Anda di halaman 1dari 14

1

PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN DAN POSISI HEAD UP TERHADAP TINGKAT


PERBAIKAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK

Wknanta Fashianto Wirta Atmaja1, Muhammad Hafiduddin2, Ika Kusuma Warnadi3


1
Mahasiswa Program Studi SI Keperawatan, ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
²³Dosen Program Studi SI Keperawatan, ITS PKU Muhammadiyah Surakarta˟Email:

Kata Kunci Abstrak


Stroke non Latar Belakang: Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurangnya
hemoragik, aliran darah ke otak. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh pemberian
Oksigenasi dan oksigen dan posisi head up 300 terhadap tingkat perbaikan saturasi
posisi head up. oksigen pada pasien stroke non hemoragik. Metode penelitian:
kuantitatif dengan menggunakan desain quasi experiment one group pre
test-post test. Populasi adalah penderita Stroke Non Hemoragik di Unit
rawat inap ICU RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo. sebanyak 30
orang, Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
cara Probability sampling kemudian untuk menetukan jumlah sampel
yang akan dianalisis, maka penelitian ini menggunakan rumus Slovin.
Pengumpulan data menggunakan data pada penelitian ini dengan
Observasi dengan format atau blangko pengamatan kejadian atau
tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Analisa data uji Shapiro-
wilk. Hasil: lebih dari setengahnya berusia 56-65 tahun sebesar 53,30%
dan berjenis kelamin laki-laki sebesar 53,30% .sebelum pemberian
oksigenasi dan posisi head up Saturasi Oksigen rendah sebesar 91,93%.
Sesudah pemberian oksigenasi dan posisi head up saturasi oksigen
97,27%. Kesimpulan: Ada pengaruh pemberian oksigenasi dan posisi
head up terhadap tingkat perbaikan Saturasi Oksigen pada pasien stroke
non hemoragik Secara statistik nilai p-value 0,001 < 0.05. Saran: Bagi
rumah sakit diharapkan sebagai masukan tindakan nonfarmakologis
sebagai kolaborasi pemberian oksigenasi yang sudah ada di rumah sakit
dalam penerapan tindakan posisi head up pada pasien stroke dalam
meningkatkan saturasi oksigen. Bagi perawat hasil penelitian ini
diharapkan perawat memahami pemberian posisi head up sesuai
indikasi serta sesuai prosedur yang ada atau di tetapkan di rumah sakit.
Bagi Pasien diharapkan pada pasien stroke dengan gangguan Saturasi
Oksigen dapat teratasi gangguannya dengan memberikan posisi head up
yang tepat untuk meningkatkan nilai saturasi oksigen dalam tubuh

THE EFFECT OF OXYGEN ADMINISTRATION AND HEAD UP POSITION ON


THE LEVEL OF IMPROVING OXYGEN SATURATION IN NON-
2

HEMORRHAGIC STROKE PATIENTS

Key Words: Abstract

Non-hemorrhagic Background: Stroke is brain damage due to reduced blood flow to the
stroke, oxygenation brain. Objective: to determine the effect of oxygen administration and a
and head-up head-up position of 300 on the degree of improvement in oxygen
position saturation in non-hemorrhagic stroke patients. Research method:
quantitative using a quasi-experiment design one group pre-test-post
test. The population is non-hemorrhagic stroke sufferers in the ICU
inpatient unit at PKU Muhammadiyah Sukoharjo Hospital. as many as
30 people, the sampling technique in this study used probability
sampling then to determine the number of samples to be analyzed, this
study used the Slovin formula. Data collection uses data in this study
with observations in a format or blank observing the events or behavior
described will occur. Shapiro-Wilk test data analysis. Results: more
than half were aged 56-65 years 53.30% and were male 53.30%. Before
oxygenation and head-up position, low oxygen saturation was 91.93%.
After administration of oxygenation and head up position oxygen
saturation of 97.27%. Conclusion: There is an effect of oxygenation
and head-up position on the level of improvement in oxygen saturation
in non-hemorrhagic stroke patients. Statistically, the p-value is 0.001
<0.05. Suggestion: Hospitals are expected to provide input for non-
pharmacological actions such as collaboration in providing
oxygenation that already exists at the hospital in implementing the
head-up position in stroke patients to increase oxygen saturation. For
nurses, the results of this study are expected to allow nurses to
understand the provision of a head-up position according to indications
and according to existing procedures set in the hospital. For patients, it
is hoped that stroke patients with oxygen saturation disorders can
overcome their problems by providing the right head-up position to
increase the oxygen saturation value in the body

1. PENDAHULUAN menyebar di seluruh dunia, terhitung pada


COVID-19 merupakan jenis virus tanggal 15 November 2020 telah menyebar
corona baru, penyakit ini menyebar melalui ke 220 negara dengan 53.766.728 kasus dan
droplet dari batuk dan bersin, berdiameter 60- angka kematian yang mencapai 1.308.975
140 nm (nanometer). Masa inkubasi COVID- orang. Informasi ini masih akan terus
19 adalah 1-14 hari dan umumnya terjadi di berubah-ubah sesuai dengan waktu yang
hari ketiga sampai hari ketujuh, tanda gejala belum ditentukan (World Health
umum nya yaitu demam, kelelahan, batuk Organization, 2020).
kering disertai dengan gejala seperti hidung Berdasarkan data di atas penyebaran
tersumbat, pilek, dan diare pada beberapa COVID-19 terlihat begitu cepat menyebar
pasien, bahkan ada juga yang tidak memiliki luas dengan angka pasien positif yang terus
tanda dan gejala (Intergovernmental Panel on menerus bertambah. Hal ini menyebabkan
Climate Change, 2020). COVID-19 atau pemerintah kemudian melakukan Pembatasan
Corona Virus Disease saat ini sudah Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB
3

diterapkan pada tanggal 10 April 2020 di pandemi covid 19 sudah selesai sepenuhnya.
Jakarta kemudian diikuti beberapa kota Pemerintah selalu menghimbau kepada
lainnya. Hal ini hanya berlangsung selama semua masyarakat agar tetap waspada dan
kurang lebih 2 bulan karena perekonomian melakukan kegiatan dengan menjalankan
Indonesia yang terus menurun dan prokes. Hal tersebut disebabkan karena masih
penyebaran COVID-19 yang masih terus ada kemungkinan munculnya virus corona
menyebar (Wikipedia, 2020). gelombang ketiga sebagaimana yang
Covid 19 membawa berbagai diberitakan akhir-akhir ini.
dampak, tidak hanya gangguan kesehatan Perawat sebagai salah satu ujung
tetapi di sektor lain seperti ekonomi dan tombak dalam penanganan pasien Covid 19
sosial. Wang et al. (2020) mengungkapkan dapat dikatakan memiliki potensi besar
bahwa pandemi COVID 19 menimbulkan terjangkit penyakit tersebut. Berkaitan
banyak kerugian seperti halnya gangguan dengan hal ini Pragholapati (2020) menyebut
kesehatan fisik, kesenjangan ekonomi, bahwa selain masuk ke rumah sakit dengan
kesenjangan sosial dan gangguan mental. jumlah pasien yang banyak, tuntutan
Berkaitan dengan gangguan mental, Huang perawatan dan pelayanan kesehatan juga
et al. (2020) menyebutkan bahwa gangguan semakin meningkat, tuntutan ini harus
mental yang terjadi pada pandemi covid 19 dipenuhi oleh seorang perawat yang lebih
ini ialah kecemasan, ketakutan, stress, berpotensi terjadi infeksi lebih awal.
depresi, panik, kesedihan, frustasi, marah, Sebagai salah satu petugas yang
serta menyangkal. berhadapan langsung dengan pasien Covid
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh 19, tentu bisa dipahami apabila perawat
pemerintah guna menyikapi dampak maupun memiliki rasa cemas terhadap kesehatan
risiko adanya pandemi Covid 19 tersebut, mereka. Muncul pula rasa takut tertular
seperti pemberlakuan PSBB (pembatasan penyakit, memiliki kekhawatiran berkaitan
sosial bersekala besar), PPKM dengan keamanan dirinya ketika berada di
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan lingkungan kerja. Rasa cemas bisa juga
masyarakat), kampanye yang terus menerus muncul karena adanya faktor lain seperti
dilakukan agar masyarakat memakai masker, kurangnya alat pelindung diri, waktu kerja
mencuci tangan dengan sabun atau yang menjadi semakin lama, serta rasa takut
handsanitizer, menjaga jarak, dan mengurangi beresiko menularkan COVID-19 ke teman
atau menghindari kerumunan. Semua hal dan keluarga (Inter-Agency Standing
tersebut dilakukan bertujuan untuk menekan Committee, 2020). Rasa cemas dapat timbul
terjadinya potensi penyebaran virus Covid 19. karena di pengaruhi oleh faktor lingkungan
Penyebaran virus corona sangat cepat yang dapat mengancam dirinya, emosi dan
dan sulit ditanggulangi dapat menimbulkan pikiran negatif yang muncul, serta gejala-
keresahan atau kecemasan di tengah-tengah gejala fisik yang dialaminya (Saifudin &
masyarakat, tidak terkecuali tenaga Kholidin, 2015).
kesehatan, khususnya perawat. Stuart (2016) Fadli et al (2020), dalam
menyatakan bahwa kecemasan adalah penelitiannya mengungkapkan bahwa
kecenderungan ketidakberdayaan, berdasarkan penelitian dari 115 responden
kekhawatiran yang belum jelas dirasakan yang dilakukan pada tenaga kesehatan di 3
oleh seseorang. rumah sakit dan 9 layanan kesehatan pada
Akan tetapi pada beberapa bulan bulan April 2020 faktor penyebab kecemasan
terkahir, penyebaran virus korona dapat pada tenaga kesehatan dapat dilihat dari
dikatakan mereda atau melandai. Namun ketersediaan APD yang masih kurang,
demikian bukan berarti keadaan tersebut terhitung 47,8 % mengalami kecemasan
dapat dikatakan bahwa permasalahan ringan, 11,3 mengalami kecemasan sedang,
4

1,7 mengalami kecemasan berat dan 15,7 % Covid-19 di RS PKU Muhammadiyah


tidak mengalami kecemasan. Sukoharjo tahun 2021. Mengidentifikasi
Karakteristik responden, dalam hal Karakteristik responden, yaitu jenis kelamin,
ini perawat, juga turut memberikan andil usia, dan pendidikan. Untuk mengetahui
pada kecemasan yang mundul akibat adanya distribusi frekwensi tingkat kecemasan
pandemi Covid 19. Karakteristik dalam hal perawat yang bekerja di RS PKU
ini antara lain jenis kelamin, usia,dan Muhammadiyah Sukoharjo di masa pandemi
pendidikan. Sekedar memberikan contoh, Covid-19 tahun 2021.
mengenai karakteristik, wanita dianggap Berdasarkan data yang dipaparkan di
lebih rentan memiliki tingkat kecemasan atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
dibandingkan dengan pria. Dalam penelitian tentang “Hubungan Karakeristik dengan
Rizky (2016) disebutkan bahwa wanita lebih Tingkat Kecemasan Perawat Saat Pandemi
banyak mengalami stres dan kecemasan Covid 19 Di RS PKU Muhammadiyah
dibandingkan pria, diperkirakan jumlah Sukoharjo.”
wanita yang mengalami stres dan kecemasan
mencapai 5% dari jumlah penduduk dengan 2. METODE PENELITIAN
perbandingan antara wanita dan pria adalah 2 Jenis penelitian yang digunakan
berbanding 1. Demikian pula dengan adalah penelitian deskriptif analitik dengan
pendidikan seseorang. Tentu tingkat pendekatan cross sectional, penelitian
pendidikan seseorang sedikit banyak deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
memiliki pengaruh atau hubungan terhadap untuk melihat atau mengetahui gambaran
kesadaran akan masalah kesehatannya. fenomena atau gambaran kesehatan pada
Berkaitan dengan hal ini, Jadmiko (2010) sekumpulan objek yang terjadi di dalam suatu
mengungkapkan bahwa pendidikan adalah populasi tertentu (Notoadmojo, 2012).
upaya persuasi atau pembelajaran kepada Penelitian dilakukan di RS PKU
masyarakat, agar masyarakat mau melakukan Muhammadiyah Sukoharjo. Alasan lokasi
tindakan-tindakan (praktik) untuk penelitian tersebut dipilih, karena RS PKU
memelihara (mengatasi masalah- Muhammadiyah merupakan bagian dari
masalah),dan meningkatkan kesehatannya. fasilitas kesehatan yang juga menangani
Penelitian ini mencoba akan Covid 19. Sebagai salah satu Rumah Sakit,
mengungkap hubungan karakteristik dengan memiliki banyak tenaga kesehatan, salah
kecemasan yang terjadi pada perawat di RS satunya adalah perawat di bangsal lantai 3
PKU Muhammadiyah Sukoharjo selama dan bangsal lantai 4, dimana peneliti menjadi
pandemi Covid 19. Hal ini menarik untuk bagian dari tugas tersebut. Sehingga tempat
diteliti karena sebagai salah satu tenaga penelitian ini diharapkan memudahkan
kesehatan yang tentu saja bertugas dan peneliti dalam meneliti gambaran tingkat
berperan serta dalam menangani pandemi kecemasan perawat di RS PKU
Covid 19, padahal pada saat yang sama para Muhammadiyah Sukoharjo. Adapun
perawat sangat rentan terhadap tertular Covid penelitian dilakukan pada Oktober s/d
19. Kecemasan semacam itu masih terjadi November 2021 di RS PKU Muhammadiyah
walaupun para perawat sudah dibekali Sukoharjo.
pengetahuan yang cukup mengenai covid 19, Populasi dalam penelitian ini adalah
dilengkapi dengan APD saat bertugas, serta semua perawat yang ada di bangsal lantai 3
mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan dan bangsal lantai 4 di Rumah Sakit PKU
selama bertugas. Muhammadiyah Sukoharjo pada bulan
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk Oktober s/d November Tahun 2021 sebanyak
mengetahui hubungan karakteristik dengan 40 responden. Sampel adalah sebagian dari
tingkat kecemasan Perawat di masa pandemi keseluruhan objek yang akan diteliti yang
5

bisa mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, juga bantuan arahan dari bapak/ibu
2012). Semua populasi berhak menjadi pembimbing.
sampel, namun sampel yang akan diambil Data penelitian ini bersifat data
hanya sampel yang memenuhi kriteria. primer dan program IBM SPSS digunakan
Sampel dalam penelitian ini adalah perawat untuk menganalisis data yang diperoleh,
yang ada di bangsal lantai 3 dan bangsal dimana 2 macam analisis data telah
lantai 4 RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo, dilakukan, yaitu analisis univariat dan analisis
di mana besar sampel adalah seluruh bivariat.
sampling yang ada, yaitu 40 responden. Analisa Univariat
Metode sampling menggunakan teknik Analisa univariat pada penelitian ini
penentuan sampel dengan pertimbangan untuk melihat distribusi frekwensi tingkat
tertentu. Dalam penelitian ini tekhnik kecemasan perawat di masa pandemi Covid -
pengambilan sampel yang digunakan adalah 19 ini baik itu yang mempunyai komorbid
total sampling yaitu, teknik pengambilan maupun yang tidak ada komorbidnya.
sampel dimana jumlah sampel sama dengan Analisis Bivariat
populasi (Sugiyono, 2013). Alasan Analisa bivariat dilakukan untuk
mengambil total sampling karena menurut mengetahui hubungan antara variabel
Sugiyono (2013) jumlah populasi yang dependen dan independen yaitu karakteristik
kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan (usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin,) dan
sampel penelitian semuanya. tingkat kecemasan responden di masa
Variabel yang digunakan dalam pandemi Covid 19. Teknik analisa yang
penelitian ini adalah variabel dependen dan dilakukan yaitu dengan analisa Chi-Square.
variable bebas. Variable bebas atau Dengan mengunakan tingkat kemaknaan 95%
independent dalam penelitian ini adalah atau nilai alpha 0,05 (5%). Dimana kriteria
karakersitik responden, yaitu Usia, Jenis pengujiannya adalah sebagai berikut:
Kelamin, dan Pendidikan. Sedangkan a. Bila p value ≤ alpha (0,05) maka
variable dependent adalah tingkat kecemasan hubungan tersebut secara statistik ada
perawat saat pandemi Covid 19 di RS PKU hubungan yang bermakna.
Muhammadiyah Sukoharjo. b. Bila p value > alpha (0,05) maka
Instrument yang digunakan dalam hubungan tersebut mempunyai hubungan
penelitian ini adalah: 1) Kuesioner A berisi yang tidak bermakna (Arikunto, 2006).
tentang identitas perawat, nama inisial
responden, jenis kelamin, umur, ruang kerja, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pendidikan (D3 Keprawatan, S1
Keperawatan, dan S1 Keperawatan Ners); 2)
Kuesioner B kuesioner yang berisi
pertanyaan untuk mengukur tingkat a. Hasil Penelitian
kecemasan dengan menggunakan Zung Self-
Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS).
Data primer didapatkan secara Penelitian ini melibatkan 40 perawat
langsung dari responden melalui kuesioner di bangsal lantai 3 dan bangsal lantai 4
yang diberikan secara lansung, data yang Rumah Sakit PKU Sukoharjo. Berikut akan
didapatkan dari responden berupa tingkat diuraikan gambaran responden dalam
kecemasan perawat saat pandemi covid-19. penelitian ini yang meliputi usia, jenis
Sedangkan data sekunder diperoleh dari kelamin, pendidikan, serta tingkat kecemasan
jurnal, literatur, dan studi kepustakaan yang dalam bentuk tabel dan juga diagram pie.
berkaitan dengan masalah yang diteliti dan
6

1) Gambaran Usia Perawat Gambaran responden berdasarkan


usia perawat dapat dipaparkan melalui tabel
di bawah ini.

Tabel 3.1 Gambaran Usia Perawat

Std.
N Mean Median Deviation Minimum Maximum
Usia 40 29.0 27 4.88 22 40
(Data yang diolah : 2021)
Berdasarkan tabel 3.1 diketahui
bahwa usia perawat rata-rata 29,0 tahun
dengan median 27 tahun, nilai standar deviasi
Gambaran responden
4,88 dengan usia minimum 22 tahun dan
berdasarkan jenis kelamin perawat
maksimum 40 tahun.
dapat dipaparkan melalui tabel di
bawah ini

2) Gambaran Jenis Kelamin Perawat

Tabel 3.2 Gambaran Jenis Kelamin Perawat


7

Jenis kelamin F %
Perempuan 28 70.0
Laki-laki 12 30.0
Total 40 100.0
(Data yang diolah : 2021)
Berdasarkan tabel 3.1. gambaran
responden berdasarkan jenis kelamin
perempuan sebanyak 28 orang atau 70%, dan
3) Gambaran Pendidikan Perawat
responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 12 orang atau 30%. Hal tersebut
dapat terjadi karena mayoritas perawat yang
ada di bangsal lantai 3 dan bangsal lantai 4
Rumah Sakit PKU Sukoharjo sebagian besar
adalah berjenis kelamin perempuan. Hal Gambaran responden
tersebut sejalan dengan penelitian yang berdasarkan pendidikan perawat
dilakukan oleh Irawati, Erwin, Nauli (2021), dapat dipaparkan melalui tabel di
yang meneliti mengenai tenaga kesehatan bawah ini
dalam menangai Covid 19, di mana hasil
penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
jenis kelamin adalah perempuan sebanyak 50
orang (87,7%).

Tabel 3.4 Gambaran Tingkat Pendidikan Perawat

Pendidikan F %
D3 Keperawatan 26 65.0
S1 Keperawatan 2 5.0
S1 Keperawatan Ners 12 30.0
Total 40 100.0
(Data yang diolah : 2021)
Berdasarkan tabel 3.4 gambaran PKU Sukoharjo, khususnya di bangsal lantai
responden berdasarkan tingkat pendidikan D3 3 dan bangsal lantai 4 sebagian besar adalah
sebanyak 26 orang atau 65%, responden Diploma 3 atau DIII.. Hasil penelitian ini
dengan pendidikan S1 sebanyak 2 orang atau sejalan dengan peneltian Arruum, Salbiah dan
5%, dan responden dengan pendidikan S1 Muniati (2015), yang menunjukkan bahwa
Keperawatan Ners sebanyak 12 orang atau sebagian besar pendidikan terakhir tenaga
30%. Hal tersebut dapat terjadi karena kesehatan adalah DIII yaitu (44,6%).
mayoritas tenaga kesehatan berdasarkan
tingkat pendidikan yang ada di Rumah Sakit
8

4) Gambaran Kecemasan Perawat Saat


Pandemic Covid

Gambaran responden berdasarkan


kecemasan perawat saat pandemi covid 19
dapat dipaparkan melalui tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Gambaran Kecemasan Perawat Saat Pandemi Covid 19

Kecemasan F %
Ringan 25 62.5
Sedang 13 32.5
Berat 2 5.0
Total 40 100
(Data yang diolah : 2021)
Berdasarkan tabel 3.5 gambaran pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya
responden berdasarkan tingkat kecemasan pendidikan yang kurang akan menghambat
dalam kategori ringan sebanyak 25 orang atau perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai
62.5%, responden dengan kategori baru.
kecemasan sedang sebanyak 13 orang atau
32.5%, dan responden dengan kategori
kecemasan berat sebanyak 2 orang atau 5.0%.
5) Hubungan Umur dengan Kecemasan
Hal tersebut dapat terjadi karena mayoritas
Saat Pandemi Covid 19 Pada Perawat
perawat di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Sukoharjo cukup
mendapatkan informasi mengenai Covid 19
atau virus corona tersebut. Hal ini sesuai Hubungan umur dengan kecemasan
dengan pendapat Maryam (2012) yang dalam penelitian ini menggunakan uji
menyatakan bahwa semakin tinggi spearman rank karena data berupa data rasio
pendidikan seseorang makin mudah vs ordinal. Hasil hubungan umur dengan
menerima informasi sehingga makin banyak kecemasan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6 Hubungan Umur dengan Kecemasan Saat Pandemi Covid 19


Pada Perawat
9

Umur
Kecemasan r p-value
Rata-rata SD N
Ringan 29.28 5.06 25 -0.087 0.595
Sedang 28.85 4.95 13
Berat 27.00 2.83 2
Total 29.03 4.88 40
Keterangan :uji spearman rank
Berdasarkan tabel di atas diketahui
bahwa responden dengan kecemasan ringan
dengan umur rata-rata 29.28+5,06 tahun,
6) Hubungan Jenis Kelamin dengan
kemudian responden dengan kecemasan
Kecemasan Saat Pandemi Covid 19
sedang dengan umur rata-rata 28,85+4.95
Pada Perawat
tahun, dan responden dengan kecemasan
berat dengan umur rata-rata 27,00+2.83
tahun. Uji statisitk didapatkan nilai r=-0,087
dan nilai p-value =0,595 (p>0,05) yang Hubungan Jenis kelamin dengan
berarti bahwa tidak ada hubungan yang kecemasan dalam penelitian ini menggunakan
signifikan antara umur dengan tingkat uji koefisien kontingensi karena data berupa
kecemasan pada perawat. data nominal vs ordinal. Hasil hubungan jenis
kelamin dengan kecemasan adalah sebagai
berikut.

Tabel 3.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kecemasan Saat Pandemi Covid 19 Pada
Perawat
Kecemasan
Jenis kelamin r p-value
Ringan Sedang Berat
Perempuan 14 12 2 0.368 0.043*
56.0% 92.3% 100.0%
Laki-laki 11 1 0
44.0% 7.7% 0.0%
Keterangan :uji Koefisien kontingensi; * signifikan pada p<0,05
Berdasarkan tabel di atas diketahui kecemasan pada perawat. dimana jenis
bahwa responden laki-laki proporsi cederung kelamin perempuan cenderung pada
dengan tingkat kecemasan ringan dengan kecemasan sedang dan berat dibandingkan
proporsi 44,0%, kemudian responden dengan dengan laki-laki.
kecemasan sedang dengan proporsi paling
banyak pada jenis kelamin perempuan yaitu
92,3%, dan responden dengan kecemasan
7) Hubungan Pendidikan Dengan
berat dengan proporsi paling banyak juga
Kecemasan Saat Pandemi Covid 19
pada jenis kelamin perempuan yaitu ada
Pada Perawat
100.0%. Uji statisitk didapatkan nilai r=0,368
dan nilai p-value =0,043 (p<0,05) yang
berarti bahwa ada hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan tingkat
10

Hubungan pendidikan dengan ordinal vs ordinal. Hasil hubungan


kecemasan dalam penelitian ini menggunakan pendidikan dengan kecemasan adalah sebagai
uji spearman rank karena data berupa data berikut.
Tabel 3.8 Hubungan Pendidikan dengan Kecemasan Saat Pandemi Covid
Pada Perawat
Kecemasan
Pendidikan r p
Ringan Sedang Berat
D3 Keperawatan 17 8 1 0.084 0.606
68.0% 61.5% 50.0%
S1 Keperawatan 1 1 0
4.0% 7.7% 0.0%
S1 Keperawatan Ners 7 4 1
28.0% 30.8% 50.0%
Keterangan :uji Spearman rank;
Berdasarkan tabel di atas diketahui Berdasarkan uji statistik yang sudah
bahwa responden dengan kecemasan ringan dilakukan dalam penelitian ini, menunjukkan
proporsi paling banyak dengan D3 hasil bahwa nilai r=-0,087 dan nilai p-value
keperawatan yaitu 68,0%, kemudian =0,595 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada
responden dengan kecemasan sedang dengan hubungan yang signifikan antara umur
proporsi paling banyak pada D3 keperawatan dengan tingkat kecemasan pada perawat. Hal
yaitu 61,5%, dan responden dengan tersebut dapat terjadi karena semua perawat,
kecemasan berat dengan proporsi paling dengan berbagai usia mereka, sudah
banyak juga pada D3 keperawatan dan S1 mendapatkan informasi mengenai Covid 19
Keperawatan Ners yaitu masing-masing ada yang cukup memadahi sehingga memberikan
50,0%. Uji statistik didapatkan nilai r=0,084 bekal kepada mereka dalam menjalankan
dan nilai p-value =0,606 (p>0,05) yang tugas merawat pasien Covid 19. Artinya
berarti bahwa tidak ada hubungan yang secara mental mereka sudah siap dengan
signifikan antara tingkat pendidikan dengan adanya risiko yang mungkin terjadi terkait
tingkat kecemasan pada perawat. dengan penanganan Covid 19 terebut. Usia
perawat rata-rata 29 tahun, yang berarti
menunjukkan adanya kematangan dalam
menerima informasi atau pengetahuan.
Smet (2004) dalam Nurningsih
(2012) menyebutkan bahwa karakteristik
seorang perawat berdasarkan umur sangat
b. Pembahasan berpengaruh terhadap kinerja dalam praktik
keperawatan, dimana semakin tua umur
perawat maka dalam menerima sebuah
pekerjaan akan semakin bertanggung jawab
dan berpengalaman. Hal ini akan berdampak
pada kinerja perawat dalam praktik
1) Hubungan Umur dengan keperawatan pada pasien semakin baik pula.
Kecemasan Saat Pandemi Covid 19 Hal ini sesuai dengan Suwaryo dan
Pada perawat Yuwono (2017) yang menyatakan bahwa
seseorang yang berusia 26-35 tahun adalah
seseorang yang berada pada usia produktif
11

dan memiliki kognitif yang baik untuk kelamin laki-laki, perbedaan otak dan hormon
menerima informasi. Sedangkan sesorang menjadi faktor utamanya. Selain itu, pada
yang berada pada usia ≤25 tahun atau usia perempuan terjadinya perubahan pada sekresi
muda adalah seseorang yang kesiapan mental hormon khususnya estrogen yang
dan jiwanya belum matang sehingga mudah berpengaruh terhadap kecemasan (Ramli et
mengalami kecemasan. Seseorang yang al., 2017).
berusia >36 tahun lebih mudah mengalami Menurut Kaplan dan Sadock (2015),
kecemasan. Sesuai dengan pandangan Cai et jenis kelamin merupakan salah satu kondisi
al (2020) yang menyebutkan tenaga individu yang menjadi faktor dalam
kesehatan usia >36 tahun memiliki mempengaruhi kecemasan sesorang.
kecemasan dalam menangani pasien pada Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat
masa pandemi COVID-19 dikarena kelelahan diambil pengertian bahwa jenis kelamin
dalam bekerja dimasa pandemi COVID-19 memiliki hubungan dengan tingkat
sehingga khawatir akan tertular penyakit. kecemasan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Penelitian ini sejalan dengan
dilakukan Arisandy (2018) yang penelitian yang dilakukan oleh Vellyana, et al
menunjukkan hasil bahwa tidak ada (2017) yang menunjukkan hasil bahwa ada
hubungan yang bermakna antara usia dengan hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat
tingkat kecemasan perawat. kecemasan. Akan tetapi penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadli
et al. (2020) dimana pada hasil penelitiannya
didapatkan tidak ada hubungan jenis kelamin
dengan kecemasan pada petugas kesehatan
2) Hubungan Jenis Kelamin dengan
dalam upaya pencegahan Covid-19.
Kecemasan Saat Pandemi Covid
Pada Perawat

3) Hubungan Tingkat Pendidikan


Berdasarkan uji statistik yang sudah
dengan Kecemasan Saat Pandemi
dilakukan dalam penelitian ini, didapatkan
Covid 19 Pada Perawat
hasil bahwa nilai r=0,368 dan nilai p-value
=0,043 (p<0,05) yang berarti bahwa ada
hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan tingkat kecemasan pada Berdasarkan uji statistik yang sudah
perawat, dimana jenis kelamin perempuan dilakukan dalam penelitian ini, didapatkan
cederung pada kecemasan sedang dan berat hasil bahwa nilai r=0,084 dan nilai p-value
dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut =0,606 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada
dapat terjadi karena secara teori perempuan hubungan yang signifikan antara tingkat
memiliki potensi lebih besar untuk merasakan pendidikan dengan tingkat kecemasan pada
kecemasan dibanding dengan laki-laki. perawat. Hal tersebut dimungkinkan karena
Sebagaimana yang diungkapkan oleh mayoritas perawat yang ada di PKU
Maryametal (dalam Vellyana et al., 2017) Muhammadiyah Sukoharjo, khususnya di
menyatakan bahwa faktor jenis kelamin bangsal lantai 3 dan bangsal lantai 4 sudah
secara signifikan dapat mempengaruhi tingkat menempuh pendidikan tinggi, artinya mereka
kecemasan seseorang, dalam penelitian sudah berada dalam fase intelektual tertentu
tersebut disebutkan juga bahwa jenis kelamin dimana memungkinkan mereka untuk
perempuan lebih berisiko mengalami menggunakan kemampuan kognitifnya dalam
kecemasan dibandingkan dengan jenis menerima informasi serta pengetahuan secara
12

lebih matang. Stuart dan Sundeen (2013) b) Jenis kelamin responden mayoritas
memaparkan bahwa tingkat pendidikan perempuan yaitu sebanyak 28 orang
seseorang atau individu akan berpengaruh atau 70%.
terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi c) Pendidikan responden sebagian besar
tingkat pendidikan akan semakin mudah DIII sebanyak 26 responden (65%)
berfikir dan menangkap informasi baru dari 40 responden.
termasuk dalam menguraikan masalah yang d) Gambaran kecemasan perawat di
baru. Pendapat tersebut didukung oleh masa pandemi Covid 19 sebagian
Malfasari et al., (2018), yang besar adalah dalam kategori ringan,
mengungkapkan bahwa pendidikan yaitu 25 orang atau 62.5%.
merupakan salah satu faktor dari kecemasan 2) Tidak ada hubungan yang signifikan
yang ditimbulkan oleh tenaga kesehatan. antara umur dengan tingkat kecemasan
Tenaga kesehatan yang berpendidikan lebih pada perawat dengan nilai r=-0,087 dan
tinggi akan menggunakan koping lebih baik nilai p value = 0,595..
dalam menyelesaikan masalahnya sehingga 3) Ada hubungan yang signifikan antara
tingkat kecemasannya lebih rendah jenis kelamin dengan tingkat kecemasan
dibandingkan tenaga kesehatan yang pada perawat, dimana jenis kelamin
pendidikan lebih rendah. Kemampuan perempuan cenderung pada kecemasan
seseorang dapat ditentukan oleh tingkat sedang dan berat dibandingkan dengan
pendidikan, semakin tinggi tingkat laki-laki dengan nilai r=0,368 dan nilai p-
pendidikan tenaga kesehatan maka semakin value =0,043.
mudah untuk memahami informasi yang di 4) Tidak ada hubungan yang signifikan
peroleh. antara tingkat pendidikan dengan tingkat
Penelitian ini sejalan dengan kecemasan pada perawat dengan nilai
penelitian yang dilakukan oleh Zamriati W. r=0,084 dan nilai p-value =0,606.
dkk, (2013) juga menyatakan bahwa tidak b. SARAN
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan 1) Bagi Institusi RS PKU Muhammadiyah
dengan tingkat kecemasan pasien. Penelitian Sukoharjo
yang kurang lebih sama adalah penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat
Yunere dan Yaslina (2020) yang digunakan sebagai bahan masukan dalam
menunjukkan hasil bahwa tidak ada menentukan kebijakan pelayanan
hubungan antara tingkat pendidikan dengan keperawatan khususnya terhadap pasien
kecemasan perawat. Covid 19 atau penyakit sejenis yang
memiliki risiko penularan yang tinggi
4. PENUTUP 2) Bagi perawat di RS PKU
Muhammadiyah Sukoharjo.
a. KESIMPULAN Diharapkan perawat, terutama perempuan
Berdasarkan hasil data dan agar semakin meningkatkan kesiapannya
pembahasan yang sudah diuraikan di atas, secara mental dalam menjalankan
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai tugasnya dalam merawat pasien Covid 19
berikut: untuk menanggulangi rasa cemas.
1) Hasil identifikasian karakteristik perawat 3) Bagi institusi pendidikan
sebagai berikut : Hasil penelitian disarankan dapat
a) Usia perawat rata-rata 29,0 tahun digunakan sebagai bahan kepustakaan
dengan median 27 tahun, nilai untuk kepentingan pendidikan guna
standar deviasi 4,88 dengan usia pengembangan ilmu pengetahuan serta
minimum 22 tahun dan maksimum sebagai bahan untuk penelitian
40 tahun. selanjutnya.
13

4) Bagi peneliti selanjutnya coronavirus in Wuhan, China. The


Diharapkan hasil penelitian ini dapat Lancet. 24 jan 2020. Inter-Agency
dijadikan sebagai bahan acuan dan Standing Committee. (2020). Catatan
masukan untuk penelitian selanjutnya Tentang Aspek Kesehatan Jiwa dan
dengan menggunakan variabel yang Psikososial Wabah Covid-19 Versi 1.0.
berbeda dan diharapkan adanya tindak Who, Feb, 1–20.
lanjut dari penelitian selanjutnya
Irawati, Erwin, Fathra Annis Naul. Gambaran
mengenai hubungan karakteristik perawat
Tingkat Kecemasan Tenaga Kesehatan
secara lebih mendalam.
Dalam Menangani Pasien Pada Saat
Pandemi Covid-19. Jurnal JOM FKp,
5. REFERENSI Vol. 8 No. 1 (Januari-Juni) 2021.
Jadmiko, A. (2010). Pengaruh Pendidikan
Arruum, Diah, Salbiah, Murniati Manik.
Kesehatan Terhadap Perubahan
Pengetahuan Tenaga Kesehatan
Pengetahuan Dan Sikap Suami Tentang
Dalam Sasaran Keselamatan Pasien
Vasektomi Di Desa Jeruk, Wilayah.
Di Rumah Sakit Sumatera Utara.
Retrieved from
Jurnal Idea Nursing Journal Vol. VI
http://eprints.ums.ac.id/9453
No. 2 2015, ISSN : 2087-2879.
Kaplan & Sadock, 2015. Synopsis Of
Cai, H., et al. 2020. Psychological Impact and
Psychiatry: Behavioral
Coping Strategies of Frontline Medical
Scienes/Cinical/Psychiatri-Elevent
Staff in Hunan Between January and
Edition.
March 2020 During the Outbreak of
Coronavirus Disease 2019 (COVID 19) Malfasari,E.,Devita,Y.,Erlin,F.,&
in Hubei, China. Medical Science. 2(1): Ramadania,I. (2018). Lingkungan
1-16. Rumah Sakit dan Tingkat Kecemasan
Mahaiswa Saat Melakukan Praktek
Diinah, D., & Rahman, S. (2020). Gambaran
Klinik. Jurnal Persatuan Perawat
Tingkat Kecemasan Perawat Saat
Nasional Indonesia (JPPNI), 2(2),117.
Pandemi Covid 19 Di Negara
https://doi.org/10.32419/jppni.v2i2.89.
Berkembang Dan Negara Maju: a
Literatur Review. Dinamika Maryam,R.S.dkk. (2015). Hubungan Tingkat
Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Pendidikan dan Activity Daily Living
Keperawatan, 11(1), 37–48. dengan Demensia pada Lanjut Usia Di
https://doi.org/10.33859/dksm.v11i1.55 Panti Werdha. Jakarta: Staf Dosen
5 Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Jakarta III.
Fadli, F., Safruddin, S., Ahmad, A. S.,
Sumbara, S., & Baharuddin, R. (2020). Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Faktor yang Mempengaruhi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Kecemasan pada Tenaga Kesehatan Cipta.
Dalam Upaya Pencegahan Covid-19.
Nurningsih, Dwi Retno. 2012. Hubungan
Jurnal Pendidikan Keperawatan
antara Karakteristik Perawat
Indonesia, 6(1), 57–65.
denganKinerja Perawat di Instalasi
https://doi.org/10.17509/jpki.v6i1.2454
Rawat Jalan RSUP DR.Karyadi
6
Semarang.Semarang:Program Studi
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Ilmu Keperawatan dan
Zang Li, Fan G, etc. Clinical features KesehatanUniversitas Muhammadiyah
of patients infected with 2019 novel Semaran
14

Pragholapati, A. (2020). New Normal Prevention. Hubei Science and


“Indonesia” After Covid-19 Pandemic. Technologi Press. China.
2019, 1–6.
Wikipedia. (2020). Pembatasan Sosial
https://doi.org/10.31234/osf.io/7snqb
Berskala Besar (PSBB) di Indonesia.
Ramli, K., Khairiyyah, & Suharni.(2017). https://id.wikipedia.org/wiki/Pembatasa
Hubungan Kecemasan Dengan n_sosial_berskala_besar
Perubahan Degeneratif Fisik Wanita
WHO. (2020). Coronavirus desease 2019
Premenopause Di Kelurahan Biringere
(COVID-19). URL
Kabupaten Sinjai. 4(1), 74–79.
http://www.euro.who.int/en/health-
Rizky, W., & . S. (2016). Surveillance topics/health-mergencies/coronavirus-
Kejadian Phlebitis pada Pemasangan covid-19/technical-guidance/mental-
Kateter Intravena pada Pasien Rawat health-and-covid-19
Inap di Rumah Sakit Ar. Bunda
Yunere, Falerisiska dan Yaslina
Prabumulih. Jurnal Ners Dan
Yaslina.2020. Hubungan Stigma
Kebidanan Indonesia, 2(1), 42.
Dengan Kecemasan Perawat Dalam
https://doi.org/10.21927/jnki.2014.2(1).
Menghadapi Pandemi Covid-19.
4 2-49
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis
Saifuddin, M., Kholidin, M. N. (2015). E-ISSN : 2622-2256. Vol. 3 No. 1
Pengaruh terapi meulis ekspresif Tahun 2020.
terhadap tingkat kecemasan siswa kelas
Zamriati,W. Ode, Hutagaol,E.,& Wowiling,
XII MIA ruhul amin yayasan sumber
F.(2013). Faktor-Faktor yang
pendidikan mental agama Allah turi di
Berhubungan dengan Kecemasan Ibu
desa turi kecamatan turi kabupaten
Hamil Menjelang Persalinan di Poli
lamongan. Jurnal surya. 7(3): 31-38.
KIA Puskesmas Tuminting. Ejournal
http://www.stikesmuhla.ac.id.
Keperawatan, 1(1), 1–7
Stuart, G.W.,& Sundeen,S.J. (2013). Buku
SakuI lmu Keperawatan jiwa (5thed.).
Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatifdan R&D.
Bandung: Alfabeta.CV
Suwaryo, P.A.W.,& Yuwono,P. (2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan masyarakat dalam
mitigasi bencana alam tanah longsor.
Urecol6th,305–314.
Vellyana, D., Lestari, A.,& Rahmawati,A.
(2017). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Tingkat
Kecemasan pada Pasien Preoperative di
RS Mitra Husada Pringsewu. Jurnal
Kesehatan, 8(1),108. h
ttps://doi.org/10.26630/jk.v8i1.403
Wang Z, Qiang W, Ke H. 2020. A Handbook
of 2019-nCoV Pneumonia Control and

Anda mungkin juga menyukai