Anda di halaman 1dari 10

IMPLIKASI ASTANGGA YOGA….

I Wayan Sudiarta ( 21-30 )


IMPLIKASI ASTANGGA YOGA TERHADAP
PENGENDALIAN DIRI

I Wayan Sudiarta
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
Email: sudi_wy@yahoo.com

ABSTRAK
Yoga menekankan bagaimana individu dapan mengendalikan diri baik itu secara
jasmani (badan/diri), rohani (pikiran) dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pengendalian diri dalam ajaran yoga dilakukan dengan berbagai cara. salah satu caranya
tertuang dalam astangga yoga. Astangga yoga dapat diartikan sebagai delapan anggota tubuh
yoga, meliputi: yama (pantangan), niyama (kebajikan pembantu), asana (sikap badan atau
sikap-sikap meditasi), pranayama (pengendalian napas), pratyahara (penyaluran aktifitas
mental), dharana (memusatkan pikiran), dhyana (meditasi atau perenungan), dan samadhi
(keadaan perenungan paling dalam). Penelitian ini membahas terkait implementasi astangga
yoga terhadap pengendalian diri. Adapun metode dalam penelitian ini yaitu penelitian
kualitatif dengan pencatatan dokumen. Analisis data digunakan analiswsis dari Miles dan
Huberman yaitu: (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, (3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Adapun hasil penelitian dalam penelitian ini adalah Implikasi Astangga Yoga Terhadap
Pengendalian Diri sebagai yaitu (1) Yama pengendalian terhadap diri dari pengaruh-pengaruh
kurang baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar; (2) Niyama memupuk kebiasaan-
kebiasaan baik dari dalam diri; (3) Asana pengendalian pikiran dan melatih kosentrasi; (4)
Pranayama mengendalikan hawa nafsu dalam diri dan emosi; (5) Pratyahara pengendalian
dari pada panca indra; (6) Dharana mengendalikan pikiran terhadap pengaruh seperti sifat
sattwam, rajas dan tamas; (7) Dhyana pengendalian diri sudah dapat terkontrol dengan baik;
(8) Samadhi mulai merasakan tingkat kenyamanan spiritual yang paling tinggi.
Kata kunci: Implikasi Astangga Yoga, Pengendalian Diri
ABSTRACT
Yoga emphasizes how individuals can control themselves both physically (body/self),
spiritually (mind) and get closer to God Almighty. Self-control in the teachings of yoga is done in
various ways. one of the ways is contained in astangga yoga. Astangga yoga can be interpreted
as the eight limbs of yoga, including: yama (abstinence), niyama (virtue aide), asana (body
postures or cultural attitudes), pranayama (control of breath), pratyahara (channeling mental
activity), dharana (concentrating mind), dhyana (meditation or contemplation), and samadhi (a
state of deepest contemplation). This study discusses the application of astangga yoga to self-
control. The method in this research is qualitative research by recording documents. Data analysis
used analysis from Miles and Huberman, namely: (1) Data Reduction, (2) Data Presentation, (3)
Drawing Conclusions and Verification. The results of the research in this study are the
Implications of Astangga Yoga on Self-Control as namely (1) Yama controlling oneself from
unfavorable influences that come from within and from outside; (2) Niyama cultivates good habits
from within; (3) mind control asanas and concentration training; (4) Pranayama controls inner
desires and emotions; (5) Pratyahara control of the five senses; (6) Dharana controls the mind
against influences such as sattva, rajas and tamas; (7) Dhyana self-control can be overcome well;
(8) Samadhi begins to experience the highest level of spiritual comfort.
Keywords: Implications of Astangga Yoga, Self-Control

21
Volume 7, No. 1, April 2023 ISSN : (p) 2598-0203
(e) 2746-7066
I. PENDAHULUAN
Yoga dalam kamus Bahasa Sansekerta-Indonesia berarti menghubungkan, sepasang,
kendaraan, peralatan, penggunaan, hubungan (Tim Penyusun, 2001 : 339), dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia “yoga berarti sistem filsafat Hindu yang bertujuan mengheningkan pikiran,
bertafakur, dan menguasai diri selaian itu juga dapat diartikan senam gerak badan dengan
latihan pernapasan, pikiran untuk kesehatan rohani dan jasmani” (Tim Penyusun, 2005 : 1278).
Sedangkan Rsi Patanjali dalam (Darmayasa 2013 : 2-3) mendefinisikan “yoga sebagai
Yogascitta Vrthi Niroda yang berarti yoga adalah pengendalian gelombang-gelombang
pikiran”. Hal senada juga diungkapkan oleh Somvir (2008 : 3) yang berpendapat bahwa “dalam
Rg. Veda, yoga disimbolkan dengan “Tapas” yang lebih fokus terhadap pengendalian indria”.
Pendit (2007 : 109) menjelaskan yoga sebagai suatu sistem membudidayakan hidup ini dalam
kemasan untuk menyempurnakan perilaku manusia yang tepat guna. Lebih lanjut Suta Susila
(2011: 3) mendefinisikan “yoga sebagai salah satu ajaran Agama Hindu yang menuntun umat
manusia untuk mencapai kesehatan, kesejahtraan dan kedamaian lahir batin serta dapat
menyatukan diri kepada Tuhan dengan latihan pengendalian pernapasan, fisik, pikiran, dan
pengendalian diri”.
Jadi dari beberapa uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa yoga merupakan cara-
cara pengendalian diri baik secara jasmani dan rohani dalam hal pengendalian pikiran, sikap,
dan perkataan agar mampu untuk diarahkan dan dikontrol dari sifat-sifat yang kurang baik ke
arah yang lebih baik.
Yoga menekankan bagaimana individu dapan mengendalikan diri baik itu secara
jasmani (badan/diri), rohani (pikiran) dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pengendalian diri dalam ajaran yoga dilakukan dengan berbagai cara. salah satu caranya
tertuang dalam astangga yoga. Astangga yoga dapat diartikan sebagai delapan anggota tubuh
yoga, meliputi: yama (pantangan), niyama (kebajikan pembantu), asana (sikap badan atau
sikap-sikap meditasi), pranayama (pengendalian napas), pratyahara (penyaluran aktifitas
mental), dharana (memusatkan pikiran), dhyana (meditasi atau perenungan), dan samadhi
(keadaan perenungan paling dalam), Saraswati (1979 : 45).
Dalam penelitian Madja (2020) dijelaskan bahwa astangga yoga Patañjali merupakan
suatu jalan untuk tercapainya kebenaran yang hakiki dalam hidup. Pemahaman tentang
kebenaran dalam yoga tersebut bersifat subjektif. Dalam hal mencapai kebenaran, sistem ajaran
astangga yoga patanjali bermakna sebagai proses yang harus dilaksanakan bagi seorang
mencari suatu kebenaran agar tujuan yang diharapkan bisa tercapai. Dari hasil penelitian yang
dijelaskan tersebut, bahwa penelitian tersebut hanya membahas terkait makna secara umum dari
astangga yoga patanjali yaitu tentang pemusatan pikiran dan belum mengkhusus menjelaskan
tentang pengendalian diri yang terkandung dalam astangga yoga. Hal tersebut menjadi
pendukung pentingnya diteliti terkait pengendalian diri dalam astangga yoga.
Terkait dengan penjelasan astangga yoga di atas tentunya sarat akan ajaran
pengendalian diri baik itu secara jasmani dan rohani dimana masih sebagian besar umat Hindu
khususnya remaja yang kurang mengetahui dan memahami mengenai astangga yoga. Terkait
dengan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang implementasi astangga yoga
terhadap pengendalian diri, sehingga ketika melaksanakan astangga yoga secara tidak langsung
bisa mengendalikan diri baik pengendalian pikiran, perkataan, dan perbuatan.

II. METODE
Jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dikarenakan data yang diperoleh akan
disajikan secara deskriptif. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu pencatatan
dokumen. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis non statistik atau
deskriptif dengan metode Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga alur yaitu: (1) Reduksi
data, (2) Penyajian data, (3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi.
22
22
IMPLIKASI ASTANGGA YOGA….
I Wayan Sudiarta ( 21-30 )

III. PEMBAHASAN
3.1. Astangga Yoga
Astangga Yoga berasal dari kata “Asta” yang berarti delapan (Tim Penyusun, 2005 ;
73), “Angga” yang berarti bercabang-cabang (Tim Penyusun 2005 : 47) dan “Yoga” Artinya
sistem filsafat Hindu yang bertujuan mengheningkan pikiran, bertafakur, dan menguasai diri
selain itu juga dapat diartikan senam gerak badan dengan latihan pernapasan, pikiran dsb, untuk
kesehatan rohani dan jasmani (Tim Penyusun, 2005 : 1278). Hal senada juga diungkapkan oleh
Saraswati (1979 :45) “astangga yoga berarti delapan anggota tubuh yoga”. Lebih lanjut Rsi
Patanjali menjelaskan pengertian dari astangga yoga adalah delapan tahapan yoga (dalam
Somvir, 2008 : 2). Jadi dapat dipertegas bahwa astangga yoga berarti delapan tahapan atau
cabang dalam pelaksanaan yoga.
Adapun bagian-bagian astangga yoga Menurut Rsi Patanjali dalam (Somvir 2008 : 2)
terdiri dari: (1) Yama berarti pengendalian; (2) Niyama berarti peraturan-peraturan; (3) Asana
berarti sikap badan; (4) Pranayama adalah latihan pernapasan dalam yoga untuk mengawasi
prana atau energi yang bertujuan untuk membersihkan nadi ( urat-urat hastral dalam tubuh)
dan mengendalikan pikiran; (5) Pratyahara berarti penyaluran arus alat-alat indra dari
berbagai-bagai jurusan ke arah tuhan; (6) Dharana merupakan pemusatan atau konsentrasi
chita (pikiran); (7) Dhyana merupakan pemusatan yang terus menerus tanpa henti dari pikiran
terhadap objek; (8) Samadhi adalah persatuan sempurna dari yang dicintai, pecinta dan
kecintaan, suatu keadaan kelupaan segalanya, suatu keadaan peresapan sempurna, suatu
keadaan identifiksi (penyamaan).

3.2. Manfaat Pelaksanaan Yoga


Sani (2003: 31-46) memaparkan mengenai manfaat-manfaat pelaksanaan yoga untuk
kesehatan diantaranya: (1) Untuk mengatasi kelelahan, (2) Menstimulasi sirkulasi darah dan
oksigen, (3) Relaksasi otot-otot, (4) Meluruskan tulang belakang, (5) Memperkuat sendi, dan
(6) Memijat organ dalam.
Kemudian Somvir (2008 9-11) menjelaskan manfaat-manfaat pelaksanaan yoga untuk
kesehatan yaitu untuk menyembuhkan penyakit seperti: kencing manis, prostat, telinga, mata,
hidung, perut, darah tinggi, darah rendah, sakit kepala, hernia, jantung, susah tidur, haid, batuk
kronis, asma, ginjal, kusta, kegemukan, sakit pinggang sakit kulit, panas dalam, dan darah
kotor.
Lebih lanjut Ananda Marga (2003 : 23) Menyatakan manfaat pelatihan yoga terutama
di pelaksanaan asana sebagai berikut:
“latihan yoga khususnya asana memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap
kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin mempunyai pengaruh yang penting terhadap
perkembangan emosi dan tingkat kesadaran. Tekanan-tekanan halus pada kelenjar
endokrin saat asana mempengaruhi pengeluaran hormon akibatnya berpengaruh pada
keseimbangan emosi dan ketenangan pikiran. Kelenjar tersebut dikenal juga sebagai
kelenjar tanpa saluran, karena mengalir langsung ke saluran darah bukan ke dalam
saluran pembuangan. Kelenjar endokrin terdiri dari pancreas, thyroid, parathyroid,
adrenalin, gonads, pituaitary, dan pineal”

Jadi dapat dipertegas dari beberapa pendapat di atas mengenai manfaat dari pelaksanaan
yoga yaitu baik untuk kesehatan jasmani dan rohani meliputi: (1) Sebagai media relaksasi untuk
mengatasi setres, (2) Mempertajam daya ingat dan fokus, (3) Mampu bersikap tenang dalam
menghadapi masalah dan tidak mudah emosi, (4) Meningkatkan rasa sepiritual dalam diri, (5)
Mampu mengasah kreatifitas dalam diri, (6) Baik untuk kesehatan organ dalam tubuh, (7)
Menjadikan badan lebih berstamina, (8) Sebagai cara dalam mengeluarkan toksin-toksin dalam
23
Volume 7, No. 1, April 2023 ISSN : (p) 2598-0203
(e) 2746-7066

tubuh, (9) Baik untuk persendian dan otot-otot dalam tubuh, (10) Memperlancar aliran darah
dan oksigen ke dalam tubuh.

3.3. Implikasi Astangga Yoga Terhadap Pengendalian Diri


3.3.1 Yama
Menurut Rsi Patanjali dalam (Somvir 2008 : 2) “yama berarti pengendalian”. Pendapat
serupa diungkapkan oleh Saraswati (1975 : 45) “yama berarti pantangan”. Menurut Pendit
(2007 : 115) “yama berarti Pengekangan”. Lebih lanjut David Simon dalam (Suta Susila 2011
: 17) yang mengartikan “yama adalah aturan perilaku sosial yang meliputi tindakan anti
kekerasan, menyuarakan kebenaran, mengendalikan dorongan seksual, berpikir jujur dan
bersikap murah hati”.
Di dalam kitab Yoga Sutra Patanjali II, sloka 30 dalam (Suta Susila 2011 : 17) dijelaskan
ada lima macam yama yaitu: (1) Ahimsa artinya tidak membunuh /menyakiti, (2) Satya artinya
setia, benar, jujur, (3) Astya artinya tidak mencuri, (4) Brahmacari artinya tidak melakukan
hubungan kelamin, (5) Aparigraha artinya tidak loba.
Oka (2009 :69) menyebutkan mengenai bagian-bagian dari ajaran yama ini dengan
Istilah Dasa Yama Brata atau sepuluh disiplin pelaksanaan kesusilaan, diantaranya yaitu:
(1)Anrecangsya/arimbawa artinya tidak mementingkan diri sendiri, (2) Ksama artinya
suka mengampuni dan tahan uji dalam hidup, (3) Satya artinya tidak berbohong atau
setia dalam ucapan, (4) Ahimsa artinya tidak membunuh, (5) Dama artinya sabar dan
dapat dinasehari, (6) Arjawa artinya tulus dan berterus terang atau jujur, (7) Priti artinya
cinta kasih sayang terhadap sesama mahluk, (8) Prasada artinya kejernihan hati, (9)
Madhurya artinya ramah tamah, lembut sopan santun, (10) Madhawa artinya rendah
hati.

Dari pendapat beberapa ahli di atas mengenai arti dari yama dan bagian-bagian dari
ajaran yama, maka dapat diuraikan bahwa yama merupakan bagian pertama dari astangga yoga
yang berisikan mengenai pengendalian terhadap diri dari pengaruh-pengaruh kurang baik yang
berasal dari dalam diri maupun dari luar yang tertuang dalam ajaran Panca Yama Brata dan
Dasa Yama Brata.

3.3.2. Niyama
Rsi Patanjalai dalam (Somvir 2008 : 2) menyatakan “niyama berarti peraturan-
peraturan”, dan Prakas Saraswati (1979 : 45) berpendapat “niyama merupakan kebajikan
pembantu”. Menurut Pendit (2007 : 115)“niyama berarti kebiasaan-kebiasaan baik”.
Di dalam kitab Yoga Sutra Patanjali II, sloka 30 dalam (Suta Susila 2011 : 17)
dijelaskan ada lima macam Yama yaitu: (1) Saucanartinya kesucian lahir batin, (2) Santosa
artinya kepuasan, (3) Tapa artinya mengendalikan hawa nafsu, (4) Svadhyaya artinya belajar
sendiri, (5) Iswarapanidana artinya menempakan diri pada tuhan (menyadari keterbatasan).
Oka (2009 :70) menyebutkan mengenai bagian-bagian dari ajaran Niyama ini dengan
Istilah Dasa Niyama Brata atau sepuluh disiplin pelaksanaan kesusilaan yaitu :

(1) Dana artinya kasih sayang, (2) Ijya artinya memuja dewa atau leluhur, (3) Tapa
artinya mengendalikan hawa nafsu, (4) Dhyana artinya bhakti kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (5) Swadyaya artinya memplajari ajaran-ajaran suci, (6) Upastaningraha
artinya mengendalikan hawa nafsu sek, (7) Brata artinya tepat janji, (8) Upawasa
artinya berpuasa, (9) Mona artinya tidak berkata-kata yang kurang baik atau berlebihan,
(10) Snana artinya menjaga dan merawat diri dari hal-hal yang tidak baik.

22
24
24
IMPLIKASI ASTANGGA YOGA….
I Wayan Sudiarta ( 21-30 )

Jadi niyama pada dasarnya merupaka suatu sikap berupa aturan-aturan yang menjadi
pelengkap dari ajaran-ajaran yoga yang bertujuan untuk memupuk kebiasaan-kebiasaan baik
dari dalam diri yang tertuang dalam bentuk ajaran Panca Niyama Brata dan Dasa Niyama
Brata. Bentuk kebiasaan yang baik tersebut salah satunya bisa mengendalikan diri dengan baik.

3.3.3. Asana
“Asana berarti sikap badan” menurut Saraswati (1979 : 115), lebih lanjut Ananda Marga
(2003 : 23) menjelaskan asana merupakan suatu sistem latihan ilmiah yang dikembangkan
ribuan tahun yang lalu oleh para yogi untuk menjaga kesehatan tubuh, memperlancar peredaran
darah, melenturkan persendian memperkuat otot, memijat organ-organ internal dan
menenangkan serta mengendalikan pikiran. Menurut Dharmita (2005 : 11) “asana berarti sikap
tubuh yang tidak tegang atau kaku”.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat dipertegas asana merupkan serangkaian gerakan
untuk memijat organ-organ tubuh, yang dikombinasikan dengan pernapasan serta melatih
pengendalian-pengendalian pikiran dan melatih kosentrasi agar mampu menjaga kesehatan
badan jasmani dan rohani agar nantinya mampu menciptakan individu yang sehat secara fisik
dan memiliki karakter dan kepribadian yang baik.
Di masyarakat sering disebutkan mengenai gerakan-gerakan asana, yang paling sering
didengar yaitu istilah Suryanamaskara yang secara harfiah berarti penghormatan kepada
matahari sebagai sumber energi kehidupan. suryanamaskara merupakan rangkaian gerakan
yang terdiri dari 12 (dua belas) gerakan asana yang terdiri dari: (1) Pranamasana yaitu sikap
tubuh berdiri tegak kedua telapak tangan dicakupkan di depan dada, dengan napas normal. (2)
Hasta Utanasana yaitu sikap badan berdiri tegak, kedua tangan diangkat ke atas kemudian
tulang punggung sedikit direbahkan ke belakang. (3) Pada Hastasana yaitu sikap membungkuk
dengan tangan lurus ke bawah menyentuh lantai. (4) Asva Sancalanasana yaitu sikap kedua
tangan berada di lantai, kaki kanan ditekuk di depan, kaki kiri lurus ke belakang dengan jari-
jari kaki bertumpu pada lantai, pandangan lurus ke atas. (5) Parvatasana yaitu sikap seperti
segitiga, kedua kaki dibawa ke belakang kedua tangan dibawa ke depan, pandangan ke arah
kedua kaki, postur badan membentuk segitiga. (6) Astangga Namaskara yaitu sikap badan tidur
telungkup, tangan di samping bahu, kemudian dagu, dada, lutut dan jari-jari kaki menyentuh
lantai, pantat diangkat sedikit ke atas. (7) Bhujanggasana posisi mengangkat dada dan kepala
ke atas, kedua tangan lurus, pandangan mata lurus ke atas, kaki lurus ke belakang. Kemudian
kembali lagi ke gerakan (8) Parvatasana, (9) Asva Sancalanasan, (10) Padahastasana, (11)
Hasta Utanasana, dan (12) Pranamasana, (Somvir, 2008 : 24-30).

Selain gerakan suryanamaskara di atas terdapat beberapa jenis gerakan asana lain di
antaranya sebagai berikut:
Somvir (2008 : 32-51) memaparkan beberapa postur-postur asana di antaranya:
(1) Tadasana yaitu posisi badan berdiri tegak dengan kedua tangan di samping badan, tarik
napas diikuti dengan mengangkat tangan lurus ke atas kepala dan diikuti dengan
menjinjitkan kaki hingga berat badan bertopang pada jari-jari kaki, kemudian keluarkan
napas dan kembali pada posisi awal.
(2) Trikonasana yaitu posisi badan berdiri tegak dengan kedua kaki dibuka selebar bahu,
taruh tangan kiri di pinggang, tangan kanan lurus, kemudian tarik napas bawa tangan
kanan ke atas dan rebahkan menuju kesamping kiri sampai membentuk garis lurus,
tahan beberapa detik, kemudian kembali ke posisi awal. Lakukan secara bergantiaan.
(3) Vimanasana yaitu posisi badan berdiri tegak dengan kedua kaki, kemudian kedua
belah tangan direntangkan ke samping dan sambil perlahan-lahan mengangkat kaki kiri
lurus ke belakang dan kepala direbahkan ke depan hingga terbentuk seperti huruf T,

25
Volume 7, No. 1, April 2023 ISSN : (p) 2598-0203
(e) 2746-7066

tahan beberapa detik kemudian kembali ke posisi awal. Lakukan secara bergantian.
(4) Pacimottanasana yaitu posisi badan beriri tegak, kemudian hembuskan napas dan
bungkukkan badan ke depan, pegang ibu jari kaki dengan tangan sambil mencium lutut,
tahan beberapa detik dan kembali lagi ke posisi awal.
(5) Vreksasana yaitu posisi berdiri dengan menaruh kaki kanan di paha kiri, kemudian
tarik napas sambil membawa tangan ke atas, tahan beberapa detik kemudian kembali
ke posisi awal. Lakukan secara bergantian.
(6) Natarajasana yaitu posisi berdiri tegak kemudian mengambil pergelangan kaki kiri,
kemudian angkat kaki kiri tinggi ke belakang, seimbangkan badan, bawa tangan kanan
lurus ke depan sejajar dengan mata, tahan beberapa detik, kemudian kembali keposisi
awal. Lakukan secara bergantian.
(7) Ekapada Angustasana yaitu posisi berdiri tegak, kemudian tangan kiri memegang
pinggang sebelah kiri, tangan kanan memegang ibu jari kaki kiri ke depan sambil
menarik napas, tahan beberapa detik dan kembali keposisi awal. Lakukan secara
bergantian.
(8) Garudasana yaitu sikap seperti burung garuda, dengan cara melipat kaki kiri ke kaki
kanan demikian juga tangan kiri ke tangan kanan, kemudian tunduk ke bawah sambil
menarik napas.
(9) Gomukasana yaitu yaitu duduk dengan posisi kaki kiri dilipat, dan kaki kanan dilipat
diletakkan di atas kaki kiri, tangan kanan di atas dan pegang tangan kiri dari belakang,
kemudian tarik dan tahan, pandangan lurus ke depan.
(10) Ardha Matsyendriyasana yaitu duduk dengan kaki lurus, kemudian lipat kaki kiri,
letakkan kaki kanan di samping kaki kiri, kemudian mulai tarik napas, pegang ujung
kaki kanan dengan tangan kiri, diikuti tangan kanan lipat ke belakang dan pandangan
lurus ke belakang sambil memutar pinggang dan menarik napas.
(11) Akarnadhanurasana yaitu teknik dengan posisi duduk kedua kaki lurus, pegang ibu
jari kaki kanan dengan tangan kiri kemudian ibu jari kaki kiri dipegang dengan tangan
kanan, diikuti dengan menarik napas dan mulai tarik kaki kanan sampai menyentuh
telinga, tahan sejenak kemudian kembali ke posisi awal. Demikian juga selanjutnya.
(12) Vajrasan yaitu sikap duduk bertimpuh di atas kedua telapak kaki.
(13) Ustrasana yaitu sikap duduk dalam posisi Vajrasana dengan posisi kedua kaki dan
lutut agak renggang, berdirilah di atas kedua lutut dan rentangkan kedua lengan ke
samping, mulailah tarik napas sambil miringkan tubuh ke belakang satu persatu tangan
menyentuh tumit, ulurkan leher ke belakang dan biarkan berat badan bertumpu pada
kedua lengan. Pada saat tubuh dalam posisi ke belakang tahan napas dan hembuskan
pada saat kembali ke posisi awal.
(14) Padmasana yaitu sikap duduk dalam posisi kedua kaki lurus, kemudian tarik kaki
kanan dan letakkan di atas paha kaki kiri, demikian juga kaki yang lainnya, kedua
tangan di letakkan di kedua lutut masing-masing dengan punggung leher tegak.
(15) Brahmacaryasana yaitu teknik duduk dengan posisi tumit kaki kanan berada di bawah
anus, letakkan kaki kiri di atas paha kanan, cakupkan tangan di depan dada, napas
normal. Lakukan demikian juga sebaliknya.
(16) Uttanapadasana yaitu sikap tubuh dalam posisi berbaring, kemudian kedua kaki
dirapatkan, letakkan tangan lurus di bawah pantat, telapak tangan menghadap ke
bawah, perlahan-lahan tarik napas kemudian tahan di perut sambil mengangkat kedua
kaki 30 derajat, tahan beberapa detik kemudian turunkakn kaki sambil
menghembuskan napas. Lakukan asana ini 2 sampai 3 kali.
(17) Sarvangsana yaitu sikap berbaring, kedua kaki diangkat ke atas dengan bantuan kedua
tangan di pinggang, pertahankan kaki tetap lurus, pada saat asana ini napas ditarik

26
IMPLIKASI ASTANGGA YOGA….
I Wayan Sudiarta ( 21-30 )

pada saat kaki diangkat ke atas, tahan beberapa detik, kemudian turunkan kaki dan
kembali pada posisi awal.
(18) Halasana yaitu posisi yang hampir mirip dengan sarvangasana akan tetapi kaki
dibawa ke belakang sampai ujung kaki menyentuh lantai. Dalam asana ini, pada
awalnya tarik napas, kemudian perlahan-lahan menghembuskan napas saat kaki sudah
menyentuh lantai dan tahan semampunya, saat kembali ke posisi awal tarik napas dan
mata dalam posisi terpejam. Jangan lakukan lebih dari satu kali.
(19) Pavanmuktasana yaitu posisi berbaring dan tekuk kaki kiri, pegang lutut kaki kiri
sambil menarik napas dan dagu menyentuh lutut, tahan napas sejenak, kemudian
kembali ke posisi awal.
(20) Cakrasana yaitu posis tidur kemudian tarik kaki maupun tangan, tarik badan ke atas
sambil tarik napas dalam bentuk setengah lingkaran. Tahan napas dalam posisi ini,
mata terpejam , dan pelan-pelan hembuskan napas untuk kembali pada posisi awal.
(21) Makarasana yaitu sikap tidur telungkup, kepala menghadap ke kanan atau kiri, kedua
tangan di depan kepala dengan telapak tangan menghadap ke bawah, dan kaki lurus ke
belakang, napas normal.
(22) Salabhasana yaitu sikap tidur posisi telungkup, letakkan kedua telapak tangan
menghadap ke bawah, di bawah paha, tarik napas tahan di dada dan perut, kemudian
angkat kedua kaki dengan sudut 30 derajat, tahan semampunya, perlahan hembuskan
napas dan kebali ke posisi awal.
(23) Sarpasana yaitu posisi tidur telungkup, rapatkan kaki dengan posisi lurus, taruh
tangan di samping dada, kemudian tarik napas, angkat badan sambil melihat ke atas.
Tangan harus tetap dalam posisi ditekuk, angkat badan hanya sampai pusar, atau
sedikit ke atas, tahan beberapa detik, hembuskan napas dan kembali ke posisi awal.
(24) Bhujangasana yaitu posisi yang hampir sama dengan sarpasana hanya saja kedua
tangan lurus dan badan naik semaksimal mungkin sampai pinggang, pandangan ke
atas.
(25) Dhanurasana yaitu teknik seperti busur panah,. Posisi badan tidur telungkup,
kemudian kaki ditekuk dan pegang pergelangan kaki dengan kedua tangan, tarik napas,
angkat kaki ke atas sampai badan melengkung seperi busur, hembuskan napas dan
kembali ke posisi awal.

Dari beberapa gerakan asana di atas dapat dipertegas bahwa gerakan asana ini terdiri
dari berbagai gerakan yang sangat baik bagi kesehatan tubuh. Gerakan-gerakan asana di atas
dapat dipilih sesuai dengan kemampuan setiap individu pelaksana yoga, ini dikarenakan
beberapa gerakan asana tersebut memiliki tingkat-tingkat kesukaran yang lumayan bagi setiap
kalangan. Pemilihan gerakan sangat diperlukan agar mengurangi resiko cedera dan untuk
mengoptimalkan manfaat dari pelaksanaan yoga terhadap kesehatan tubuh. Di samping
kesehatan tubuh, proses dari asana juga mengajarkan tentang pengendalian diri dan pikiran.
Dari tahapan-tahapan asana yang dijelaskan di atas tentu membuat orang yang melaksanakan
asana secara tidak langsug telah mengendalikan diri melalui pikirannya.

3.3.4. Pranayama
“pranyama adalah latihan pernapasan dalam yoga untuk mengawasi prana atau energi
yang bertujuan untuk membersihkan nadi ( urat-urat hastral dalam tubuh) dan mengendalikan
pikiran” (Dhamita, 2005 : 14). Lebih anjut Pranayama berasal dari kata “Prana” berarti napas,
energi dan “Ayam” berarti panjang atau memanjang. Pranayama adalah pelatihan pernapasan
dalam yoga sebagaimana dijelaskan dalam (Somvir, 2008 : 15). Sedangkan menurut Darmayasa
(2013 : 45) “pranayama adalah suatu ajaran untuk melatih pernapasan, menghimpun prana di
dalam tubuh”.
27
Volume 7, No. 1, April 2023 ISSN : (p) 2598-0203
(e) 2746-7066

Dari bebrapa pendapat di atas dapat dipertegas pranayama adalah suatu teknik olah
napas baik itu menarik napas, menahan napas, dan menghembuskannya, untuk menghimpun
prana (energi) yang bertujuan untuk membersihkan urat-urat hastral dalam tubuh, dan
mengontrol pikiral agar mampu mengendalikan hawa nafsu dalam diri dan emosi, selain itu
platihan pranayama sangat baik untuk mensuplai oksigen ke dalam tubuh.
Somvir (2008 : 15-21) menerangkan beberapa teknik dari pranayama yaitu sebagai
berikut:
(1) Teknik Bandha yaitu menahan atau mengencangkan.
(a) Jaladhara Bandha yaitu menarik napas kemudian tahan napas dengan
menundukkan kepala ke bawah dan menutup saluran tenggorokan.
(b) Uddiyana Bandha yaitu menarik perut ke dalam saat menarik napas, kemudian
menahan napas.
(c) Mula Bandha yaitu menutup organ anus dan organ reproduksi.
(2) Abhyantar Pranayama yaitu teknik dengan duduk bersimpuh, kedua tangan di atas
paha, kemudian tarik napas melalui kedua hidung sambil mengangkat kepala ke atas,
kemudian tahan napas beberapa waktu dan hembuskan. Saat menahan napas kepala
ditundukkan ke bawah.
(3) Bahyantar Pranayama yaitu teknik dengan duduk sikap bersimpuh, tangan di atas paha,
kemudian tarik napas melalui ke dua hidung, hembuskan napas sampai habis lalu tahan
sesuai kemampuan dan sambil melakukan tiga bandha. Ulangi sebanyak 3 kali.
(4) Surya Bhedi Pranayama yaitu teknik dengan sikap bersimpuh, kedua tangan di atas
paha, tutup lubang hidung kanan dengan ibu jari tangan kanan, tarik napas melalui
hidung kiri, tahan beberapa waktu, hembuskan melalui lubang hidung kanan dengan
menutup hidung kiri, ulangi sampai 3 kali, dan lakukan hal sebaliknya 3 kali. Tetap
diikuti dengan teknik tiga bandha.
(5) Anulom Vilom Pranayama yaitu teknik yang hampir sama dengan suryabhedi. Tutup
lubang hidung kanan dengan ibu jari tangan kanan, tarik napas melalui hidung kiri,
tanpa menahan napas kemudian hembuskan melalui hidung kanan dengan menutup
hidung kiri, kemudian lakukan sebaiknya. Lakukan 1-3 menit setiap tahap dan sambil
melakukan mula bandha.
(6) Bhastrika Pranayama (So-Ham) yaitu teknik dengan sikap duduk bersimpuh, kepalkan
kedua tangan letakkan sejajar bahu, luruskan ke atas dan tarik kembali ke bawah, saat
tangan ke atas ucapkan So dan saat ke bawah ucapkan Ham lakukan sebanyak 3 kali,
dengan posisi yang sama ucapkan So-Ham diganti dengan napas masuk dan keluar,
mengikuti irama gerak tangan. Tahapan ini dilakukan dengan tiga tahap mulai dari
pelan, kedua lebih cepat, dan ketiga dengan cepat. Tetap diikuti dengan tiga bandha.
(7) Kapalbhati Pranayama caranya duduk dengan posisi bersimpuh, tarik perut ke dalam
dengan bantuan tangan sambil menghembuskan napas melalui hidung dengan bersuara,
tapi saat menarik napas tanpa bersuara, lakukan terus menerus selama 1 menit.
Pranayama ini harus didampingi oleh guru yang sudah profesional.
(8) Brahmari Pranayama caranya duduk bersimpuh tutup kedua telinga dengan ibu jari,
tarik napas dalam-dalam melalui kedua lubang hidung, hembuskan napas dengan
dengan lembut sambil mengeluarkan suara seperti seekor lebah secara berturut-turut 3-
6 kali. Saat berhenti bersuara tetap tutup telinga dan dengarkan suara yang ada di dalam
badan. Lakukan sebanyak 3 kali.

28
IMPLIKASI ASTANGGA YOGA….
I Wayan Sudiarta ( 21-30 )

3.3.5. Pratyahara
“Pratyahara berarti penyaluran arus alat-alat indra dari berbagai-bagai jurusan ke arah
tuhan” (Saraswati, 1979 : 220). Sedangkan menurut Pendit (2007 : 116) “pratyahara adalah
menarik panca indra dari objek-objek penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, dan
perabaan”. Lebih lanjut Suta Susila (2011 : 36) medefinisikan “pratyahara yaitu menarik
keinginan daripada objeknya, keinginan ini bersumber dari indria yang selalu mengejar
objeknya, karenanya perlu di kendalikan sehingga menuju ke dalam kesadaran rohani atau
alam citta (pikiran)”.
Dari pendapat di atas dapat dipertegas bahwa pratyahara merupakan pengendalian
daripada panca indra baik itu penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, dan peraba agar
mampu dikendalikan dan dipergunakan ke hal-hal yang baik, bukan malah mengikuti hawa
nafsu yang akan menjerumuskan diri ke ha-hal yang tidak baik.

3.3.6. Dharana
“Dharana merupakan pemusatan atau konsentrasi chita (pikiran)” (Saraswati, 1979 :
220). Menurut Sivananda (2003 : 208) “dharana adalah usaha untuk memusatkan pikiran
secara mantap pada suatu objek”. Lebih lanjut Pendit (2007 : 116) mengartikan “darana
sebagai disiplin mental, dengan jalan memusatkan pikiran pada objek tertentu”.
Jadi pada dasarnya dharana dapat diartikan sebagai pemusatan pkiran pada objek yang
bersifat luhur dalam artian yaitu Tuhan Yang Maha Esa pemusatan pikiran ini dengan
mengendalikan pikiran terhadap pengaruh seperti sifat sattwam, rajas dan tamas agar mampu
diarahkan ke hal yang positif. Sattwam sendiri bias diartikan sebagai sifat yang baik seperti
arif bijaksana, lemah lembut, dan jujur. Rajas dapat diartikan sebagai kemarahan dan nafsu.
Tamas dapat diartikan sebagai sifat malas. Sivananda (2003 : 1995) mendefinisikan sattwam
sebagai kemurnian ,keselarasan, rajas berarti nafsu dan tamas berarti lamban, kemalasan dan
tanpa kegiatan.

3.3.7. Dhyana
“Dhyana merupakan pemusatan yang terus menerus tanpa henti dari pikiran terhadap
objek” (Sivananda (2003 :208). Menurut Pendit (2007 : 117) “dhyana berarti meditasi yang
lebih tinggi dan lebih lanjut tanpa henti dan tanpa gangguan menuju renungan pada pusat
pikiran sebagai titik akhir”. Lebih lanjut Suta Susila (2011 : 41) menjelaskan “dhyana adalah
arus pikiran menuju objeknya tidak putus-putus sehingga mencapai suatu kosentrasi yang
kokoh tidak tergoyahkan”.
Jadi dari bebrapa penjelasan di atas, maka dapat dipertegas dhyana merupakan sebuah
renungan mendalam dan pemusatan pikiran yang menyebar menjadi terfokus terhadap sebuah
objek secara kokoh dalam hal ini yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan sifat sattwam, rajas dan
tamas dalam diri sudah dapat terkontrol dengan baik.

3.3.8. Samadhi
“Samadhi adalah persatuan sempurna dari yang dicintai, pecinta dan kecintaan, suatu
keadaan kelupaan segalanya, suatu keadaan peresapan sempurna, suatu keadaan identifiksi
(penyamaan)” (Saraswati, 1979 : 238-239 ). Menurut Sivananda (2003 : 208) “samadhi adalah
pemusatan pikiran terhadap objek dengan intensitas kosentrasi demikian rupa sehingga
menjadi objek itu sendiri”. Lebih lanjut Pendit (2007 : 117) “samadhi berarti pikiran
tenggelam pada objek yang direnungkan”.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat dipertegas arti dari samadhi yaitu
kosentrasi penuh yang melebihi daripada dhyana dan semua panca indra dan sifat satwam,
rajas, dan tamas, sudah melebur menjadi terfokus kepada sebuah objek yang dalam hal ini

29
Volume 7, No. 1, April 2023 ISSN : (p) 2598-0203
(e) 2746-7066

yaitu dapat diartikan sebagi Tuhan Yang Maha Esa, dan mulai menyadari konsep tuhan dala
diri pada saat ini alam pikiran sudah berada di bawah alam sadar, antara alam pikiran napas
dan tubuh sudah tercipta keselarasan dan mulai merasakan tingkat kenyamanan spiritual yang
paling tinggi. Ini merupakan tujuan terakhir daripada dilaksanakannya ajaran yoga menurut
Agama Hindu.

IV. SIMPULAN
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Implikasi Astangga Yoga Terhadap
Pengendalian Diri sebagai berikut.
(1) Yama bagian pertama dari astangga yoga yang berisikan mengenai pengendalian
terhadap diri dari pengaruh-pengaruh kurang baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar
yang tertuang dalam ajaran Panca Yama Brata dan Dasa Yama Brata; (2) Niyama memupuk
kebiasaan-kebiasaan baik dari dalam diri yang tertuang dalam bentuk ajaran Panca Niyama
Brata dan Dasa Niyama Brata; (3) Asana gerakan untuk memijat organ-organ tubuh, yang
dikombinasikan dengan pernapasan serta melatih pengendalian-pengendalian pikiran dan
melatih kosentrasi agar mampu menjaga kesehatan badan jasmani dan rohani agar nantinya
mampu menciptakan individu yang sehat secara fisik dan memiliki karakter dan kepribadian
yang baik; (4) Pranayama adalah suatu teknik olah napas baik itu menarik napas, menahan
napas, dan menghembuskannya, untuk menghimpun prana (energi) yang bertujuan untuk
membersihkan urat-urat hastral dalam tubuh, dan mengontrol pikiral agar mampu
mengendalikan hawa nafsu dalam diri dan emosi; (5) Pratyahara merupakan pengendalian dari
pada panca indra baik itu penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, dan peraba agar
mampu dikendalikan dan dipergunakan ke hal-hal yang baik; (6) Dharana pemusatan pikiran
ini dengan mengendalikan pikiran terhadap pengaruh seperti sifat sattwam, rajas dan tamas
agar mampu diarahkan ke hal yang positif; (7) Dhyana sebuah renungan mendalam dan
pemusatan pikiran yang menyebar menjadi terfokus terhadap sebuah objek secara kokoh dalam
hal ini yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan sifat sattwam, rajas dan tamas dalam diri sudah dapat
terkontrol dengan baik; (8) Samadhi mulai menyadari konsep tuhan dalam diri pada saat ini
alam pikiran sudah berada di bawah alam sadar, antara alam pikiran napas dan tubuh sudah
tercipta keselarasan dan mulai merasakan tingkat kenyamanan spiritual yang paling tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Ananda Marga.2003.Yoga Jalan Tantra..Jakarta Barat: Ananda Marga Publikasi.
Darmayasa, I Gede Sukra. 2013. Belajar Yoga Asanas Untuk Kesehatan Jasmani Dan
Rohani.Denpasar: Pustaka Bali Post.
Madja. 2020. Makna Astangga Yoga Patanjali. Denpasar: IHDN Denpasar.
Oka, Gede Nyoman Jelantik.2009.Sanatana Hindu Dharma.Denpasar: Widya Dharma
Denpasar.
Pendit, N. S..200.Filsafat Hindu Dharma Sad-Darsana.Denpasar: Pustaka Bali Post.
Sani, Rachman.2003.Yoga Untuk Kesehatan.Semarang: Dahara Prize.
Saraswati, Swami Satya Prakas.1979.Patanjali Raja Yoga.Diterjemahkan oleh: Mayor Polak J.
B. A. E. F.. Surabaya: Paramita.
Sivananda, Sri Swami.2003.Intisari Ajaran Hindu.Diterjemahkan oleh: Yayasan Sanatana
Dharmasrama.Surabaya: Paramita.
Somvir.2008.Mari Beryoga.Denpasar: Bali-India Fouderation.
Tim Penyusun.2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.Jakarta: Jalal Pustaka.
Tim Penyususn.2001.Kamus Sansekerta-Indonesia.Provinsi Bali: Proyek Peningkatan Sarana
Dan Prasarana Kehidupan Beragama.

30

Anda mungkin juga menyukai