Anda di halaman 1dari 6

Nama Linda

Nim 2130104209

Dosen pengampuh Piara S,sy M.H

Mata kuliah Pancasila

Program studi Hukum ekonomi syariah

Hari/tanggal Sabtu/16 Oktober 2021

Petunjuk

Kerjakan sendiri - sendiri dengan keyakinan lebih banyak dari biasanya. Kerjakan diketik
dengan format A4. TNR 12 Spasi 1.5 Upload melalui e-learning dalam bentuk pdf paling
lambat besok 11.00 pagi. SELAMAT BEKERJA.

Soal .

1. Dalam serangkaian sejarah panjang Indonesia pada masa pergerakan nasional banyak
peristiwa yang terjadi diantaranya adalah penangkapan para tokoh yang di anggap
sebagai pemberontak / membahayakan bagi pemerintah nasional, banyak tokoh tokoh
Indonesia yang pernah diasingkan di Boven Goel.
- Bagaimana latar belakang pendirian kamp Boven Goel pada tahun 1927-1943 ?

- Bagaimana perjuangan Moh. Hatta, Sultan Syahrir dan Mohammad Bondan


menghadapi tantangan kehidupan pengasingan?

2. Bagaimana hubungan proklamasi kemerdekaan RI dengan Pancasila, serta bagaimana


hubungan antara proklamasi 17 Agustus 1945 dengan pembukaan UUD 1945?
3. - Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia pada masa kolonial Belanda ( 1900-
1942 ) ? - Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia pada masa pendidikan Jepang
- Bangaimana perbandingan sistem pendidikan di Indonesia pada masa kolonial
Belanda dengan masa pendidikan Jepang ?

4. - Bagaimanakah proses pemberhentian Presiden dan wakil presiden R.I menurut UUD
1945 ( Hasil amandemen ) ?
- Apa yang menjadi hambatan dalam pemberhentian presiden dan wakil presiden
menurut UUD 1945 ( hasil amandemen ) ?

Jawaban :
1.
A.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kabupaten Boven Digoel dikenal dengan
sebutan Digul Atas, dan merupakan tempat pengasingan tokoh-tokoh pejuang
kemerdekaan Indonesia. Digul Atas terletak di tepi Sungai Digul Hilir.
Pada tanggal 18 November 1926, Raad van Nederlandsch-Indie (Dewan Hindia
Belanda) mengadakan rapat luar biasa yang memutuskan pembangunan tempat
pengasingan (kamp) untuk menampung tawanan Pemberontakan PKI tahun 1926
yang diputuskan berada di hulu Sungai Digoel.Di antara tokoh-tokoh pergerakan
yang pernah dibuang ke sana antara lain Mohammad Hatta, Sutan Syahrir,Sayuti
Melik, Marco Kartodikromo,Thomas Najoan,[8] Chalid Salim, Lie Eng Hok,
Muchtar Lutfi, dan Ilyas Ya’kub.

B.
Periuangan Moh. Hatta, Sutan Siahrir dan Mohammad Bondan menghadapi
tantangan kehidupan pengasingan Kehidupan pengasingan tetaplah kehidupan yang
terisolasi dan tidak bebas. Begitu pula berbagai tekanan yang harus dihadapi oleh
para penghuni pengasingan termasuk tiga tokoh pasionalis vaitu Moh. Hatta, Sutan
Siahrir dan juga Mohammad Bondan ketiganya harus menghadapi tekanan kondisi
fisik dan lokasi Tanah Merah Boven Digoel yang terisolasi dan juga tekanan politik
yang pemerintah kolonial berikan meski begitu para tokoh ini tetan berjuane juga
pntuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme di kamp pengasingan Boven Digoel
2..
Pembukaan UUD 1945 dengan proklamasi kemerdekaan mempunyai hubungan erat,
sebab pembukaan UUD 1945 adalah penuangan jiwa proklamasi yaitu jiwa
Pancasila,proklamasi kemerdekaan merupakan suatu proclamation of independence
sedangkan pembukaan UUD 1945 adalah declaration of “
pembukaan UUD 1945 adalah pernyataan kemerdekaan yang mengandung cita-cita
luhur kesatuan republik Indonesia atau NKRI pembukaan UUD 1945 adalah
deklarasi kemerdekaan Indonesia yang memuat cita-cita luhur dari proklamasi
kemerdekaan Indonesia proklamasi tidak akan mempunyai arti tanpa deklarasi sebab
tujuan proklamasi menjadi semata-mata hanya kemerdekaan sebaliknya deklarasi
baru mempunyai arti dengan adanya proklamasi yang melahirkan kemerdekaan
sebagai sumber hukum terbentuknya NKRI.

3.
A.
Pada akhir era abad ke 19 dan awal abad ke 20, Belanda memperkenalkan sistem
pendidikan formal yang lebih terstruktur pada rakyat Indonesia yaitu:
1. ELS (Europeesche Lagere School) Sekolah dasar bagi orang eropa.
2. Alš (Hollandsch-IRlandsche Schooll Sekolab dasar bagi pribumi.
3. MULO (Meer Uitgebreid Lager Sekolah menengah.
4. AMS (Algeme(e)ne Middelbare School) Sekolah atas.
5. HBS (Hogere Burger School) Pra- Universitas.
Nah Tidak berhenti sampai disana. Belanda juga mendirikan sejumlah perguruan tinggi
di Pulau Jawa pada abad ke-20. Tujuannya saat itu adalah Belanda ingin memperdalam
pendidikan di Indonesia. Beberapa perguruan tinggi yang didirikan, yaitu
1.School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA)- Sekolah kedokteran di Batavia.
2. Nederland-Indische Artsen School (NIAS) Sekolah kedokteran di Surabaya.
3. Rechts Hoge School – Sekolah hukum di Batavia.

B
Pendidikan berdasarkan kelas sosial yang sebelumnya berlaku di era Hindia Belanda,
dihapuskan. Jepang mengadakan perubahan di bidang pendidikan, di antaranya
menghapuskan dualisme pengajaran. Dengan begitu habislah riwayat penyusunan
pengajaran Belanda yang dualistis membedakan antara pengajaran barat dan pengajaran
pribumi. Adapun susunan pengajaran menjadi,

 pertama, Sekolah Rakyat enam tahun (termasuk sekolah pertama).


 Kedua, sekolah menengah tiga tahun.
 Ketiga, sekolah menengah tinggi tiga tahun (SMA pada zaman Jepang).

C.
 Pendidikan di masa penjajahan Belanda pun berbeda dari masa penjajahan Jepang.
Pada masa penjajahan Belanda, pelajar hanya boleh dari kalangan bangsawan.
Sementara pada masa penjajahan Jepang, pelajar boleh dari kalangan mana pun.
 Pendidikan pada masa pemerintahan kolonial belanda: Sangat jelas, dibatasi.
Karena kita hanya diajar untuk bisa membaca serta menulis, dan juga hanya anak
anak bangsawan atau anak anak menengah ke atas yang bisa menempuh pendidikan
yang baik.
 Sedangkan pada masa jepang: Konkritnya tujuan pendidikan pada masa pendidikan
Jepang di Indonesia adalah menyediakan tenaga-tenaga Cuma- Cuma (Romusha)
dan prajurit-prajurit untuk membatu perperangan bagi kepentingan Jepang. Oleh
karena itu pelajar-pelajar di haruskan latihan phisik, latihan kemiliteran, dan
indoktrinasi ketat. Pada akhir masa Jepang terdapat tanda-tanda tujuan pendidikan
menjepangkan anak-anak Indonesia.

4.
A.
 Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (“DPR”) kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (“MPR”)
hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi
(“MK”) untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan pendapat DPR bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

 Pengajuan permintaan DPR kepada MK hanya dapat dilakukan dengan dukungan


sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna
yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR.
 MK wajib memeriksa, mengadili, dan memutuskan dengan seadil-adilnya terhadap
pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
tersebut paling lama 90 hari setelah permintaan DPR itu diterima oleh MK.
 Apabila MK memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti
melakukan pelanggaran hukum, DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk
meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada MPR.[4]
 MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul DPR tersebut paling
lama 30 hari sejak MPR menerima usul tersebut.[5]
 Keputusan MPR atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus
diambil dalam rapat paripurna MPR yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari
jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang
hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan dalam rapat paripurna MPR
Hasil amandemen UUD 1945
Perubahan mendasar meliputi 10 hal, yaitu (1) penegasan Indonesia sebagai negara
demokratis berdasar hukum berbasis konstitusionalisme; (2) perubahan struktur dan
kewenangan MPR; (3) pemilihan Presiden dan wakil Presiden langsung oleh rakyat; (4)
mekanisme pemakzulan Presiden dan/atau Wakil Presiden;

B.
Hamnbatan hambatan nya ialah;
1.belum dibentuknya mahkamah konstitusi
2. Dalam sistem pemilihan Presiden secara langsung sebenarnya secara logika apabila
Presiden dipilih olch rakyat maka Presiden harus bertanggung jawab kepada rakyat,
3.sebagai pemilih dan disisi lain pemberhentian Presiden ada berbagai alasan politik. Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) terlalu menyibukkan diri pada hal-hal yang tidak urgen, yakni
justru asyik dan tenggelam pada persoalan perlu tidaknya Pansus Bulogate dibentuk. Padalal,
ada pekerjaan yang lebih penting dan mendesak yang harus segera dilaksanakan, yakni
menjalankan amanah dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dari hasil perubahan
UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai