Anda di halaman 1dari 27

Isu dan Tantangan

Audit Halal RPH


FGD Persamaan Persepsi Audit RPH
Titik Kritis Kehalalan pada Alur Proses Pemotongan Hewan
Pelaksanaan Fatwa
Stunning
Proses Menurut fatwa MUI no

Pemingsanan
12 tahun 2012, Stunning
diperbolehkan dilakukan
dengan mengikuti
hewan ketentuan

Stunning Jenis
Stunning

Terdapat 2 jenis Stunning


Proses pemingsanan lazim dilakukan yang diperkenankan, yaitu:
pada RPH untuk membantu proses
penyembelihan dapat dilakukan dengan • Stunning Mekanik non
lebih mudah dan lebih memenuhi aspek penetratif
kesejahteraan hewan • Elektrik Stunning (head
only)
JENIS STUNNING YANG
DI GUNAKAN DI RPH DI
INDONESIA
Ada Perdebatan terkait aspek kesrawan dan kehalalan pada stunning

Electric stunning (head only)

Concusive stunning
Penetrative stunning (tidak diterima dalam standar pemotongan halal)
Gas stunnng : tidak diterima dalan standar pemotongan halal

• Keterbatasan jenis peluru, sedangkan ukuran sapi dan bentuk kepala sapi di
concern

Indonesia sangat beragam


• Beberapa RPH belum memiliki restraining box dengan fiksator kepala
• Kesulitan untuk membedakan antara parameter stunning yang baik dengan
hewan yang sudah mati
Concusive Stunning
Concusive Stunning (stunning non penetratif)
Proses induksi secara intensif yang
menyebabkan sapi kehilangan kesadaran dan • Stunning secara mekanis ditembakkan ke
respon sensorik tanpa menimbulkan rasa sakit kepala dengan kecepatan 60-75 m/detik,
dalam waktu 7-8 milidetik dan menimbulkan
disfungsi sistem saraf

• Jaminan bahwa stunning tidak menimbulkan


rasa sakit karena proses stunning lebih cepat
darijalur kesadaran sensoris(150 ms atau 6 –
7 m/sec)

• Kekuatan stunning berkisar antara 160-190


Psi tergantung ukuran sapi
Penetrative stunning (225 Psi)

Gilliam et al. 2016


Grizt et al. 2019
Electrical stunning
1.Electrical stunning yang diijinkan di Indonesia adalah “head only”
2.Electrical stunning “head to chest” atau “Head to body” tidak diterima karena menimbulkan
cardiac fibrillation
3.Electrical stunning berbeda dengan electrical stimulation
Electrical stimulation adalah induksi electric pasca penyembelihan yang diaplikasikan setelah
hewan mati untuk mempercepat rigor mortis
Gas Stunning (biasanya pada unggas)
Tidak diterima dalam standar penyembelihan hewan. Gas stunning biasanya menggunakan
campuran gas: argon dan nitrogen. Gangguan yang ditimbulkan memengaruhi semua organ
termasuk jantung sehingga menginduksi kematian akibat hypoxia atau asphyxia
Mekanisme Concusive Stunning (stunning non penetratif)
Contoh Pelaksanaan Stunning
Contoh Pelaksanaan Stunning
Fatwa
Stunning
Menurut fatwa MUI no
Kriteria 12 tahun 2012, Stunning
diperbolehkan dilakukan
keberterimaan dengan mengikuti
ketentuan

Hasil Stunning
Proses pemingsanan lazim dilakukan Jenis
pada RPH untuk membantu proses Stunning
penyembelihan dapat dilakukan dengan
lebih mudah dan lebih memenuhi aspek Terdapat 2 jenis Stunning
kesejahteraan hewan yang diperkenankan, yaitu:
• Stunning Mekanik non
penetratif
• Elektrik Stunning
Syarat keberterimaan Hasil Stunning menurut HAS
23103 (sebelum terbit SNI 99003-2018)
Level Description Status
1 No damage in skull Accepted

2 Bruised of skull, without crack of skull Accepted

3 Bruised and crack of bone skull but not shifted Not Accepted

Bruised and crack of bone skull. The fractured bone


4 shifted but did not penetrate the skull/brain Not Accepted

Bruised and crack of bone skull. The fractured


bone shifted penetrate into the skull/brain.
5 There is a hole in the skull Not Accepted
Kriteria Stunning Berdasarkan SNI 99003-2018
• Penyelia halal harus memverifikasi
hasil stunning

• Hasil verifikasi harus di


dokumentasikan

• Stunning kedua jika stunning


pertama gagal/ternak tidak pingsan
• Jika stunning nonpenetratif mengakibatkan kerusakan tengkorak sampai
menembus ke dalam otak maka dianggap sebagai stunning penetratif dan
hasil sembelihan ternak harus diperlakukan sebagai produk non halal

• Jarak waktu stunning dengan penyembelihan maksimal 30 detik


Kriteria keberterimaan hasil Stunning Berdasarkan SNI 99003-2018
Kriteria
No keretakan Kriteria hayatul mustaqiroh Keputusan Keterangan *)
tulang
1 Tidak rusak, Terdapat salah satu dari reflek mata, Diterima Non penetrative
memar, retak, gerakan nafas atau aliran darah yang Hewan masih hidup
retak dan geser pulsatif
2 Tidak rusak, Tidak terdapat salah satu dari reflek Ditolak Non penetrative
memar, retak, mata, gerakan nafas atau aliran darah Hewan dianggap
retak dan geser yang pulsatif sudah mati
3 Retak dan Terdapat salah satu dari reflek mata, Ditolak Penetrative
tembus ke dalam gerakan nafas atau aliran darah yang meskipun hewan
otak pulsatif masih hidup
4 Retak dan Tidak terdapat salah satu dari reflek Ditolak Penetrative dan
tembus ke dalam mata, gerakan nafas atau aliran darah hewan dianggap
otak yang pulsatif sudah mati
Alasan mengapa kerusakan tengkorak tidak bisa menjadi satu satunya acuan kriteria
keberterimaan stunning
Parameter Tanda-tanda kehidupan (N(%)) Total P
Satu Dua Tiga Empat
Keberhasilan stunning (HAS)

Tidak rusak 1(0.9) 1(0.9) 100(91.7) 7(6.4) 109(23.7) 0.99


Memar 3(2.4) 2(1.6) 113(90.4) 7(5.6) 125(27.2) 0.99
Retak 1(0.7) 0(0.0) 148(91.9) 11(7.4) 149(32.4) 0.99
Retak dan geser 0(0.0) 1(1.4) 66(94.3) 3(4.3) 70(15.2) 0.99
Tembus 1(14,3) 0(0.0) 4(57.1) 2(28.6) 7(1.5) Referensi
Total 6(1.3) 4(0.9) 420(91.3) 30(6.5) 460(100)
P 0.99 0.99 0.99 Referensi

Kerusakan tengkorak tidak menjadi faktor resiko terhadap banyaknya tanda-


tanda kehidupan yang masih bisa diamati pada sapi yang di stunning (p˃0,05)
Dengan demikian keretakaan tulang tengkorak tidak dapat digunakan untuk
sebagai dasar diterima atau tidaknya stunning terhadap standar halal
Pemeriksaan Hasil Stunning

Memeriksa Tanda-tanda kehidupan


Hewan (hayatul Mustaqiroh)
Memeriksa tanda-tanda kehidupan menjadi penting karena menjadi titik kritis dalam
penentuan halal haram produk asal hewan sembelihan
Definisi
Thorasic Sticking merupakan

Proses proses untuk mempercepat


proses keluarnya darah agar
hewan cepat mati dengan
Thorasic cara memasukkan
pisau/batang logam untuk
Sticking memotong/melubangi Arcus
Aorta/truncus
brachiocepalicus dan vena
cava cranialis di dekat Jenis Stunning
Proses Thorasic Sticking merupakan proses
jantung Pada praktiknya, thorasic
yang terkadang dilakukan oleh Para Juru
Sembelih Halal untuk mempercepat sticking dilakukan di 2
kematian hewan situasi:
• Segera setelah hewan
disembelih (hewan belum mati)
• Segera setelah di stunning
(tanpa penyembelihan)
Thoracic Sticking

Praktik Thoracic sticking dilarang karena dapat mengaburkan


penyebab kematian hewan yang disembelih
Mengapa Thoraxic Sticking Dilarang Dalam SNI 99003 2018
1.Thoracic sticking lebih mematikan dari
penyembelihan

2. Thoracic sticking memutus semua aliran


darah ke kepala, sementara pada saat
penyembelihan pons dan medulla oblongata
masih diperlukan untuk proses pengeluaran
darah

3. Thoracic sticking juga memotong ganglion


simpatis (ganglion cervico-thoracicum) yang
berfungsi meningkatan kerja jantung

4. Kematian sapi non stunning ± 3 menit dan


stunning ± 5 menit, hal ini berarti jika
thoracic sticking dilakukan sebelum waktu
tersebut maka sapi mati bukan karena
sembelihannya.
Tindakan koreksi dalam penyembelihan

Tindakan koreksi pada penyembelihan


diijinkan dan tidak dianggap sebagai
penyembelihan lebih dari satu kali :

1.Dilakukan hanya pada unsur yang belum


sempurna terpotong
2.Dilakukan pada saat hewan masih
menunjukkan tanda tanda kehidupan
3.Dilakukan pada ujung pembuluh darah yang
sudah terpotong namun mengalami
penyumbatan
4.Dilakukan sesegera mungkin setelah
penyimpangan teridentifikasi
5.Tindakan koreksi menjadi tanggungjawab
juru sembelih halal
Invasive Dressing/penanganan lanjutan setelah penyembelihan

1.Dipastikan hewan telah mati akibat proses


penyembelihan
2.Pekerjaan menggeser atau memindahkan hewan masih
dapat diterima sambil menunggu kematian sempurna
3.Kematian sempurna ditandai dengan :
a. berhentinya pernafasan
b. hilangnya fungsi otak yang ditandai dengan
hilangnya reflek mata
c. berhentinya sistem kardiovaskuler/ kerja jantung

Gerakan Hewan tidak dapat dijadikan sebagai satu


satunya indikator kehidupan/kematian

Hewan masih dapat bergerak meskipun secara klinis


sudah di nyatakan mati karena adanya reflex spinal
Dokumen SOP

Pemeriksaan Selain dari SOP yang lazim ada


pada SJPH (pengajuan sertifkasi

Dokumen Hasil industri selain RPH), Terdapat


beberapa SOP yang perlu
dimiliki RPH yaitu:
Dokumentasi 1. SOP pembelian hewan
2. SOP pemeliharaan peralatan
PPH prapenyembelihan &
penyembelihan
Formulir/rekaman
Terdapat rekaman yang
3. SOP prapenyembelihan dan
perlu di periksa yaitu:
Terdapat beberapa dokumen penyembelihan
• Rekaman proses stunning (jika
penting yang perlu diperiksa 4. SOP Transportasi dan
ada stunning)
terkait proses kritis dalam Distribusi
• Rekaman kalibrasi dan
proses produksi halal (PPH) 5. SOP Penanganan produk
perawatan alat stunner
yang tidak memenuhi kriteria
• Rekaman pembelian hewan
ternak
• Rekaman penanganan hewan
ternak yang mati sebelum
disembelih
SOP pembelian hewan menjadi penting dalam audit halal :

1.Memastikan hewan berasal dari pemasok/peternak resmi yang tidak


menggunakan pakan yang mengandung babi dan turunannya
2.Jika peternak menggunakan pakan yang mengandung babi dan turunannya
maka hewan tersebut masuk kategori hewan jalalah
3.Hewan jalalah harus melawati masa jalalah yaitu masa diberhentikan dari
pakan yang mengandung babi dan turunannya (± 7 hari)

Masa jalalah diperlukan untuk memastikan :


1.Semua pakan yang mengandung babi telah terserap secara sempurna, atau
2.Semua sisa pakan yang tidak terserap telah dikeluarkan dari tubuh
3.Hal ini menjadi penting mengingat usus juga dikonsumsi di Indonesia
Formulir/rekaman

• Antemortem & postmortem

• Pemeliharaan alat stunning

• Formulir penyimpanan hasil

sembelihan

• Formulir transportasi dan

distribusi

Rekaman perlu dipastikan terpelihara


(terisi dan update)
Thank You
HSC IPB University

Anda mungkin juga menyukai