Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Tentang
UDANG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
1. NURWAHIDAH
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
KELAS : XI IPS 1

DIBIMBING OLEH:

MAN 2 KOTA BIMA


TAHUN AJARAN 2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang udang.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang udang ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bima, Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Udang ................................................................................................... 2
B. Klasifikasi udang ................................................................................................... 2
C. Manfaat Udang ....................................................................................................... 2
D. Teknis Budidaya Udang ......................................................................................... 3
E. Resep Udang .......................................................................................................... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................ 20
B. Saran ...................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 21


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu
tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas. Permintaan konsumen
dunia terhadap udang rata‐rata naik 11,5% per tahun. Walaupun masih banyak kendala,
namun hingga saat ini negara produsen udang yang menjadi pesaing baru ekspor udang
Indonesia terus bermunculan. Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun
1980-an, dan mencapai puncak produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga pada kurun waktu
tersebut udang windu merupakan penghasil devisa terbesar pada produk perikanan. Selepas
tahun 1995

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Udang?
2. Bagaimana Klasifikasi udang?
3. Apa Manfaat Udang?
4. Bagaimana Teknis Budidaya Udang?
5. Bagaimana Resep Udang?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tentang Pengertian Udang
2. Untuk menjelaskan tentang Klasifikasi udang
3. Untuk menjelaskan tentang Manfaat Udang
4. Untuk menjelaskan tentang Teknis Budidaya Udang
5. Untuk menjelaskan tentang Resep Udang
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Udang
Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13 (5 ruas
kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut
eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang
laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar
sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga
Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid.
Udang laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang bisa disebut udang penaeid oleh para
ahli.

B. Klasifikasi udang adalah sebagai berikut:


Klas : Crustacea (binatang berkulit keras)
Sub‐klas : Malacostraca (udang‐udangan tingkat tinggi)
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda (binatang berkaki sepuluh)
Sub‐ordo : Natantia (kaki digunakan untuk berenang)
Famili : Palaemonidae, Penaeidae

C. Manfaat Udang
Udang merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu 21%, dan
rendah kolesterol, karena kandungan lemaknya hanya 0,2%. Kandungan vitaminnya dalam
100 gram bahan adalah vitamin A 60 SI/100; dan vitamin B1 0,01 mg. Sedangkan kandungan
mineral yang penting adalah zat kapur dan fosfor, masing-masing 136 mg dan 170 mg per
100 gram bahan.
Udang dapat diolah dengan beberapa cara, seperti beku, kering, kaleng, terasi, krupuk,
dll. 3) Limbah pengolahan udang yang berupa jengger (daging di pangkal kepala) dapat
dimanfaatkan untuk membuat pasta udang dan hidrolisat protein. Limbah yang berupa kepala
dan kaki udang dapat dibuat tepung udang, sebagai sumber kolesterol bagi pakan udang
budidaya.
Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara maju sudah
dapat dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi, tekstil, kertas, pangan,
dll.
Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam industri kain,
karena tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna dengan sifatnya yang tidak
mudah larut dalam air.

D. Teknis Budidaya Udang


1. Teknis Budidaya
Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai
tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu menahan air
dan tidak mudah pecah. Air yang baik yaitu air payau dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu
optimal 26 – 300C dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya.
 Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah.
 Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-
lain.
 Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau mempunyai
Generator sendiri.

2. Tipe Budidaya.
Berdasarkan letak, biaya dan operasi pelaksanaannya, tipe budidaya dibedakan
menjadi :
 Tambak Ekstensif atau tradisional.
Petakan tambak biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau.
Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum meggunakan pupuk dan obat-obatan dan
program pakan tidak teratur.
 Tambak Semi Intensif. Lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur
tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih rendah,
penggunaan pakan buatan masih sedikit.
 Tambak Intensif.
Lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan
dibuat kecil untuk efisiensi pengelolaan air dan pengawasan udang, padat tebar tinggi,
sudah menggunakan kincir, serta program pakan yang baik.
3. Benur / BIBIT
4. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan, meliputi :
 Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa
lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran
tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang.
Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau
penyedotan dengan pompa air/alkon.
 Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau
dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada
pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena
terkena sinar matahari/ultra violet.
 Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit
penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 1
ton/ha.
 Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-
pecah, untuk membunuh bibit penyakit.
 Perlakuan pupuk TON ( Tambak Organik Nusantara ). Untuk mengembalikan
kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan alami/plankton dan
menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberi perlakuan TON dengan dosis 5
botol/ha untuk tambak yang masih baik atau masih baru dan 10 botol TON untuk areal
tambak yang sudah rusak. Caranya masukkan sejumlah TON ke dalam air, kemudian
aduk hingga larut. Siramkan secara merata ke seluruh areal lahan tambak.

5. Pemasukan Air
Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama
setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton
tumbuh setelah dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm.
Perlakuan Saponen bisa dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk
menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau Zeolit
dengan dosis 600 kg/ha.
6. Penebaran Benur.
Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai
dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati,
karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Tahap penebaran
benur adalah :
 Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30 menit, agar terjadi
penyesuaian suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.
 Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan
terapung selama 15 30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara
dalam air di plastik.
 Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke
dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi percampuran air yang berbeda
salinitasnya, sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
 Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak.
Biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, dapat
dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.

7. Pemeliharaan.
Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau
hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan
perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang
diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan
dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis.
Untuk menjaga kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi perlakuan TON dengan
dosis 1 – 2 botol TON/ha untuk menumbuhkan dan menyuburkan plankton serta menetralkan
bahan-bahan beracun dari luar tambak.
Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui pekembanghan udang
melalui pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai
size (jumlah udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari sekali.
Produksi bahan organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi,
oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan
dosis 400 kg/ha. Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan
TON.
Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air
dan kontrol terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkkan kondisi air yang jelek (ditandai
dengan warna keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan
TON 1-2 botol/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi,
menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang
mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-
sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme.

8. Panen.
Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan
karena terserang penyakit (panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan pada umur
kurang lebih 120 hari, dengan size normal rata-rata 40 – 50. Sedang panen emergency
dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya
SEMBV/bintik putih). Karena jika tidak segera dipanen, udang akan habis/mati.
Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit keras,
bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan udang pada
saat panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan tangan. Saat
panen yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari
sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.

9. Pakan Udang.
Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput
kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk).
Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi intensif apalagi
intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan
alami yang ada tidak akan cukup yang mengakibatkan pertumbuhan udang terhambat dan
akan timbul sifat kanibalisme udang.
Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan
udang yang normal.
a. Umur 1-10 hari pakan 01
b. Umur 11-15 hari campuran 01 dengan 02
c. Umur 16-30 hari pakan 02
d. Umur 30-35 campuran 02 dengan 03
e. Umur 36-50 hari pakan 03
f. Umur 51-55 campuran 03 dengan 04 atau 04S
(jika memakai 04S, diberikan hingga umur 70 hari).
g. Umur 55 hingga panen pakan 04, jika pada umur 85 hari size rata-rata mencapai 50
digunakan pakan 05 hingga panen. Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor
adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai
umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah pakan di ancho 10% dari pakan
yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 adalah 3 jam, size 166-66
adalah 2,5 jam, size 66-40 adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari
pemberian.
Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap
dalam pakan. Untuk itu, pakan harus dicampur dengan POC NASA yang
mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5
cc/kg pakan untuk umur dibwah 60 hari dan setelah itu 10 cc/kg pakan hingga panen.
Teknik Budidaya Udang Windu

10. Pemilihan lokasi budidaya


Pantai merupakan daerah terendah dari suatu aliran sungai. Akibatnya, kualitas air
tawardi daerah hilir atau di lokasi tambak menjadi rawan terhadap pengaruh negatif dari
daerahhulu, seperti endapan sedimen, hanyutan peptisida, dan polutan industri atau
polutanrumah tangga. Dengan kata lain, pengelolaan air yang tidak baik di daerah hulu
dapatberakibat buruk pada daerah hilir. Persoalan ini menunjukkan bahwa pengelolaan
daerahpantai tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan daerah hulu. Karena itu
pembangunantambak budidaya udang windu hendaknya didukung oleh persyaratan seperti
berikut ini.1.Tambak dibangun di luar wilayah padat penduduk dan industry-industri.Lokasi
tambak bukan kawasan hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutanproduksi.3.Tambak
memiliki sumber air yang memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya.4.Tambak memiliki
saluran irigasi yang memenuhi syarat agar air tersedia secarateratur, memadai, dan
terjamin.5.Sumber air tawar tidak berasal dari air tanah (sumur bor) karena penggunaan
airtanah dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerugian, yakni terjadinya instrusi airlaut
(peresapan air laut ke perairan tawar) yang menyebabkan terjadinva penurunanpermukaan
tanah.
11. Pemilihan induk
Induk betina yang dipilih harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:1.Berat lebih
dari 50 gram2.Kandungan telur tinggi3.Sudah matang telur (terlihat dari warna abu-abu di
punggung)4.Bentuk tubuh normal, tidak cacat5.Bersih dari kotoran dan parasit.Sedangkan
persyaratan induk jantan adalah sebagai berikut:1.Berat lebih dari 40 gram2.Kaki jalan kedua
tidak terlau besar3.Tidak agresif 4.Bentuk tubuh normal, tidak cacat5.Bersih dari kotoran dan
parasit.

12. Pakan induk


Udang windu bersifat nocturnal, artinya aktif mencari makan dan beraktivitas pada
malamhari atau pada suasana gelap. Sebaliknya, pada siang hari aktivitasnya menurun dan
lebihbanyak membenamkan dirinya di dalam lumpur atau pasir. Makanan udang
windubervariasi, baik jenis maupun komposisinya, tergantung dari umurnya. Namun,
umumnyaudang bersifat karnivora (pemakan hewan). Makanannya berupa hewan-hewan
kecil, seperti invertebrata (hewan tidak bertulang belakang) air, udang kecil, kerang
(bivalvae),dan ikan kecil. Udang yang dibudidayakan di tambak bisa diberi pelet. Induk
udangmemerlukan makanan alami yang mempunyai kandungan kolesterol tinggi yang
berasaldari kerang-kerangan dan krustase lain (kepiting). Jenis makanan ini diperlukan
untukmempercepat proses pematangan telur.

13. Teknik pemijahan


Di alam, udang windu muda banyak ditemukan di perairan payau dengan salinitas
rendah,seperti di muara sungai tempat pertemuan antara air laut dan air tawar. Setelah
dewasakelamin, udang windu akan menuju perairan laut dalam yang kondisi airnya jernih
dantenang dan menjadikan tempat tersebut untuk berkembang biak. Kondisi yang demikian
juga diperlukan jika udang windu dipijahkan di luar habitat aslinya Misalnya
ditempatpembenihan (hatchery ) udang windu. Pemijahan udang windu sebenarnya tidak
jauhberbeda dengan pemijahan ikan.Udang windu akan matang kelamin pada umur 1,5 tahun
dan siap melakukan tugasnya untuk berkembangbiak. Pada saat itu, berat tubuhnya mencapai
90-120 gram/ekor.Perkawinan udang windu umumnya berlangsung pada malam hari. Ada
kecenderungan,pada saat bulan purnama terjadi pemijahan massal udang windu yang sudah
matangkelamin.Pemijahan terjadi tatkala udang jantan mengeluarkan spermatozoa dari alat
kelamin jantan (petasma) kemudian memasukannya ke dalam alat
kelamin (telichum) udangbetina. Setelah terjadi kontak langsung, induk betina akan
nengeluarkan set telur sehinggaterjadilah pembuahan. Telur hasil pembuahan ini akan
melayang di dasar perairan lautdalam. Selanjutnya, telur yang sudah menetas akan menjadi
larva yang bersifat planktonik(melayang) dan akan naik ke permukaan air. Dalam satu kali
musim pemijahan, seekorinduk betina menghasilkan telur sebanyak 200.000-500.000
butir.Setelah telur menetas, larva udang windu mengalami perubahan bentuk beberapa kalI
seperti berikut ini.
a. Periode
nauplius atau periode pertama larva udang. Periode ini dijalani selama 46-50 jam dan
larva mengalami enam kali pergantian kulit.
b. Periode
Zoea atau periode kedua. Periode ini memerlukan waktu sekitar 96-120 jam dan pada saat
itu larva mengalami tiga kali pergantian kulit.
c. Periode
Mysis atau periode ketiga. Periode ini memerlukan waktu 96-120 jam danlarva
mengalami pergantian kulit sebanyak tiga kali.4.Periode post larva (PL) atau periode
keempat. Udang windu mencapai sub-stadiumpost larva sampai 20 tingkatan. Ketika
mencapai periode ini, udang lebih menyukaiperairan payau dengan salinitas 25-35
ppt.5.Periode juvenil atau periode kelima. Juvenil merupakan udang muda yangmenyukai
perairan dengan salinitas 20-25 ppt. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Syarat konstruksi tambak:
1) Tahan terhadap damparan ombak besar, angin kencang dan banjir. Jarak minimum
pertambakan dari pantai adalah 50 meter atau minimum 50 meter dari bantara sungai.
2) Lingkungan tambak beserta airnya harus cukup baik untuk kehidupan udang sehingga
dapat tumbuh normal sejak ditebarkan sampai dipanen.
3) Tanggul harus padat dan kuat tidak bocor atau merembes serta tahan terhadap erosi
air.
4) Desain tambak harus sesuai dan mudah untuk operasi sehari-hari, sehingga
menghemat tenaga.
5) Sesuai dengan daya dukung lahan yang tersedia.
6) Menjaga kebersihan dan kesehatan hasil produksinya.
7) Saluran pemasuk air terpisah dengan pembuangan air.
Teknik pembuatan tambak dibagi dalam tiga sistem yang disesuaikan dengan
letak, biaya, dan operasi pelaksanaannya, yaitu tambak ekstensif, semi intensif,
dan intensif.
1) Tambak Ekstensif atau Tradisional
Dibangun di lahan pasang surut, yang umumnya berupa rawa-rawa bakau, atau rawa-
rawa pasang surut bersemak dan rerumputan.
 Bentuk dan ukuran petakan tambak tidak teratur.
 Luasnya antara 3-10 ha per petak.
 Setiap petak mempunyai saluran keliling (caren) yang lebarnya 5-10 m di
sepanjang keliling petakan sebelah dalam. Di bagian tengah juga dibuat caren dari
sudut ke sudut (diagonal). Kedalaman caren 30-50 cm lebih dalam dari bagian
sekitarnya yang disebut pelataran. Bagian pelataran hanya dapat berisi sedalam
30-40 cm saja.
 Di tengah petakan dibuat petakan yang lebih kecil dan dangkal untuk mengipur
nener yang baru datang selama 1 bulan.
 Selain itu ada beberapa tipe tambak tradisional, misalnya tipe corong dan tipe
taman yang dikembangkan di Sidoarjo, Jawa Timur.
 Pada tambak ini tidak ada pemupukan.
2) Tambak Semi Intensif
 Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang dengan luas 1-3 ha/petakan.
 Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran (outlet)
yang terpisah untuk keperluan penggantian air, penyiapan kolam sebelum ditebari
benih, dan pemanenan.
 Suatu caren diagonal dengan lebar 5-10 m menyerong dari pintu (pipa) inlet ke
arah pintu (pipa) outlet. Dasar caren miring ke arah outlet untuk memudahkan
pengeringan air dan pengumpulan udang pada waktu panen.
 Kedalaman caren selisih 30-50 cm dari pelataran.
 Kedalaman air di pelataran hanya 40-50 cm.
 Ada juga petani tambak yang membuat caren di sekeliling pelataran.
3) Tambak Intensif
 Petakan berukuan 0,2-0,5 ha/petak, supaya pengelolaan air dan pengawasannya
lebih mudah.
 Kolam/petak pemeliharaan dapat dibuat dari beton seluruhnya atau dari tanah
seperti biasa. Atau dinding dari tembok, sedangkan dasar masiH tanah.
 Biasanya berbentuk bujur sangkar dengan pintu pembuangan di tengah dan pintu
panen model monik di pematang saluran buangan. Bentuk dan konstruksinya
menyerupai tambak semi intensif bujur sangkar.
 Lantai dasar dipadatkan sampai keras, dilapisi oleh pasir/kerikil. Tanggul
biasanya dari tembok, sedang air laut dan air tawar dicampur dalam bak
pencampur sebelum masuk dalam tambak.
 Pipa pembuangan air hujan atau kotoran yang terbawa angin, dipasang mati di
sudut petak.
 Diberi aerasi untuk menambah kadar O2 dalam air.
 Penggantian air yang sangat sering dimungkinkan oleh penggunaan pompa.

Adapun prasarana yang diperlukan dalam budidaya udang tambak meliputi:


1) Petakan Tambak
 Sebaiknya dibuat dalam bentuk unit. Setiap satu unit tambak pengairannya
berasal dari satu pintu besar, yaitu pintu air utama atau laban. Satu unit tambak
terdiri dari tiga macam petakan: petak pendederan, petak glondongan (buyaran)
dan petak pembesaran dengan perbandingan luas 1:9:90.
 Selain itu, juga ada petakan pembagi air, yang merupakan bagian yang terdalam.
Dari petak pembagi, masing-masing petakan menerima bagian air untuk
pengisiannya. Setiap petakan harus mempunyai pintu air sendiri, yang dinamakan
pintu petakan, pintu sekunder, atau tokoan. Petakan yang berbentuk seperti
saluran disebut juga saluran pembagi air.
 Setiap petakan terdiri dari caren dan pelataran.
2) Pematang/Tanggul
 Ada dua macam pematang, yaitu pematang utama dan pematang antara.
 Pematang utama merupakan pematang keliling unit, yang melindungi unit yang
bersangkutan dari pengaruh luar. Tingginya 0,5 m di atas permukaan air pasang
tertinggi. Lebar bagian atasnya sekitar 2 m. Sisi luar dibuat miring dengan
kemiringan 1:1,5. Sedangkan untuk sisi pematang bagian dalam kemiringannya
1:1.
 Pematang antara merupakan pematang yang membatasi petakan yang satu dengan
yang lain dalam satu unit.
 Ukurannya tergantung keadaan setempat, misalnya: tinggi 1-2 m, lebar bagian
atas 0,5-1,5. Sisi-sisinya dibuat miring dengan kemiringan 1:1.
 Pematang dibuat dengan menggali saluran keliling yang jaraknya dari pematang 1
m. Jarak tersebut biasa disebut berm.
3) Saluran dan Pintu Air
 Saluran air harus cukup lebar dan dalam, tergantung keadaan setempat, lebarnya
berkisar antara 3-10 m dan dalamnya kalau memungkinkan sejajar dengan
permukaan air surut terrendah. Sepanjang tepiannya ditanami pohon bakau
sebagai pelindung.
 Ada dua macam pintu air, yaitu pintu air utama (laban) dan pintu air sekunder
(tokoan/pintu air petakan).
 Pintu air berfungsi sebagai saluran keluar masuknya air dari dan ke dalam tambak
yang termasuk dalam satu unit.
 Lebar mulut pintu utama antara 0,8-1,2 m, tinggi dan panjang disesuaikan dengan
tinggi dan lebar pematang. Dasarnya lebih rendah dari dasar saluran keliling,serta
sejajar dengan dasar saluran pemasukan air.
 Bahan pembuatannya antara lain: pasangan semen, atau bahan kayu (kayu besi,
kayu jati, kayu kelapa, kayu siwalan, dll)
 Setiap pintu dilengkapi dengan dua deretan papan penutup dan di antaranya diisi
tanah yang disebut lemahan.
 Pintu air dilengkapi dengan saringan, yaitu saringan luar yang menghadap ke
saluran air dan saringan dalam yang menghadap ke petakan tambak.
· Saringan terbuat dari kere bambu, dan untuk saringan dalam dilapisi plastik atau
ijuk.
4) Pelindung:
 Sebagai bahan pelindung pada pemeliharaan udang di tambak, dapat dipasang
rumpon yang terbuat dari ranting kayu atau dari daun-daun kelapa kering. Pohon
peneduh di sepanjang pematang juga dapat digunakan sebagai pelindung.
 Rumpon dipasang dengan jarak 6-15 m di tambak. Rumpon berfungsi juga untuk
mencegah hanyutnya kelekap atau lumut, sehingga menumpuk pada salah satu
sudut karena tiupan angin.
 Pemasangan kincir:
 Kincir biasanya dipasang setelah pemeliharaan 1,5-2 bulan, karena udang sudah
cukup kuat terhadap pengadukan air.
 Kincir dipasang 3-4 unit/ha. Daya kelarutan O2 ke dalam air dengan pemutaran
kincir itu mencapai 75-90%.
Klasifikasi dan ciri morfologi udang windu (Penaeus monodon) menurut Amri
(2003), adalah sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Family : Penaidae
Genus : Penaeus
Spesies : Penaeus monodon
Udang windu memiliki tubuh yang keras dari bahan chitin. Warna sekujur
tubuhnya hijau kebiruan dengan motif loreng besar. Tubuh udang windu dibagi
menjadi dua bagian besar, yakni bagian cephalothorax yang terdiri atas kepala dan
dada serta bagian abdomen yang terdiri atas perut dan ekor. Cephalothorax
dillindungi oleh chitin yang tebal atau disebut juga dengan karapas (carapace).
Bagiancephalothorax ini terdiri dari lima ruas kepala dan delapan ruas dada,
sementara bagian abdomennya terdiri atas enam ruas perut dan satu ekor (telson).
Bagian depan kepala yang menjorok merupakan kelopak mata yang memanjang
dengan bagian pinggir bergerigi atau disebut juga dengan cucuk (rostrum). Cucuk di
kepala memiliki tujuh buah gerigi di bagian atas dan tiga buah gerigi di bagian
bawah. Sementara itu, di bagian bawah pangkal kepala terdapat sepasang mata.
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di
bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen)
mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung
ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing.
Bagian Kepala
Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan
meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau
rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi
untuk P. monodon. Bagian kepala lainnya adalah :
Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan. Mulut
terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat. Sepasang
sungut besar atau antena. Dua pasang sungut kecil atau antennula. Sepasang sirip
kepala (Scophocerit). Sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped). Lima pasang kaki
jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit yang dinamakan
chela.
Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang. Bagian
Badan dan Perut (Abdomen) Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama
lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang
melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam,
kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara
ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson.
Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang
terletak pada ujung ruas keenam.
Siklus Hidup Udang Windu Dan Udang Putih.Merupakan spesies katadromus,
udang dewasa memijah di laut lepas, sedangkan udang muda (juvenile) bermigrasi ke
daerah pantai. Setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas menjadi bagian
darizooplankton. Saat stadium post larva mereka bergerak ke daerah dekat pantai dan
perlahan-lahan turun ke dasar di daerah estuari dangkal. Perairan dangkal ini
memiliki kandungan nutrisi, salinitas dan suhu yang sangat bervariasi dibandingkan
dengan laut lepas.
Setelah beberapa bulan hidup di daerah estuari, udang dewasa kembali ke
lingkungan laut dalam dimana kematangan sel kelamin, perkawinan dan pemijahan
terjadi.
Udang Putih (L. vannamei) dewasa kawin dan memijah pada kolom perairan
lepas pantai (kedalaman ± 70 m) bagian Selatan, Tengah dan Utara Amerika dengan
suhu 26–28 0C dan salinitas + 35 ppt.

E. Resep Udang
1. Resep Udang Asam Manis
Resep udang asam manis adalah yang kamu cari-cari selama ini untuk melengkapi seluruh
tema seafood saat santap malam. Setelah cumi, ikan, ataupun kepiting; pastinya kurang kalau
tidak hadir yang namanya udang, bukan? Nah, kali ini aku ingin berbagi cara membuatnya.
Coba sebutkan varian masakan udang yang kamu gemari untuk menemani makan seafood?
Pasti pilihannya adalah antara udang saus mentega, udang saus tiram, udang saus Padang, dan
pastinya resep udang asam manis ini. Memang seru sih bersantap seafood. Bayangkan nasi
hangat terhidang, kerang rebus masih mengepul, ikan segar dibakar, dan hadir juga cumi
goreng saus tepung. Seru!
Tapi tentu tidak hanya saat bersantap seafood saja, udang asam manis juga cocok tersaji
ketika masakan tradisional Indonesia juga menjadi temanya. Jadi kapanpun kamu
menginginkannya, resep ini sudah dikuasai sepenuhnya. Satu tips dariku, jangan lupa
gunakan udang yang berukuran agak besar seperti udang pancet ini. Selain rasanya lebih
mewah, tentunya lebih memuaskan secara porsinya. Pilih yang tersegar, maka kenikmatannya
akan berlipat ganda!

2. Tahu Cah Udang


Bahan-bahan
1. secukupnya Udang
2. 1 buah tahu sutra (tahu cina yg dibungkus kain putih)
3. secukupnya Daun bawang
4. Saos tiram
5. Kecap inggris
6. 2 siung bawang putih, geprek, cincang
7. secukupnya Kaldu bubuk
8. secukupnya Garam
9. Maizena yg dilarutkan dgn sedikit air

Cara Memasak
1. Goreng sebentar tahu sebentar sampai ada selaput tipisnya (biar ga mudah ancur
waktu di tumis)
2. Tumis bawang putih sampai harum, masukkan udang,, tumis sampai udang berubah
warna,,
3. Tambah sedikit air,, beri garam, saos tiram, kecap inggris, kaldu bubuk
4. Masukkan tahu,, test rasa. Jika sudah pas, masukkan larutan maizena dan irisan daun
bawang..
3. Fu Yung Hai udang praktis

Bahan-bahan

1. Bahan telur dadar :

2. 3 butir telur ayam

3. 50 gr udang kupas

4. 1 sdm tepung terigu

5. 1 batang daun bawang

6. 2 butir bawang merah ukuran sedang

7. Minyak goreng secukupnya utk menggoreng

8. secukupnya Garam

9. Bumbu kuah :

10. 1 sdm minyak goreng utk menumis

11. 3 buah bawang putih, cincang/geprek

12. 1/2 butir bawang bombay, iris tipis. Pisah2kan siungnya

13. 2 sdm saos tomat

14. 1 sdm saos sambel

15. 200 ml air putih

16. secukupnya Gula garam


Langkah

1. Adonan telur dadar : cincang udang, dan iris tipis bawang merah, daun bawang.

2. Kocok lepas telur ayam. Lalu masukkan tepung terigu, dan bahan2 iris di point 1.
Tambahkan garam secukupnya. Lalu digoreng dadar. Minyak utk goreng yg agak
banyak ya, biar telurnya bisa keriting2 gitu, ky di resto2 Chinese food.

3. Bumbu kuah : tumis bawang putih cincang sampai harum. Lalu masukkan bawang
bombay iris. Tumis lagi sampai layu.

4. Setelah bawang bombay melayu, masukkan air putih, saos tomat & sambel, aduk.
Tambahkan gula garam secukupnya. Aduk lagi. Cek rasa.

5. Tata telur dadar di piring, lalu siram dgn kuah saos. Jadi deeeh...

4. Udang balado sederhana

Bahan-bahan

1. udang

2. cabe merah

3. bawang merah

4. bawang putih

5. tomat

Langkah

1. Bersihkan udang buang kukit kepalanya

2. Rebus cabe, bawang merah, bawang putih angkat lalu tiriskan

3. Ulek cabe, bawang merah, bawang putih dan tomat, jangan sampai terlalu halus
4. Tumis ulekan cabe, bawang merah, bawang putih dan tomat, aduk hingga harum

5. Masukan udang, garam dan penyedap rasa/gula secukupnya

6. Aduk hingga bumbu merata dan meresap, cek rasa kalau sudsh sesuai selera angkat
dan sajikan

5. Udang Sup (SANGAT SIMPLE)

Bahan-bahan

1. 3 buah wortel kecil, potong2

2. 3 buah jagung muda, potong2

3. 8 buah udang, cuci bersih

4. 1 batang daun bawang, potong2

5. 1 batang daun seledri, potong2

6. 1/2 buah tomat kecil, potong 4

7. 1 siung bawang merah, cincang

8. 1 siung bawang putih, cincang

9. Secukupnya air, garam, gula dan merica/lada


Langkah

1. Masukkan minyak dan bawang2 ke dalam ricecooker. Lalu masak hingga layu dan
harum. Masukkan air dan wortel. Tunggu hingga wortel setengah lembut. Setelah itu
masukkan jagung dan udang. Masukkan garam, gula. Setelah mendidih, cek rasa. Lalu
masukkan tomat dan daun bawang serta daun seledri. Tunggu hingga masak
semuanya. Jika selesai, angkat dan sajikan. Selamat menikmati
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13 (5 ruas
kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut
eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang
laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar
sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga
Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid.
Udang laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang bisa disebut udang penaeid oleh para
ahli.
Udang merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu 21%, dan
rendah kolesterol, karena kandungan lemaknya hanya 0,2%. Kandungan vitaminnya dalam
100 gram bahan adalah vitamin A 60 SI/100; dan vitamin B1 0,01 mg. Sedangkan kandungan
mineral yang penting adalah zat kapur dan fosfor, masing-masing 136 mg dan 170 mg per
100 gram bahan.
Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai
tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu menahan air
dan tidak mudah pecah. Air yang baik yaitu air payau dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu
optimal 26 – 300C dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya.
 Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah.
 Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-
lain.
 Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau mempunyai
Generator sendiri.

B. SARAN
Dalam makalah Penanganan Hasil Perikanan Pada Udang Segar agar pembaca
khususnya masyarakat dan nelayan lebih memahami dan menangani udang segar agar
kesegarannya tetap dipertahankan dengan baik serta memperhatikan sanitasi dan
kehigienisannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://mirror.unpad.ac.id/orari/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/agro-industri-
pangan/penerimaan_dan_persiapan_bahan_baku_udang.pdf. Diakses pada tanggal 15 Maret
2019

http://www.pets.dir.groups.yahoo.com. Diakses pada tanggal 15 Maret 2019.

http://www.pustaka.ictsleman.net. Diakses pada tanggal 15 Maret 2019.

http://www.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 15 Maret 2019.

Prasasti, Desty. 2006. Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Mutu Produksi Udang
Beku . Institut Pertanian Bogor. Bogor

Purwaningsih S. 1995. Teknologi Pembekuan Udang. Jakarta: PT. Penebar Swadaya

Setyohadi, Daduk, D. Nugroho, T. J. Lelono, D.G.R. Wiadnya, Dan Martinus. 2000. Biologi
Dan Distribusi Sumberdaya Udang Penaeid Berdasarkan Hasil Tangkapan Di Perairan
Selat Madura. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

Suparlin,Apih. 2008. Penanganan Hasil Tangkap Diatas Kapal. Sekolah Tinggi Perikanan
Jakarta.

Wahyudi. 2003. Penerimaan Dan Persiapan Bahan Baku Udang. Bagian Pengembangan
Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai