Lapkas Fraktur Mandibula 2
Lapkas Fraktur Mandibula 2
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Akhir Kepaniteraan Klinik Madya
SMF GIGI & MULUT Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura
Oleh :
1. Anisa Q.A. Hamsah, S.Ked 0100840112
2. Kurnia Sari, S.Ked 0110840044
Pembimbing :
drg. Meiske E. Paoki, Sp.BM
1
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Jayapura, 2017
..................................................
2
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1. Identitas........................................................................................... 1
1.2. Keluhan Utama................................................................................ 1
1.3. Riwayat Penyakit Sekarang............................................................. 1
1.4. Riwayat Penyakit Dahulu................................................................ 2
1.5. Riwayat Penyakit Keluarga............................................................. 2
1.6. Pemeriksaan Fisis............................................................................ 2
1.7. Pemeriksaan Penunjang................................................................... 4
1.8. Diagnosis Banding.......................................................................... 5
1.9. Penatalaksanaan.............................................................................. 5
1.10. Prognosis........................................................................................ 5
3
BAB I
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. B. I
Umur : 20 Tahun
Pekerjaan : Swasta
No. DM : 43 48 35
Dilakukan auto dan alloanamnesis dengan keluarga pada tanggal 19 September 2017,
jam 13.30 WIT. Pasien datang ke Poliklinik Gigi dan Mulut RSUD Dok II Jayapura dengan
keluhan sulit kancing gigi.
Pasien datang dengan keluhan sulit kancing gigi sejak 2 hari yang lalu sebelum
masuk RS. Pasien mengaku ± 2 minggu yang lalu pasien di pukuli polisi dengan
menggunakan tangan dan sepatu laras pada bagian wajah karena sedang mabuk. Pasien
kemudian dibawa ke RSUD Abepura dan menjalani perawatan selama 3 hari. Awal masuk
pasien mengatakan rasa nyeri hebat saat menggerakkan rahang untuk berbicara, sulit
mengunyah atau menelan disertai bengkak serta perdarahan dari rongga mulut. Riwayat
pingsan saat kejadian sulit di evaluasi, muntah sulit di evaluasi. Keluhan nyeri di leher, dada,
perut, pinggang dan anggota gerak disangkal. Sesak disangkal. Keluhan kelemahan anggota
gerak disangkal. BAK dan BAB tidak ada keluhan.
4
1.4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Gigi berlubang (+)
Alergi obat disangkal, Hipertensi disangkal, Diabetes mellitus disangkal, penyakit jantung
disangkal, merokok (+), alkohol (+), makan pinang (+).
Dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 19 september 2017 di poliklinik Gigi dan
Mulut RSUD Dok II Jayapura.
a. Status Generalis
- KU : tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- Vital sign :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 98x/menit
Respirasi : 18X/menit
Suhu : afebris
- Kepala/ Leher : Tampak asimetris pada regio nasal, bruise (+) pada regio frontal
kiri, konjungtiva anemis (+/+) sklera ikterik (-/-). Pupil bulat,
isokhor, ukuran 3 mm/3 mm, letak di tengah, pipi kanan/kiri
simetris, pembesaran KGB (-).
- Thorax : dalam batas normal
- Abdomen : dalam batas normal
- Ekstremitas : dalam batas normal
- Lain-lain : dalam batas normal
5
b. Status Lokalis
Ekstra-oral
- Inspeksi : Asimetris wajah (+), long face (+) edema negatif (-), eritema
negatif (-), hematoma negatif (-), laserasi negatif (-), bruise (+)
pada regio frontal sinistra.
- Palpasi : Nyeri tekan (+) pada buccal sinistra, konsistensi lunak,
hipoestesi (+) pada bibir bawah
Gambar 1. Foto Klinis tampilan AP, Lateral kanan, dan Lateral kiri
Intra-Oral
- mukosa pipi : tidak ditemukan kelainan
- mukosa palatum : tidak ditemukan kelainan
- mukosa dasar mulut : tidak ditemukan kelainan
- gingiva atas : tidak ditemukan kelainan
- gingiva bawah : laserasi (+) gingiva 54 45
- gigi :
inspeksi : maloklusi open bite anteroposterior, step reg gigi 54 45 ,
dan bone exposed 45
palpasi : trismus (+) 2 jari
perkusi : tidak dilakukan
mobilitas : disabilitas (+)
6
Gambar 2. Foto Klinis Intraoral
L : 13.3-16.6
HBG 12.1 gr/dL
P : 11.0-14.7
L : 41.3-52.1 %
HCT 35.7 %
P : 35.2-46.7 %
DDR Negatif
7
1.7.2. Pemeriksaan Radiologi
Foto panoramik
1.9. PENATALAKSANAAN
- Cek laboratorium
- Foto thorax
- Pro refracturing + IMF + ORIF mandibula
1.10. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat
menempelnya gigi geligi.1 Mandibula berhubungan dengan basis kranii dengan adanya
temporomandibular joint dan disangga oleh otot otot mengunyah. Mandibula terdiri dari
korpus berbentuk tapal kuda dan sepasang ramus. Corpus mandibula bertemu dengan ramus
masing masing sisi pada angulus mandibulae (Gambar 4). Pada permukaan luar digaris
tengah corpus mandibulae terdapat sebuah rigi yang menunjukkan garis fusi dari kedua
belahan selama perkembangan, yaitu simfisis mandibulae. Foramen mental dapat dilihat di
bawah gigi premolar kedua. Dari lubang ini keluar a., v., n. alveolaris inferior.3
Fraktur mandibula sangat penting dihubungkan dengan adanya otot yang berorigo
atau berinsersio pada mandibula ini. Otot tersebut adalah otot elevator, otot depressor dan
otot protrusor.2
9
Mandibula dipersarafi oleh saraf mandibular, alveolar inferior, pleksus dental
inferior dan nervus mentalis. Sistem vaskularisasi pada mandibula dilakukan oleh arteri
maksilari interna, arteri alveolar inferior, dan arteri mentalis.3
Fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan oleh
adanya kecelakaan yang timbul secara langsung.4 Fraktur mandibula adalah putusnya
kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), yang
diakibatkan trauma oleh wajah ataupun keadaan patologis, dapat berakibat fatal bila tidak
ditangani dengan benar.1
1.3. ETIOLOGI
Setiap pukulan keras pada wajah dapat mengakibatkan terjadinya suatu fraktur pada
mandibula. Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak adalah lebih besar dibandingkan
dengan tulang wajah lainnya. Meskipun demikian fraktur mandibula lebih sering terjadi
dibandingkan dengan bagian skeleton wajah lainnya.
10
1.4. INSIDENSI
Fraktur mandibula lebih umum dibandingkan cedera pada bagian sepertiga tengah.
Schuchordt et al (1966) dalam serangkaian 2901 fraktur, menemukan 1997 fraktur terjadi
pada mandibula itu sendiri, sedangkan 156 kasus terjadi baik pada mandibula maupun pada
bagian sepertiga tengah dari skeleton fasial, sehingga terdapat 2103 fraktur mandibula.
Fraktur mandibula meliputi 40% – 62% dari seluruh fraktur wajah, perbandingan pria
dan wanita, yaitu 3 : 1 – 7 : 1 tergantung dari penelitian dan Negara. Fraktur subkondilar
banyak ditemukan pada anak-anak, sedangkan fraktur angulus lebih sering pada remaja dan
dewasa muda.
Banyak klasifikasi fraktur yang ditulis dalam berbagai buku, namun secara praktis
dapat dikelompokkan menjadi :
11
3. Fraktur patologis
Pada tulang telah terjadi proses patologis yang mengakibatkan tulang tersebut
rapuh dan lemah. Biasanya fraktur terjadi spontan.
Gambar 5. Persentase
kejadian fraktur
mandibula menurut
lokasi anatomisnya.
12
Sumber : Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Ed. Ke-
5.Mosby Elsevier. St. Louis. 2008.
a. Fraktur Dentoalveolar
Semua fraktur yang terbatas pada tooth-bearing area mandibula tanpa gangguan
pada underlying osseus structure.
b. Fraktur Symphysis
Fraktur pada regio incisivus mandibula yang memanjang dari processus alveolar
ke batas inferior secara vertikal.
c. Fraktur Parasymphysis
Fraktur yang muncul diantara foramen mentale dengan distal incisivus lateral
mandibula dan memanjang dari processus alveolar ke batas inferior.
d. Fraktur Body Mandibula
Fraktur yang muncul diantara foramen mentale dengan distal molar kedua dan
memanjang dari processus alveolar ke batas inferior.
e. Fraktur Angle
Fraktur distal ke molar kedua yang memanjang dibentuk dari titik temu body dan
ramus mandibula pada retromolar area dengan titik yang dibentuk dari titik
inferior body mandibula dan posterior border ramus mandibula.
f. Fraktur Ascending Ramus
Fraktur yang dibetntuk dari garis fraktur yang memanjang secara horizontal
melewati anterior-posterior ramus mandibula atau garis fraktur yang memanjang
secara vertikal dari sigmoid notch ke batas inferior mandibula.
g. Fraktur Processus Condylus
Fraktur yang memanjang dari sigmoid notch ke posterior border ramus
mandibula sepanjang aspect superior ramus; atau fraktur yang melibatkan
condylus bisa diklasifikasikan menjadi extracapsular atau intracapsular,
tergantung dari relasi fraktur dan capsular attachment.
13
dilakukan dengan jalan pengikatan gigi dengan menggunakan kawat. Berikut
derajat fraktur mandibula berdasarkan ada tidaknya gigi :
1) Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada fraktur
kelas 1 ini dapat melalui interdental wiring (memasang kawat pada gigi)
2) Fraktur kelas 2 : gigi hanya terdapat di salah satu fraktur
3) Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada keadaan ini
dilakukn melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate and screw,
atau bisa juga dengan cara intermaxillary fixation.
Dengan melihat cara perawatan, maka pola fraktur mandibula dapat digolongkan
menjadi :
1. Fraktur Unilateral
Fraktur ini biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari satu fraktur
yang dapat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini terjadi, sering
didapatkan pemindahan fragmen secara nyata. Suatu fraktur korpus mandibula
unilateral sering terjadi.
2. Fraktur Bilateral
Fraktur bilateral sering terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan langsung
dan tidak langsung. Fraktur ini umumnya akibat mekanisme yang menyangkut
angulus dan bagian leher kondilar yang berlawanan atau daerah gigi kanius dan
angulus yang berlawanan.
3. Fraktur Multipel
Gabungan yang sempurna dari kecelakaan langsung dan tidak langsung dapat
menimbulkan terjadinya fraktur multipel. Pada umumnya fraktur ini terjadi
karena trauma tepat mengenai titik tengah dagu yang mengakibatkan fraktur pada
simpisis dan kedua kondilus.
4. Fraktur Comminuted
Fraktur ini hampir selalu diakibatkan oleh trauma langsung yang cukup keras
pada daerah fraktur. Fraktur ini sering terjadi pada simfisis dan parasimfisis.
Fraktur yang disebabkan oleh kontraksi muskulus yang berlebihan.
14
1.5. GEJALA 6,7
Tanda dan gejala adanya fraktur mandibula yaitu:
1) Perubahan oklusi.
Perubahan oklusi sebagian besar disebabkan oleh fraktur mandibula. Klinisi harus
menanyakan pada pasien apakah gigitannya terasa berbeda. Perubahan pada oklusi dapat
disebabkan oleh fraktur gigi, fraktur prosessus alveolaris, fraktur mandibula pada
beberapa lokasi dan trauma pada TMJ dan otot mastikasi. Open bite anterior disebabkan
karena fraktur bilateral pada kondilus atau angulus mandibula dan fraktur maksilla
dengan perpindahan inferior dari posterior maksilla. Open bite posterior disebabkan oleh
fraktur pada prosessus alveolaris atau fraktur parasimfiseal. Open bite unilateral
disebabkan oleh fraktur parasimfiseal. Crossbite posterior disebabkan oleh fraktur
kondilus dan midline simfiseal. Oklusi retrognatik berhubungan dengan fraktur angulus
atau kondilus. Oklusi prognatik disebabkan oleh karena pergerakan berlebih dari TMJ.
Contoh di atas merupakan beberapa kelainan oklusi karena fraktur mandibula.
15
2) Anesthesia, Paresthesia, atau Diesthesia pada Bibir Bawah.
Hal ini berkaitan dengan gangguan pada nervus alveolar inferior dimana nervus
ini melewati foramen mandibula. Jika bibir bawah mati rasa, mungkin saja terjadi fraktur
pada daerah distal foramen mandibula. Untuk memeriksa adanya perubahan sensasi pada
bibir bawah dan dagu, klinisian harus menggunakan anesthesi.
16
Walaupun kontur wajah tertutuoi oleh bengkak, klinisi harus memeriksa wajah
dan mandibula untuk kontur yang abnormal. Tampilan datar pada bagian lateral wajah
mungkin disebabkan oleh fraktur corpus, angulus atau ramus. Tampilan memanjang
pada muka mungkin disebabkan oleh fraktur bilateral pada subkondilar angulus atau
corpus, asimetris wajah, merupakan tanda bagi klinisi kemungkinanadanya fraktur
mandibula. Jika ada deviasi dari bentuk U yang normal pada kurva mandibula, adanya
fraktur harus dicurigai.
Parasymphyseal (bilateral)
Retruded chin Subkondilar (bilateral), sudut, korpus
Pemanjangan wajah menyebabkan posisi mandibula lebih ke
bawah
Tabel 3. Perubahan pada Wajah, dibandingkan dengan Daerah yang Kemungkinan Mengalami Fraktur
17
palpasi pada mandibula dengan menggunakan dua tangan dengan ibu jari pada gigi dan
jari lain pada mandibula dengan perlahan dan hati-hati.
18
Palpasi : Nyeri tekan pada daerah faktur, nyeri bila digerakkan. Krepitasi :
biasanya penderita sangat nyeri oleh sebab itu pemeriksaan ini harus gentle
dan bila perlu dapat ditiadakan.
Gerakan : gerakan luar biasa pada daerah fraktur. Gerakan sendi di sekitarnya
terbatas karena nyeri, akibatnya fungsi terganggu.
Pemeriksaan trauma di tempat lain seperti kepala, torak, abdomen, traktus,
urinarius dan pelvis.
Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskuler bagian distal fraktur
yang berupa: pulsus arteri, warna kulit, temperatur kulit, pengembalian darah
ke kapiler
1.6.3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sinar-X A-P, lateral. Bila perlu dilakukan foto waters. Untuk
pencitraan wajah digunakan proyeksi Waters sehingga bayangan bagian wajah tidak
terganggu atau disamarkan oleh struktur tulang dasar tengkorak olah struktur tulang
dasar tengkorak dan tulang servikal. Identitas penderita dan tanggal pemeriksaan
dengan sinar penting dikerjakan sesudah tindakan atau pada tindak lanjut (folow up)
penderita guna menentukan apakah sudah terlihat kalus, posisi fragmen dan
sebagainya. Jadi pemeriksaan dapat berfungsi memperkuat diagnosis, menilai hasil
dan tindak lanjut penderita.
Diagnosis fraktur mandibula dapat ditunjukkan dengan adanya : rasa sakit,
pembengkaan, nyeri tekan, dan maloklusi. Patahnya gigi, adanya gap, tidak ratanya
gigi, tidak simetrisnya arcus dentalis, adanya laserasi intra oral, gigi yang longgar
dan krepitasi menunujukkan kemungkinan adanya fraktur mandibula. Selain hal itu
mungkin juga terjadi trismus (nyeri waktu rahang digerakkan). Evaluasi radiografis
pada mandibula mencakup foto polos, scan dan pemeriksaan panoramiks. Tapi
pemeriksaan yang baik, yang dapat menunjukkan lokasi serta luas fraktur adalah
dengan CT Scan (Gambar 3). Pemeriksaan panoramix juga dapat dilakukan, hanya
saja diperlukan kerja sama antara pasien dan fasilitas pemeriksaan yang memadai.
1.6.4. Studi Imaging6
Penelitian radiologis yang paling informatif digunakan dalam mendiagnosis
fraktur mandibula adalah radiograf panoramik.
19
Panoramik menyediakan kemampuan untuk melihat seluruh mandibula dalam
satu radiograf.
Panoramik membutuhkan pasien tegak, dan tidak memiliki kemampuan
melihat secara detail area TMJ, simfisis dan gigi / daerah proses alveolar.
Plain film, termasuk pandangan lateral-obliq, oklusal, posteroanterior, dan
periapikal, dapat membantu.
Pandangan lateral-obliq membantu mendiagnosis ramus, angel, fraktur pada
corpus posterior. Bagian kondilus, bicuspid dan daerah simfisis seringkali
tidak jelas.
Tampilan oklusal mandibula menunjukkan perbedaan di posisi tengah dan
lateral fraktur body.
Tampilan Caldwell posteroanterior menunjukkan setiap perpindahan medial
ataulateral ra mus, sudut, tubuh, atau fraktur simfisis.
CT scan juga dapat membantu :
CT scan juga memungkinkan dokter untuk survei fraktur wajah daerah lain,
termasuk tulang frontal, kompleks naso-ethmoid-orbital, orbit, dan seluruh
sistem horizontal dan vertical yang menopang kraniofasial.
Rekonstruksi kerangka wajah sering membantu untuk konsep cedera.
CT scan juga ideal untuk fraktur condylar, yang sulit untuk
memvisualisasikan (gambar 3).
1.7. PENATALAKSANAAN6,7
A. Tujuan dan Prinsip Perawatan
Tujuan :
1. Memperbaiki bagian yang fraktur sehingga mendapatkan kembali fungsi fisiologis
mandibula dan estetika wajah pasien
2. Mendapatkan oklusi yang stabil
3. Mengembalikan bukaan interincisal dan gerakan-gerakan ekskursif mandibula yang
baik
4. Deviasi mandibula minimal
20
5. Mendapatkan aparatus artikular yang bebas dari rasa nyeri baik saat berfungsi
maupun istirahat
6. Tidak terjadi kelainan TMJ pada sisi yang terkena trauma ataupun sisi
kontralateralnya
7. Menghindari komplikasi jangka panjang pertumbuhan tulang.
Prinsip Perawatan :
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan
seperti jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk penanganan
syok (circulaation), penaganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta
evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah penanganan fraktur
secara definitif yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur (secara tertutup (close reduction)
dan secara terbuka (open reduction).
1. Reduksi
Proses mengembalikan fragmen yang fraktur ke posisi normalnya. Bisa dilakukan
dengan reduksi tertutup maupun reduksi terbuka.
2. Fiksasi
Ujung tulang yang fraktur konstan (tidak bergerak/fixed) pada posisi yang
tereduksinya. Fiksasi bisa dilakukan secara indirect, yaitu dengan intermaxillary
fixation (IMF) atau secara direct, yaitu dengan sekrup-sekrup dan bone plate.
3. Imobilisasi
Fragmen tulang yang sudah direduksi dan difiksasi selama beberapa waktu tertentu
diimobilisasi agar proses penyembuhan berjalan baik.
21
B. Jenis Perawatan
Jenis Perawatan :
1. Perawatan Konservatif
Ketika terlihat garis fraktur pada tampilan radiografis tapi tidak terlihat
displacement.
a. Kontrol rasa sakit dengan obat analgesik yang cukup kuat seperti pentazosin,
karena pasien fraktur mandibula measakan derajat sakit yang ekstrem, hingga
bisa terjadi syok.
b. Kontrol infeksi untuk mencegah infeksi maka antibiotik profilaksis perlu
diberikan.
c. Stabilisasi sementara bagian yang terkena fraktur dengan perban barrel.
d. Diet
e. Instruksi untuk menjaga kebersihan rongga mulut
f. Instruksi untuk menggerakkan rahangnya dengan pelan
g. Follow – up
2. Perawatan Aktif
a. Reduksi Tertutup6
Pada reduksi tertutup perawatan dilakukan tanpa operator/dokter
melihat frakturnya secara langsung / tidak dilakukan pembukaan jaringan
Adapun indikasi untuk reposisi tertutup di antaranya:
Fraktur displace atau terbuka derajat ringan sampai sedang.
Fraktur kondilus
Fraktur pada anak
Fraktur komunitif berat atau fraktur dimana suplai darah menurun.
Fraktur eduntulous mandibula
Fraktur mandibula yang terdapat hubungan dengan fraktur panfacial
Fraktur patologis
22
Gambar 7. Raduksi Tertutup
23
dibandingkan multiple loop, walaupun kadang sejumlah ivy loop
diperlukan di beberapa area lengkung gigi.
Arch Bars
Penggunaan arch bars dianggap metode yang paling ideal untuk
perawatan IMF. Arch bars ada yang sudah tersedia dari pabrik dan bisa
Splints
Splint digunakan apabila wiring dianggap tidak memberikan fiksasi
yang adekuat, atau ketika splint horizontal di sepanjang zona fraktur
24
memang diperlukan, seperti pada kasus dimana imobilisasi yang
dibutuhkan tidak dalam keadaan mulut tertutup.
Splint diindikasikan untuk kasus yang sangat simpel atau yang
sangat sulit. Apabila dokter dihadapkan pada kasus fraktur mandibula
yang sederhana di area lengkung gigi, maka dokter biasanya akan lebih
memilih menggunakan splint sehingga bukaan rahang tidak perlu ditutup
rapat dengan kawat atau karet elastik.
Jika kasusnya sangat sulit, sehingga diperlukan cangkok tulang atau
25
Setelah dilakukan fiksasi, maka rahang diimobilisasi dalam jangka
waktu tertentu untuk memberikan fase penyembuhan. Lamanya waktu
imobilisasi tergantung pada lokasi fraktur, ada atau tidaknya gigi di daerah
fraktur, usia pasien, dan ada atau tidaknya infeksi.
b. Reduksi Terbuka6
Reduksi terbuka pada fraktur mandibula memiliki pendekatan intra dan
ekstraoral. Pendekatan ekstraoral dapat dilakukan melalui submandibula,
submental, atau preaurikular.
Indikasi reposisi terbuka di antaranya:
1. Fraktur terbuka atau displace derajat sedang sampai berat
2. Fraktur yang tidak tereduksi dengan reposisi tertutup
3. Unfavorable fracture
Gambar 13. Approach ekstraoral Gambar 14. Insisi retromandibular
26
Wiring (kawat)
Kawat dibuat seperti mata, kemudian mata tadi dipasang disekitar dua
buah gigi atau geraham dirahang atas ataupun bawah. Rahang bawah yang
patah difiksasi pada rahang atas melalui mata di kawat atas dan bawah.
Jika perlu ikatan kawat ini dipasang di berbagai tempat untuk memperoleh
fiksasi yang kuat.
Plating
Pemasangan plat bertujuan untuk memberi tahanan pada daerah fraktur,
sehingga dapat menyatukan bagian fraktur dengan alveolus superior.
Setelah plat tepasang, maka tidak dibutuhkan lagi fiksasi maksila. Dengan
catatan pemasangan screw pada plat tidak dengan penekanan yang terlalu
kuat. Karena dengan pemasangan screw yang terlalu kuat akan
mengkibatkan terjadinya kesulitan pada saat pelepasan, oleh karena itu,
pemasangan dengan teknik yang tidak terlalu menekan lebih dipilih dalam
pemasangan plat pada fraktur mandibula.
Ada beberapa faktor risiko yang secara spesifik berhubungan dengan fraktur
mandibula dan berpotensi untuk menimbulkan terjadinya malunion ataupun non-union.
27
Faktor risiko yang paling besar adalah infeksi atau osteomyelitis, kemudian aposisi yang
kurang baik, kurangnya imobilisasi segmen fraktur, adanya benda asing, tarikan otot yang
tidak menguntungkan pada segmen fraktur. Malunion yang berat pada mandibula akan
mengakibatkan asimetri wajah dan dapat juga disertai gangguan fungsi. Kelainan-kelainan
ini dapat diperbaiki dengan melakukan perencanaan osteotomi secara tepat untuk
merekonstruksi bentuk lengkung mandibula.11
28
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan sulit kancing gigi. Pasien mengaku ± 2 minggu yang
lalu pasien di pukuli polisi dengan menggunakan tangan dan sepatu laras pada bagian wajah
karena sedang mabuk. Pasien kemudian dibawa ke RSUD Abepura dan menjalani perawatan
selama 3 hari. Awal masuk pasien mengatakan rasa nyeri hebat saat menggerakkan rahang
untuk berbicara, sulit mengunyah atau menelan disertai bengkak serta perdarahan dari
rongga mulut. Riwayat pingsan saat kejadian disangkal, muntah disangkal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya asimetris pada wajah, long face (+) CA
(+/+), nyeri tekan (+) pipi kiri, dan hipoestesi (+) pada bibir bawah. Selain itu, pada
pemeriksaan mulut juga ditemukan adanya maloklusi pada rahang, nyeri tekan pada
mandibula, laserasi, step gigi kiri bawah, bone exposed dan trismus.
Berdasarkan teori, tanda dan gejala yang dialami pasien sesuai dengan tanda dan
gejala yang terdapat pada fraktur mandibula yaitu asimetris wajah, maloklusi, hipoestesia,
dan trismus.
29
Adapun penatalaksanaan dari pasien ini adalah penanganan fraktur secara definitif.
Penatalaksanaan definitif yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur (secara tertutup (close
reduction) dan secara terbuka (open reduction). Dimana menurut teori, reposisi
merupakan proses mengembalikkan fragmen yang fraktur ke posisi normalnya. Serta
dilakukan perawatan secara fiksasi, yaitu ujung tulang yang fraktur konstan (tidak bergerak
atau fixed) pada posisi yang tereduksi. Fiksasi bisa dilakukan secara indirect yaitu dengan
intermaxillary fixation (IMF) atau secara direct, yaitu dengan sekrup atau bone plate.
Pada kasus ini perawatan yang digunakan reduksi tertutup kemudian dibantu dengan
Intermaxillary Fixation (IMF), yaitu proses fiksasi yang dibantu dengan aplikasi kawat-
kawat atau karet elastik antara rahang atas dan rahang bawah. Selain itu juga dilakukan
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) dengan tujuan membantu keterbatasan fungsi
selama penyembuhan terjadi. Fiksasi tersebut kemudian dipertahankan sekitar 2-3 minggu.
Oleh karena itu, asupan nutrisi selama masa penyembuhan perlu diperhatikan.
30
DAFTAR PUSTAKA
31