Reproduksi generatif sel-sel kelamin (gamet) merupakan mata rantai penghubung antara induk dan
keturunannya. Dengan demikian, gamet inilah yang membawa sifat yang diwariskan induk kepada
keturunannya. Ovum dan sperma memberikan saham yang sama dalam mewariskan sifat-sifat menurun.
Orang yang pertama kali mendalami pola-pola hereditas adalah Sutton. Pendapat Sutton tentang pola-pola
hereditas adalah sebagai berikut.
a. Jumlah kromosom yang dikandung ovum atau sperma adalah sama, yaitu masing-masing setengah jumlah
yang dikandung oleh setiap sel tubuh.
b. Organisme yang tumbuh dan berkembang dari hasil pembuahan bersifat diploid (2n), artinya setiap selnya
mengandung 2 perangkat kromosom, seperti halnya sel tubuh.
c. Dalam meiosis, kedua perangkat kromosom itu memisah dan mengelompok secara bebas dengan kromosom
lainnya yang bukan homolognya.
d. Meskipun mengalami mitosis dan meiosis bentuk dan identitas setiap kromosom adalah tetap serta gen
sebagai kesatuan faktor menurun adalah mantap.
Pola-pola pewarisan sifat juga berlaku pada manusia, baik sifat fisik, fisiologis, maupun psikologis. Penelitian
terhadap pola-pola pewarisan sifat pada manusia tidak persis sama dengan penyelidikan pola pewarisan sifat
pada hewan maupun tumbuhan. Saat Mendel ingin mengetahui pewarisan sifat pada kacang ercis, ia dapat
menyilangkan kacang-kacang tersebut sesuka hatinya. Setelah disilangkan, tumbuhan tersebut akan segera
menghasilkan biji yang dapat ditanam, lalu tumbuh lagi dan diamati sifat-sifatnya. Pengamatan dari satu
generasi ke generasi berikutnya dapat dilakukan dengan mudah, karena tanaman tersebut tumbuh dan berbunga
dengan cepat. Namun bagaimana dengan manusia? Perkawinan manusia adalah hal yang sakral, sehingga tidak
mungkin mengawinkan manusia sesuka peneliti. Dari segi waktu generasi, lama hidup objek (manusia) sama
dengan lama peneliti, sehingga tidak mungkin dilakukan pengamatan dari lahir sampai dewasa. Selain itu,
banyaknya keturunan yang dihasilkan tidak mungkin sebanyak pada tumbuhan atau hewan. Oleh karena itu,
dalam penelitian hereditas pada manusia digunakan alat bantu yang disebut diagram silsilah (pedigree).
Pada umumnya, penyakit menurun dikendalikan oleh gen gen resesif yang tidak menampakkan fenotipnya. Jika
gen resesif terdapat pada kromosom Y, maka fenotipnya akan tampak pada anak laki-laki, sedangkan pada anak
wanita tidak muncul. Tetapi, pada wanita baru akan menampakkan fenotipnya dalam keadaan homozigot
resesif, yaitu gen resesif terdapat di kedua kromosom X. Misalmya, X bXb (wanita penderita buta warna).
Diagram Silsilah
Diagram silsilah (pedigree) dapat didefinisikan sebagai suatu diagram yang menunjukkan hubungan
kekerabatan dan riwayat medis dalam sebuah keluarga, yang disusun menggunakan simbol dan terminologi
tertentu. Melalui pembuatan diagram silsilah, seorang ahli genetik dapat:
memprediksi gen yang menyebabkan suatu kelainan genetik
menjelaskan pada suatu pasangan tentang seberapa jauh resiko memperoleh keturunan yang akan menderita
kelainan genetik
memberikan gambaran yang jelas pada suatu pasangan tentang beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
menghindari atau meminimalkan timbulnya resiko kelainan genetik pada keturunannya
Agar dapat membaca diagram silsilah, kita lihat dulu simbol-simbol yang lazim digunakan dalam diagram
silsilah, yakni sebagai berikut:
Ada lima pola pewarisan sifat yang akan dibahas di sini, yakni autosomal dominan, autosomal resesif, terpaut
kromosom X dominan, terpaut kromosom X resesif, dan terpaut kromosom Y. Kelainan bawaan yang tertaut
kromosom tubuh ada yang bersifat resesif dan ada yang bersifat dominan. Kelainan-kelainan ini memiliki
tingkat keparahan yang berbeda-beda mulai dari sifat yang relatif tidak berbahaya seperti albinisme atau albino
(tidak memiliki pigmen kulit) hingga ke keadaan yang mengancam kehidupan seperti fibrosis kistik. Untuk
jelasnya, silakan Anda pelajari uraiannya berikut ini.
Gambar 5. Sifat autosomal dominan yang berupa widow’s peak, achondroplasia, dan progeria
Bagaimana diagram di atas dapat dijelaskan? Individu I-1 dapat bergenotip XDXD maupun XDXd , menikah
dengan individu I-2 bergenotip XdY, dan memiliki keturunan II-2 bergenotip XDY. Pernikahan II-2 dengan
II-1 yang bergenotip XdXd menghasilkan keturunan laki-laki bergenotip XdY (normal, III-2, 3, 5, 6, 7, 9, 11,
12, 13) dan perempuan XDXd (memiliki sifat, III-1, 4, 8, dan 10). Karena seseorang yang memiliki minimal
satu alel XD akan memiliki sifat, maka dikatakan pewarisannya mengikuti pola terpaut X-dominan.
Dari gambar di atas, kita lihat bahwa individu II-2 dan II-7 memiliki sifat, yang berasal dari I-2, sehingga
dapat disimpulkan bahwa I-2 merupakan carrier. Perkawinan pria yang memiliki sifat (II-2 dan II-1, II-7 dan
II-8) menghasilkan keturunan laki-laki normal (III-4 dan III-10), sedangkan perkawinan wanita carrier (II-4)
dan laki-laki normal (II-5) menghasilkan keturunan seperti perkawinan I-1 dan I-2. Dapat dibuktikan bahwa
individu dengan sifat tersebut (II-2,7, III-7, IV-2,6,7) orangtuanya tidak memiliki sifat tersebut. Sebagai
catatan, lambang untuk individu carrier tidak digunakan dalam soal karena langsung menunjukkan pola
pewarisan sifat tersebut. Dari peta silsilah di atas tidak terlihat seorangpun individu perempuan yang terkena.
Mengapa bisa demikian? Ingat bahwa individu perempuan yang memiliki sifat tersebut hanya dapat terjadi
bila seorang laki-laki dengan sifat tersebut menikahi seorang perempuan pembawa sifat (carrier). Sifat dan
kelainan pada manusia yang diatur oleh gen resesif terpaut kromosom X antara lain:
a. Butawarna
Kelainan buta warna ditentukan oleh gen resesif yang terpaut seks (terpaut kromosom X). Penyakit buta
warna dapat dibedakan menjadi 2 macam.
1) Buta warna parsial (sebagian), yaitu seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu saja. Misalnya,
buta warna merah dan buta warna hijau.
2) Buta warna total, yaitu orang yang tidaka dapat membedakan semua jenis warna. Alam ini hanya
tampak seperti film hitam putih saja.
Karena sifat buta warna terpaut kromosom X, kemungkinan genotip orang yang norma dan buta warna
dapat dipelajari pada diagram berikut ini. Apabila gen yang menimbulkan pigmen merah diberi simbol
M1 dan M2, alel yang mengakibatkan tidak terbentuknya warna diberi simbol m1 dan m2, maka dapat
digambarkan dalam diagram persilangan sebagai berikut.
Berdasarkan tabel, wanita karier (berfenotip normal) yang memiliki genotip XHXh dapat menghasilkan
dua macam ovum, yaitu ovum XH dan ovum Xh. Jika wanita ini menikah dengan laki- laki normal (XHY),
maka kemungkinan ada anak laki-laki menderita hemofilia dan anak laki-laki normal. Contoh yang paling
terkenal adalah riwayat hemofilia pada keluarga kerajaan Inggris seperti pada peta sililah pada gambar.
5. Pewarisan Terpaut-Y
Pada manusia, kromosom Y hanya dimiliki oleh individu laki-laki, sehingga pewarisan sifat ini hanya
berlangsung dari seorang ayah kepada anak laki-lakinya.
Beberapa sifat yang diatur oleh gen-gen pada kromosom Y antara lain sebagai berikut:
a. Hipertrikosis merupakan kelainan tumbuhnya rambut pada bagian tertentu di tepi daun telinga.
b. Tumbuhnya kulit di antara jari-jari kaki, sehingga mirip dengan kaki katak atau itik.
1. Sistem A, B, O
Menurut Landsteiner (1900), golongan darah manusia dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu A, B, AB,
dan 0. Penggolongan darah sistem ABO berdasarkan ada tidaknya antigen-antibodi di dalam seseorang.
Antigen (zat asing) yang dibentuk berupa aglutinogen (zat yang digumpalkan), sedangkan antibodi (pelawan
antigen) yang dibentuk berupa aglutinin (zat yang menggumpalkan). Baik zat yang menggumpalkan maupun
yang digumpalkan merupakan suatu protein. Untuk lebih jelasnya, silakan Anda pelajari tabel berikut ini.
Keterangan:
1. Golongan darah A mempunyai aglutinogen A dan aglutinin β.
2. Golongan darah B mempunyai aglutinogen B dan aglutinin α
3. Golongan darah AB mempunyai aglutinogen AB dan tidak memiliki aglutinin.
4. Golongan darah 0 tidak memiliki aglutinogen AB tetapi memiliki aglutinin α β.
Genotip golongan darah sistem AB0 dapat dipelajari pada diagram berikut ini.
Gambar 14. Contoh-contoh Kasus Pernikahan Darah Sistem ABO dan Keturunannya
2. Sistem MN
Setelah ditemukan golongan darah A, B, AB, dan 0, Landsteiner dan Levin menemukan golongan darah M,
N, dan MN (1927). Dasar penggolongannya adalah adanya antigen (suatu protein asing) di dalam sel darah
merah (eritrosit). Jika eritrosit seseorang mengandung antigen M, maka darahnya bergolongan M. Jika
eritrosit seseorang mengandung antigen N, maka darahnya bergolongan N. Sedangkan jika eritrosit
seseorang mengandung antigen MN, maka darahnya bergolongan MN. Golongan darah M, N, dan MN tidak
menimbulkan penggumpalan pada darah manusia, karena darah manusia tidak membentuk zat anti M dan
anti N. Penggumpalan akan terjadi apabila antigen tersebut (M, N, dan MN) disuntikkan ke tubuh kelinci.
Menurut penelitian, keberadaan antigen itu ditentukan oleh suatu gen yang memiliki dua alel. Dengan
Bagaimanakah hubungannya dengan golongan darah AB0? Ternyata, pada semua golongan darah ditemukan
golongan darah golongan darah MN. Jadi, golongan darah A ada kemungkinan memiliki golongan darah M,
N, atau MN. Demikian pula, golongan darah B dan 0. Misalnya, orang bergolongan darah A, M mempunyai
genotip IAIA, LMLM. Golongan darah B, M memiliki genotip IBIB, LMLM. Golongan darah A, N memiliki
genotip IAIA, LNLN, dan seterusnya. Untuk menentukan keturunan golongan darah, sering digunakan analisis
dengan sistem gabungan AB0 dan MN. Misalnya, ada seorang anak yang mengaku sebagai anak dari suatu
keluarga untuk mendapatkan warisan. Anak tersebut bergolongan darah 0, M, sedangkan ayahnya
bergolongan darah A, N dan ibunya bergolongan darah B, M. Bagaimanan untuk menunjukkan
kebenarannya?
Jadi, bagaimana kesimpulan Anda? Perlu diketahui bahwa penentuan golongan darah untuk mengetahui
keturunannya tidak dapat dijamin seratus persen kebenarannya. Jadi, untuk memastikan kebenarannya
diperlukan analisis DNA.