1. Idealnya pembelajaran IPS yang diterapkan di kelas SD mampu mengembangkan sikap
kritis dan kreativitas dalam diri peserta didik. Namun realitas di lapangan masih banyak dijumpai materi IPS diajarkan dengan konvensional dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik dengan materi IPS. Pembelajaran konvensional tentu saja membosankan karena terlalu monoton. Terlebih jika guru hanya sibuk menjelaskan materi sementara siswa tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat terjadi karena guru kurang mempersiapkan diri. Maka guru perlu mempersiapkan diri dengan memilih model pembelajaran yang menarik dan membuat media pembelajaran. Seorang guru harus rajin. Sebagai contoh pada materi kemerdekaan RI siswa dapat dilibatkan aktif dengan metode pembelajaran role playing atau drama. Media pembelajaran berupa property drama yang lengakp dapat disiapkan bersama dengan siswa. Tentunya dengan model pembelajaran yang demikian siswa akan lebih memahami materi karena pembelajaran yang mengena.
2. Idealnya metode dan model pembelajaran dapat menunjang proses pembelajaran di
kelas. Faktanya seringkali metode dan model pembelajaran IPS yang diterapkan guru masih kurang pas. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan riset secara berkala untuk menentukan metode dan metode pembelajaran yang tepat. Riset ini harus dilakukan dengan serius, karena nantinya model dan metode pembelajaran yang tepat dapat digunakan berkelanjutan. Sebagai contoh pada materi situs peninggalan hindu dan budha, apabila dilakukan pembelajaran di dalam kelas kurang efektif, maka dapat dicoba dengan mengajak siswa mengunjungi situs-situs tersebut secara langsung. Di sana guru dapat sambal menjelaskan dan juga membuka sesi tanya jawab. Selanjutnya dapat dilakukan diskusi. Setelah pembelajaran dilakukan evaluasi apakan metode yang digunakan sudah efektif atau belum. Selain menentukan metode dan model pembelajaran yang tepat, guru juga dapat menggunakan media pembelajaran interaktif.
3. Idealnya lembaga pendidikan seperti sekolah mampu mendampingi dan
mensosialisasikan pendidikan karakter sejak dini kepada peserta didik. Mengapa persoalan kekerasan pada anak (fiskis, psikis, seksual) masih saja sering terjadi karena siswa SD kondisi emosionalnya memang masih belum stabil. Selain itu karakteristik siswa juga berbeda-beda dipengaruhi oleh lingkungan dan pola asuh orang tua. Guru harus lebih memahami karakteristik siswa, lebih peduli dan peka. Sehingga guru bisa merangkul siswa, tidak hanya sekedar sebagai guru akan tetapi juga sebagai teman. Sejatinya peran sekolah dalam mendampingi perkembangan peserta didik adalah sebagai lembaga yang memberikan kepastian hukum. Sekolah dapat memberikan apresiasi kepada yang benar dan hukuman kepada yang salah. Akan tetapi dalam prosesnya harus betul-betul diinvestigasi agar tidak ada kekeliruan dan kekecewaan pada siswa. 4. Idealnya peserta didik dan guru di sekolah terjalin hubungan yang saling harmonis. Informasi-informasi dalam pemberitaan sering melihat bahwa ketika anak mendapatkan hukuman dari guru karena sikapnya yang tidak bagus namun orangtua justru tidak terima dan melaporkan guru tersebut ke pihak hukum. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan paham dan persepsi antara orang tua terhadap yang sebenarnya terjadi di sekolah. Perlu diciptakan hubungan komunikasi yang harmonis antara orang tua dan guru tentang perkembangan siswa di sekolah. Orang tua harus lebih dilibatkan dalam perkembangan siswa tidak hanya sewaktu pengambilan rapot saja. Selain itu perlu juga diadakan sebuah kontrak antara orang tua dengan sekolah dalam hal pendidikan anak hitam di atas putih. Sehingga terdapat kejelasan peran sekolah dan peran orang tua dalam pendidikan anak.