Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR EKONOMI MAKRO

KONSEP TEORI KONJUNGTUR

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Putu Ayu Diah Widari Putri, SE., M.Si

Disusun Oleh :
D Akuntansi Malam
Kelompok 5

Ni Komang Etta Vanasya Putri 2102622010274 (08)

Ni Kadek Ida Wulandari 2102622010277 (11)

I Gusti Ayu Intan Arya Mahartami 2102622010278 (12)

Adelia Ayu Wahyuningsih 2102622010279 (13)

Ni Wayan Anggie Ariesta Putri 2102622010285 (19)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022/2023
1.1 Pengertian Konjungtur
Konjungtur adalah kenyataan yang berlaku dalam perekonomian yang menunjukkan
bahwakegiatan ekonomi tidak berkembang secara teratur tetapi mengalami kenaikan atau
kemunduranyang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Gambaran atau grafik
mengenai konjungturadalah suatu grafik yang menunjukkan perubahan pendapatan
nasional dan kegiatan ekonomidari satu wkatu ke waktu lain.Perekonomian tidak selalu
berkembang secara teratur dari satu periode ke periode lainnya.Ia selalu mengalami masa
naik dan turun. Adakalanya kegiatan perekonomian berkembangdengan sangat pesat
sehingga menimbulkan kenaikan harga- harga.
Pada periode lainnya perekonomian mengalami perlambatan dalam perkembangannya
dan adakalanya ia merosot danberada di tingkat yang lebih rendah dari periode
sebelumnya. Pergerakan naik turun kegiatanperusahaan-perusahaan di dalam jangka
panjang dinamakan konjungtur atau siklus kegiatanperusahaan.Suatu siklus dalam satu
periode konjungtur berbeda dangan siklus pada periode yang lain.Namun demikian sifat-
sifat dasar dari setiap siklus adalah sama. Bentuk khas dari suatu siklustidak banyak
berbeda

1.2 Tahap – Tahap Konjungtur


Tahap tahap konjungtur dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Tahap Depresi atau Kemerosotan
Kegiatan ekonomi semakin merosot yang terjadi karena banyak produksi
berkurang , banyak perusahaan tutup karena rugi, banyak terjadi pengangguran. Karena
pendapatan masyarakat berkurang, perimntaan masyarakat sedikit,sehingga penjualan
hanya sedikit. Harga barang merosot dan dalam hal ini pandangan para pengusaha
menjadi sangat pesimis. Kegiatan ini juga disebut sebagai “konjungtur rendah”
Adapun ciri – ciri perekonomian pada kondisi depresi :
a. Tingginya pengangguran
b. Kapasitas produksi yang menganggur cenderung tidak beroperasi dari pada
mengalami kerugian besar
c. Rasa pesimis yang mendalam dikalangan para pengusaha
2. Tahap Ekspansi (Propsperity)
Yaitu tahap kegiatan ekonomi dalam perkembangan atau pertumbuhan yang
cepat sampai tercapai puncak kegiatan (sering juga disebut “boom” atau “hausse” ).
Tetap setelah beberapa waktu mulai timbul kemacetan – kemacetan dan hambatan –
hambatan yang akhirnya menyebabkan situasi berubah atau berbalik menjadi
kemunduran.
Adapun ciri – ciri perekonomian pada kondisi ekspansi
a. Tingkat permintaan agregat kuat dan naik
b. Peningkatan permintaan untuk barang barang impor dan jasa
c. Meningkatnya investasi dan keuntungan perusahaan
d. Meningkatnya produktivitas
3. Tahap Resesi atau Kelesuan
Semula kemacetan yang timbul menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi
terhenti dan/ mundur sedikit. Kalau kelesuan itu berlangsung lama, dimana semua
3ector ekonomi ikut terkena dampak, maka kelesuan tersebut dapat menjadi
kemerosotan. Adapun ciri ciri perekonomian pada kondisi resesi :
a. Turunnya daya beli akibat inflasi yang tinggi , harga naik , daya beli turun ,
masyarakat mengurangi belanja, dan memilih untuk lebih banyak menabung.
b. Turunnya investasi akibat turunnya konsumsi, produksi berlebihan, investasi tidak
diperlukan.
c. Turunnya kesempatan kerja akibat investasi turun, lowongan kesempatan kerja
tidak ada, pengangguran menjadi meningkat.
4. Tahap Recovery atau Pemulihan
Kegiatan ekonomi mulai normal kembali sehingga ada dorongan untuk
menghidupkan kembali kegiatan produksi. Dengan demikian pengangguran berkurang
jumlahnya. Penjualan mulai bertambah dan harga dapat naik. Pandangan dunia bisnis
menjadi lebih optimis lagi dan mulai ada lagi pengusaha yang mulai dengan usaha
usaha baru. Kehidupan ekonomi mulai normal kembali.
Adapun ciri ciri perekonomian pada kondii recovery :
a. Membaiknya indicator ekonomi
b. Suku bunga turun, inflasi berhasil dikendalikan, gejolak buruh turun, nilai mata
uang mulai stabil
c. Adanya stimulus, rangsangan ekonomi (melalui pengeluaran pemerintah),
bagusnya indicator makro, pelaku usaha mulai optimis akan hari kedepannya dan
perusahaan mulai mengkaji investasi baru.

Berdasarkan hal tersebut, kondisi ekonomi dapat digambarkan sebagai


gelombang naik – turun aktivitas ekonomi yang terdiri dari empat elemen, yaitu :
1. Gerakan Menaik (Upturn atau Expansion)
Pemulihan ekonomi ditandai dengan Gerakan perekonomian yang
menaik. Bila Gerakan menaik ini terjadi selama minimal dua triwulan berturut
turut, maka hal ini kadang disebut ekspansi
2. Titik Puncak atau Kulminasi (Peak)
Ekspansi tidak akan terjadi selamanya, karena suatu saat Gerakan
menaik ini akan mencapai titik puncaknya. Titik ini disebut titik puncak atau
kulmunasi. Setelah mencapai puncak, perekonomian akan mengalami
penurunan 4embali
3. Gerakan Menurun (Downturn atau Recession)
Gerakan menurun ini ditandai dengan menurunnya output yang dapat
dilihat dari menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Apabila penurunan ini
terjadi selama minimal dua triwulan berturue – turut ,hal ini kadang disebut
resesi
4. Titik terendah( Trough)
Gerakan menurun ini akan turun hingga mencaoau titik terendahnya,
yang disebut titik nadir (trough). Hal ini tidak akan terjadi secara terus menerut,
perekonomian akan kembali pulih dengan adanya Gerakan menaik

1.3 Teori Terjadinya Konjungtur


Ekonomi tidak bisa tumbuh terus tanpa batas. Kehidupannya selalu ditandai oleh
fluktuasi dengan periode meningkatnya kegiatan ekonomi, disusul dengan titik puncak
yang sekaligus merupakan titik balik (the upper turning point). Terjadi krisis, yang disusul
dengan periode menurunnya kegiatan ekonomi, atau baisse, sampai tingkat pertumbuhan
dan besaran-besaran makro ekonomi lainnya mencapai titik paling rendah. Terjadilah titik
balik terendah (the lower turning point), disusul dengan periode kenaikan perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi, atau economic boom, atau hausselagi. Gejala pasang surutnya
kegiatan ekonomi secara periodik di dalam teori ekonomi disebut business cycle atau
conjunctur.
Gelombang konjungtur (economic cycle) adalah naik turunnya kegiatan ekonomi dari
waktu ke waktu (Business Cycle). Naik turunnya kegiatan ekonomi membentuk satu
gelombang. Fluktuasi atau perubahan yang terjadi kegiatan perekonomian disebut sebagai
konjungtur atau business cycle. Yang menjadi pokok permasalahan timbulnya konjungtur
menurut teori moneter adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Apabila masyarakat
banyak memegang uang, maka akan timbul kecenderungan mempergunakan uangnya
untuk keperluan konsumsi dan investasi, sedangkan sebaliknya, apabila uang sulit
diperoleh, maka pengeluaran dunia bisnis dan masyarakat juga akan berkurang.
Pengurangan jumlah uang compai pada tingkat minimum ini akan menghalangi upaya dari
perusahaan untuk melakukan ekspansi.
Teori terjadinya konjungtur menurut para ahli :
1. Jevons dan Moore (1923): Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena adanya
perubahan alam
2. Pigou (1927): Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena adanya faktor psikologis para
pelaku bisnis (harapan pesimistis atau optimistis
3. Malthus (1936): penyebab munculnya krisis ekonomi karena adanya kekurangan
konsumsi (under consumption). Alasan: sektor industri manufaktur makin berkembang
dan masyarakat lebih banyak melakukan kegiatan ekonomi pada sektor tersebut.
4. Mitchell (1951): Fluktuasi kegiatan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sistem
ekonomi kapitalis-liberalis.
5. Hawtrey (1928) dan Friedman (1957): Fluktuasi ekonomi disebabkan oleh sistem
moneter dan sistem kredit.
6. Shcumpeter (1934) menyebut penyebab utama tidak stabilnya inovasi teknologi.
7. Lucas dan Barro (1976), Fisher (1979), dan Phelps (1997): Ekspektasi masyarakat yang
rasional sebagai penyebab fluktuasi ekonomi.
8. Keynes: Sistem moneter dan kredit bukan penyebab, tetapi merupakan akibat.
Penyebab utama adalah tidak stabilnya investasi.
9. Siklus konjungtur kegiatan ekonomi menurut Ellis (1991) berbeda-beda.
a. Kondratif: setiap 50 tahun sekali
b. Juglar: 10 tahun sekali
c. Kitchin: 4 tahun sekali
d. Batra (1990): 60 tahun sekali
e. Mubyarto: 7 tahun sekali untuk perekonomian Indonesia (jawa: pitu-lungan).

1.4 Pengelolaan Konjungtur


Siklus ekonomi tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah mengelola siklus
agar dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin, sementara pola siklus
diusahakan stabil meningkat. Dalam arti, simpangan gerak naik turun output diusahakan
tidak terlalu lebar, sementara kecendrungan output jangka panjang terus meningkat.
Sumbu vertical dalam diagram adalah output riil sedangkan garis horizontal adalah trend
output natural. Pada awalnya, memang fluktuasi output sangat besar, karena simpangan
siklus selama periode sangat besar. Namun karena pengelolaan yang baik, maka simpangan
dalam periode selanjutnya mengecil, sementara ekonomi mampu mempertahankan
pertumbuhan jangka panjangnya karena output natural terus meningkat.
1. Kebijakan jangka pendek
Target utama kebijakan jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output riil
dengan output natural. Melalui kebijakan fiskal dan moneter yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran agregat jangka pendek.

Gambar1
2. Kebijakan jangka Panjang
Target utama kebijakan jangka panjang adalah memperkecil simpangan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pencapaian pertumbuhan yang tinggi. Melalui kebijakan
fiskal dan moneter yang menstimulasi penawaran seperti bantuan kredit,
peningkatan sumber daya manusia serta kesehatan.
Gambar 2 :

1.5 Contoh Study Kasus Konjungtur


Hiperinflasi Indonesia 1963-1965 adalah sebuah hiperinflasi yang terjadi di Indonesia
pada akhir masa Orde Lama, tepatnya di era Demokrasi Terpimpin. Dengan latar belakang
ambisi proyek mercusuarnya, Presiden Indonesia Sukarno mencetak Rupiah hingga inflasi
pada saat itu mencapai 600% sehingga pada tanggal 13 Desember 1965 pemerintah
melakukan pemotongan nilai runiah (Sanering) dari 1000 Rupiah meniadi 1 Rupiah.
Selama masa kolonialisme Belanda, terdiri dari beberapa kekuatan politik yakni militer,
nasionalis. Islamis dan komunis Namun. mereka mengkesampingkan perbedaan-perbedaan
mereka untuk melawan satu musuh bersama yakni pemerintah Hindia Belanda. Setelah
kemerdekaan Indonesia, perpecahan kembali muncul. Melalui konsep Pancasila. Sukarno
mencoba menyatukan kelompok-kelompok yang berbeda ini di dalam sebuah bangsa yang
baru. Setelah Revolusi Nasional Indonesia, negara tersebut mengalami kesulitan untuk
membangun pemerintahan dan kebangsaan melalui sistem parlementer karena berbagai
kelompok saling bersaing merebut kekuatan politik dan ingin memaksakan pandangan
mereka pada negara tersebut. Ketika kondisi politik negara ditandai oleh ketidakjelasan dan
ketidakstabilan yang besar, ini menjadi masalah berat yang menghambat pertumbuhan
ekonomi karena sektor swasta ragu untuk berinvestasi. Sekalipun pada tahun-tahun
awalnya setelah kemerdekaan Indonesia mengalami sedikit perkembangan ekonomi
perkembangan ini segera hilang karena ketidakstabilan situasi politik (terutama setelah
pemberontakan-pemberontakan wilayah dan nasionalisasi aset-aset Belanda pada 1957-
1958).
Pemerintahan Sukarno menerbitkan Rencana Delapan Tahun 1960 sebagai usaha untuk
membuat negara ini memiliki swasembada makanan (terutama beras), pakaian dan
kebutuhan-kebutuhan dasar dalam periode 3 tahun. Lima tahum setelah itu direncanakan
menjadi periode pertumbuhan mandiri. Pada tahun 1960an, ekonomi Indonesia dengan
cepat hancur karena hutang dan inflasi sementara ekspor menurun. Pendapatan devisa dari
sektor perkebunan jatuh dari 442 juta dolar Amerika Serikat pada tahun 1958 ke 330 juta
dollar AS pada tahun 1966. Puncak inflasi berada di atas 100% (year-on-year) pada tahun
1962-1965 karena pemerintah dengan mudahnya mencetak uang untuk membayar hutang
dan mendanai proyek-proyek megah (seperti pembangunan Monas). Pendapatan per kapita
Indonesia menurun secara signifikan (terutama pada tahun 1962-1963) Sementara 1tu,
bantuan asing yang sangat dibutunkan berhenti mengalir setelah Sukarno menolak bantuan
dari AS dan mengeluarkan Indonesia dari keanggotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
karena masuknya Malaysia sebagai negara anggota PBB (Indonesia menentang pendirian
Malaysia pada tahun 1963). Sebaliknya, Sukarno menjalin hubungan lebih erat dengan
Republik Rakyat Tiongkok dan Korea Utara. Namun, Rencana Delapan Tahun 1960
ditinggalkan pada tahun 1964 karena ekonomi yang menurun dan target-target yang tidak
bisa tercapai. Faktanya, perekonomian jatuh bebas karena hiperinflasi, pengurangan
sumber pajak, dan juga larinya dari aset keuangan menjadi aset real. Politik Konfrontasi
yang mahal terhadap Malaysia juga menyerap porsi signifikan dari pengeluaran
pemerintah. Namun hiperinflasi tetap tidak dapat dihindari akibat pencetakan uang yang
terus menerus. Sehingga pada tanggal 13 Desember 1965 pemerintah melakukan
pemotongan nilai uang dari 1000 rupiah menjadi 1 rupiah. Kebijakan ini memberikan
pukulan besar bagi perbankan nasional, terutama yang telah menyetor modal tambahan
Karena tergerus drastis dalam sekejab. Dana simpanan para nasabah perbankan juga
menciut 1/1000. Segala usaha pemotongan nilai uang ini ternyata tidak berhasil meredam
inflasi, dan harga tetap naik membumbung tinggi maka terjadilah hiperinflasi.
Campuran politik ciptaan Sukarno (mencakup komunis, agama, dan militer) terbukti
menjadi sebuah bom waktu. Kekacauan total terjadi setelah kudeta misterius pada 30
September 1965 dan pihak militer menjadi pemenang di tengah kekacauan. Perlahan,
Jenderal Suharto berhasil mengambil alih kekuasaan dari Sukarno pada periode 1965-1967
(pada tahun 1967, Suharto secara resmi dilantik menjadi Presiden Kedua Indonesia). Salah
satu prioritas utama Suharto adalah meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia. Dia
mengandalkan sebuah tim ahli ekonomi yang dilatih di AS untuk memulai periode
rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. Pada tahun 1966-1970, pemerintah berhasil
mengontrol inflasi, membangun Kembali hubungan-hubungan internasional shingga
bantuan asing yang sangat dibutunkan bisa masuk ke Indonesia. Memulai rehabilitasi
infrastruktur fisik dan memperkenalkan peraturan baru yang menarik pihak asing untuk
berinvestasi di Indonesia. Pada tahun 1966 indonesia mengalami hiperinflasi hingga 635%,
hingga saat memasuki orde baru inflasi berhasil ditekan sampai 112%. Di tahun 1973-1974
indonesia mengalami inflasi 47% akibat pengucutan kredit perbankan yang terlalu deras
dan banyaknya jumlah uang beredar. Inflasi berhasil turun menjadi 21% pada tahun 1974-
1975. Di penghujung era orde baru, inflasi kembali melejit menjadi 77,63% pada 1998. Hal
ini disebabkan karena ketidakstabilan politik di Indonesia yang berujung pada goyahnya
perekonomian.
Di era reformasi, setelah kondisi politik Indonesia mulai pulih dan kebijakan-kebijakan
ekonomi yang bar diberlakukan, berdasarkan data Reuters sejak 1998, Indonesia berhasil
mencapai inflasi terendahnya pada angka 2,13% di tahun 2019. Hal ini terjadi karena
pemerintah telah berbenah dengan menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan
persentasi inflasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/514141971/004370260

studocu.com/id/document/universitas-udayana/pengantar-ekonomi-makro/teori-
konjungtur/9364923

https://www.coursehero.com/file/47226313/PENGERTIAN-
KONJUNGTURdocx/#:~:text=UNIVERSITAS%20MAHASARASWATIPENGERTIAN%2
0KONJUNGTURKonjungtur,ubah%20dari%20waktu%20ke%20waktu.

Anda mungkin juga menyukai