Non-hemorrhagic Background: Stroke is brain damage due to reduced blood flow to the
stroke, oxygenation brain. Objective: to determine the effect of oxygen administration and a
and head-up head-up position of 300 on the degree of improvement in oxygen
position saturation in non-hemorrhagic stroke patients. Research method:
quantitative using a quasi-experiment design one group pre-test-post
test. The population is non-hemorrhagic stroke sufferers in the ICU
inpatient unit at PKU Muhammadiyah Sukoharjo Hospital. as many as
30 people, the sampling technique in this study used probability
sampling then to determine the number of samples to be analyzed, this
study used the Slovin formula. Data collection uses data in this study
with observations in a format or blank observing the events or behavior
described will occur. Shapiro-Wilk test data analysis. Results: more
than half were aged 56-65 years 53.30% and were male 53.30%. Before
oxygenation and head-up position, low oxygen saturation was 91.93%.
After administration of oxygenation and head up position oxygen
saturation of 97.27%. Conclusion: There is an effect of oxygenation
and head-up position on the level of improvement in oxygen saturation
in non-hemorrhagic stroke patients. Statistically, the p-value is 0.001
<0.05. Suggestion: Hospitals are expected to provide input for non-
pharmacological actions such as collaboration in providing
oxygenation that already exists at the hospital in implementing the
head-up position in stroke patients to increase oxygen saturation. For
nurses, the results of this study are expected to allow nurses to
understand the provision of a head-up position according to indications
and according to existing procedures set in the hospital. For patients, it
is hoped that stroke patients with oxygen saturation disorders can
overcome their problems by providing the right head-up position to
increase the oxygen saturation value in the body
diterapkan pada tanggal 10 April 2020 di pandemi covid 19 sudah selesai sepenuhnya.
Jakarta kemudian diikuti beberapa kota Pemerintah selalu menghimbau kepada
lainnya. Hal ini hanya berlangsung selama semua masyarakat agar tetap waspada dan
kurang lebih 2 bulan karena perekonomian melakukan kegiatan dengan menjalankan
Indonesia yang terus menurun dan prokes. Hal tersebut disebabkan karena masih
penyebaran COVID-19 yang masih terus ada kemungkinan munculnya virus corona
menyebar (Wikipedia, 2020). gelombang ketiga sebagaimana yang
Covid 19 membawa berbagai diberitakan akhir-akhir ini.
dampak, tidak hanya gangguan kesehatan Perawat sebagai salah satu ujung
tetapi di sektor lain seperti ekonomi dan tombak dalam penanganan pasien Covid 19
sosial. Wang et al. (2020) mengungkapkan dapat dikatakan memiliki potensi besar
bahwa pandemi COVID 19 menimbulkan terjangkit penyakit tersebut. Berkaitan
banyak kerugian seperti halnya gangguan dengan hal ini Pragholapati (2020) menyebut
kesehatan fisik, kesenjangan ekonomi, bahwa selain masuk ke rumah sakit dengan
kesenjangan sosial dan gangguan mental. jumlah pasien yang banyak, tuntutan
Berkaitan dengan gangguan mental, Huang perawatan dan pelayanan kesehatan juga
et al. (2020) menyebutkan bahwa gangguan semakin meningkat, tuntutan ini harus
mental yang terjadi pada pandemi covid 19 dipenuhi oleh seorang perawat yang lebih
ini ialah kecemasan, ketakutan, stress, berpotensi terjadi infeksi lebih awal.
depresi, panik, kesedihan, frustasi, marah, Sebagai salah satu petugas yang
serta menyangkal. berhadapan langsung dengan pasien Covid
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh 19, tentu bisa dipahami apabila perawat
pemerintah guna menyikapi dampak maupun memiliki rasa cemas terhadap kesehatan
risiko adanya pandemi Covid 19 tersebut, mereka. Muncul pula rasa takut tertular
seperti pemberlakuan PSBB (pembatasan penyakit, memiliki kekhawatiran berkaitan
sosial bersekala besar), PPKM dengan keamanan dirinya ketika berada di
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan lingkungan kerja. Rasa cemas bisa juga
masyarakat), kampanye yang terus menerus muncul karena adanya faktor lain seperti
dilakukan agar masyarakat memakai masker, kurangnya alat pelindung diri, waktu kerja
mencuci tangan dengan sabun atau yang menjadi semakin lama, serta rasa takut
handsanitizer, menjaga jarak, dan mengurangi beresiko menularkan COVID-19 ke teman
atau menghindari kerumunan. Semua hal dan keluarga (Inter-Agency Standing
tersebut dilakukan bertujuan untuk menekan Committee, 2020). Rasa cemas dapat timbul
terjadinya potensi penyebaran virus Covid 19. karena di pengaruhi oleh faktor lingkungan
Penyebaran virus corona sangat cepat yang dapat mengancam dirinya, emosi dan
dan sulit ditanggulangi dapat menimbulkan pikiran negatif yang muncul, serta gejala-
keresahan atau kecemasan di tengah-tengah gejala fisik yang dialaminya (Saifudin &
masyarakat, tidak terkecuali tenaga Kholidin, 2015).
kesehatan, khususnya perawat. Stuart (2016) Fadli et al (2020), dalam
menyatakan bahwa kecemasan adalah penelitiannya mengungkapkan bahwa
kecenderungan ketidakberdayaan, berdasarkan penelitian dari 115 responden
kekhawatiran yang belum jelas dirasakan yang dilakukan pada tenaga kesehatan di 3
oleh seseorang. rumah sakit dan 9 layanan kesehatan pada
Akan tetapi pada beberapa bulan bulan April 2020 faktor penyebab kecemasan
terkahir, penyebaran virus korona dapat pada tenaga kesehatan dapat dilihat dari
dikatakan mereda atau melandai. Namun ketersediaan APD yang masih kurang,
demikian bukan berarti keadaan tersebut terhitung 47,8 % mengalami kecemasan
dapat dikatakan bahwa permasalahan ringan, 11,3 mengalami kecemasan sedang,
4
bisa mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, juga bantuan arahan dari bapak/ibu
2012). Semua populasi berhak menjadi pembimbing.
sampel, namun sampel yang akan diambil Data penelitian ini bersifat data
hanya sampel yang memenuhi kriteria. primer dan program IBM SPSS digunakan
Sampel dalam penelitian ini adalah perawat untuk menganalisis data yang diperoleh,
yang ada di bangsal lantai 3 dan bangsal dimana 2 macam analisis data telah
lantai 4 RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo, dilakukan, yaitu analisis univariat dan analisis
di mana besar sampel adalah seluruh bivariat.
sampling yang ada, yaitu 40 responden. Analisa Univariat
Metode sampling menggunakan teknik Analisa univariat pada penelitian ini
penentuan sampel dengan pertimbangan untuk melihat distribusi frekwensi tingkat
tertentu. Dalam penelitian ini tekhnik kecemasan perawat di masa pandemi Covid -
pengambilan sampel yang digunakan adalah 19 ini baik itu yang mempunyai komorbid
total sampling yaitu, teknik pengambilan maupun yang tidak ada komorbidnya.
sampel dimana jumlah sampel sama dengan Analisis Bivariat
populasi (Sugiyono, 2013). Alasan Analisa bivariat dilakukan untuk
mengambil total sampling karena menurut mengetahui hubungan antara variabel
Sugiyono (2013) jumlah populasi yang dependen dan independen yaitu karakteristik
kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan (usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin,) dan
sampel penelitian semuanya. tingkat kecemasan responden di masa
Variabel yang digunakan dalam pandemi Covid 19. Teknik analisa yang
penelitian ini adalah variabel dependen dan dilakukan yaitu dengan analisa Chi-Square.
variable bebas. Variable bebas atau Dengan mengunakan tingkat kemaknaan 95%
independent dalam penelitian ini adalah atau nilai alpha 0,05 (5%). Dimana kriteria
karakersitik responden, yaitu Usia, Jenis pengujiannya adalah sebagai berikut:
Kelamin, dan Pendidikan. Sedangkan a. Bila p value ≤ alpha (0,05) maka
variable dependent adalah tingkat kecemasan hubungan tersebut secara statistik ada
perawat saat pandemi Covid 19 di RS PKU hubungan yang bermakna.
Muhammadiyah Sukoharjo. b. Bila p value > alpha (0,05) maka
Instrument yang digunakan dalam hubungan tersebut mempunyai hubungan
penelitian ini adalah: 1) Kuesioner A berisi yang tidak bermakna (Arikunto, 2006).
tentang identitas perawat, nama inisial
responden, jenis kelamin, umur, ruang kerja, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pendidikan (D3 Keprawatan, S1
Keperawatan, dan S1 Keperawatan Ners); 2)
Kuesioner B kuesioner yang berisi
pertanyaan untuk mengukur tingkat a. Hasil Penelitian
kecemasan dengan menggunakan Zung Self-
Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS).
Data primer didapatkan secara Penelitian ini melibatkan 40 perawat
langsung dari responden melalui kuesioner di bangsal lantai 3 dan bangsal lantai 4
yang diberikan secara lansung, data yang Rumah Sakit PKU Sukoharjo. Berikut akan
didapatkan dari responden berupa tingkat diuraikan gambaran responden dalam
kecemasan perawat saat pandemi covid-19. penelitian ini yang meliputi usia, jenis
Sedangkan data sekunder diperoleh dari kelamin, pendidikan, serta tingkat kecemasan
jurnal, literatur, dan studi kepustakaan yang dalam bentuk tabel dan juga diagram pie.
berkaitan dengan masalah yang diteliti dan
6
Std.
N Mean Median Deviation Minimum Maximum
Usia 40 29.0 27 4.88 22 40
(Data yang diolah : 2021)
Berdasarkan tabel 3.1 diketahui
bahwa usia perawat rata-rata 29,0 tahun
dengan median 27 tahun, nilai standar deviasi
Gambaran responden
4,88 dengan usia minimum 22 tahun dan
berdasarkan jenis kelamin perawat
maksimum 40 tahun.
dapat dipaparkan melalui tabel di
bawah ini
Jenis kelamin F %
Perempuan 28 70.0
Laki-laki 12 30.0
Total 40 100.0
(Data yang diolah : 2021)
Berdasarkan tabel 3.1. gambaran
responden berdasarkan jenis kelamin
perempuan sebanyak 28 orang atau 70%, dan
3) Gambaran Pendidikan Perawat
responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 12 orang atau 30%. Hal tersebut
dapat terjadi karena mayoritas perawat yang
ada di bangsal lantai 3 dan bangsal lantai 4
Rumah Sakit PKU Sukoharjo sebagian besar
adalah berjenis kelamin perempuan. Hal Gambaran responden
tersebut sejalan dengan penelitian yang berdasarkan pendidikan perawat
dilakukan oleh Irawati, Erwin, Nauli (2021), dapat dipaparkan melalui tabel di
yang meneliti mengenai tenaga kesehatan bawah ini
dalam menangai Covid 19, di mana hasil
penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
jenis kelamin adalah perempuan sebanyak 50
orang (87,7%).
Pendidikan F %
D3 Keperawatan 26 65.0
S1 Keperawatan 2 5.0
S1 Keperawatan Ners 12 30.0
Total 40 100.0
(Data yang diolah : 2021)
Berdasarkan tabel 3.4 gambaran PKU Sukoharjo, khususnya di bangsal lantai
responden berdasarkan tingkat pendidikan D3 3 dan bangsal lantai 4 sebagian besar adalah
sebanyak 26 orang atau 65%, responden Diploma 3 atau DIII.. Hasil penelitian ini
dengan pendidikan S1 sebanyak 2 orang atau sejalan dengan peneltian Arruum, Salbiah dan
5%, dan responden dengan pendidikan S1 Muniati (2015), yang menunjukkan bahwa
Keperawatan Ners sebanyak 12 orang atau sebagian besar pendidikan terakhir tenaga
30%. Hal tersebut dapat terjadi karena kesehatan adalah DIII yaitu (44,6%).
mayoritas tenaga kesehatan berdasarkan
tingkat pendidikan yang ada di Rumah Sakit
8
Kecemasan F %
Ringan 25 62.5
Sedang 13 32.5
Berat 2 5.0
Total 40 100
(Data yang diolah : 2021)
Berdasarkan tabel 3.5 gambaran pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya
responden berdasarkan tingkat kecemasan pendidikan yang kurang akan menghambat
dalam kategori ringan sebanyak 25 orang atau perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai
62.5%, responden dengan kategori baru.
kecemasan sedang sebanyak 13 orang atau
32.5%, dan responden dengan kategori
kecemasan berat sebanyak 2 orang atau 5.0%.
5) Hubungan Umur dengan Kecemasan
Hal tersebut dapat terjadi karena mayoritas
Saat Pandemi Covid 19 Pada Perawat
perawat di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Sukoharjo cukup
mendapatkan informasi mengenai Covid 19
atau virus corona tersebut. Hal ini sesuai Hubungan umur dengan kecemasan
dengan pendapat Maryam (2012) yang dalam penelitian ini menggunakan uji
menyatakan bahwa semakin tinggi spearman rank karena data berupa data rasio
pendidikan seseorang makin mudah vs ordinal. Hasil hubungan umur dengan
menerima informasi sehingga makin banyak kecemasan adalah sebagai berikut.
Umur
Kecemasan r p-value
Rata-rata SD N
Ringan 29.28 5.06 25 -0.087 0.595
Sedang 28.85 4.95 13
Berat 27.00 2.83 2
Total 29.03 4.88 40
Keterangan :uji spearman rank
Berdasarkan tabel di atas diketahui
bahwa responden dengan kecemasan ringan
dengan umur rata-rata 29.28+5,06 tahun,
6) Hubungan Jenis Kelamin dengan
kemudian responden dengan kecemasan
Kecemasan Saat Pandemi Covid 19
sedang dengan umur rata-rata 28,85+4.95
Pada Perawat
tahun, dan responden dengan kecemasan
berat dengan umur rata-rata 27,00+2.83
tahun. Uji statisitk didapatkan nilai r=-0,087
dan nilai p-value =0,595 (p>0,05) yang Hubungan Jenis kelamin dengan
berarti bahwa tidak ada hubungan yang kecemasan dalam penelitian ini menggunakan
signifikan antara umur dengan tingkat uji koefisien kontingensi karena data berupa
kecemasan pada perawat. data nominal vs ordinal. Hasil hubungan jenis
kelamin dengan kecemasan adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kecemasan Saat Pandemi Covid 19 Pada
Perawat
Kecemasan
Jenis kelamin r p-value
Ringan Sedang Berat
Perempuan 14 12 2 0.368 0.043*
56.0% 92.3% 100.0%
Laki-laki 11 1 0
44.0% 7.7% 0.0%
Keterangan :uji Koefisien kontingensi; * signifikan pada p<0,05
Berdasarkan tabel di atas diketahui kecemasan pada perawat. dimana jenis
bahwa responden laki-laki proporsi cederung kelamin perempuan cenderung pada
dengan tingkat kecemasan ringan dengan kecemasan sedang dan berat dibandingkan
proporsi 44,0%, kemudian responden dengan dengan laki-laki.
kecemasan sedang dengan proporsi paling
banyak pada jenis kelamin perempuan yaitu
92,3%, dan responden dengan kecemasan
7) Hubungan Pendidikan Dengan
berat dengan proporsi paling banyak juga
Kecemasan Saat Pandemi Covid 19
pada jenis kelamin perempuan yaitu ada
Pada Perawat
100.0%. Uji statisitk didapatkan nilai r=0,368
dan nilai p-value =0,043 (p<0,05) yang
berarti bahwa ada hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan tingkat
10
dan memiliki kognitif yang baik untuk kelamin laki-laki, perbedaan otak dan hormon
menerima informasi. Sedangkan sesorang menjadi faktor utamanya. Selain itu, pada
yang berada pada usia ≤25 tahun atau usia perempuan terjadinya perubahan pada sekresi
muda adalah seseorang yang kesiapan mental hormon khususnya estrogen yang
dan jiwanya belum matang sehingga mudah berpengaruh terhadap kecemasan (Ramli et
mengalami kecemasan. Seseorang yang al., 2017).
berusia >36 tahun lebih mudah mengalami Menurut Kaplan dan Sadock (2015),
kecemasan. Sesuai dengan pandangan Cai et jenis kelamin merupakan salah satu kondisi
al (2020) yang menyebutkan tenaga individu yang menjadi faktor dalam
kesehatan usia >36 tahun memiliki mempengaruhi kecemasan sesorang.
kecemasan dalam menangani pasien pada Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat
masa pandemi COVID-19 dikarena kelelahan diambil pengertian bahwa jenis kelamin
dalam bekerja dimasa pandemi COVID-19 memiliki hubungan dengan tingkat
sehingga khawatir akan tertular penyakit. kecemasan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Penelitian ini sejalan dengan
dilakukan Arisandy (2018) yang penelitian yang dilakukan oleh Vellyana, et al
menunjukkan hasil bahwa tidak ada (2017) yang menunjukkan hasil bahwa ada
hubungan yang bermakna antara usia dengan hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat
tingkat kecemasan perawat. kecemasan. Akan tetapi penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadli
et al. (2020) dimana pada hasil penelitiannya
didapatkan tidak ada hubungan jenis kelamin
dengan kecemasan pada petugas kesehatan
2) Hubungan Jenis Kelamin dengan
dalam upaya pencegahan Covid-19.
Kecemasan Saat Pandemi Covid
Pada Perawat
lebih matang. Stuart dan Sundeen (2013) b) Jenis kelamin responden mayoritas
memaparkan bahwa tingkat pendidikan perempuan yaitu sebanyak 28 orang
seseorang atau individu akan berpengaruh atau 70%.
terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi c) Pendidikan responden sebagian besar
tingkat pendidikan akan semakin mudah DIII sebanyak 26 responden (65%)
berfikir dan menangkap informasi baru dari 40 responden.
termasuk dalam menguraikan masalah yang d) Gambaran kecemasan perawat di
baru. Pendapat tersebut didukung oleh masa pandemi Covid 19 sebagian
Malfasari et al., (2018), yang besar adalah dalam kategori ringan,
mengungkapkan bahwa pendidikan yaitu 25 orang atau 62.5%.
merupakan salah satu faktor dari kecemasan 2) Tidak ada hubungan yang signifikan
yang ditimbulkan oleh tenaga kesehatan. antara umur dengan tingkat kecemasan
Tenaga kesehatan yang berpendidikan lebih pada perawat dengan nilai r=-0,087 dan
tinggi akan menggunakan koping lebih baik nilai p value = 0,595..
dalam menyelesaikan masalahnya sehingga 3) Ada hubungan yang signifikan antara
tingkat kecemasannya lebih rendah jenis kelamin dengan tingkat kecemasan
dibandingkan tenaga kesehatan yang pada perawat, dimana jenis kelamin
pendidikan lebih rendah. Kemampuan perempuan cenderung pada kecemasan
seseorang dapat ditentukan oleh tingkat sedang dan berat dibandingkan dengan
pendidikan, semakin tinggi tingkat laki-laki dengan nilai r=0,368 dan nilai p-
pendidikan tenaga kesehatan maka semakin value =0,043.
mudah untuk memahami informasi yang di 4) Tidak ada hubungan yang signifikan
peroleh. antara tingkat pendidikan dengan tingkat
Penelitian ini sejalan dengan kecemasan pada perawat dengan nilai
penelitian yang dilakukan oleh Zamriati W. r=0,084 dan nilai p-value =0,606.
dkk, (2013) juga menyatakan bahwa tidak b. SARAN
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan 1) Bagi Institusi RS PKU Muhammadiyah
dengan tingkat kecemasan pasien. Penelitian Sukoharjo
yang kurang lebih sama adalah penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat
Yunere dan Yaslina (2020) yang digunakan sebagai bahan masukan dalam
menunjukkan hasil bahwa tidak ada menentukan kebijakan pelayanan
hubungan antara tingkat pendidikan dengan keperawatan khususnya terhadap pasien
kecemasan perawat. Covid 19 atau penyakit sejenis yang
memiliki risiko penularan yang tinggi
4. PENUTUP 2) Bagi perawat di RS PKU
Muhammadiyah Sukoharjo.
a. KESIMPULAN Diharapkan perawat, terutama perempuan
Berdasarkan hasil data dan agar semakin meningkatkan kesiapannya
pembahasan yang sudah diuraikan di atas, secara mental dalam menjalankan
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai tugasnya dalam merawat pasien Covid 19
berikut: untuk menanggulangi rasa cemas.
1) Hasil identifikasian karakteristik perawat 3) Bagi institusi pendidikan
sebagai berikut : Hasil penelitian disarankan dapat
a) Usia perawat rata-rata 29,0 tahun digunakan sebagai bahan kepustakaan
dengan median 27 tahun, nilai untuk kepentingan pendidikan guna
standar deviasi 4,88 dengan usia pengembangan ilmu pengetahuan serta
minimum 22 tahun dan maksimum sebagai bahan untuk penelitian
40 tahun. selanjutnya.
13