Anda di halaman 1dari 20

Makalah Ergonomi KERANGKA DAN OTOT

Disusun Oleh Klp 1:

Serli Rahma Yuni 22181043

Sapriani Rahayu 22181044

Devia Miranda 22181056

Zulbaidi 22181041

Riski Maulidi 22181080

Dosen Pengampuh: Pasyamei Rambune Kala, S.SIT., MKM

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ABULYATAMA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Ergonomi dengan judul: Kerangka dan Otot Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus
memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Aceh Besar, 23 November 2023

penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kerangka manusia, atau sistem rangka, adalah suatu struktur anatomi yang terdiri dari
tulang, sendi, dan tulang rawan. Fungsi utama sistem ini melibatkan memberikan dukungan
struktural kepada tubuh, melindungi organ-organ vital, dan memungkinkan gerakan tubuh.
Tulang sebagai komponen utama kerangka memberikan kerangka kerja untuk tubuh, sementara
sendi memfasilitasi gerakan dengan memungkinkan tulang bergerak satu sama lain. Tulang
rawan, yang terdapat di antara tulang dan pada ujung sendi, berfungsi sebagai bantalan yang
mengurangi gesekan selama gerakan. Kerangka ini juga merupakan penyimpanan mineral
penting, seperti kalsium dan fosfor, serta tempat produksi sel darah di sumsum tulang.
Pemahaman mendalam tentang struktur dan fungsi kerangka manusia menjadi kunci dalam
menjelajahi aspek-aspek ergonomi yang berkaitan dengan postur tubuh dan beban kerja pada
sistem muskuloskeletal.

Otot manusia, yang merupakan bagian integral dari sistem muskuloskeletal, adalah jaringan
kontraktil yang memungkinkan pergerakan tubuh. Otot terdiri dari serat otot yang dapat
berkontraksi dan meregang, memungkinkan mereka untuk menghasilkan gaya yang diperlukan
untuk berbagai aktivitas fisik. Otot manusia bekerja sama dengan sistem saraf untuk
menyampaikan sinyal kontraksi, yang menghasilkan gerakan dan mempertahankan postur tubuh.
Adanya berbagai jenis otot, termasuk otot lurik (otot rangka yang dapat dikendalikan secara
sadar), otot polos (otot yang bekerja tanpa sadar), dan otot jantung (otot yang membentuk
dinding jantung), memberikan kompleksitas dalam pemahaman ergonomi terkait dengan
aktivitas fisik dan beban kerja. Kesehatan otot yang optimal penting untuk mencegah cedera dan
menjaga fungsi tubuh yang baik.

Dengan memahami baik kerangka dan otot manusia, dapat dikembangkan pendekatan
ergonomis yang lebih holistik untuk mendukung kesehatan dan kinerja tubuh manusia dalam
berbagai konteks, termasuk lingkungan kerja.
Klasifikasi Tulang

1. Tulang Panjang

Tulang panjang adalah jenis tulang yang memiliki panjang yang lebih besar daripada
lebar dan tinggi. Contoh tulang panjang termasuk tulang lengan dan tulang paha.

2. Tulang Pendek

Tulang pendek memiliki panjang, lebar, dan tinggi yang hampir sama, menciptakan
bentuk kubus atau bulat. Contoh tulang pendek adalah tulang pergelangan tangan dan tulang
kaki.

3. Tulang Datar

Tulang datar memiliki panjang dan lebar yang lebih besar daripada ketebalan. Jenis
tulang ini membentuk pelindung untuk organ-organ internal. Contoh tulang datar termasuk
tulang tengkorak dan tulang rusuk.

4. Tulang Tak Beraturan

Tulang tak beraturan memiliki bentuk yang tidak teratur dan tidak sesuai dengan
definisi klasifikasi lainnya. Contoh tulang tak beraturan termasuk tulang belikat (scapula) dan
tulang belakang (vertebra).

Peran Masing-Masing Jenis Tulang dalam Tubuh:

1. Tulang Panjang

Berperan dalam memberikan dukungan struktural dan memungkinkan gerakan tubuh.

2. Tulang Pendek

Menyediakan stabilitas dan dukungan pada area tubuh yang membutuhkan ketebalan.

3. Tulang Datar
Berfungsi sebagai pelindung untuk organ-organ vital di dalam tubuh.

4. Tulang Tak Beraturan

Memberikan dukungan dan struktur pada area tubuh yang membutuhkan bentuk yang
khusus.

Peranan Hormon dan Nutrisi dalam Pertumbuhan Tulang:

Hormon dan nutrisi memainkan peran krusial dalam pertumbuhan tulang. Hormon
pertumbuhan, seperti hormon pertumbuhan manusia (HGH), memicu proses pertumbuhan
tulang. Nutrisi seperti kalsium, fosfor, dan vitamin D diperlukan untuk pembentukan dan
pemeliharaan tulang yang sehat.

Dengan memahami klasifikasi tulang, peran masing-masing jenis tulang, proses


pertumbuhan tulang, serta peran hormon dan nutrisi dalam pertumbuhan tulang, kita dapat lebih
baik menghargai kompleksitas struktur dan fungsi sistem rangka manusia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana postur kerja yang tidak ergonomis dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan
otot pekerja dalam jangka panjang?
2. Bagaimana penerapan prinsip ergonomi dapat membantu mengurangi beban pada
kerangka dan otot pekerja dalam lingkungan kerja tertentu?
3. Apa saja faktor ergonomi yang berkontribusi terhadap keluhan muskuloskeletal, dan
bagaimana faktor-faktor tersebut dapat diminimalkan atau diatasi?
4. Bagaimana tingkat aktivitas fisik sehari-hari dapat memengaruhi kesehatan dan kekuatan
tulang serta otot?
5. Bagaimana evaluasi peralatan kerja, seperti kursi dan meja, dapat berkontribusi pada
kenyamanan dan kesehatan kerangka serta otot pekerja?
6. Bagaimana perubahan postur dan gerakan tubuh dapat diimplementasikan sebagai
strategi ergonomis untuk mencegah kelelahan dan cedera pada kerangka dan otot?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan konsep dasar tentang kerangka dan otot manusia, termasuk klasifikasi
tulang dan peran masing-masing jenis tulang dalam tubuh.
2. Menunjukkan hubungan antara ergonomi dan kesehatan sistem muskuloskeletal,
khususnya dalam konteks kerja dan lingkungan sehari-hari.
3. Merinci proses pertumbuhan tulang dan konsep ossifikasi sebagai dasar pembentukan dan
penguatan struktur tulang.
4. Menjelaskan bagaimana hormon dan nutrisi, seperti hormon pertumbuhan dan kalsium,
berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang yang sehat.
5. Menyoroti pentingnya prinsip ergonomi dalam menjaga kesehatan tulang dan otot,
termasuk evaluasi peralatan kerja dan postur tubuh.
6. Menyajikan rumusan masalah sebagai titik fokus untuk penyelidikan lebih lanjut terkait
dampak ergonomi pada kesehatan muskuloskeletal.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana postur kerja yang tidak ergonomis dapat mempengaruhi kesehatan tulang
dan otot pekerja dalam jangka panjang

Postur kerja yang tidak ergonomis dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan
tulang dan otot pekerja dalam jangka panjang. Posisi tubuh yang tidak sesuai dengan prinsip
ergonomi dapat meningkatkan risiko cedera dan masalah muskuloskeletal. Beberapa dampak
yang mungkin terjadi termasuk:
1. Tekanan Ekstra pada Tulang dan Sendi

Postur kerja yang tidak baik dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada tulang
dan sendi, terutama pada bagian punggung, leher, dan bahu. Hal ini dapat menyebabkan stres
yang berlebihan pada struktur tulang dan menyebabkan ketidaknyamanan serta risiko cedera
jangka panjang.

2. Kelainan Postur Tubuh

Pekerja yang terus-menerus mengadopsi postur kerja yang tidak ergonomis dapat
mengalami kelainan postur tubuh. Hal ini dapat menyebabkan perubahan struktural pada
tulang dan otot, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada perkembangan masalah
kesehatan muskuloskeletal, seperti skoliosis atau lordosis.

3. Ketegangan dan Kelelahan Otot

Postur yang tidak ergonomis dapat menyebabkan otot bekerja lebih keras untuk
menjaga keseimbangan tubuh. Akibatnya, otot dapat mengalami ketegangan dan kelelahan
yang berlebihan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan nyeri otot kronis dan penurunan
kinerja fisik.
4. Sindrom Terowongan Karpal dan Gangguan Muskuloskeletal Lainnya:

Pekerja yang terus-menerus menggunakan postur yang tidak ergonomis, terutama


dalam pekerjaan yang melibatkan penggunaan komputer atau peralatan lainnya, dapat
berisiko mengalami sindrom terowongan karpal dan gangguan muskuloskeletal lainnya yang
berkaitan dengan pengulangan gerakan.

5. Peningkatan Risiko Cedera


Postur yang tidak ergonomis dapat meningkatkan risiko cedera akut, seperti regangan
otot, cedera tendon, dan bahkan fraktur, terutama jika postur tersebut dipertahankan dalam
jangka waktu yang lama.

2.2 Bagaimana penerapan prinsip ergonomi dapat membantu mengurangi beban pada
kerangka dan otot pekerja dalam lingkungan kerja tertentu

Penerapan prinsip ergonomi dalam lingkungan kerja bertujuan untuk menciptakan


kondisi kerja yang mendukung kesehatan dan kinerja optimal pekerja. Ergonomi
memperhatikan desain peralatan, tata letak ruang kerja, dan postur tubuh untuk mengurangi
tekanan dan beban yang diterima oleh kerangka dan otot pekerja. Prinsip-prinsip ergonomi
mendorong adopsi postur alami, penggunaan peralatan yang sesuai, serta penyesuaian ruang
kerja agar sesuai dengan karakteristik fisik individu. Dengan demikian, penerapan ergonomi
dapat membantu mengurangi beban yang dikenakan pada sistem muskuloskeletal, mencegah
cedera, dan meningkatkan kenyamanan pekerja.
Penerapan prinsip ergonomi bukan hanya untuk memperbaiki kenyamanan, tetapi juga
untuk melindungi kesehatan jangka panjang pekerja, dengan meminimalkan dampak negatif
pada kerangka dan otot akibat tugas-tugas pekerjaan yang berulang atau postur tubuh yang
tidak sesuai.
Penerapan prinsip ergonomi di lingkungan kerja dapat memberikan manfaat besar dalam
mengurangi beban pada kerangka dan otot pekerja. Berikut adalah beberapa cara di mana
prinsip ergonomi dapat membantu:

1. Penyesuaian Posisi Kerja

Menyesuaikan meja, kursi, dan peralatan kerja agar sesuai dengan postur tubuh
pekerja dapat mengurangi tekanan pada tulang belakang dan sendi, mengurangi risiko nyeri
otot, dan meningkatkan kenyamanan kerja.

2. Penggunaan Peralatan Ergonomis

Menggunakan peralatan kerja yang dirancang secara ergonomis, seperti keyboard,


mouse, dan peralatan lainnya, dapat mengurangi tekanan pada otot dan sendi, serta mencegah
cedera yang disebabkan oleh penggunaan peralatan yang tidak sesuai.

3. Desain Posisi Duduk yang Baik

Mendorong posisi duduk yang baik dengan dukungan punggung yang adekuat dapat
mengurangi tekanan pada tulang belakang dan mengurangi kelelahan otot, khususnya pada
pekerja yang menghabiskan banyak waktu duduk.

4. Rotasi Tugas dan Istirahat Teratur

Mengatur jadwal rotasi tugas dan memberikan istirahat secara teratur dapat mencegah
kelelahan otot yang disebabkan oleh posisi atau gerakan tertentu yang dipertahankan terlalu
lama.

5. Pelatihan Ergonomi untuk Pekerja

Memberikan pelatihan ergonomi kepada pekerja untuk meningkatkan kesadaran


mereka terhadap postur tubuh yang benar dan praktik kerja yang aman dapat membantu
mengurangi risiko cedera dan kelelahan otot.
6. Perancangan Pekerjaan yang Ergonomis

Menerapkan desain pekerjaan yang mempertimbangkan kebutuhan ergonomi dapat


mengurangi beban fisik pada pekerja. Ini mencakup penempatan alat dan bahan kerja agar
mudah dijangkau tanpa memerlukan gerakan tubuh yang berlebihan.

2.3 Apa saja faktor ergonomi yang berkontribusi terhadap keluhan muskuloskeletal, dan
bagaimana faktor-faktor tersebut dapat diminimalkan atau diatasi

Faktor-faktor ergonomi yang tidak tepat dapat menjadi penyebab utama keluhan
muskuloskeletal di lingkungan kerja. Ini mencakup desain tempat kerja, peralatan, dan
prosedur kerja yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik dan fisiologis manusia. Faktor-
faktor ini mencakup postur tubuh yang buruk, pengulangan gerakan yang berlebihan, beban
berat, serta kurangnya dukungan ergonomis pada peralatan dan mebel. Pengurangan atau
penyesuaian terhadap faktor-faktor ini dapat dilakukan melalui perubahan desain tempat
kerja, penggunaan peralatan yang ergonomis, dan peningkatan kesadaran serta pelatihan
pekerja terkait ergonomi.

Faktor Ergonomi yang Berkontribusi terhadap Keluhan Muskuloskeletal:


1. Postur Kerja yang Buruk

Postur kerja yang tidak ergonomis atau tidak sesuai dengan anatomi tubuh dapat
menyebabkan stres berlebihan pada tulang belakang, leher, dan bahu.

2. Peralatan dan Furniture yang Tidak Ergonomis


Penggunaan peralatan dan furnitur yang tidak sesuai dengan prinsip ergonomi dapat
meningkatkan risiko keluhan muskuloskeletal, seperti penggunaan kursi yang tidak
memberikan dukungan punggung yang baik.
3. Beberapa Posisi Kerja yang Monoton

Melakukan pekerjaan dalam posisi yang sama secara terus-menerus dapat


menyebabkan kelelahan otot dan stres pada sendi, meningkatkan risiko keluhan
muskuloskeletal.
4. Beban Kerja yang Berlebihan

Pekerjaan dengan beban kerja yang berlebihan, baik secara fisik maupun mental,
dapat menyebabkan kelelahan otot dan meningkatkan risiko cedera muskuloskeletal.

5. Vibrasi dan Getaran

Pemaparan terus-menerus terhadap vibrasi atau getaran dapat menyebabkan stres


pada otot dan sendi, terutama pada area tangan dan lengan.

6. Ketidaknyamanan Lingkungan Kerja

Faktor-faktor seperti suhu yang tidak nyaman, pencahayaan yang buruk, atau
kebisingan dapat menyebabkan ketegangan dan stres tambahan pada otot dan sendi.

7. Ketidakseimbangan Beban Pekerjaan

Pembagian beban kerja yang tidak seimbang antara otot-otot tertentu dapat
menyebabkan beberapa kelompok otot bekerja lebih keras daripada yang lain, meningkatkan
risiko keluhan muskuloskeletal.

Bagaimana Faktor-Faktor tersebut Dapat Diminimalkan atau Diatasi:


1. Desain Pekerjaan yang Ergonomis

Mendesain pekerjaan dengan mempertimbangkan prinsip ergonomi, seperti


memastikan posisi kerja yang nyaman dan alat-alat yang mudah dijangkau, dapat mengurangi
dampak keluhan muskuloskeletal.

2. Pemilihan Peralatan Kerja yang Sesuai

Pemilihan dan penggunaan peralatan kerja yang ergonomis, seperti kursi dan meja
yang mendukung postur tubuh yang baik, dapat membantu mencegah keluhan
muskuloskeletal.
3. Rotasi Tugas dan Istirahat Teratur

Mengimplementasikan rotasi tugas dan memberikan istirahat secara teratur dapat


mengurangi beban pada otot yang terus-menerus bekerja dalam posisi atau gerakan tertentu.

4. Pelatihan Ergonomi untuk Pekerja

Memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai prinsip-prinsip ergonomi dan


pentingnya mempertahankan postur tubuh yang baik dapat membantu mencegah keluhan
muskuloskeletal.

2.4 Bagaimana tingkat aktivitas fisik sehari-hari dapat memengaruhi kesehatan dan
kekuatan tulang serta otot

Tingkat aktivitas fisik sehari-hari memiliki dampak signifikan pada kesehatan dan
kekuatan tulang serta otot. Aktivitas fisik yang adekuat membantu menjaga kepadatan tulang,
meningkatkan sirkulasi darah, dan menguatkan otot. Sebaliknya, kurangnya aktivitas fisik
dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot, kehilangan massa tulang, dan meningkatkan
risiko masalah kesehatan muskuloskeletal, seperti osteoporosis dan otot lemah. Oleh karena
itu, aktivitas fisik yang teratur dan seimbang memainkan peran penting dalam menjaga
kesehatan dan kekuatan kerangka tubuh.

Dampak Positif Aktivitas Fisik pada Kesehatan dan Kekuatan Tulang serta Otot:
1. Peningkatan Kepadatan Tulang

Aktivitas fisik, terutama latihan beban atau kegiatan resistensi, merangsang


pertumbuhan tulang dan meningkatkan kepadatan tulang, membantu mencegah osteoporosis.

2. Penguatan Otot
Latihan resistensi, seperti angkat beban atau latihan isometrik, membantu
memperkuat otot dan meningkatkan daya tahan, mendukung kesehatan otot dan sistem
muskuloskeletal.

3. Meningkatkan Fleksibilitas dan Postur Tubuh

Aktivitas fisik yang melibatkan gerakan dan peregangan, seperti yoga dan pilates,
dapat meningkatkan fleksibilitas otot dan menjaga postur tubuh yang baik.

4. Mengurangi Risiko Cedera dan Masalah Kesehatan Muskuloskeletal

Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu mengurangi risiko cedera, mengurangi
nyeri otot, dan memelihara fungsi normal sistem muskuloskeletal.

Cara Meningkatkan Aktivitas Fisik:

1. Jalan Kaki atau Bersepeda

Integrasi aktivitas fisik ke dalam rutinitas sehari-hari, seperti berjalan kaki atau
bersepeda, dapat meningkatkan tingkat aktivitas.

2. Latihan Kekuatan dan Resistensi

Melibatkan diri dalam latihan kekuatan, seperti angkat beban atau latihan resistensi,
secara teratur untuk memperkuat otot dan tulang.

3. Aktivitas Aerobik

Melakukan aktivitas aerobik, seperti berenang atau berlari, untuk meningkatkan


kesehatan jantung dan sirkulasi darah.

4. Partisipasi dalam Aktivitas Rekreasi

Menemukan kegiatan rekreasi yang dinikmati, seperti bermain olahraga atau menari,
untuk membuat aktivitas fisik menjadi lebih menyenangkan.
5. Konsultasi dengan Profesional Kesehatan

Meminta saran dan panduan dari profesional kesehatan atau pelatih fisik untuk
merancang program latihan yang sesuai.

Dengan memahami hubungan antara tingkat aktivitas fisik dan kesehatan serta kekuatan
tulang dan otot, individu dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan aktivitas
fisik mereka dan mendukung kesehatan sistem muskuloskeletal.

2.5 Bagaimana evaluasi peralatan kerja, seperti kursi dan meja, dapat berkontribusi pada
kenyamanan dan kesehatan kerangka serta otot pekerja

Evaluasi peralatan kerja, khususnya kursi dan meja, merupakan langkah penting dalam
menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kenyamanan dan kesehatan kerangka serta
otot pekerja. Peralatan yang tidak sesuai dapat menyebabkan postur tubuh yang buruk,
tekanan pada tulang dan otot, serta meningkatkan risiko keluhan muskuloskeletal.
Sebaliknya, evaluasi yang cermat dan penyesuaian peralatan dapat mengoptimalkan postur
tubuh, mengurangi tekanan pada sistem muskuloskeletal, dan meminimalkan risiko cedera
atau kelelahan.

Kontribusi Evaluasi Peralatan Kerja untuk Kenyamanan dan Kesehatan Kerangka serta Otot
Pekerja:
1. Penyesuaian Kursi

Evaluasi kursi termasuk penyesuaian tinggi kursi, dukungan punggung, dan bantalan
yang sesuai untuk mendukung postur tubuh yang baik dan mengurangi tekanan pada tulang
belakang.

2. Desain Meja Ergonomis

Evaluasi meja mencakup tinggi meja yang sesuai dengan tinggi pekerja, permukaan
meja yang cukup besar, dan penyesuaian untuk menghindari posisi tangan yang tidak
nyaman selama penggunaan komputer atau tugas-tugas lainnya.
3. Pemantauan Postur Tubuh

Penggunaan teknologi, seperti sensor postur atau kamera, dalam evaluasi untuk
memantau postur tubuh pekerja dan memberikan umpan balik real-time untuk mendorong
postur yang benar.

4. Pelatihan dan Edukasi Pekerja

Memberikan pelatihan kepada pekerja tentang pentingnya postur yang baik dan cara
mengatur peralatan kerja mereka untuk mendukung kesehatan kerangka dan otot.

5. Evaluasi Rutin dan Pemeliharaan

Melakukan evaluasi rutin terhadap peralatan kerja dan melakukan pemeliharaan yang
diperlukan untuk memastikan ketersediaan dan kinerja yang optimal.

Penerapan Prinsip Ergonomi

Memastikan bahwa prinsip-prinsip ergonomi, seperti penyesuaian, keberlanjutan, dan


desain yang berfokus pada pengguna, diintegrasikan ke dalam evaluasi dan penyesuaian
peralatan kerja.

Melalui evaluasi peralatan kerja yang komprehensif, dapat dihasilkan lingkungan kerja yang
mendukung kesehatan dan kenyamanan kerangka serta otot pekerja, serta meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja.

2.6 Bagaimana perubahan postur dan gerakan tubuh dapat diimplementasikan sebagai
strategi ergonomis untuk mencegah kelelahan dan cedera pada kerangka dan otot

Perubahan postur dan gerakan tubuh merupakan strategi ergonomis yang efektif dalam
mencegah kelelahan dan cedera pada kerangka dan otot pekerja. Dengan menyadari dan
secara teratur mengubah postur tubuh serta gerakan yang dilakukan selama aktivitas kerja,
pekerja dapat mengurangi beban pada sistem muskuloskeletal, menghindari posisi yang dapat
menyebabkan tekanan berlebih, dan meminimalkan risiko cedera akibat gerakan berulang.
Strategi Ergonomis untuk Perubahan Postur dan Gerakan Tubuh:
1. Rotasi Pekerjaan

Mengatur rotasi pekerjaan untuk memberikan variasi gerakan tubuh dan mencegah
pemakaian posisi yang sama secara terus-menerus.

2. Penggunaan Peralatan Ergonomis

Memastikan penggunaan peralatan kerja yang dirancang secara ergonomis, seperti


meja yang dapat diatur tingginya dan kursi yang mendukung postur tubuh yang baik.

3. Latihan dan Peregangan Rutin

Menyertakan latihan dan peregangan rutin dalam rutinitas kerja untuk menjaga
fleksibilitas otot dan mencegah kekakuan.

4. Penyuluhan Ergonomi

Memberikan penyuluhan ergonomi kepada pekerja tentang pentingnya perubahan


postur dan gerakan tubuh untuk mencegah kelelahan dan cedera.

5. Pemantauan Postur Tubuh

Menggunakan teknologi pemantauan postur tubuh untuk memberikan umpan balik


langsung kepada pekerja dan memperingatkan ketika postur yang tidak sehat diadopsi.

6. Desain Tempat Kerja yang Variatif

Merancang tempat kerja dengan zona kerja yang bervariasi, sehingga pekerja dapat
beralih antar zona untuk menghindari posisi statis yang berkepanjangan.

7. Pemilihan Metode Kerja yang Ergonomis

Memilih metode kerja yang meminimalkan gerakan berulang dan mempertimbangkan


ergonomi dalam proses produksi atau tugas-tugas lainnya.
Melalui implementasi strategi ini, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang
mendukung perubahan postur dan gerakan tubuh, mengurangi risiko kelelahan, dan
meningkatkan kesehatan serta kenyamanan pekerja.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ergonomi memainkan peran krusial dalam memastikan kesehatan dan kesejahteraan
pekerja di lingkungan kerja. Keterlibatan kerangka dan otot dalam aktivitas fisik sehari-hari serta
beban yang diterimanya saat bekerja menuntut perhatian khusus terhadap desain tempat kerja,
peralatan, dan prosedur kerja.

Pentingnya ergonomi dalam menjaga kesehatan kerangka dan otot tercermin dalam
perubahan postur dan gerakan tubuh sebagai strategi preventif terhadap kelelahan dan cedera.
Evaluasi peralatan kerja, seperti kursi dan meja, menjadi langkah awal dalam menciptakan
lingkungan kerja yang mendukung kesehatan muskuloskeletal. Penerapan prinsip-prinsip
ergonomi, termasuk penyesuaian kursi, desain meja yang ergonomis, serta pelatihan pekerja
mengenai postur tubuh yang benar, merupakan langkah-langkah konkret untuk mencegah
keluhan muskuloskeletal. Dengan memahami interaksi kompleks antara kerangka, otot, dan
lingkungan kerja, dapat diambil langkah-langkah preventif dan perubahan positif untuk
memastikan kesehatan dan keamanan pekerja. Keseluruhan, integrasi ergonomi bukan hanya
menjadi tanggung jawab perusahaan, tetapi juga merupakan investasi dalam sumber daya
manusia yang sehat, produktif, dan bahagia.

3.2 Saran

Penting untuk memprioritaskan implementasi prinsip ergonomi dalam desain tempat


kerja, peralatan, dan prosedur kerja. Penyesuaian kursi, desain meja yang ergonomis, dan
pemantauan postur tubuh secara rutin dapat mengurangi risiko keluhan muskuloskeletal.
Melakukan evaluasi rutin terhadap peralatan kerja, terutama kursi dan meja, dapat membantu
mendeteksi dan mengatasi potensi faktor risiko ergonomi. Perbaikan dan penyesuaian harus
dilakukan secara berkala untuk memastikan ketersediaan dan kinerja optimal. Merancang
kampanye kesehatan khusus yang fokus pada sistem muskuloskeletal dapat membantu
meningkatkan pemahaman pekerja tentang pentingnya merawat kerangka dan otot. Kampanye
ini dapat mencakup seminar, workshop, dan materi edukatif.

DAFTAR PUSTAKA

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2017). Principles of Anatomy and Physiology. John Wiley &
Sons.

Saladin, K. S. (2017). Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function. McGraw-Hill
Education.

Martini, F., Timmons, M. J., & Tallitsch, R. B. (2018). Human Anatomy. Pearson.

Saladin, K. S. (2017). Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function. McGraw-Hill
Education.

Netter, F. H. (2019). Atlas of Human Anatomy. Elsevier.

Ross, M. H., Pawlina, W., & Anderson, J. N. (2018). Histology: A Text and Atlas. Wolters
Kluwer.

Kumar, S. (2017). Theories of musculoskeletal injury causation. Ergonomics, 60(5), 668-681.

Pheasant, S. (2016). Ergonomics in computerized offices. CRC Press.

Hedge, A. (2008). Ergonomic workplace design for health, wellness, and productivity. CRC
Press.

Bridger, R. S. (2007). Introduction to Ergonomics (3rd ed.). CRC Press.

Marras, W. S., & Karwowski, W. (2006). Fundamentals and Assessment Tools for Occupational
Ergonomics. CRC Press.
Haff, G. G., & Triplett, N. T. (Eds.). (2016). Essentials of Strength Training and Conditioning
(4th ed.). Human Kinetics.

Pillastrini, P., Mugnai, R., Bertozzi, L., Costi, S., Curti, S., Guccione, A., & Mattioli, S. (2007).
Effectiveness of an ergonomic intervention on work-related posture and low back pain in
video display terminal operators: A 3 year cross-over trial. Applied Ergonomics, 38(3),
225-234.

Karwowski, W., & Marras, W. S. (2003). Occupational Ergonomics: Design and Management of
Work Systems. CRC Press.

Anda mungkin juga menyukai