maulid pada bulan Jumadil
Awal disebut maulod akhee (maulid akhir) dan dilaksanakan sepanjang bulan Jumadil
Akhir.
Pelaksanaan kenduri maulid berdasarkan rentang tiga bulan di atas, mempunyai tujuan
supaya warga masyarakat dapat melaksanakan kenduri secara keseluruhan dan merata.
Maksudnya apabila pada bulan Rabiul Awal warga belum mampu melaksanakan kenduri,
pada bulan Rabiul Akhir belum juga mampu, maka masih ada kesempatan pada bulan
Jumadil awal. Umumnya seluruh masyarakat mengadakan kenduri Maulid hanya waktu
pelaksanaannya yang berbeda-beda, tergantung pada kemampuan menyelenggarakan dari
masyarakat.
Kenduri Maulid oleh masyarakat Aceh dianggap sebagai suatu tradisi. Hal itu
didasarkan pada pemahaman bahwa Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan.
2.2. Nilai-nilai yang terdapat pada kenduri Maulid

1. Nilai spiritual
Dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Umat Muslim semakin meningkat
rasa cintanya pada sang Tauladan. Selain itu sebagai rasa hormat pada Nabinya.
2. Nilai moral
Dengan memperingati Maulid Nabi, umat Muslim dapat mengambil hikmah atas kisah
teladannya. Dan tentunya dapat mengamalkan nilai terpuji dalam kehidupan.
3. Nilai sosial
Biasanya peringatan diwarnai dengan pemberian sedekah pada fakir miskin. Atau siapa
saja yang hadir dalam majelis.
4. Nilai persatuan
Dengana adanya kegiatan berzikir bersama tenti akan membuat umat Muslim bersatu.

2.3. Penyelenggaraan kenduri maulid di masyarakat aceh

Penyelenggaraan kenduri maulid dapat dilangsung-kan kapan saja asal tidak melewati
batas bulan Rabiul Awal, Rabiul Akhir, dan Jumadil Awal, tepatnya mulai tanggal 12 Rabiul
Awal sampai tanggal 30 Jumadil Awal. Selain itu waktu kenduri maulid ada yang
menyelenggarakan pada siang hari dan ada pula yang menyelenggarakannya pada malam
hari.
Bagi desa-desa yang menyelenggarakan kenduri pada siang hari mulai jam 12 siang
hidangan telah siap untuk diantar ke meunasah atau mesjid. Demikian pula bagi yang
menyelenggarakan kenduri di rumah, hidangan telah ditata rapi untuk para tamu.
Pertandingan meudikee maulod (zikir marhaban atau zikir maulid) dimulai sejak pukul 9 pagi
dan berhenti ketika Sembahyang dhuhur untuk kemudian dilanjutkan kembali.
Selanjutnya desa-desa yang menyelenggarakan kenduri pada malam hari hidangan
dibawa ke meunasah atau mesjid setelah sembahyang Ashar atau menjelang maghrib,
sedangkan lomba meudikee maulod dilangsungkan setelah sembahyang
Isya. Penyelenggaraan kenduri maulid umumnya dilangsungkan di meunasah atau mesjid.
Panitia pelaksana kenduri mengundang penduduk dari desa-desa lain yang berdekatan atau
desa tetangga dan ada juga yang mengundang semua desa dalam kemukimannya. Kondisi ini
diperngaruhi oleh jumlah hidangan yang disediakan oleh warga desa.
Di samping itu ada juga yang melaksanakan kenduri di rumah saja atau secara pribadi
disebut maulod kaoy (maulid nazar). Maulid ini diselenggarakan untuk melepas nazar yang
menyangkut kehidupan pribadi atau keluarga disebabkan permohonan mereka kepada Allah
SWT telah dikabulkan. Penyelenggaraan kenduri maulid ini sesuai dengan nazar yang
dicetuskan sebelumnya. Apabila nazarnya ingin menyembelih seekor kerbau, maka pada saat
kenduri akan disembelih hewan tersebut, demikian pula jika nazar ingin menyembelih seekor
kambing. Daging hewan yang dinazarkan setelah dimasak dan ditambah lauk-pauk lainnya
akan dihidangkan kepada undangan. Besar atau kecilnya kenduri tergantung kepada
kemampuan orang yang melaksanakan.

Pihak yang mengadakan kenduri, sebelumnya telah memberitahu kepada keuchik


(kepala desa) dan teungku meunasah (imam desa). Apabila kendurinya besar akan dibentuk
panitia yang berasal dari penduduk desa setempat. Penduduk dari luar desa tidak diundang,
kecuali sanak saudara atau ahli famili pihak yang mengadakan kenduri serta anak yatim yang
berada di sekitarnya. Hidangan yang menjadi tradisi keharusan dalam kenduri Maulid di
meunasah dan di rumah berupa beuleukat kuah tuhee (nasi ketan dengan kuah), sebagai
hidangan siang hari selain nasi dan lauk pauk. kuah tuhee lalu dimakan bersama ketan. Pada
malam hari hidangan yang harus disediakan berupa beuleukat kuah peungat. Kuah peungat
adalah santan dicampur dengan pisang raja dan nangka serta diberi gula secukupnya.

Seperti telah disebutkan di atas Kenduri maulid dapat dilaksanakan dalam 3 bulan
dimulai dari bulan Rabiul awal, Rabiul Akhir, dan Jumadil Awal. Apabila kenduri telah
dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal berarti pelaksanaan kenduri pada tahun bersangkutan
telah dilaksanakan, tidak perlu diadakan lagi pada pada bulan Rabiul Akhir dan bulan
Jumadil Awal.Kenduri maulid yang dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal, Rabiul Akhir dan
Jumadil Awal mempunyai nilai yang sama tidak ada yang lebih tinggi atau rendah, hanya
tergantung kepada kemampuan dan kesempatan warga desa.

2.4. Keunikan Kenduri Maulid Dan Makanan Yang Di Hidangkan


Makanan utama yang disajikan dalam perayaan ini adalah kuah beulangoeng, yakni
gulai sapi atau kambing, serta sajian kuliner khas Aceh lainnya.
Keunikan lain yang terlihat dalam perayaan ini adalah tradisi masing-masing kampung
yang beragam. Mulai dari arak-arakan makanan hingga mobil hias, sebelum akhirnya makan
bersama di lapangan.
Untuk menyaksikan kemeriahan Maulid Akbar di Aceh, Anda dapat menyambangi
beberapa kampung di Kecamatan Krueng Barona Jaya (Aceh Besar). Salah satunya di
Gampong Meunasah Papeun pada 28 Januari 2016.
Alternatif lainnya, ada juga acara serupa di Jeulingke, Banda Aceh. Gampong di
Kecamatan Syiah Kuala tersebut akan mengadakan Maulid pada 8 Januari 2016.
Kemeriahan perayaan Maulid Nabi di Aceh memang sudah menjadi tradisi. Hal ini bahkan
sudah tertulis dalam Wasiat Sultan Aceh yang diterbitkan pada 12 Rabiul Awal 913 Hijriah
atau 23 Juli 1507, oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Surat wasiat ini ditemukan oleh Tan Sri
Sanusi Junid yang kemudian menerjemahkannya.
Dalam surat wasiat tersebut, salah satu poinnya berisi mengenai pelaksanaan Maulid
Nabi yang dapat menyambung tali silaturahmi antargampong di Kerajaan Aceh Darussalam.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kenduri maulid dapat dilaksanakan dalam 3 bulan dimulai dari bulan Rabiul awal,
Rabiul Akhir, dan Jumadil Awal. Apabila kenduri telah dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal
berarti pelaksanaan kenduri pada tahun bersangkutan telah dilaksanakan, tidak perlu diadakan
lagi pada pada bulan Rabiul Akhir dan bulan Jumadil Awal.Kenduri maulid yang
dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal, Rabiul Akhir dan Jumadil Awal mempunyai nilai
yang sama tidak ada yang lebih tinggi atau rendah, hanya tergantung kepada kemampuan dan
kesempatan warga desa.

3.2. Saran
Kebudayaan juga merupakan warisan sosial yang yang hanya dapat dimiliki oleh
masyarakat yang mendukungnya. Oleh karena itu sebagai masyarakatnya, kebudayaan yang
ada mesti dijaga dengan baik, agar tidak berpengaruh dengan budaya-budaya moderen yang
berkembang dimasa ini.

Anda mungkin juga menyukai