Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI NUTRACEUTICAL

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL TERHADAP AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH

Disusun Oleh:

I Nyoman Adi Wibawa 2010511043 Ni Putu Bunga Sari W. 2010511070


Steven Gabriel Gunawan 2010511044 Gusti Ayu Virga Dewi M. 2010511071
Maria Sandikania Mulya 2010511047 I Gst. Km. Rahendra I.N. 2010511073
Primena Sutra Wijaya 2010511048 Ni Putu Devita Maharani 2010511074
Tanmeylika Sandhi 2010511053 Dewa Ayu Kade Yasya P.A. 2010511075
Ragil Yosanda 2010511054 Nadiyah Az-Zahra Puspita 2110511004
Ni Komang Sri Purnama 2010511058 Aulia Afrida Atfa 2110511021
Ni Made Gayatri Lakhsmi 2010511059 Ulma Nisha Hanipah 2110511026
Ida Ayu Ambararacmi P. 2010511060 Yohanes Capistrano Ilyano 2110511030
Ni Kadek Dwi Putri Yulia 2010511065 Alleena Michelle Dandel 2110511059
Rheza Aryaputra 2010511067 Virginia Putri Dangga 2110511061
Ni Nengah Widya N. 2010511069

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa
kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari
tertentu. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku yang ditetapkan
(Depkes RI 1995).
Daun sirih merah (Piper crocatum Ruitz & Pav) memiliki bentuk
eksotik dengan permukaan daunnya bergelombang disertai warna daun hijau,
pink, dan perak pada permukaan atas daun, serta warna merah keunguan pada
permukaan bawah daun sehingga menarik perhatian banyak orang. Tanaman
ini juga mendapat perhatian khusus dari kalangan herbalis karena banyak
dimanfaatkan sebagai tanaman obat-obatan. Salah satu senyawa kimia yang
bermanfaat dalam sirih merah adalah flavonoid yang berfungsi sebagai
antioksidan (Kanifah dkk., 2015). Sudewo (2005) melaporkan juga bahwa
selain flavonoid ada senyawa fitokimia lain yang terkandung dalam daun sirih
merah yakni alkaloid, saponin, tannin, dan polifenol. Sulistiyani dkk. (2007)
melaporkan juga bahwa daun sirih merah memiliki kandungan kimia lainnya
yaitu hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, karvakrol, eugenol, p-simen, sineol,
kariofilen, kadimen estragol, terpenena, dan fenil propanoid.
Kandungan kimia dalam suatu bahan dapat diperoleh dengan
melakukan proses ekstraksi yang bertujuan mengeluarkan suatu komponen
tertentu dari bahan dengan bantuan pelarut. Salah satu metode ekstraksi
adalah dengan teknik Microwave Assisted Extraction (MAE). Ekstraksi MAE
merupakan teknik ekstraksi yang memanfaatkan radiasi gelombang mikro
untuk memanaskan pelarut secara cepat dan efisien (Jain dkk., 2009). Metode
MAE dapat membantu meningkatkan jumlah rendemen ekstrak kasar dalam
waktu ekstraksi dan jumlah pelarut yang lebih rendah dibandingkan dengan
metode ekstraksi konvensional (Langat, 2011). Panas radiasi gelombang
mikro memanaskan dan menguapkan air sel bahan sehingga tekanan pada
dinding sel meningkat mengakibatkan sel membengkak (swelling) dan
tekanan tersebut mendorong dinding sel dari dalam, meregangkan, dan
memecahkan sel tersebut (Calinescu dkk., 2001). Rusaknya sel tumbuhan
tersebut mempermudah senyawa target keluar dan terekstraksi (Jain dkk.
2009). Beberapa faktor yang mempengaruhi ekstraksi menggunakan teknik
MAE adalah ukuran bahan, waktu, jenis pelarut, dan perbedaan konsentrasi.
Kelarutan suatu zat ke dalam suatu pelarut sangat ditentukan oleh kecocokan
sifat atau struktur kimia antara zat terlarut dengan pelarut, yaitu like disolves
like (Hismath dkk. 2011 dalam Widarta dan Arnata, 2017). Pelarut etanol
adalah pelarut polar sehingga pelarut ini sering digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa bioaktif (Arifin dkk. 2006).Perbedaan konsentrasi
etanol dapat mengakibatkan perubahan polaritas pelarut sehingga
mempengaruhi kelarutan senyawa bioaktif (Zhang dkk., 2009). Widarta dan
Arnata (2015) melaporkan bahwa konsentrasi etanol berpengaruh terhadap
komponen bioaktif, semakin tinggi konsentrasi etanol semakin tinggi juga
komponen bioaktif yang dihasilkan. Handayani dkk. (2014) melaporkan juga
bahwa semakin tinggi konsentrasi etanol maka rendemen ekstrak yang
dihasilkan semakin tinggi, namun kadar polifenol mencapai optimum pada
konsentrasi etanol tertentu.

1.2 Tujuan Penelitian


a. Mengetahui pengaruh konsentrasi etanol terhadap aktivitas antioksidan
ekstrak daun sirih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Daun Sirih Hijau
Sirih, yang tergolong dalam keluarga Piperaceae, merupakan tumbuhan
merambat dengan tinggi mencapai 5-15 meter yang bersandar pada batang
pohon lain. Tumbuhan ini memiliki daun tunggal yang tersebar secara
berseling, dengan berbagai bentuk seperti bundar telur atau bundar telur
lonjong. Pangkal daun dapat berbentuk jantung atau agak bundar dengan
sedikit lekukan, ujung daunnya runcing, dan pinggir daun yang agak
menggulung ke bawah. Panjang daun berkisar antara 5-18 cm dan lebar 3-12
cm. Daun sirih berwarna hijau dengan permukaan atas yang rata, licin, dan
agak mengkilat, sedangkan permukaan bawahnya agak kasar dan kusam,
dengan tulang daun yang menonjol. Sirih memiliki aroma khas yang aromatik
dan rasanya pedas. Batang tanaman ini berbentuk bulat, lunak, berwarna hijau
agak kecoklatan, serta memiliki permukaan kulit yang kasar dan
berkerut-kerut.
Daun hijau sirih mengandung sekitar 4,2% minyak atsiri, dengan
komponen utamanya adalah bethel phenol dan beberapa derivatnya, termasuk
Euganol allypyrocatechine (26,8-42,5%), Cineol (2,4-4,8%), methyl euganol
(4,2-15,8%), Caryophyllen (Siskuiterpen) (3-9,8%), hidroksi kavikol, kavikol
(7,2-16,7%), kavibetol (2,7-6,2%), estragol, ilypyrokatekol (0-9,6%),
karvakrol (2,2-5,6%), alkaloid, flavonoid, triterpenoid atau steroid, saponin,
terpen, fenilpropan, terpinen, diastase (0,8-1,8%), dan tannin (1-1,3%). Daun
sirih hijau juga mengandung asam amino, kecuali lisin, histidin, dan arginin.
Asparagin hadir dalam jumlah yang signifikan, sedangkan glisin terdapat
dalam bentuk gabungan, bersama dengan prolin dan ornitin. Daun sirih hijau
yang masih muda memiliki kandungan minyak atsiri, diastase, dan gula yang
lebih tinggi dibandingkan dengan daun yang lebih tua. Meskipun demikian,
kandungan tanin pada daun muda dan daun tua tetap sama. Berikut
merupakan komposisi kimia daun sirih hijau dalam 100 gram bahan segar.
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daun Sirih Hijau dalam 100 gram Bahan Segar
No. Komponen Kimia Jumlah No. Kompoisi Kimia Jumlah
1. Kadar Air 85.14% 11. Karoten (Vit.A) 96000 IU
2. Protein 3.1% 12. Tiamin 70 mg
3. Lemak 0.8% 13. Riboflavin 30 mg
4. Karbohidrat 6.1% 14. Asam nikotinat 0.7 mg
5. Serat 2.3% 15. Vit.C 5 mg
6. Bahan Mineral 2.3% 16. Yodium 3.4 mg
7. Kalsium 230 mg 17. Kalium nitrit 0.26-0.42 mg
8. Fosfor 40 mg 18. Kanji 1-1.2%
9. Besi 7 mg 19. Gula non reduksi 0.6-2.5%
10. Besi Ion 3.5 mg 20. Gula reduksi 1.4-3.2%

2.2 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu teknik pemisahan senyawa yang berfokus pada
perbedaan distribusi zat terlarut di antara dua pelarut yang bercampur.
Biasanya, zat terlarut yang diekstrak cenderung tidak larut atau kurang larut
dalam satu pelarut, tetapi dapat larut dengan mudah dalam pelarut lain.
Pemilihan metode ekstraksi yang tepat didasarkan pada karakteristik
kandungan air dan senyawa-senyawa yang akan diisolasi dari bahan yang
akan diekstrak. Hasil ekstraksi berupa ekstrak, yaitu sediaan pekat yang
diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari bahan nabati atau hewani
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ini melibatkan penguapan hampir
seluruh pelarut setelah ekstraksi, sehingga tersisa massa atau serbuk yang
kemudian diolah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Dalam proses pemisahan senyawa pada simplisia, digunakan pelarut
tertentu yang sesuai dengan sifat senyawa yang akan dipisahkan. Prinsip
pemisahan pelarut didasarkan pada aturan 'like dissolved like', di mana
senyawa polar akan larut dalam pelarut polar. Ekstraksi dapat dilakukan
dengan berbagai metode, seperti infundasi, maserasi, perkolasi, dan sokletasi,
tergantung pada tujuan ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan, dan senyawa
yang diinginkan. Salah satu metode ekstraksi yang paling sederhana adalah
maserasi.
Maserasi merupakan metode ekstraksi simplisia yang melibatkan
penggunaan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
suhu kamar. Dalam konteks teknologi, metode ini termasuk dalam kategori
ekstraksi dengan prinsip mencapai konsentrasi pada keseimbangan. Aspek
kinetik maserasi menunjukkan bahwa proses pengadukan dilakukan secara
kontinyu dan berkelanjutan. Remaserasi, di sisi lain, melibatkan penambahan
pelarut secara berulang setelah maserat pertama disaring, dan seterusnya.
Pendekatan ini memiliki potensi untuk menghasilkan ekstrak dalam jumlah
besar, sambil mencegah perubahan kimia pada senyawa-senyawa tertentu
yang dapat terjadi akibat pemanasan.

2.3 Pelarut Etanol


Pelarut merupakan substansi yang hadir dalam jumlah signifikan dalam
suatu larutan, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai substansi yang
dilarutkan. Dalam konteks proses ekstraksi, pelarut yang dipilih harus
menjadi pelarut terbaik untuk zat aktif yang terkandung dalam sampel atau
simplisia. Hal ini bertujuan agar zat aktif dapat diisolasi dari simplisia dan
senyawa lain yang terdapat dalam sampel tersebut (Marjoni, 2016). Dalam
konteks pembuatan ekstrak, pelarut yang digunakan haruslah pelarut yang
optimal untuk mengekstrak senyawa-senyawa bermanfaat atau yang aktif,
sehingga senyawa-senyawa tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan senyawa
lainnya yang terkandung dalam bahan tersebut (Depkes RI, 2000).
Pelarut ideal yang sering digunakan adalah etanol. Etanol juga dikenal
sebagai alkohol, adalah nama untuk sekelompok senyawa organik yang
mengandung unsur C, H, dan O. Secara kimia, etanol disebut sebagai etil
alkohol dengan rumus kimia 𝐶2H5𝑂𝐻, dan memiliki rumus umum R-OH.
Secara struktural, alkohol menyerupai air, namun salah satu atom hidrogen
digantikan oleh gugus alkohol. Karakteristik etanol mencakup sifat cair, tidak
berwarna, berbau khas, mudah terbakar, dan menguap. Salah satu sifat unik
etanol adalah volume shrinkage yang terjadi ketika bereaksi dengan air. Sifat
fisik dan kimia etanol didasarkan pada keberadaan gugus hidroksil, yang
membuatnya memiliki sifat polar. Karena sifatnya yang tidak beracun, etanol
banyak digunakan sebagai pelarut dalam industri farmasi, makanan, dan
minuman.
2.4 Rendemen
Rendemen merupakan perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan
simplisia awal. Penetapan rendemen ekstrak dilakukan dengan cara
menimbang sejumlah ekstrak kental dalam cawan penguap lalu diuapkan
diatas penangas air dengan temperatur 40o-50oC. Ditentukan berat ekstrak
setelah penguapan dengan mengurangkan bobot cawan kosong, kemudian
hitung rendemen ekstrak (%b/b) sesuai dengan rumus. Rendemen
menggunakan satuan persen (%). Semakin tinggi nilai rendemen yang
dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak
(DepKes RI, 2000).
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
%𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
× 100%

2.5 Aktivitas Antioksidan


Antioksidan adalah substansi yang dalam konsentrasi rendah sudah dapat
menghambat atau menangkal proses oksidasi dan juga merupakan senyawa
pemberi elektron (elektron donor) atau reduktan. Antioksidan juga
merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan
mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif (Vaya dan Aviram,
2001; Winarsi, 2007). Antioksidan dibutuhkan untuk menunda atau
menghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas atau menetralkan dan
menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan
biomolekul seperti DNA, protein, dan lipoprotein didalam tubuh yang
akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit dan penyakit degeneratif (Alfira,
2014).
Antioksidan dapat bersumber dari zat-zat sintetik atau zat-zat alami hasil
isolasi. Adanya antioksidan alami maupun sintetik dapat menghambat proses
oksidasi lipid, mencegah kerusakan, dan perubahan degradasi komponen
organik dalam bahan makanan. Antioksidan sintesis yang umum digunakan
adalah butylated hydroxytoluen (BHT), butylated hydroxyanisole (BHA),
tertbutylhydroxyquinone (TBHQ), asam galat dan propil galat. Antioksidan
alami dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan dan
tanaman lainnya yang mengandung antioksidan bervitamin (vitamin A, C,
dan E), asam-asam fenolat (asam ferulat, asam klorogenat, asam elagat, dan
asam kafeat) dan senyawa flavonoid seperti kuersetin, myricetin, apigenin,
luteolin, dan kaempferol (Rohdiana, 2001). Antioksidan dapat dibedakan
menjadi antioksidan enzimatik dan non enzimatik. Antioksidan enzimatik
yakni superoxide dismutase, catalase, glutathione peroxidase. Sedangkan
antioksidan non enzimatik adalah kofaktor enzim antioksidan, penghambat
enzim oksidatif, pembentuk khelat logam transisi, dan penangkap radikal
bebas (Huang, et al 2005).
BAB III
METODE KERJA
a. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun sirih hijau,
aquades, dan pelarut etanol (60%, 70%, dan 80%). Sedangkan alat yang
digunakan meliputi ayakan 30 mesh, vacuum evaporator, dehidrator,
timbangan analitik, spektrofotometer UV-VIS, blender, kertas saring, pipet
mikro, gelas ukur, gelas beker, rak tabung reaksi, tabung reaksi, pipet volume,
labu takar, mesin vortex, dan magnetic stirrer.
b. Cara Kerja
● Persiapan Simplisia
1. Daun sirih dicuci bersih.
2. Dikeringkan menggunakan dehidrator dengan suhu 60°C sampai mudah
dipatahkan.
3. Simplisia kering dihancurkan dengan blender.
4. Diayak dengan ayakan 30 mesh sehingga dihasilkan bubuk simplisia.
● Proses Ekstraksi
1. Bubuk simplisia direndam dengan pelarut etanol menggunakan
perbandingan 10 bagian simplisia dengan 75 bagian pelarut, dimana
kelompok 4 menggunakan konsentrasi pelarut sebesar 60%, kelompok 5
sebesar 70%, dan kelompok 6 sebesar 80%.
2. Dilakukan proses ekstraksi selama 3 jam dengan metode maserasi
berbantu magnetic stirrer.
3. Dilakukan proses penyaringan menggunakan kertas saring.
4. Filtrat diambil, sementara ampas dibuang
5. Tahap selanjutnya yaitu proses dilakukan proses penguapan pelarut pada
filtrat menggunakan vakum evaporator sampai ekstrak cukup pekat.
6. Keluarkan ekstrak dari labu, lalu tuang ke dalam cawan petri selanjutnya
dikeringkan dalam oven suhu 60oC.
● Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan Metode Perendaman
Radikal Bebas DPPH
1. Dibuat larutan stok dengan melarutkan 0,1 g ekstrak kering dilarutkan
dalam 50 ml etanol 50% (konsentrasi larutan ini adalah 2000 ppm).
2. Selanjutnya larutan stok diencerkan dengan larutan etanol 50% untuk
mendapatkan larutan sampel dengan konsentrasi 1, 10, 50, dan 100 ppm.
3. Larutan sampel dicampur dengan larutan DPPH 0,05% dalam etanol,
dengan rasio 1 : 1, divorteks, lalu disimpan selama 30 menit dalam ruang
gelap pada suhu kamar.
4. Diukur absorbansi pada panjang gelombang 517 nm menggunakan
spektrofotometer UV-VIS.
5. Penangkapan DPPH (%) = 100 × (A0 – AS) / A0, di mana A0 adalah
absorbansi kontrol (mengandung semua reagen kecuali sampel uji), dan
AS adalah absorbansi sampel yang diuji.
6. Dibuat sebuah grafik hubungan antara konsentrasi sampel (sumbu X) dan
persentase penangkapan DPPH (sumbu Y)
7. Aktivitas antioksidan dari ekstrak dinyatakan sebagai IC50, didefinisikan
sebagai konsentrasi ekstrak yang diperlukan untuk menangkap radikal
DPPH sebesar 50%, menggunakan analisis regresi linier.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Aktivitas antioksidan (IC50)

Dari percobaan diambil data-data untuk melakukan pengolahan sehingga data


tersebut dapat dianalisa. Teknik pengolahan data dilakukan dengan
membandingkan konsentrasi dengan nilai % aktivitas antioksidan masing-masing
sampel dalam sebuah grafik regresi. Hasil uji antioksidan menggunakan metode
DPPH dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data nilai % antioksidan sampel ekstrak daun sirih

Absorbansi Lama Konsentrasi Sampel ekstrak daun sirih


kontrol ekstrak etanol (%)
(menit) absorbansi Rata - %
rata antioksi
Larutan Larutan Larutan Larutan dan
1 ppm 10 ppm 50 ppm 100 ppm

0,224 180 60 0,392 0,276 0,195 0,100 0,241

0,223 180 70 0,115 0,234 0,225 0,121 0,173 22,4

0,223 180 80 0,334 0,244 0,086 0,089 0,188 15,6

Data pada Tabel 1 diregresi dengan variasi konsentrasi sebagai nilai x dan %
antioksidan sebagai nilai y sesuai dengan variasi waktu.

Dari Gambar 2 yang telah diplot, didapat persamaan garis seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4. Dari persamaan tersebut digunakan untuk mencari
konsentrasi efektif ekstrak untuk meredam radikal bebas DPPH atau nilai IC50.
Tabel 2. Nilai IC50 sampel ekstrak daun sirih

Waktu Persamaan garis Nilai Y Nilai x atau


Ekstraksi IC50

180 menit Y= 50

180 menit Y= 50

180 menit Y= 50

180 menit Y= 50

180 menit Y= 50

Nilai IC50 merupakan konsentrasi efektif ekstrak yang dibutuhkan untuk


meredam 50% dari total DPPH, sehingga nilai 50 disubstitusikan untuk nilai y.
Setelah mensubstitusikan nilai 50 pada nilai y, akan didapat nilai x sebagai nilai
IC50.

Tabel 3. Sifat Antioksidan berdasarkan nilai IC50(Sumber : molyneux, 2004)

Nilai IC50 Sifat Antioksidan

50 ppm< Sangat kuat

50 ppm-100 ppm Kuat

100 ppm-150 ppm Sedang


150 ppm-200 ppm lemah

Perbedaan nilai IC50 ini dapat disebabkan oleh jumlah antioksidan yang
terkandung didalam ekstrak. Pada variasi waktu terjadi penurunan/kenaikan nilai
IC50. Hal ini terjadi akibat kerusakan antioksidan dalam ekstrak yang dipengaruhi
oleh lamanya waktu kontak antara zat aktif dengan pelarut yang suhunya semakin
meningkat akibat pemanasan yang lama.

Metode DPPH dipilih karena sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya
memerlukan sedikit sampel. Aktivitas diukur dengan menghitung jumlah
pengurangan intensitas warna ungu DPPH yang sebanding dengan pengurangan
konsentrasi larutan DPPH.

4.2 Rendemen Hasil Ekstraksi Daun Sirih


Pengujian rendemen dilakukan untuk menentukan efektivitas dan efisiensi
proses ekstraksi, sehingga dapat diperoleh hasil ekstraksi yang tertinggi dengan
waktu ekstraksi serta penggunaan pelarut yang sesuai. Selain itu dalam penentuan
rendemen juga memiliki hubungan dengan IC50 dan aktivitas antioksidannya,
apabila rendemen yang didapat tinggi maka dapat disimpulkan bahwa IC50
sampel rendah sehingga dapat diperoleh aktivitas antioksidan yang tinggi pula.
Tabel 4.2. Hasil Rendemen Ekstraksi Daun Sirih

Konsentrasi Hasil ekstraksi (g) Simplisia (g) Hasil Rendemen


etanol (%) (%)

60 3,31 10 33,1

70 3,88 10 38,8

80 2,48 10 24,8

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh konsentrasi


etanol memiliki dampak terhadap hasil rendemen yang diperoleh setelah proses
ekstraksi. Perlakuan konsentrasi etanol terbaik yaitu adalah penggunaan 70%
dengan hasil rendemen 38,8% dan secara tidak langsung memiliki aktivitas
antioksidan terbaik. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan (Yasa, et
al., 2019) dimana penggunaan konsentrasi etanol yang semakin tinggi akan
menyebabkan hasil rendemen yang diperoleh juga ikut tinggi, hal ini dapat
disebabkan akibat kesesuaian kepolaran pelarut dengan senyawa yang diekstraksi.
Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan (Permatasari, et al, 2020)
menunjukkan hal yang serupa dengan penelitian ini, bahwa semakin tinggi
konsentrasi etanol yang digunakan tidak meningkatkan hasil rendemen yang
didapatkan hal ini diduga akibat seiring peningkatan konsentrasi pelarut yang
digunakan maka kepolarannya akan berkurang sehingga hasil rendemen yang
diperoleh menjadi lebih sedikit.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perbedaan dalam nilai IC50 disebabkan oleh variasi jumlah antioksidan
dalam ekstrak serta perubahan waktu yang mempengaruhi penurunan atau
peningkatan nilai IC50. Kerusakan antioksidan dalam ekstrak terjadi karena
lamanya waktu kontak antara zat aktif dan pelarut, yang menyebabkan
peningkatan suhu akibat pemanasan yang berkepanjangan. Pengaruh konsentrasi
etanol memiliki dampak terhadap hasil rendemen yang diperoleh setelah proses
ekstraksi. Penggunaan etanol 70% dianggap sebagai perlakuan terbaik,
menghasilkan rendemen sebesar 38,8% yang dikategorikan memiliki aktivitas
antioksidan tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Inayatullah, S. 2012. Efek EKstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Laporan Penelitian. Jakarta:
Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

Tristantini, D., Ismawati, A., Pradana, B. T., & Jonathan, J. G. (2016). Pengujian
aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH pada daun tanjung
(Mimusops elengi L). In Seminar Nasional Teknik Kimia" Kejuangan" (p.
1).

Yasa, I. G. T., Putra, N. K., Wiadnyani, A. A. I. S. (2019). Pengaruh Konsentrasi


Etanol Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper
crocatum Ruitz & Pav) Menggunakan Metode Microwave Assisted
Extraction (MAE). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 8(3), 278 - 284.

Permatasari, A., Batubara, I., Nursid, M. (2020). Pengaruh Konsentrasi Etanol dan
Waktu Maserasi terhadap Rendemen, Kadar Total Fenol, Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Padina Australis. Majalah Ilmiah
Biologi Biosfera : A Scientific Journal, 37(2), 78 - 84.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai