Anda di halaman 1dari 4

Dimensi – dimensi Puasa

Puasa dalam bahasa Arab disebut ash-Shiyaam yang berarti imsak atau menahan diri.
Dalam istilah syariat Islam, puasa atau shaum berarti suatu bentuk ibadah berupa menahan
diri dari makan, minum dan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga waktu
magrib dengan niat mencari ridha Allah.

Allah telah menempatkan puasa sebagai ibadah yang istimewa.

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan
sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang
akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku.
Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia
berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang
berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.’” (HR. Muslim)

Karena puasa mempunyai kedudukan tersendiri, maka dikatakan puasa merupakan


ibadah yang kaya makna maupun hikmah yang terkandung di dalamnya. Baik dari segi
spiritual, sosial, psikologis maupun kesehatannya.

1. Dimensi Spiritual

‫ب آ َمنُوا الَّ ِذينََ أَ ُّيهَا يَا‬


ََ ‫صيَا َُم َعلَ ْي ُك َُم ُك ِت‬ ََ ‫ن الَّ ِذينََ َعلَى ُك ِت‬
ِّ ‫ب َك َما ال‬ َْ ‫تَتَّقُونَلَ ََعلَّ ُك َْم قَ ْبلِ ُك َْم ِم‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS. Al-Baqarah ayat
183)

Dengan puasa kualitas keimanan dan kedekatan kita kepada Allah SWT akan
meningkat sehingga diharapkan akan menjadi orang yang bertaqwa.

Ibadah puasa harus dibangun diَ atasَ imanَ kepadaَ Allahَ Ta’alaَ dalamَ rangkaَ
mengharapkan ridha-Nya, bukan karena ingin dipuji atau sekedar ikut-ikutan keluarganya
atauَmasyarakatnyaَyangَsedangَberpuasa.َRasulullahَshallallahuَ‘alaihiَwasallamَbersabda:

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari
Allah Ta’ala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”َ(Muttafaqunَ‘alaih)

DIMENSI-DIMENSI PUASA AULIA I


Puasa melatih sifat Ihsan, tingkatan spiritual tertinggi di dalam Islam.
Rasulullahَ SAWَ menjelaskan,َ “Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau
menjawab, ‘Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak
melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (H.R. Muslim).

2. Dimensi Medis

‫ج ا ءَ ت ْ كُ ْمَ ق َ دَْ ال ن َّ ا سَُ أ َ ي ُّ ه َ ا ي َ ا‬ ُّ ‫ل ِ ل ْ مُ ْؤ ِم ن ِ ي نََ َو َر ْح مَ ة ٌ ى َو ه ُ دً ال‬


َ ٌَ‫ص دُ ور ِ ف ِ ي ل ِ مَ ا َو ِش ف َ ا ءٌ َر ب ِّ ك ُ ْم ِم ن ْ مَ ْو ِع ظ َ ة‬

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman.” (QS Yunus ayat 57)

َ‫ا َخ سَ ا ًر إ ِ َّلَ الظ َّ ا ل ِ ِم ي نََ ي َ ز ِ ي دَُ َو َلَ َ ۙ ل ِ ل ْ مُ ْؤ ِم ن ِ ي نََ َو َر ْح َم ة ٌ ِش ف َ ا ءٌَ ه ُ َوَ َم ا ال ْ ق ُ ْر آ ِنَ ِم نََ َو ن ُ ن َ ِّز ُل‬

“Dan Kami turunkan Al Qur’an yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan tidaklah orang-orang yang zalim mendapat sesuatupun darinya kecuali
kerugian” (QS Al-Isra ayat 82)

Puasa bisa mengobati banyak penyakit. Penyakit yang bisa disembuhkan dengan puasa,
antara lain :

• Penyakit kulit seperti eksim, psoriasis/kulit bersisik


• Penyakit jantung meliputi penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung, dan
arterio sclerosis (kekakuan pembuluh darah nadi)
• Penyakit metabolic seperti kencing manis, hypercholesterolemia, infeksi hati kronis,
asam urat, tekanan darah tinggi
• Penyakit pencernaan meliputi sariawan, maag kronis dan kekurangan enzim
pencernaan
• Penyakit ginjal dan saluran kencing seperti gangguan fungsi ginjal, infeksi saluran
kencing dan pembesaran prostat
• Penyakit Kanker
• Penuaan dini seperti keriput dan kelemahan otot
• Penyakit seksual seperti impotensi, ejakulasi dini, hilangnya libido pada wanita,
keputihan kronis, gangguan keseimbangan hormonal

DIMENSI-DIMENSI PUASA AULIA I


Puasa meningkatkan kesehatan fisik

• Saat berpuasa ternyata terjadi peningkatan HDL and apoprotein alfa1, dan penurunan
LDL ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah.
• Penghentian konsumsi air selama puasa sangat efektif meningkatkan konsentrasi urin
dalam ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin hingga mencapai 1000
sampai 12.000 ml osmosis/kg air.
• Dalam keadaan puasa ternyata dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Penelitian menunjukkan saat puasa terjadi pengkatan limfosit hingga sepuluh kali
lipat.
• Pada penderita diabetes mellitus (DM), puasa juga akan merubah beban kerja sistem
metabolisme energi dan lemak. Puasa juga akan menurunkan gula darah dan hormon
insulin.
• Penderita sakit maag dengan puasa, maka pola makannya menjadi teratur, dan
kebiasaan makan tidak sehat bisa dihindari. Dengan demikian, selama berpuasa,
penderita maag fungsional bisa lebih sehat dan keluhan sakitnya akan berkurang.

3. Dimensi Sosial

Puasa akan menumbuhkan rasa empati, mampu, mengerti, memahami, menghayati,


dan merasakan, apa yang dialami oleh orang lain, menempatkan diri ke posisi orang lain
sehingga akan timbul sikap tidak semena-mena, mengerti kepentingan orang lain,
tidak ujub, sombong, takabur, sehingga mampu bersyukur.

Puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita terhadap sesama
manusia. Mengingat dan merasakan penderitaan orang lain merasakan lapar dan haus akan
memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang
lain. Sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan
beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir.

4. Dimensi Psikologis

Puasa merupakan penyembuhan penyakit hati. Puasa menghidupkan hati, mengerem


nafsu dan menundukkan kecintaan berlebihan terhadap dunia. Puasa disyariatkan oleh Allah
adalah untuk mengendalikan nafsu. Nafsu memiliki naluri untuk selalu berbuat keburukan.
Allah SWT berfirman

DIMENSI-DIMENSI PUASA AULIA I


ُ ‫سَ إ ِ َّنَ َ ۚ ن َ ف ْ ِس ي أ ُ ب َ ِّر‬ ۚ
‫ئَ َو مَ ا‬ َ ْ ‫َر ِح ي مٌَ غَ ف ُ و ٌرَ َر ب ِّي إ ِ ن َّ َر ب ِّي َر ِح مََ مَ ا إ ِ َّلَ ب ِ ال سُّ و ِء ََل َ مَّ ا َر ةٌَ ال ن َّ ف‬

“Dan aku (tidak menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS Yusuf ayat
53)

Ayat di atas menerangkan bahwa naluri/sifat dasar yang dimiliki oleh nafsu adalah
selalu mengajak kepada keburukan. Puasa disayariatkan untuk umat Islam agar mereka
mampu mengendalikan nafsunya agar menjadi nafsu yang bisa diarahkan.

Sejalan dengan temuan-temuan di bidang medis khususnya di dunia kedokteran jiwa


bahwasanya puasa dapat meningkatkan kecerdasan emosi manusia (Hadziq:2005). Berbicara
masalah kecerdasan emosi maka yang muncul adalah hal yang positif dalam aspek-aspek
kecerdasan emosi mis: pengelolaan emosi, motivasi diri dan lainnya. Selama kita berpuasa
sesungguhnya kita sedang membiasakan diri kita untuk bersabar atau ini juga masuk kedalam
bentuk regulasi diri atau pengaturan diri. Kecerdasan emosi (EQ) ini nantinya akan sangat
mendukung kesuksesan atau keberhasilan hidup

Puasa pun dapat dijadikan sebagai bentuk terapi untuk menangani gangguan jiwa
(Cott:1977). Selain itu kecemasan yang dirasakan manusia dapat disembuhkan dengan cara
puasa, begitu pula dengan penyakit-penyakit psikologi lainnya antara lain insomnia atau
gangguan tidur.

DIMENSI-DIMENSI PUASA AULIA I

Anda mungkin juga menyukai