Sebelum republik turki ada dan terbentuk, perjanjian lausanne adalah suatu perjanjian
yang didapati dari perang ideologi. Usmani telah merasakan suatu perubahan yang berarti
dalam hidupnya terutama di bidang pendidikan di abad ke 19. Murid-murid yang belajar
diwilayah Usmani diajarkan berfikir positivis, empiris dan logis. Ada juga sekolah asing
mengikuti pendidikan di wilayah Usmani yaitu Konstatinopel.
Di sekolah Usmani terdapat sekolah kedekteran dan apa pula sekolah kemiliteran, jadi
tidak hanya ada asing saja. Adanya sekolah ini menghasilkan kelompok-kelompok yang akan
mempunyai cara berfikir kritis politik yang cocok pada perkembangan zaman. Jadi, ideologi
Islamisme, Westernisme dan Turkisme ini pada saat suatu bangsa dan negara terbentuk
ideologinya telah ada di benak kelompok-kelompok Turki.
Pada saat masa modern suatu paham nasionalisme yaitu suatu ideologi yang
berkembang. Tetapi banyak sudut pandang yang berbeda dalam ideologi ini, suatu pendapat
mengatakan bahwa akar dari nasionalisme bermula pada suatu sudut pandang etnisitas dan
ada pula yang mengatakan bahwa suatu nasionalisme dijadikan sebagai tantangan untuk
sebuah kemodernan. Anthony Smith mempunyai suatu pandangan kosntruksi negara berbasis
etnik ini dituntut oleh memori koletif yang berasal dari etnik. Semenjak masa pra sejarah
kesadaran etnik telah ada hingga terbentuk suatu komunitas. Sudut pandang suatu etnisitas
Turki ini hadir di Pan Turkisme.
Adanya ideologi Pan Turkisme ini mempunyai tujuan agar etnik Turki disatukan
menyeluruh ke dalam bangsa dan negara. Dibentuknya Pan Turkisme tujuannya
membanggakan serta membesarkan etnik Turki. Ada pula penganut ideologi ini yaitu Yusuf
Akcura, didalam buku yang dia buat berjudul Turk Dili ini membahas yaitu Turk menjadi
acuan pada setiap kata yang berawal dari Turk seperti kirgiz, tartar, azeris dan lainnya. Maka
dari itu dianggap menjadi bangsa Turki. Lalu pada tahun 1911 muncul organisasi yang
mempunyai dasar entik yaitu seperti Hati Turki atau Turk Ocag. Organisasi Sejarah Turki
terbentuk pada tahun 1925, tujuan dari terbentuknya organisasi ini agar dapat mengetahui
banyak hal asal mula bahasa dan sejarah Turki, hingga dikeluarkannya suatu teori bahwa
bahasa pertama di bumi ialah bahasa Turki dan bahasa bahasa Turki ialah asal dari segala
bahasa lain. Terdapat suatu pemahaman bahwa orang Turki idalah orang yang pertama kali
berada di bumi, dan dikatakannya bahwa asal dari Turki yaitu dari bangsa Hittit dan Sumeria.
1
Suatu hal yang seperti ini ada karena nasionalismenya mempunyai dasar etnisitas. Paham
yang dijelaskan ini akan selalu ada meski seorang Mustafa Kemal menolak.
Dalam pemikir Pan Turkisme, selain Akcura ada Ziya Gokalp. Pada saat ia merubah
suatu pendirian ia mencoba mempersatukan Pan Turkisme dengan Islam karena menurutnya
Islam ialah suatu dasar yang tidak bisa diabaikan. 2 Tetapi akhirnya Gokalp menyatukan Pan
1
Frial Ramadhan. Barat dan Keruntuhan Usman. (Yogyakarta: deepublish, 2016), 134. (dikutip oleh Stanford
Shaw dan Erzhel Kural Shaw. History of The Ottonan Empire and Modern Turkey Vol II. hlm 376)
2
Frial Ramadhan. Barat dan Keruntuhan Usman. (Yogyakarta: deepublish, 2016), 134. (dikutip oleh Ibrahim
Kaya. Sosial Theory and Later Modernities: The Turkish Experiences (Cambridge University Press: Liverpool,
2004) hlm 60-61)
Turkisme, Westernisme dan Islam karena ia sadar agar dapat mencapai suatu agama yang
modern harus berubah menjadi urusan privasi. Gokalp mencari tahu dalam sejarah pra
Usmani pada saat Turki masih menjalani islamisasi untuk mengetahui identitas bangsa Turki.
Maka dari itu para kemalis atau pengikut ide kemal mustafa menganut ide Gokalp.
Menurut Sunna Killi, nasonalisme kemalis tidak menyiksa dan tidak rasis. Menurut
ideologi kemalis, kebangsaan Turki ini diasosiakan oleh personal kepada suatu tujuan
kemodernan Republik Turki serta untuk komitmen dalam kemerdekaan. 3
Terdapat dua kekuatan yang melemahkan serta mengganggu kedaulatan tanah yang
ditempati, dari dua kekuatan tersebut itu adalah invasi asing dan sultan. Nasionalisme Turki
itu muncul dari keinginannya untuk melawan dua kekuatan yang mengganggu. Dari dua
kekuatan tersebut ada pemberontak asing dan invasi yang diasosiasikan dengan tujuan agar
dapat menguasai dengan cara agama, dan sultan diasosiasikan menjadi sebuah simbol islam
dan monarki absolut. Nasionalisme Turki itu dilandasi dengan adanya perlawanan terhadap
etnik, absolutisme dan dominasi agama. Dalam menentang suatu kekuasaan sewenang-
wenang harus diawasi oleh majelis, ini adalah arti bahwa dengan kontrak sosial lah
absolutisme perlu melawan. Dalam sistem politik monarki terdapat kekeliruan dari sultan
pada saat perang dunia I. Untuk menghancurkan kekuasaan yang absolut perwakilan
masyarakat mengambil keputusan demi nasionalisme.
7
Frial Ramadhan. Barat dan Keruntuhan Usman. (Yogyakarta: deepublish, 2016), 137. (dikutip oleh Feroz
Ahmad. Turkey. Hlm 81)