Anda di halaman 1dari 32

LIMNOLOGI

MANUAL PRAKTIKUM

DWI OKTAFITRIA, S.Si., M.Sc

Prodi Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas PGRI Ronggolawe
Tuban - 2019
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Manual Praktikum
KATA PENGANTAR •••

Tuban, Oktober 2019

Buku praktikum Limnologi ini digunakan sebagai penuntun


bagi mahasiswa dalam melakukan praktikum Limnologi. Tujuan
utamanya adalah membantu praktikan dalam mempelajari teknik
sampling dan prosedur dasar analisis laboratorium.

Materi praktikum Limnologi ini mempelajari mengenai aspek-


aspek teknis dan metode sampling di bidang perairan darat sebagai
pembekalan ketrampilan bagi mahasiswa yang akan memilih
bidang tugas akhir yang berhubungan dengan lingkungan perairan.
Penguasaan aspek teknis ini akan bermanfaat juga bagi mahasiswa
setelah lulus sarjana S1 yang memperoleh kesempatan kerja di
bidang limnologi dasar.

Apabila dalam penyusunan buku petunjuk praktikum


Limnologi ini terdapat kekurangan, maka kami mengharapkan
adanya bantuan dari semua pihak agar dapat lebih
menyempurnakannya.

1
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Table of Contents
Manual Praktikum ................................................................................................................................ 1
Kompetensi 1........................................................................................................................................ 1
Kompetensi 2........................................................................................................................................ 1
Kompetensi 3........................................................................................................................................ 1
Kompetensi 4........................................................................................................................................ 1

2
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Kompetensi 1
Praktikum 1 •••

Pengamatan Kualitas Fisik dan Kimia Utama Di


Perairan Tawar
Mahasiswa
Metodologi
mengetahui dan
a. Parameter Fisika mampu
1. Suhu melaksanakan
metode standard
Parameter kualitas air tentang suhu diukur dengan
thermometer Hg. Bagian ujung thermometer yang ber-Hg
analisis sampel air di
dimasukkan ke dalam perairan hingga seluruh bagiannya masuk laboratorium.
dalam badan air dan ditunggu beberapa saat sampai air raksa
dalam thermometer menunjuk atau berhenti pada skala tertentu.
Kemudian dicatat angka yang tertera di skala tersebut dalam
satuan derajat Celcius (ºC). Pembacaan thermometer dilakukan
pada saat thermometer masih dalam air dan pada bagian air
raksa (thermometer) tidak sampai tersentuh oleh tangan secara
langsung.

2. Kecerahan

Kecerahan perairan dapat diukur dengan keping secchi


atau secchi dish. Secara pelan-pelan secchi dish dimasukkan/
diturunkan ke dalam air hingga batas kelihatan atau batas tidak
tampak pertama kali dan dicatat kedalamannya sebagai (D1).
Kemudian secchi dish dimasukkan lebih dalam lagi dan pelan-
pelan ditarik kembali ke permukaan sampai nampak pertama kali
dan dicatat kedalamannya sebagai (D2).

3. Kecepatan Arus

Kecepatan arus air dapat diukur dengan menggunakan


benda yang melayang dalam perairan. Benda yang dapat
melayang atau berada di bawah permukaan air biasanya botol
plastik bekas air mineral (600 ml diisi air ±400 ml). Botol tersebut
diikat dengan tali rafia sepanjang 5 meter, kemudian dilepas ke
perairan yang berarus. Saat pertama kali benda tersebut
bergerak merupakan awal mencatat lamanya waktu benda
tersebut bergerak. Ditunggu sampai panjang tali 5 meter itu habis
dan dicatat waktu tempuhnya.

3
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

b. Parameter Kimia
1. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH suatu perairan dapat diukur dengan
menggunakan pH paper atau menggunakan pH pen.
 pH paper
Memasukkan pH paper ke dalam air sekitar 0,5 menit,
dikibaskan sampai setengah kering, kemudian
dicocokkan perubahan warna pada pH paper dengan
kotak standart.
 pH pen
Standarisasi dahulu pH pen sebelum dipakai dengan
cairan pH standar. Dimasukkan pH pen ke dalam air yang
akan diukur kadar pH-nya kemudian dilihat angka pada
layar pH pen. Setelah dipakai segera standarisasi kembali.

2. Oksigen Terlarut (DO)


Kadar oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen suatu perairan
dapat diukur dengan prosedur sebagai berikut:
 Volume botol DO yang akan digunakan diukur dan
dicatat.
 Memasukkan botol DO ke dalam air yang akan diukur
kadar oksigennya secara perlahan-lahan dengan posisi
miring, membelakangi arus dan diusahakan jangan
sampai terjadi gelembung udara.
 Selanjutnya botol DO yang masih dalam perairan ditutup
dan diangkat dari dalam perairan.
 Kemudian buka tutup botol yang berisi air sampel dan
ditambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH+KI lalu tutup
kembali dan dibolak-balik sampai tercampur lalu biarkan
sekitar 30 menit hingga terbentuk endapan kecoklatan.
 Filtrat (air bening di atas endapan) dibuang dengan hati-
hati, kemudian endapan yang tersisa diberi 1-2 ml H2SO4
pekat dan dikocok perlahan sampai endapan larut (2 ml
H2SO4 untuk volume botol ±250 ml dan 1 ml untuk volume
botol ±150 ml).
 Ditambahkan 3-4 tetes amylum, selanjutnya dititrasi
dengan Na-thiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N sampai jernih atau
tidak berwarna untuk pertama kali.
 Volume Na-thiosulfat yang terpakai (ml titran) dicatat.

3. Karbondioksida (CO2)
Kadar karbondioksida dalam perairan dapat diukur dengan
prosedur sebagai berikut:
 Memasukkan 25 ml air sampel ke dalam erlenmeyer,
kemudian ditambahkan 1-2 tetes indikator PP.
 Bila air berwarna merah muda berarti air tersebut tidak
mengandung CO2 bebas.
 Bila air tetap tidak berwarna setelah ditambahi PP, cepat
titrasi dengan Na2CO3 0,0454 N sampai warna menjadi
merah muda (pink) pertama kali.
 Volume Na2CO3 yang terpakai (ml titran) dicatat.

4
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

4. Alkalinitas
Kadar alkalinitas dalam perairan dapat diukur dengan prosedur
sebagai berikut:
 Memasukkan 50 ml air contoh ke dalam erlenmeyer 250 ml.
 Tambahkan 2 tetes indikator PP. Bila:
 Terbentuk warna pink lanjutkan ke 3
 Tidak berwarna lanjutkan ke 4
 Dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N dengan menggunakan
indikator PP sampai warna merah muda tepat hilang.
Kemudian ditambahkan 2 tetes indikator MO (Methyl
Orange) dan titrasi dilanjutkan sampai terbentuk warna
merah muda pertama kali (alkalinity MO).
 Ditrasi dengan larutan HCl 0,02 N dengan menggunakan
indikator MO sampai tepat terjadi perubahan warna.
Hitung volume HCl 0,02 N yang digunakan.

5. Amonium Nitrogen
Kadar amonium nitrogen dalam perairan dapat diukur
dengan prosedur sebagai berikut:
 Air sampel disaring agar bahan yang berbentuk partikel
terambil dari air sampel tersebut, kemudian diambil 25 ml.
 Selanjutnya ditambahkan ke dalam air sampel 2 ml
pereaksi nessler dan diaduk rata.
 Dibiarkan sekitar 10 menit agar terbentuk warna dengan
sempurna. Kemudian dimasukkan larutan ke dalam cuvet.
 Air sampel (No.3) dibandingkan dengan larutan baku untuk
menaksir kadar ppm ammonia nitrogen. Apabila
pengukuran menggunakan spektrofotometer (panjang
gelombang 425 µm).

6. Orthofosfat
Kadar ortofosfat dalam perairan dapat diukur dengan prosedur
sebagai berikut:
 Menuangkan 25 ml air sampel ke dalam erlenmeyer
berukuran 50ml.
 Menambahkan 1 ml ammonium molybdat ke dalam
masing-masing larutan standar yang telah dibuat dan
dihomogenkan sampai larutan bercampur.
 Ditambahkan 2 tetes larutan SnCl2 yang masih baru dibuat
dan dihomogenkan. Warna biru akan timbul (10-12 menit)
sesuai dengan kadar fosfornya.
 Memasukkan larutan (No.3) ke dalam cuvet.
 Bandingkan warna biru air sampel dengan larutan
standar, baik secara visual a

5
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

7. Total Organic Matter (TOM)


Kadar TOM dalam perairan dapat diukur dengan prosedur
sebagai berikut:
 Memasukkan 50 ml air sampel ke dalam erlenmeyer.
 Menambahkan 9,5 ml KMnO4 dari buret dan
ditambahkan 10,00 ml H2SO4.
 Dipanaskan di atas water bath sampai suhu
mencapai 70-80ºC kemudian angkat.
 Bila suhu telah turun menjadi 60-70ºC langsung
tambahkan Na-oxalate 0,01 N perlahan sampai
tidak berwarna.
 Segera titrasi dengan KMnO4 0,01N sampai
terbentuk warna (merah jambu/pink) dan volume
yang terpakai dicatat sebagai ml titran (x ml).
 Melakukan prosedur (1-5) dengan menggunakan
sampel berupa aquadest dan dicatat titran yang
digunakan sebagai (y ml).

8. Nitrat Nitrogen
Kadar nitrat nitrogen dalam perairan dapat diukur dengan
prosedur sebagai berikut:
 Menyaring 25 ml sampel dan dituangkan ke dalam
cawan porselin.
 Diuapkan diatas hot plate sampai kering hati-hati
jangan sampai pecah dan didinginkan.
 Ditambahkan 1 ml asam fenol disulfonik, diaduk
dengan pengaduk gelas dan diencerkan dengan 10 ml
aquadest.
 Ditambahkan (dengan meneteskan) NH4OH sampai
terbentuk warna. Encerkan dengan aquadest sampai
25 ml. Kemudian dimasukkan dalam cuvet.
 Bandingkan dengan larutan standar pembanding
secara visual atau dengan spektrofotometer (panjang
gelombang 410 µm).

9. Salinitas
Kadar garam perairan dapat diukur dengan menggunakan
refraktometer atau salinometer.
A. Refraktometer:
1) Dibuka penutup kaca prisma
2) Dikalibrasi dengan aquadest
3) Dibersihkan dengan tissue secara searah
4) Diteteskan 1-2 tetes air yang akan diukur salinitasnya
5) Ditutup kembali dengan hati-hati agar tidak terjadi
gelembung udara dipermukaan kaca prisma
6) Diarahkan ke sumber cahaya
7) Dilihat nilai salinitasnya dari air yang diukur melalui
kaca pengintai

6
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

B. Salinometer
1) Diambil gelas ukur 200 ml atau lebih
2) Diisi sampel air kurang lebih ¾ bagian
3) Dimasukkan salinometer kedalam gelas ukur
4) Ditunggu sampai salinometer tidak bergerak dan
dibaca skala yang menunjukan angka salinitas.

Analisa
Data Hasil Pengukuran Kualitas Air
No Hasil
Parameter Kualitas Air
. Kolam Sungai
1. Suhu
2. Kecerahan
3. Kecepatan arus
4. pH (Poisoning Hidrogen)
5. Oksigen Terlarut (DO)
6. Karbondioksida (CO2)
7. Alkalinitas
8. Ammonia Nitrogen
9. Ortofosfat
10. TOM (Total Organic Matter)
11. Nitrat Nitrogen
12. Salinitas

Perhitungan Parameter Fisika


Kecerahan
KOLAM SUNGAI
D1 = D2 = D1 = D2 =

Kecepatan Arus
KOLAM SUNGAI
s= t= s= t=

7
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Perhitungan Parameter Kimia


Oksigen Terlarut (DO)
KOLAM
N titran: V titran: V Botol DO:

SUNGAI
N titran: V titran: V Botol DO:

Karbondioksida (CO2)
KOLAM
N titran: V titran: V air sampel:
CO2 (mg/L) =
SUNGAI
N titran: V titran: V air sampel:
CO2 (mg/L) = =

Alkalinitas
KOLAM
V HCl: N HCl: V air sampel:
CaCO3 (mg/L) = =
SUNGAI
V HCl: N HCl: V air sampel:
CaCO3 (mg/L) = =

Orthofosfat
KOLAM SUNGAI
y= y=
y = 0,9127x-0,0074 = y = 0,9127x-0,0074
=

8
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Total Organic Matter (TOM)


KOLAM
X: Y: V air sampel:
TOM (mg/L) = =
SUNGAI
X: Y: V air sampel:
TOM (mg/L) = =

Nitrat Nitrogen
KOLAM SUNGAI
y= y=
y = 0,4747x-0,0073 = y = 0,4747x-0,0073 =

Jadi, Jadi,
Nilai Nitrat Nitrogen = x. 4,43 = Nilai Nitrat Nitrogen = x. 4,43 =

9
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Kompetensi 2
Praktikum 2 •••

Plankton Sebagai Bioindikator Pencemaran dan


Fitoplankton Mahasiswa
Ukuran fitoplankton berkisar antara 2 mikron
(nanoplankton) hingga 200 mikron (mikroplankton). Pengambilan mengetahui dan
sampel fitoplankton biasanya menggunakan net dengan mesh 30 dapat menganalisis
mikron. Ukuran mesh yang kecil memungkinkan terjadinya
clogging (penutupan mata jaring) oleh partikel (terutama bila plankton sebagai
perairan keruh) dan atau plankton berukuran besar, sehingga bioindikator
akan lebih baik bia sampel diambil menggunakan water sampler.
Sifat fitoplankton yang sangt fragile (mudah rusak)
pencemaran
menyebabkan proses pengawetan menjadi lebih sulit. Formalin lingkungan.
tidak dianjurkan digunakan sebagai pengawet karena akan
merusak sampel. Bila memungkinkan, segera setelah didapatkan,
sample fitoplankton diletakkan kedalam box berisi es. Hal ini
dilakukan untuk mendinginkan suhu sehingga metabolisme
fitoplnkton diharapkan terhenti. Peneliti di LIPI biasanya
menggunakan lugol (5tetes lugol tiap 20 ml sample) sebagai
pengawet untuk fitoplankton.

Zooplankton
Zooplankton dapat berukuran antara 2 mikron
(mesoplankton) hingga 200 cm (megaplankton). Oleh karena itu
sangat sulit untuk mendapatkan semua zooplankton dalam
semua kategori dan tidak ada jenis plankton net yang dapat
mengoleksi semua jenis hewan planktonik. Plankton net untuk
zooplankton biasanya memiliki mesh 80 mikron. Untuk
pengambilan sampel plankton dekat dasar prairan dapat
digunakan net denganbukaan mulut berbentuk persegi panjang
(60x20 cm) adn panjang net 180 cm. Khusus untuk sampling
zooplankton yang berada dekat dasar perairan, iasanya pada
bagian bawah net dipasang semacam peluncur (sled) untuk
menghindari kemungkinan net mengeruk substrat dasar.
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pengambilan
sample zooplankton adalah penghindaran plankton dari net,
pelepasan plankton keluar dari net, clogging (mesh tertutup oleh
palnkton atau partikel lain). Zooplankton dapat menghindar dari
kemungkinan tertangkap oleh net karena memiliki organ sensor
fisiko-kimia yang dapat mendeteksi mangsa dan pemangsa. Bila
plankton telah masuk kedalam net, ada kemungkinan dapat
keluar lagi, hal ini disebabkan oleh ukuran plankton dan atau
perubahan bentuk net saat pengambilan sampel. Bila jarak
penarikan net terlalu jauh, terdapat kemungkinan mesh akan
tertutup oleh plankton atau partikel.

10
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Pada perairan estuari dan pantai bersubstrat lumpur,


pengambilan sampel dekat dasar perairan dapat
mengakibatkan terjadinya turbulensi dan membuat net lebih
cepat mengalami clogging. Untuk mngatasi hal ini, dapat
digunakan pompa atau water sampler untuk mengambil air yang
akan disaring.
Sampling dilakukan dengan menarik net pada bagian sisi
perahu dengan kecepatan ≥ 2 knot (± 3km/jam) selama selang
waktu tertentu. Sampel yang tersaring dalam net dimasukkan
botol plastik bening bermulut lebar denga volume 200-500 ml.
Selanjutnya diberi larutan pengawet berupa formaldehid
(formalin) 5 atau 10 % yang telah dinetralkan dengan boraks
untuk mempertahankan pH agar tetap berada pada level netral.

Metodologi
Sebelum pelaksanaan praktikum, mahasiswa (dibawah supervisi
asisten praktikum) diwajibkan untuk menyiapkan peralatan dan
bahan praktikum sebagai berikut;

• KITAHARA modified net,


- bukaan mulut 0.30 meter,
- panjang 1.00 meter dan
- mesh-size 0.080 mm
• Sprayer
• Kertas label
• Mikroskop stereo dan compound
• Petri dish
• Pewarna lugol • Buffered-formalin 5%
• Pipet tetes dan/atau syringe
• Botol sampel atau botol vial volume 100 ml
• Global Positioning System (GPS)
• Sedgwick rafter dan/atau counting chamber volume 1 ml
• NORPAC net, bukaan mulut 0.45 meter, panjang 1.80
meter dan mesh-size 0.150 mm.

Prosedur Kerja
1. Sampling Faktor Lingkungan
a) Salinitas
Salinitas diukur dengan menggunakan hand salino-refractometer
yang memiliki tingkat ketelitian hingga 1 ‰.
b) Suhu
Suhu diukur dengan menggunakan termometer merkuri yang
memiliki tingkat ketelitian hingga 10 C.

11
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

c) Kecerahan air
Kecerahan air diukur dengan menggunakan alat Secchi disc.
Tingkat kecerahan dinyatakan dalam satuan meter (m).

2. Sampling Plankton
a) Tentukan titik sampling yang representatif lalu rekam posisi
geografisnya dengan GPS.
b) Sampel plankton diperoleh dengan menyaring air laut
menggunakan plankton net. Sampel fitoplankton disaring dengan
KITAHARA net sedangkan sampel zooplankton disaring dengan
NORPAC net.
c) Pada saat pengoperasian, plankton net ditarik dengan
menggunakan perahu pada kecepatan ± 2 knot (± 3.8 km/jam).
d) Setelah proses penyaringan selesai, bagian luar plankton
net disemprot (menggunakan sprayer) dengan air yang diambil
dari lokasi sampling. Perlakuan ini bertujuan agar sampel plankton
yang melekat pada dinding net dapat terkumpul semua kedalam
botol penampung (bucket).
e) Selanjutnya sampel dalam bucket dipindah kedalam botol
koleksi (botol sampel) dan diawetkan dalam buffered-formalin
5%. Beri label penanda pada botol sampel.
f) Khusus untuk sampel fitoplankton, masukkan 5 tetes
pewarna lugol kedalam botol sampel.

E. Analisis Sampel
Sampel fitoplankton dapat langsung diidentifikasi tanpa proses
sorting terlebih dahulu. Sebanyak 1 ml sampel diteteskan kedalam
sedgwick rafter atau counting chamber dan diamati dibawah
mikroskop compound binocular. Selanjutnya plankton
diidentifikasi dan dihitung jumlahnya pada tiap kategori taxon
(untuk penelitian kuantitatif).
Karena fitoplankton yang berbentuk rantai sangat mudah
putus, maka pencacahan dilakukan dengan menghitung jumlah
sel dalam sedgwick rafter.
Penghitungan sel menggunakan formulasi berikut;

dimana : N = jumlah sel per ml3


n = jumlah sel yang dihitung dalam m tetes
m = jumlah tetes contoh yang diperiksa
s = jumlah volume sampel dengan pengawetnya (ml)
a = volume tiap tetes contoh
v = volume air tersaring (liter)

12
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Volume air tersaring bila sampling dilakukan dengan teknik


towing (menarik net) dapat dicari melalui persamaan berikut;
dimana : V = volume air tersaring (m3)
A = luas mulut plankton net (π x r2) (m2)
V=Axd d = jarak penarikan plankton net (m)

Sampel zooplankton yang telah diperoleh sebaiknya


segera di pilah-pilahkan (sorting) berdasarkan taxa-taxa tertentu,
seperti ordo atau kelas. Bila sampel yang didapat terlalu banyak,
maka sampel dapat dibagi menjadi volume yang lebih kecil
dengan menggunakan splitter.
Proses sorting dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan bantuan mikroskop stereo. Sampel dimasukkan
kedalam cawan Petri dan dipilah dengan menggunakan pinset
khusus untuk zooplankton. Selanjutnya tiap taxon dimasukkan
kedalam botol sampel bening berukuran lebih kecil (100 – 200 ml)
yang telah berisi larutan pengawet (5 % formalin yang telah
dinetralkan dengan boraks). Sorting tahap kedua mutlak
diperlukan bila sampel zooplankton yang ada akan
dikelompokkan kedalam taxa yang lebih rendah, misalnya famili
atau genus.
Secara umum, identifikasi zooplankton lebih mudah
dilakukan daripada fitoplankton. Akan tetapi untuk Crustacea
seperti Mysid dan Copepoda, mungkin perlu dilakukan proses
pembedahan dan pemotongan appendage bila hendak
diidentifikasi hingga taxon famili atau species.

Analisis Data
Keanekaragaman (diversity) disusun oleh dua komponen utama,
yaitu variasi spesies dan kelimpahan relatif spesies. Tingkat
keanekaragaman sendiri dapat dilihat dari nilai Indeks Diversitas
(H’), Indeks Kekayaan Jenis (Species Richness) dan Indeks
Kemerataan Jenis (Evenness).

1. Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H’)


Perhitungan nilai indeks diversitas menggunakan persamaan
Shannon-Wiener sebagai berikut;

dimana : H’ = Indeks Diversitas Shannon-Wiener


ni = jumlah individu species i
N = jumlah total individu semua species

13
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

2. Indeks Kekayaan Jenis (Richness) Margalef


Indeks ini digunakan untuk mengetahui banyak sedikitnya taxon
serta konsentrasi biota dalam satu komunitas. Bila hanya terdapat
satu taxon dalam suatu komunitas, maka nilai indeks akan sama
dengan nol.

dimana : d = Indeks kekayaan jenis


S = jumlah taxon (spesies)/ sampel
N = jumlah individu seluruh spesies

3. Indeks Kemerataan Jenis (Eveness) Pielou


Indeks ini menunjukkan pola sebaran biota, yaitu merata atau
tidak. Jika nilai kemerataan relatif tinggi maka keberadaan setiap
jenis biota di perairan dalam kondisi merata.
dimana; J = Indeks kemerataan
H = Indeks keanekaragaman
S = Jumlah spesies dalam sampel

Nilai indeks kemerataan adalah 0 – 1. Bila indeks bernilai tinggi


(mendekati 1), maka kandungan setiap taxon tidak berbeda
banyak.

Diskusi
Sampel yang didapat dianalisis dengan menggunakan tabel
berikut.
Kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas fitoplankton dan
zooplankton
Kualitas Indeks Indeks
Perairan Diversitas Diversitas
Phytoplankton Zooplankton
Sangat Baik >2.0 >2.0
Baik 1.6 – 2.0 1.6 - 2.0
Sedang 1.0 – 1.6 1.4 – 1.6
Buruk 0.7 – 1.0 1.0 – 1.4
Sangat Buruk <0.7 <1.0

14
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Kompetensi 3
Praktikum 3 •••

Plankton dan Warna Air


Perbedaan warna air yang timbul di perairan tawar
Mahasiswa
merupakan indikasi dari adanya dominasi dan keaneka-ragaman
phytoplankton. Sehingga pengetahuan tentang warna air dan mengetahui dan
jenis phytoplankton yang mendominasi perairan dapat dijadikan dapat menganalisis
sebagai suatu petunjuk dalam pengelolaan phytoplankton. Chen warna perairan
(1985) mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara warna
air dengan dominasi phytoplankton tertentu dengan produktivitas
berdasarkan
tambak apabila budidaya berjalan secara baik. Berikut ini adalah komposisi plankton
jenis-jenis warna air dan jenis phytoplankton yang mendominasi.

Warna Hijau
Air warna hijau biasanya terjadi bila dasar perairan
kekurangan bahan organik atau tambak/kolam baru, warna ini
relatif baik dan biasanya kualitas air hijau lebih stabil. Udang yang
hidup didalamnya berwarna cerah dan bersih, kematian massal
jarang terjadi pada warna hijau. Bila salinitas turun sering terjadi
dominasi algae Scenedesmus dan Euglena. Produktivitas yang
dihasilkan apabila budidaya dalam kondisi normal dapat
mencapai 4 – 8 ton/ha tiap siklus. Warna hijau yang terjadi terdiri
dari hijau muda, hijau, hijau tua dan hijau coklat.

A. Hijau Muda
Air tambak yang berwarna hijau disebabkan oleh adanya
dominasi phytoplankton kelas Chlorophyceae, jenis utama yang
mendominasi adalah Chlorella juga terdapat spesies
Scenedesmus, Chroococcus dan Planktonsphaeria, euglena,
Sceletonema, dan Plankton lain yang dapat ditemui adalah
Oscillatoria, spesies ini akan mendominasi apabila tidak dilakukan
pengelolaan plankton yang optimal karena apabila nutrien
berkurang, jenis ini masih bisa tumbuh dengan baik sehingga
dapat mengalahkan dominasi phytoplankton lain seperti
Chlorophyceae. Warna air ini biasanya banyak ditemui pada
awal budidaya dimana akumulasi bahan organik dari sisa pakan
masih rendah dan saat itu phytoplankton berada pada masa
pertumbuhan. Transparansi air pada awal budidaya dengan
warna hijau muda adalah > 60 cm. Warna air ini relatif baik dan
dapat dipertahankan.

15
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Jenis-jenis phytoplankton yang sering ditemukan pada warna


hijau muda dan hijau.

Warna hijau muda

Jenis-jenis phytoplankton pada warna hijau muda dan hijau

B. Hijau
Warna hijau umumnya terjadi akibat perubahan warna
hijau muda sebagai indikasi dari meningkatnya kelimpahan
hytoplankton sehingga jenis phytoplanktonnya relatif sama
dengan yang ditemukan pada warna hijau muda. Kelas
Chlorophyceae dengan spesies utama Chlorella masih banyak
mendominasi. Tetapi pada warna ini spesies Oscillatoria masih
terdapat. Transparansi warna airnya berada pada kisaran 30 – 60
cm. Warna hijau ini baik untuk Dipertahankan.

Warna air hijau

16
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

C. Hijau Tua
Warna air hijau tua biasanya banyak ditemui pada periode
budidaya DOC 80 ke atas sampai menjelang panen, hal ini
disebabkan adanya akumulasi pakan (bahan organik) yang
mulai tinggi sebagai sumber nutrien bagi pertumbuhan
phytoplankton. Warna air hijau tua memiliki transparansi < 30 cm
awalnya pada warna ini Chlorophyceae seperti Chlorella sering
ditemukan dan masih mendominasi tetapi dengan semakin
bertambahnya umur budidaya dan naiknya bahan organik yang
tak terkendali serta perawatan air yang kurang baik maka
spesies-spesies Chlorophyceae yang tadinya dominan akan
digantikan menjadi kelas Cyanophyceae (BGA) dengan spesies
utama seperti Oscillatoria, juga terdapat Anabaena,
Chroococcus, Merismopedia dan Coelosphaerium. Meskipun
banyak jenis Cyanophyta, Algae hijau masih tetap ada tetapi
dominasinya lebih rendah dibandingkan BGA dan biasanya
warna air akan berubah menjadi hijau pekat dan kebiruan. Untuk
kepentingan budidaya warna air ini tidak menguntungkan,
sebaiknya dilakukan pergantian air atau oplos air, hal ini untuk
menghindari terjadinya blooming BGA (kematian masal BGA)
yang akan menyebabkan DO drop dan timbulnya bau lumpur
pada udang.

Warna air hijau tua

Jenis-jenis phytoplankton yang sering ditemukan pada warna


hijau tua adalah :

17
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

D. Hijau Coklat
Warna hijau coklat terbentuk dari adanya phytoplankton
kelas chlorophyceae dan Bacillariophyceae (diatom). Spesies
utama yang mendominasi adalah Chlorella dan Nitzchia juga
terdapat Cyclotella, Navicula, Chaetoceros, Coscinodiscus dan
Asterionella. Warna air ini memiliki transparansi 30-60 cm. Perlu
diwaspadai warna hijau coklat pada beberapa tambak dapat
didominasi oleh Dinoflagellata seperti Peridinium sehingga
diperlukan cek jenis plankton terhadap warna yang terjadi. Untuk
kepentingan budidaya warna air hijau coklat dapat
dipertahankan tetapi apabila terdapat jenis Dinoflagellata
sebaiknya dilakukan pergantian air atau dengan pemupukan
kembali secara teratur untuk menumbuhkan dominasi jenis
Chlorella atau Diatom.

Warna air hijau coklat

Jenis-jenis phytoplankton yang sering ditemukan pada warna


hijau coklat adalah

Jenis-jenis phytoplankton pada warna hijau coklat

18
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Warna Coklat
Warna air coklat biasanya banyak didominasi oleh kelas
diatom/Bacillariophyceae. Warna air coklat biasanya kurang
stabil/sulit dijaga tetapi baik untuk kehidupan udang sehingga
diperlukan pengelolaan yang lebih baik. Produktivitas yang dapat
dihasilkan adalah 6 – 15 ton/ha. Perlu diperhatikan apabila air
coklat kehitaman (sumber air banyak bahan organik dan tanin),
biasanya akan terjadi dominasi Dinoflagellata dengan kecerahan
air yang tinggi. Udang yang hidup di dalamnya tidak akan sehat,
kulit lunak, carapace mengembang. Produktivitas untuk air jenis
ini adalah 3 ton/ha. Beberapa warna coklat tersebut diantaranya
adalah :

A. Coklat Muda
Warna air coklat muda banyak ditemui pada tahap
persiapan dan awal budidaya dimana akumulasi bahan organik
dari sisa pakan belum begitu tinggi. Timbulnya warna air coklat
muda biasanya disebabkan dari perbedaan pemupukan yang
dilakukan (rasio N/P) dan biasanya sedikit berbeda dengan
pemupukan untuk membuat air berwarna hijau. Transparansi
pada warna ini > 60 cm, kondisi ini baik untuk dipertahankan
karena banyak didominasi oleh phytoplankton kelas
Bacillariophyta (Diatom) seperti Diatomae, Navicula, dan Nitzchia.
Pada warna ini juga sering ditemukan Chlorella.

Warna air coklat muda

19
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Jenis-jenis phytoplankton yang sering ditemukan pada warna


coklat muda dan coklat adalah :

Jenis-jenis phytoplankton pada warna coklat muda

B. Coklat
Warna coklat umumnya terjadi akibat perubahan warna
coklat muda sebagai indikasi dari meningkatnya kelimpahan
phytoplankton, tetapi perubahan coklat muda ke warna coklat
terjadi apabila dilakukan pemupukan secara teratur sesuai dosis
awal sehingga rasio N/P tetap optimal untuk menumbuhkan
diatom. Spesies utama yang mendominasi adalah Cyclotella,
Coscinodiscus, juga terdapat Navicula dan Nitzchia. Transparansi
warna airnya berada pada kisaran 30 – 60 cm. Warna coklat ini
baik untuk dipertahankan.

Warna air coklat

20
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Jenis –jenis phytoplankton yang sering ditemukan pada warna


coklat muda dan coklat adalah :

Jenis-jenis phytoplankton pada warna coklat

C. Coklat Tua
Warna air coklat tua bisa didominasi oleh diatom dan
zooplankton, biasanya ditemui pada periode budidaya DOC 80
ke atas sampai menjelang panen, hal ini disebabkan adanya
akumulasi pakan (bahan organik) yang mulai tinggi sebagai
sumber nutrien bagi pertumbuhan phytoplankton dan kurangnya
pergantian air. Warna air coklat tua memiliki transparansi < 30 cm.
Warna ini perlu diwaspadai apabila jika terdapat indikasi adanya
zooplankton seperti Copepoda atau Brachionus karena akan
mengganggu konsentrasi udang untuk mengkonsumsi pakan.
Jenis diatom yang dapat mendominasi pada warna ini adalah
Melosira, Coscinodiscus, Chaetoceros dan Skeletonema. Warna
air coklat tua kurang baik bagi pertumbuhan udang jadi
sebaiknya dilakukan pergantian air dan apabila terdapat
dominasi zooplankton dilakukan droping zooplankton.

Warna air coklat tua

21
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Jenis-jenis phytoplankton dan zooplankton pada warna coklat


tua

Warna Merah Kecoklatan


Warna merah kecoklatan sebenarnya banyak didominasi
oleh kelas Diatom seperti Chaetocheros, Navicula, Nitczhia,
Skeletonema, Syenedra, Amphora, Euglena dan Biddulphia.
Tetapi saat ini warna yang merah dikuatirkan cenderung di
dominasi oleh Dinoflagellata sehingga diperlukan pengecekan
laboratorium untuk melihat jenis phytoplankton yang
mendominasi. Warna air ini tidak stabil dan sulit untuk dijaga.

Warna air merah kecoklatan

Warna merah kecoklatan yang didominasi oeh Diatom


akan baik untuk udang. Udang yang hidup didalamnya akan
sehat, bersih dan produktivitasnya dapat mencapai 6 – 15
Ton/ha. Perlu di waspadai apabila pada warna ini terjadi
dominasi Biddulphia akan menyebabkan penyakit pada udang
dengan sebab-sebab belum begitu jelas.

22
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Jenis-jenis phytoplankton pada warna merah kecoklatan

Warna Merah (Red tide)


Warna air merah merupakan jenis warna yang berbahaya
bagi budidaya karena biasanya banyak didominasi oleh kelas
Dinoflagellata seperti Gymnodinium, Peridinium, Alexandrium dan
jenis yang lainnya yang dapat mengeluarkan racun apabila
terjadi blooming. Hal ini terjadi karena pemupukan yang tidak
sesuai dosis dan manajemen air yang kurang baik, sehingga
memicu pertumbuhan dinoflagellata dan terjadi dominasi di
tambak. Walaupun dominasi dinoflagellata tinggi tetapi biasanya
Chlorophyceae dan Diatom masih terdapat. Warna ini memiliki
transparansi < 30 cm. Warna seperti ini berbahaya dan tidak layak
untuk budidaya sehingga perlu dilakukan droping plankton,
pergantian air dan pemupukan yang teratur untuk merubah
dominasi dinoflagellata menjadi Chlorophyceae atau Diatom.

Warna air merah

23
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Jenis-jenis phytoplankton pada warna merah

Warna Putih Susu (Milky)


Warna air putih susu (Milky) merupakan warna yang paling
khas, biasanya hanya terjadi di beberapa tambak dan dapat
terjadi mulai dari awal budidaya. Warna putih susu banyak di
dominasi oleh Diatom dengan spesies utama Coscinodiscus
sp,Thalassiosira sp, Nitzchia sp dan Chlorophyceae dengan
spesies utama Chlorella. Warna ini baik untuk budidaya dan perlu
dipertahankan.

Warna air putih susu

24
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Jenis-jenis Phytoplankton pada warna putih susu

Bening
Warna bening (transparansi tinggi dan dasar tambak
terlihat) merupakan indikasi bahwa pemupukan untuk
penumbuhan phytoplankton belum optimal, biasanya terjadi
pada saat persiapan dan awal budidaya. Air bening dapat
terjadi juga pada pertengahan budidaya dimana phytoplankton
mengalami kematian (drop) dan kondisi ini dapat berbahaya
bagi udang karena disertai penurunan DO secara drastis
sehingga udang langsung mengambang ke permukaan.
Air bening pada awal budidaya dapat disertai dengan
tumbuhnya lumut sutera biasanya terjadi dari DOC 0 sampai 30.
Pada awal budidaya dan saat tebar benur air bening tidak
langsung berpengaruh bagi kehidupan benur tetapi tetap air
bening tidak diharapkan karena factor stressor yang lebih tinggi
dibandingkan air berwarna.

Air bening dan enteromorpha

Hal ini terjadi karena tingginya fluktuasi kualitas air akan


memicu stress bagi udang sehingga akan mudah terinfeksi
penyakit dan dengan kurangnya pakan alami akan
menimbulkan kanibalisme sehingga akan berpengaruh pada

25
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Metode
1 Diambil sampel air sebanyak 250 ml dan dimasukkan kedalam
gelas berwarna putih
2. Diamati karakter fisik, warna, suhu, pH, DO, BOD, TSS, TDS
3. Diamati plankton yang ada

Diskusi
1. Bagaimana analisa komposisi plankton yang terdapat pada
masing-masing lokasi pengambilan sampel air?
2. Bagaimana perbandingan sifat fisik perairan berdasarkan
warna air pada masing-masing lokasi?
3. Bagaimana analisa kualitas perairan masing-masing lokasi?

26
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Praktikum 4
Kompetensi 4
Makrobenthos Sebagai Bioindikator •••
Pencemaran dan Analisisnya

Materi
Secara sederhana bioindikator dapat diartikan sebagai
makhluk hidup yang dapat digunakan sebagai petunjuk atau
pemberi tanda. Menurut Arndt et al, 1987 bioindikator adalah
organisme atau asosiasi organisme yang memberikan respon
terhadap keberadaan suatu polutan yang berpotensi
menyebabkan perubahan fungsi yang vital atau polutan yang
bersifat akumulatif. Benthos dapat digunakan menjadi Mahasiswa
bioindikator memiliki beberapa alasan yaitu: mengetahui dan
a) Bersifat sedentaire (menetap) representatif untuk dapat menganalisis
pencemaran logam berat
makrobenthos
b) Bersifat kosmopolitas atau tersebar luas  sehingga
dapat ditemukan dibanyak lokasi sebagai bioindikator
c) Mudah di koleksi pencemaran
d) Siklus hidup relatif panjang  historik lokasi penelitian lingkungan.
dan variasi pengamatan untuk berbagai jenjang
usia
e) Mempunyai kapabilitas dalam mengakumulasi
toksikan.
Dalam menggunakan makrofauna bentik terdapat
keuntungan dan kerugian. Kerugian dari penggunaan
makrofauna bentik sebagai bioindikator yaitu jumlah sampling
harus banyak dan distribusi dan kelimpahan sering kali
dipengaruhi oleh hal alamiah lain sehingga perlu
pengetahuan bioekologi masing-masing spesies.

27
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Prosedur Kerja
Sampling makrofauna bentik
 Makrofauna bentik dikoleksi dengan menggunakan
metode transek sabuk (belt transect) dengan lebar area 0.5
meter kea rah kanan dan kiri garis transek.
 Transek yang digunakan adalah transek yang sama
untuk analisis lamun dan LIT karang.
 Semua jenis makrofauna bentik yang terdapat dalam
transek dikoleksi (dimasukkan kedalam plastik zip-lock yang
telah diisi air laut).
 Spesimen hasil koleksi dipindah kedalam wadah
plastik yang juga telah diisi air laut.
 Semua spesimen diidentifikasi hingga taksa spesies
atau genus dan dihitung kelimpahannya.
 Setelah diidentifikasi, spesimen koleksi dikembalikan ke
habitat asalnya.

Analisis Data
Perhitungan indeks keanekaragaman jenis (diversitas)
makrofauna bentik melalui persamaan Shannon-Wiener
sebagai berikut;

Dimana H’ = Indeks Diversitas Shannon-Wiener


ni = jumlah individu species i
N = jumlah total individu semua species

Perhitungan indeks kesamaan komunitas Morisita-


Horn. Komunitas yang dicari kesamaannya adalah fauna
asosiasi di terumbu karang dan padang lamun, sehingga
data yang diperlukan adalah data rata-rata kelimpahan
fauna asosiasi di padang lamun dan terumbu karang.

Diskusi
Sampel yang didapat dianalisis dengan menggunakan
tabel berikut.
Kualitas perairan berdasarkan diversitas atas kriteria Lee,
Wang, Kuo (1979)
Kualitas Perairan Indeks Diversitas
Tidak tercemar > 2.0
Tercemar ringan 1.5 – 2.0
Tercemar sedang 1.0 – 1.5
Tercemar berat < 1.0

28
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Daftar pustaka

Arinardi, O.H., A.B Sutomo, S.A Yusuf, Trimaningsih, E. Asnaryanti


dan S.H Riyono. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton
Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Jakarta:
Puslitbang Oseanologi – LIPI.

Akrimi dan G. Subroto. 2002. Teknik Pengamatan Kualitas Air dan


Plankton di Reservat Danau Arang-arang Jambi. Buletin Teknik
Pertanian 7 (2): 54-57.

English, S., C. Wilkinson and V. Baker. 1994. Survey Manual for


Tropical Marine Resources. ASEAN- Australia Marine Science
Project. V. Australian Institute of Marine Science.

Ferianita Fachrul, M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta:


Bumi Aksara.

Fitriya, N., 2003. “Zooplankton di Perairan Selat Sunda”. Makalah


Ilmiah Pesisir dan Pantai Indonesia. Jilid 9. Jakarta: Pusat Penelitian
Oseanografi – LIPI.

Hutabarat, S. and S.M Evans. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton.


Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurements.


London: Chapman and Hall.

Nishida, S., S. Sawamoto, J. Nishikawa, S. Ohtsuka, N. Iwasaki, T.


Kikuchi, H. Sekiguchi, M. Terazaki, T. Toda, and W.L. Campos. 2007.
“Identification Manual for Southeast Asian Coastal Zooplankton”.
Manual of LIPI – JSPS Training Course on Methods of Zooplankton
Ecology and Identification. Cibinong, October 25th – 31st, 2007.

Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Jakarta: Pusat Penelitian


Oseanografi – LIPI.

Nybakken, J.W. 1988. Marine Biology: An Ecological Approach,


Fourth Edition. Addison Wesley Educational Publisher Inc.

Omori, M. and T. Ikeda. 1984. Methods In Marine Zooplankton


Ecology. New York: John Wiley and Sons.

Romimohtarto, K. Dan S. Juwana. 1998. Plankton Larva Hewan


Laut. Jakarta. Yayasan Laut Biru

29
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut: Ilmu


Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Romimohtarto, Kasijan. 2004. Meroplankton Laut. Jakarta: Penerbit


Djambatan.

Sidabutar, T. 2008. “Survei Plankton”. Makalah Pelatihan Pelayaran


Kebangsaan bagi Ilmuwan Muda. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas
dan P2O LIPI.

Suwignyo, S., B. Widigdo, Y. Wardiatno dan M. Krisanti. 2005.


Avertebrata Air. Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tan, L.W.H and P.K.L Ng. 1992. A Guide to Seashore Life. Young,
C.M. 2002. Atlas of Marine Invertebrate Larvae. New York:
Academic Press. Singapore: Singapore Science Centre.

30
Manual Praktikum Limnologi - 2019
•••

31

Anda mungkin juga menyukai