Anda di halaman 1dari 18

PROJECT BASED LEARNING

MATA KULIAH ANALISIS PANGAN

Analisis Mineral

OLEH:

BRONSON PARDEDE 212410006


DAYU OWIT ANDANI 212410007
ELSA TIO ROULI BR NAINGGOLAN 212410010
PASHYA TRIUTAMY PASARIBU 212410014
LINDA LISWANA SIREGAR 212410016
SARAH AGATA KRISTY PARAPAT 212410018
RUTH TIO MARLINANG BR HOMBING 212410023
GRACE IVANA CLARISSA 212410029

D-III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB 1. DESKRIPSI KASUS....................................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Tujuan..................................................................................................................
1.3 Manfaat ...............................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................
2.1 Lemak..................................................................................................................
2.2 Analisis Lemak....................................................................................................
2.2.1 Metode Soxhlet....................................................................................................
2.2.2 Metode Hidrolisis Lemak....................................................................................
2.2.3 Metode Babcock..................................................................................................
2.2.4 Metode Gerber.....................................................................................................
2.2.5 Metode Golsfisch.................................................................................................
2.3 Bubur Bayi Instan.................................................................................................
2.5 Kebutuhan Gizi Bayi.............................................................................................
BAB 3. KESIMPULAN.............................................................................................................
3.1...................................................................................................................................
3.2...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang
bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Pola menu ini diperkenalkan kepada masyarakat pada tahun 1950 oleh Bapak
Ilmu Gizi Prof. DR. Dr. Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat
Departemen Kesehatan dalam rangka melancarkan gerakan “sadar gizi”. Menu
empat sehat lima sempurna terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur-mayur,
buah-buahan, dan disempurnakan dengan susu (Saputri dkk., 2020).
Gizi merupakan komponen utama dalam penyiapan sumber daya manusia
yang berkualitas di Indonesia. Status gizi yang baik dapat dicapai apabila pangan
yang dikonsumsi harus dalam jumlah yang cukup, bermutu, dan beragam jenisnya
untuk memenuhi berbagai zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Mineral
merupakan zat gizi yang penting yang banyak terdapat dalam sayur dan buah
seperti magnesium, fosfor, kalium, seng dapat berperan sebagai antioksidan dan
penangkal senyawa jahat dalam tubuh (Kemenkes RI, 2018).
Mineral merupakan bagian dari tubuh yang memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan organ maupun
fungsi tubuh secara keseluruhan. Berdasarkan kebutuhan mineral digolongkan
menjadi 2 kelompok utama yaitu mineral makro (makro-elemen) dan mineral
mikro (trace-elemen) (Mardalena dan Suryani, 2016). Mineral yang termasuk di
dalam kategori mineral makro utama adalah kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium
(Mg), sulfur (S), kalium (K), klorida (Cl), dan natrium (Na). Sedangkan mineral
mikro terdiri dari kromium (Cr), tembaga (Cu), fluoride (F), yodium (I) , besi
(Fe), mangan (Mn), silisium (Si) and seng (Zn) (Putra dan Mardainis, 2017).
Besi adalah mineral mikro yang paling banyak terdapat didalam tubuh
manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3 sampai 5 gram dalam tubuh manusia
dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial didalam tubuh yaitu sebagai
alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan sebagai alat angkut
elektron didalam sel. Walaupun terdapat luas didalam makanan banyak penduduk
dunia mengalami kekurangan besi, termasuk di Indonesia. Makanan yang
mengandung zat besi salah satunya adalah hati ayam. Hati ayam merupakan
tempat penyimpanan besi sehingga mengandung besi dengan kadar tinggi yang
dibutuhkan untuk mencegah anemia. Selain hati ayam, makanan sumber zat besi
yaitu daging, telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa
jenis buah (Almatsier, 2013).
Hati ayam merupakan produk jeroan yang sangat diminati dan sering
digunakan sebagai sumber makanan, terutama diolah untuk makanan bayi dan
anak-anak usia dibawah lima tahun. Hati ayam juga merupakan sumber penambah
darah yang murah dan mudah didapat daripada hati sapi dan hati kambing.
Masyarakat di Indonesia masih sangat menyukai ayam broiler dan ayam
kampung, dengan jenis pakan yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan
kadar zat besi pada hatinya. Ayam memperoleh besi dari pakannya dan
menyimpan dalam tubuhnya. Sehingga perlu dilakukan analisis kadar mineral besi
pada sampel hati ayam boiler dan hati ayam kampung, agar hasil dapat
dibandingkan perbedaannya.
Metode yang digunakan pada percobaan kali ini adalah metode AAS
(Atomic Absorption Spectrophotometry). Karena mempunyai kepekaan yang
tinggi pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit. Selain itu
analisis menggunakan SSA ini mempunyai keuntungan berupa analisisnya teliti
dan cepat, serta tidak perlu dilakukan pemisahan unsur logam dalam
pelaksanaannya.

1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui persamaan regresi dan koefisien korelasi dari kurva
kalibrasi larutan baku besi
- Untuk mengetahui rata-rata kadar zat besi pada hati ayam broiler dan hati
ayam kampung
- Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan signifikan antara rata-rata
kadar zat besi pada hati ayam broiler dan hati ayam kampung berdasarkan
nilai t hitung-nya
1.3 Manfaat
- Agar praktikan dapat mengetahui persamaan regresi dan koefisien korelasi
dari kurva kalibrasi larutan baku besi
- Agar praktikan dapat mengetahui rata-rata kadar zat besi pada hati ayam
broiler dan hati ayam kampung
- Agar praktikan dapat mengetahui ada atau tidaknya perbedaan signifikan
antara rata-rata kadar zat besi pada hati ayam broiler dan hati ayam
kampung berdasarkan nilai t hitung-nya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lemak
Lemak merupakan senyawa yang terdiri dari unsur-unsur karbon, hydrogen,
dan oksigen, meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di
dalam lemak (contohnya, vitamin A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida,
fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan
lain-lain (Wijayanti, 2022).
Lemak ataupun minyak merupakan golongan lipida yang tersusun dari tiga
asam lemak dan satu gliserol (triasilgliserol). Lipida adalah senyawa organic,
tidak larut dala air dan larut dalam pelarut organic non polar. Sekitar 95% lipida
yang terdapat dalam bahan pangan berada dalam bentuk lemak minyak atau
triagliserol. Berdasarkan ketidakjenuhannya lemak juga dibagi menjadi lemak
jenuh dan lemak tidak jenuh. Lemak jenuh erupakan lemak yang tersusun atas
asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap. Sedangkan lemak tidak
jenuh merupakan lemak yang tersusun atas asam lemak tidak jenuh yakni yang
memiliki ikatan rangkap. Asam lemak tidak jenuh dibagi menjadi 2 jenis yaitu
asam lemak tidak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acid/MUFA) dan asam
lemak tidak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid/PUFA). Semakin tinggi
ketidakjenuhan suatu lemak, maka ketidaklarutannya dalam air semakin menurun
(Atma, 2012).
Lemak memiliki peran yang juga vital dalam tubuh manusia. Lemak
merupakan komponen penyumbang energi terbesar bagi tubuh yakni sekitar 9
kkal/g. Nilai ini dua kali lipat lebih besar dibandingkan nutrisi dari karbohidrat
dan protein yang hanya memberikan kalori 4 kkal/g. Namun, tingkat konsumsi
lemak perlu dijaga keseimbangannya. Selain sebagai pemberi energi terbesar,
lemak juga berfungsi sebagai pembawa vitamin-vitamin larut lemak, pelindung
organ vital tubuh dan isulator yang berada di bawah lapiran kulit agar suhu tubuh
tetap terjaga akibat pengaruh suhu dingin (Atma, 2012).
Di samping bermanfaat bagi tubuh, lemak juga memiliki fungsi dalam
pengolahan pangan. Misalnya dalam proses pengolahan, lemak dan minyak
merupakan media penghantar panas yang baik. Minyak digunakan sebagai
medium penghantar panas pada tahap penggorengan. Minyak dan lemak juga
digunakan untuk melembutkan tekstur suatu produk. Bahkan penambahan lemak
atau minyak bisa meningkatkan rasa atau kesukaan seseorang terhadap suatu
produk pangan, ini karena lemak dan minyak bisa memberikan rasa khas pada
makanan (Atma, 2012).

2.2 Analisis Lemak


Analisis proksimat adalah suatu analisis terhadap bahan makanan atau
minuman yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, air, abu, dan serat kasar.
Analisis proksimat merupakan analisis yang dapat digunakan sebagai penilaian
kualitas bahan makanan (Wijayanti, 2022).
Analisis lemak dilakukan menggunakan prinsip ekstraksi atau opelarutan
fraksi lemak dari suatu sampel dengan suatu pelarut lemak tertentu. Pelarut lemak
yang dapat digunaan antara lain adalah petroleum bensin, dietil eter, heksana,
kloroform, dan lain-lain. Terdapat beberapa metode penentuan lemak, yaitu
soxhlet, hidrolisis asam, babcock, gerber, dan goldfisch. Metode soxhlet,
digunakan untuk menentukan kadar lemak kasar pada sampel padat. Metode
hidrolisis asam dapat digunakan untuk menentukan kadar lemak pada sampel
padat dan cair. Metode babcock digunakan untuk sampel cair, khususnya susu.
Metode goldfisch digunakan untuk sampel kering (Wijayanti, 2022).

2.2.1 Metode Soxhlet


Prinsip analisis lemak dengan metode Soxhlet adalah mengekstrak lemak
dari bahan atau produk pangan dengan menggunakan pelarut organik. Setelah itu,
pelarut yang digunakan diuapkan. Titik didih pelarut harus lebih rendah
dibandingkan titik didih lemak. Lemak yang tidak menguap (tersisa) ditimbang
dan dihitung persentasenya. Pelarut yang biasa digunakan dalam analisis lemak
dengan metode soxhlet diantaranya adalah heksana, petroleum eter, dietil eter, dan
kloroform (Atma, 2012).
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi ketelitian analisis lemak
dengan metode Soxhlet anatara lain seperti ukuran partikel bahan atau contoh
(sampel), jenis pelarut yang digunakan, waktu ekstraksi yang dilakukan, dan suhu
ekstraksi. Empat faktor ini dapat dikembangkan agar validasi metode analisis
yang dilakukan bisa mendapatkan data yang lebih akurat (Atma, 2012).
Metode Soxhlet bisa diaplikasikan pada semua jenis bahan makanan atau
pangan. Beberapa jenis produk pangan bisa dilakukan. Analisa langsung dengan
metode soxhlet tanpa melalui proses pengeringan dengan oven dan hidrolisis.
Contoh produk yang bisa dianalisis langsung adalah tepung atau produk kering
lainnya. Tetapi ada pula yang memerlukan proses penggilingan terlebih dahulu
agar memudahkan ekstraksi lemak minyak dari bahan. Teknik sperti ini banyak
dilakukan sebagai tahap awal dalam analisis lemak minyak pada produk daging
dan ikan (Atma, 2012).

2.2.2 Metode Hidrolisis Lemak


Metode hidrolisis asam merupakan metode penentuan lemak kasar yang
menggunakan prinsip pemecahan ikatan lemak dengan jaringan atau senyawa lain
pada sampel dengan menggunakan asam kuat HCl dan pelarutan hasil pemecahan.

2.2.3 Metode Babcock


Metode babcock merupakan metode analisis lemak pada sampel cair dengan
pronsip ekstraksi lemak dari bahan atau produk pangan dengan cara merusak
emulsi (pada susu) atau jaringan bahan (seperti ikan segar atau olahannya)
menggunakan asam sulfat (H2SO4) dengan kombinasi sentrifugasi atau
pemanasan. Lemak yang terpisah kemudian dapat ditentukan volumenya dengan
menggunakan botol babcock yang telah dikalibrasi (Atma, 2012).
Analisis lemak pada bahan dan produk pangan dengan metode babcock
adalah metode analisis lemak tanpa pelarut. Metode ini banyak digunakan dalam
analisis kemak pada sampel susu, pasta, sampel cair atau semi solid lainnya
(Atma, 2012).

2.2.4 Metode Gerber


Prinsip uji kadar lemak dengan gerber adalah memisahkan lemak dengan
cara menambahkan asam sulfat ke dalam susu dan kemudian diikuti pemusingan
(sentrifugasi). Lemak yang terpisah tersebut ditentukan jumlahnya berdarkan
skala yang ada pada alat karena asam sulfat pekat merombak dan melarutkan
kasein dan protein lainnya, lemak menjadi cair oleh panas amyl alcohol.
Sentrifugasi menyebabkan lemak terkumpul di bagian skala butyrometer (Siswati
dkk, 2022).
2.2.5 Metode Goldfisch
Metode goldfisch merupakan suatu metode analisa lemak yang juga
menggunakan ekstraksi dengan pelarut yang sama dengan soxhlet, tetapi
prinsipnya berbeda. Metode goldfisch prinsipnya adalah pelarut yang dipanaskan
akan menguap dan mengembun kemudian menetesi sampel terus menerus hingga
lemak atau minyaknya terekstrak. Lemak atau minyak yang terekstrak kemudian
ditampung dan dihitung kadar atau analisis lemak menggantikan metode soxhlet
yang bisa mengukur lemak atau lemak kasar yang tinggi kandungannya dalam
bahan dan produk pangan (Atma, 2012).

2.3 Bubur Bayi Instan

Makanan Pendamping ASI merupakan makanan tambahan bagi tumbuh


kembang bayi yang diberikan saat usia bayi 6 bulan keatas. Kebutuhan energi bayi
6 bulan ke atas meningkat dan pemberian ASI eksklusif tidak mencukupi
kebutuhan gizi bayi. Selain itu, makanan pendamping ASI juga berfungsi untuk
membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan
kebiasaan makan yang baik. Salah satu bentuk MP-ASI yang banyak dikenal
masyarakat adalah bubur instan. Bubur bayi instan merupakan MP-ASI yang
berbentuk bubuk yang memiliki komponen penyusun bubur bayi yang bersifat
instan sehinggadalam penyajiannya tidak diperlukan proses pemasakan (Karimah,
dkk., 2019).

Bubur bayi instan adalah salah satu makanan pendamping ASI yang
mengandung bahan bubur bayi instan, sehingga dalam penyajiannya tidak
memerlukan proses pemasakan. Di Indonesia pembuatan bubur bayi instan
kebanyakan menggunakan bahan dasar yaitu beras merah dan beras putih
walaupun ada jenis makanan lain yang bisa digunakan seperti tepung dan umbi-
umbian. Keunggulan bubur bayi instan adalah umur simpannya yang lama dan
penyajiannya yang sangat praktis, dan yang terpenting adalah kandungan gizi
yang terkandung dalam bubur bayi instan cukup tinggi (Zakaria, dkk.,2021).

2.4 Kebutuhan Gizi Bayi


.................... Bayi pada usia 0-11 bulan, merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap
diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat
diwujudkan apabila pada masa ini bayi memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk
tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi pada masa ini tidak
memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah
menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak
(Gio, 2013).
................. Asupan energi dapat ditentukan dengan cara menghitung besaran energi yang
dikeluarkan. Jumlah energi dapat ditentukan secara sederhana berdasarkan berat
badan. Bayi seberat 0 – 10 Kg memerlukan 100 kkal/Kg BB. Bayi dengan berat
11-20 Kg membutuhkan 1000 Kg kkal ditambah dengan 50 kkal/Kg BB untuk
kelebihan berat diatas 10 Kg, misalnya untuk 1 Kg pada 11 Kg. Angka kecukupan
energi berdasarkan tabel AKG 2004 adalah 550 kkal untuk usia 0-6 bulan dan 650
kkal untuk usia 7-11 bulan (Gio, 2013).
Bayi membutuhkan lemak yang tinggi dibandingkan usia yang lebih tua,
sebab lemak digunakan sebagai penyuplai energi. Lebih dari 54% suplai energi
berasal dari lemak. Energi dari lemak terutama dibutuhkan oleh bayi dalam
keadaan sakit atau dalam tahap penyembuhan (Gio, 2013).
Kebutuhan akan karbohidrat bergantung pada besarnya kebutuhan akan
energi. Sebaiknya 60-70% energi dipasok oleh karbohidrat. Jenis karbohidrat
yang sebaiknya diberikan adalah laktosa, bukan sukrosa, karena laktosa
bermanfaat untuk saluran pencernaan bayi. Manfaat laktosa adalah dengan
membantu pembentukan flora yang bersifat asam dalam usus besar sehingga
penyerapan kalsium meningkat (Gio, 2013).
..................... Besaran pasokan protein dihitung berdasarkan kebutuhan untuk bertumbuh-
kembang dan jumlah nitrogen yang hilang lewat air seni, tinja dan kulit. Jika
asupan asam amino kurang, pertumbuhan jaringan dan organ, berat dan tinggi
badan, serta lingkar kepala akan terpengaruh. Jika dihitung berdasarkan berat
badan, besar kebutuhan protein bayi adalah 2,2 g/kg/hari pada usia 6-12 bulan
(Gio, 2013).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
 Beaker glass
 Blender
 Bola Hisap
 Corong,
 Erlenmeyer
 Gelas ukur
 Hotplate
 Kertas saring
 Labu ukur
 Neraca analitik
 Pipet volume
 Spatula
 SSA (Varian seri AA240)
 Whatman No. 42
3.2 Bahan
 Ammonium tiosianat 0,1N
 Aquabidest
 Hati ayam broiler
 Hati ayam kampung
 HNO3 1N
 HNO3 65%
3.3 Prosedur
3.3.1 Preparasi Sampel
 Sejumlah 5 gram sampel yang telah diblender sampai homogen.
 Dimasukkan kedalam beaker glass.
 Ditambah 25 ml asam nitrat 65% v/v. Diamkan dalam temperatur ruangan
selama 24 jam.
 Dipanaskan di atas hotplate pada temperatur sekitar 100 0C selama dua jam
atau lebih sampai terbentuk larutan kuning jernih dan uap nitronya hilang.
 Ditambah 5 ml HNO3 1 N. Dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml.
 Diencerkan dengan aquabidest sampai garis tanda lalu disaring
menggunakan kertas saring Whatman No.42 sebanyak dua kali dengan
membuang 2 ml filtrat pertama.
3.3.2 Analisa Kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan ammonium tiosianat 0,1 N terbentuk warna
merah.
Fe3+ + 3SCN- →Fe(SCN)3
3.3.3 Analisa Kuantitatif
a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
 Diukur serapan untuk menentukan panjang gelombang maksimum
menggunakan unsur besi dalam Hollow Chatode Lamp pada range daerah
panjang gelombang 248 nm - 249 nm.
 Ditentukan panjang gelombang maksimumnya dengan menggunakan
kurva hubungan serapan dan panjang gelombang.
b. Pembuatan Kurva Kalibrasi
 Dipipet larutan baku besi (1000 mg/l) sebanyak 10 ml.
 Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml.
 Ditambahkan 10 ml larutan HNO3 1N dan ditepatkan dengan aquabidest
hingga garis tanda (konsentrasi 100 mg/l).
 Dipipet 0,5 ml; 2,0 ml; 4,0 ml; 6,0 ml; dan 8,0 ml, masing-masing
dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml.
 Ditambahkan 10 ml larutan HNO3 1 N dan ditepatkan dengan aquabidest
hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,5 mg/l;
2,0 mg/l; 4,0 mg/l; 6,0 mg/ml; dan 8,0 mg/ml.
 Diukur pada panjang gelombang 248 nm - 249 nm.
c. Penetapan Kadar Besi dalam Sampel
 Diukur larutan sampel hasil destruksi absorbansinya menggunakan
spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 248 nm – 249 nm.
 Dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali pegulangan untuk setiap sampel
yang telah didestruksi. Konsentrasi besi dalam sampel ditentukan
berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.
3.4 Flowsheet
3.4.1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Uji Kualitatif
Sampe
No. Pengulangan Mineral Pereaksi Hasil Reaksi Keterangan
l
1 Zat NH 4 SCN Warna merah kecoklatan Positif
Besi terdapat
+¿ ¿
2 Zat NH 4 SCN Warna merah kecoklatan ion Fe
1. A
Besi (+)
3 Zat NH 4 SCN Warna merah kecoklatan
Besi
1 Zat NH 4 SCN Warna merah kecoklatan
Besi
2 Zat NH 4 SCN Warna merah kecoklatan
2. B
Besi
3 Zat NH 4 SCN Warna merah kecoklatan
Besi
3. C 1 Zat NH 4 SCN Warna merah kecoklatan
Besi
2 Zat NH 4 SCN Warna merah kecoklatan
Besi
3 Zat NH 4 SCN Warna merah kecoklatan
Besi
1 Zat NH 4 SCN Warna merah kecoklatan
Besi
2 Zat NH 4 SCN Warna merah kecoklatan
4. D
Besi
3 Zat NH 4 SCN Warna merah kecoklatan
Besi
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kuantitatif
Keterangan:
Sampel A = Hati ayam broiler Sampel C = Hati ayam kampung
Sampel B = Hati ayam broiler Sampel D = Hati ayam kampung

4.1.2 Uji Kuantitatif


Penentuan Kurva Kalibrasi

Gambar 4.2 Kurva kalibrasi larutan Baku Fe


Analisa Kadar Besi
No. Sampel Pengulangan Kadar (mg/100 gram) Kadar rata-rata (mg/100 gram)
1 5,2333
1. A 2 5,5391
3 5,3419
6,1422
1 6,7516
2. B 2 7,1009
3 6,9869
1 37,9980 36,8537
3. C 2 37,1196
3 35,7829
4. D 1 34,4780
2 33,9538
3 35,4060
Tabel 4.2 Hasil Analisa Kadar Zat Besi
Keterangan:
Sampel A = Hati ayam broiler Sampel C = Hati ayam kampung
Sampel B = Hati ayam broiler Sampel D = Hati ayam kampung

Perbandingan Uji t

Uji t
Kadar rata-rata
Sampel n df % Kesimpulan
(mg/100g) t tabel
t hitung

Hati Ayam
6,1422 6
Broiler t hitung >
10 99 0,7300 3,17
Hati Ayam t tabel
36,8537 6
kampung
Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan Uji t
Keterangan:
n = Jumlah data
df = Derajat freedom (kebebasan)
% = taraf kepercayaan
t hitung > t tabel = Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga terdapat perbedaan yang
signifikan anatar kadar Fe pada hati ayam broiler dan hati ayam kampung

4.2 Perhitungan

4.3 Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
- Berdasarkan penelitian didapat persamaan regresi larutan baku besi adalah
y = 0,0340 + 0,0865x dan koefisien korelasi r = 0,09973
- Berdasarkan penelitian didapat semua sampel hati ayam broiler dan hati
ayam kampung memiliki rata-rata kadar zat besi berturut-turut yaitu untuk
hati ayam broiler 6.1422 ± 1.4073 mg/100g dan untuk hati ayam kampung
yaitu 36.8537 ± 0.8169 mg/100g dengan catatan memiliki umur yang
berbeda sesuai masa potong kedua ayam tersebut.
- Berdasarkan penelitian didapat perbedaan yang signifikan kadar zat besi
hati ayam broiler dan hati ayam kampung bahwa dengan kadar zat besi
(Fe) didapat thitung = 40.7300 lebih besar dari ttabel pada taraf signifikan
99% = 3.17 namun dengan usia dan masa potong yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kemenkes RI. 2018. Konsumsi Makanan Penduduk Indonesia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Mardalena, I., Suryani, E. 2016. Bahan Ajar: Ilmu Gizi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Putra, A. N., Mardainis. 2017. Sistem Deteksi Kondisi Supply dan Kebutuhan
Mineral Pada Tubuh. SATIN - Sains dan Teknologi Informasi 3 (2): 46-
47.

Saputri, G. A. R., Ulfa, A. M., Utami, N. K. D. 2020. Penetapan Kadar Lemak


Total Pada Susu Kental Manis Cokelat Yang Dijual Di Minimarket Kota
Bandar Lampung Dengan Metode Sokletasi. Jurnal Analis Farmasi 5 (2):
104-110.

Anda mungkin juga menyukai