Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI DISTRIBUSI

Penyusun :
 I Gede Gandhi Narendra Mahatama (A1B022133)
 Hendra Stiawan (A1B022131)
 Juandika Setiananda (A1B022143)
 Lalu Muhammad Mujahidul A'zam (A1B022154)

Dosen Pengampu :

Dra. Weni Retnowati, MM.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


MANAJEMEN PEMASARAN -SEMESTER GANJIL 2023/2024
UNIVERSITAS MATARAM

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan YME atas rida dan rahmat-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan hasil karya tulis ilmiah yang berjudul Strategi Distribusi’

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Weni Retnowati, MM yang

yang telah membimbing dan membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Ucapan terima

kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik secara moral maupun

material sehingga makalah ini dapat terwujud.

Makalah ini akan menjelaskan tentang ‘Strategi Distribusi’ Penulis menyadari bahwa masih

ada kekurangan dan kesalahan dalam karya tulis yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf

atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna

meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

Mataram, 4 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................................4
DISTRIBUSI...........................................................................................................................................4
1.1 Pengertian Distribusi................................................................................................................4
1.2 Producer Dan Consumer Oriented Distribution.......................................................................4
 Producer Oriented Distribution (POD)....................................................................................4
 Consumer Oriented Distribution (COD)..................................................................................4
1.3 Pertimbangan dalam distribusi.................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................................................6
SALURAN DISTRIBUSI........................................................................................................................6
2.1 Pengertian Saluran Distribusi..................................................................................................6
1. Zero Level Distribusi...............................................................................................................6
2. One Level Distribusi................................................................................................................6
3. Two Level Distribusi...............................................................................................................7
4. Multy Level Distribusi.............................................................................................................7
2.2 Multy Level Marketing (MLM)...............................................................................................8
2.2.a Distributor atau Penyalur.....................................................................................................9
2.2.b Jenis-jenis Saluran Distribusi.........................................................................................10
BAB III..................................................................................................................................................12
MANAJEMEN SALURAN DISTRIBUSI...........................................................................................12
3.1 Manajemen saluran Distribusi...............................................................................................12
3.1.1 Prilaku Saluran Distribusi..............................................................................................12
3.2 Organisasi Saluran Distribusi................................................................................................12
3.3 Perdagangan Eceran Dan Grosir............................................................................................13
3.4 Keputusan Pemasaran Pengecer............................................................................................14
3.5 Perdagangan Grosir................................................................................................................15
Jenis-jenis Grosir...........................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................19

3
BAB I

DISTRIBUSI
1.1 Pengertian Distribusi

Pendistribusian adalah upaya untuk memastikan produk tersedia dekat konsumen. Pendistribusian
bertujuan untuk memastikan produk selalu tersedia dekat konsumen, baik melalui penyalur
independen maupun milik perusahaan. Memiliki penyalur sendiri memungkinkan pengawasan yang
lebih efisien, meskipun dengan biaya tambahan. Contoh nyata adalah Bulog dan Dolog yang dimiliki
pemerintah, namun kebijakan dan pengelolaannya bisa memunculkan masalah, termasuk dana
nonbudgetair yang merugikan masyarakat. Lembaga distribusi umumnya ada di luar pemerintah,
seperti pedagang beras di pasar tradisional, warung individu, supermarket, dan mal, dengan tujuan
utama mempermudah akses produk bagi konsumen.

1.2 Producer Dan Consumer Oriented Distribution

Dalam distribusi, terdapat dua konsep yang perlu diperhatikan, yaitu Producer Oriented
Distribution (POD) dan Consumer Oriented Distribution (COD). Penjelasan sebagai berikut.

 Producer Oriented Distribution (POD)

Konsep ini menekankan bahwa distribusi dilakukan dengan memprioritaskan kepentingan


produsen, seperti mengurangi biaya distribusi atau meningkatkan keuntungan produsen. Dalam
beberapa kasus, kepentingan politik pemerintah juga dapat memengaruhi distribusi, seperti yang
terjadi pada Bulog dan Dolog, yang dapat mengabaikan kepentingan masyarakat luas.

 Consumer Oriented Distribution (COD)

Konsep ini menekankan bahwa distribusi harus berfokus pada kepentingan konsumen, yaitu
memastikan bahwa produk dapat diakses dengan mudah, cepat, dan dengan harga terjangkau.
Pendekatan ini bertujuan untuk memuaskan konsumen, membangun loyalitas pelanggan, dan
memastikan produk selalu tersedia secara efisien.

1.3 Pertimbangan dalam distribusi

 Lokasi Konsumen: Distribusi harus memperhatikan di mana konsumen berada, baik di


perkotaan, pedesaan, atau lokasi geografis lainnya. Penyebaran lokasi konsumen juga perlu
diperhitungkan.

4
 Frekuensi Pembelian: Perlu dipahami seberapa sering konsumen membeli produk, apakah
dalam frekuensi tinggi (sehari-hari) atau rendah (jarang). Hal ini memengaruhi strategi
distribusi.
 Jumlah Pembelian: Penting untuk mengetahui sejauh mana konsumen membeli produk,
apakah dalam jumlah besar (partai besar) atau kecil (partai kecil). Kebutuhan ini
mempengaruhi jenis penyalur yang digunakan.

Dengan mempertimbangkan aspek-aspek ini, distribusi dapat disusun untuk memenuhi kebutuhan
konsumen secara efektif dan efisien sesuai dengan prinsip Consumer Oriented Distribution (COD).

Gambar 10.1. Lokasi Konsumen, Frekuensi dan Jumlah Pembelian

Menjelaskan gambar diatas terdapat dua kondisi distribusi utama yaitu:

Distribusi Intensif (Kondisi Pertama)

 Konsumen tersebar luas.


 Frekuensi pembelian tinggi dan jumlah pembelian kecil (barang konsumen).
 Memerlukan banyak penyalur yang tersebar luas agar produk tersedia dengan mudah.
 Penyalur seringkali individu independen.

Distribusi Selektif atau Eksklusif (Kondisi Kedua)

 Konsumen berkumpul di lokasi tertentu (misalnya kawasan industri).


 Frekuensi pembelian jarang dan jumlah pembelian besar (barang industri atau barang
mewah).

5
 Menggunakan sedikit penyalur yang terpilih (distribusi selektif) atau satu penyalur
tunggal (distribusi eksklusif) untuk wilayah tertentu.
 Contoh produk: mobil, sepeda motor, mesin industri.
 Saluran distribusi dapat bervariasi, tergantung pada karakteristik produk dan konsumen.

BAB II

SALURAN DISTRIBUSI
2.1 Pengertian Saluran Distribusi

Channel of Distribution" (Saluran Distribusi) adalah serangkaian langkah dan perantara


yang digunakan oleh produsen atau penjual untuk mengirimkan produk atau layanan dari
produsen ke konsumen atau pemakai akhir. Saluran distribusi adalah komponen penting
dalam rantai pasokan atau aliran produk dari produsen hingga pelanggan. Beberapa saluran
distribusi antara lain:

1. Zero Level Distribusi

Zero Level Distribusi, yang dikenal sebagai Direct Marketing, merupakan strategi
distribusi di mana produsen atau penyedia layanan menjual produk atau layanan mereka
secara langsung kepada konsumen akhir, menghindari keterlibatan perantara seperti grosir,
pengecer, atau agen. Model ini memberi produsen kendali penuh atas berbagai aspek
bisnis mereka, termasuk produksi, pemasaran, harga, dan interaksi langsung dengan
pelanggan. Dalam konteks e-commerce dan penjualan online, Zero Level Distribusi sering
terwujud melalui platform toko online yang dimiliki oleh produsen atau melalui strategi
penjualan langsung kepada konsumen. Keuntungan utama dari model ini adalah
kemampuan untuk menyesuaikan produk dengan kebutuhan pelanggan, penghematan
biaya yang mungkin terjadi karena penghapusan perantara, dan kemampuan untuk
membangun hubungan langsung yang kuat dengan pelanggan. Namun, implementasi
model ini sering memerlukan investasi yang signifikan dalam infrastruktur online atau
offline, serta perencanaan yang matang dalam hal logistik, dukungan pelanggan, dan
strategi pemasaran yang efektif.

2. One Level Distribusi

6
One Level Distribusi, dikenal juga sebagai Single Level Distribusi, adalah suatu
model distribusi di mana produsen menjual produk mereka secara langsung kepada
pengecer, yang kemudian bertanggung jawab menjual produk tersebut kepada konsumen
akhir. Model ini mengeliminasi peran perantara grosir dalam rantai distribusi, sehingga
hubungan distribusi menjadi lebih sederhana.
Dalam konteks One Level Distribusi, produsen memiliki hubungan langsung dengan
pengecer, memungkinkan mereka untuk berkomunikasi secara langsung dan berkolaborasi
dalam berbagai aspek bisnis. Salah satu manfaat utama adalah kontrol penuh atas harga
produk, di mana produsen dapat bernegosiasi dengan pengecer untuk menentukan harga
jual yang sesuai. Ini memungkinkan produsen untuk lebih fleksibel dalam menyesuaikan
harga sesuai dengan perubahan pasar atau strategi pemasaran.

3. Two Level Distribusi

Two Level Distribusi adalah model distribusi yang melibatkan dua tingkat perantara
dalam rantai distribusi. Produsen menjual produk mereka kepada grosir, yang memainkan
peran perantara pertama. Grosir kemudian menjual produk tersebut dalam volume lebih
kecil kepada pengecer, yang bertindak sebagai perantara kedua dan menjual produk
kepada konsumen akhir. Dalam model ini, grosir memiliki kendali atas penetapan harga
produk ketika mereka menjualnya kepada pengecer, dan mereka juga menyediakan produk
dalam volume yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan berbagai pengecer. Model
Two Level Distribusi sering ditemukan dalam berbagai sektor industri, memungkinkan
produsen untuk mencapai pasar dengan lebih efisien, meskipun dengan tambahan
perantara dalam rantai distribusi.

4. Multy Level Distribusi

Multi-Level Distribusi adalah model distribusi yang melibatkan beberapa tingkat


perantara dalam rantai distribusi produk. Dalam model ini, produsen menjual produk
mereka kepada perantara grosir, yang kemudian menjual produk tersebut kepada
distributor yang lebih kecil. Distributor ini kemudian menjual produk kepada pengecer,
yang pada gilirannya menjual produk kepada konsumen akhir. Model ini dapat melibatkan
beberapa tingkat distributor dan subdistributor, yang setiap tingkatnya bertanggung jawab
atas sebagian kecil dari wilayah geografis atau pasar. Multi-Level Distribusi sering
ditemukan dalam industri seperti jaringan pemasaran dan penjualan langsung, di mana
distributor independen atau agen penjualan menjual produk kepada konsumen akhir dan

7
dapat merekrut distributor lain di bawah mereka. Model ini dapat memungkinkan
produsen untuk mencapai pasar yang lebih luas, tetapi juga dapat memperkenalkan
sejumlah besar perantara dalam rantai distribusi, yang dapat memengaruhi marjin
keuntungan dan kompleksitas manajemen distribusi.

2.2 Multy Level Marketing (MLM)

Multy Level Distribusi berangkat dari bentuk pikir yang baik, yaitu:
1. Semakin banyak penyalur, semakin efektif menjangkau konsumen.
2. Semakin banyak menjangkau konsumen, semakin banyak hasil penjualan.
3. Semakin banyak penjualan, akan semakin besar keuntungan.

Dalam bisnis MLM, logika asli yang seharusnya berfokus pada penjualan produk atau
layanan telah sering disalahgunakan oleh pebisnis tidak etis. Mereka mengubah logika ini
menjadi impian palsu bahwa semakin banyak distributor atau prospek yang bergabung,
semakin besar keuntungan yang akan didapatkan. Mereka mengalihkan perhatian dari
penjualan produk ke penjualan prospek itu sendiri, menjual harapan palsu bahwa menjadi
seorang distributor MLM akan membawa kesuksesan, kekayaan, dan gaya hidup mewah
dalam waktu singkat. Mereka menjual prospek sebagai komoditas dan menciptakan citra
palsu bahwa menjadi distributor MLM adalah kunci menuju kesuksesan finansial dan gaya
hidup glamor. Praktik semacam ini telah menimbulkan kontroversi dan kerugian bagi banyak
individu yang terjebak dalam impian palsu ini, tanpa memperhatikan aspek sebenarnya dari
bisnis MLM, yaitu penjualan produk atau layanan.

di Indonesia dan banyak negara lain, masih ada banyak orang yang tergoda oleh bisnis
model seperti itu. Praktik-praktik yang mengubah logika MLM menjadi mimpi "penggandaan
uang" atau "bisnis investasi" dengan janji-janji keuntungan yang tidak realistis telah
menggoda banyak individu. Mereka dijanjikan tingkat return yang sangat tinggi dalam waktu
singkat, bahkan melebihi tingkat bunga deposito yang lebih tradisional. Bisnis semacam ini
sering kali menawarkan harapan yang tidak realistis dan berisiko tinggi, dan dapat
mengecewakan para peserta ketika berakhir dengan kerugian finansial. Penting untuk
waspada dan kritis terhadap tawaran yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, serta selalu
melakukan penelitian yang teliti sebelum berinvestasi dalam bisnis apa pun. Melindungi diri
dari praktik bisnis yang tidak etis adalah langkah bijak dalam menjaga keuangan dan aset
pribadi.

8
Adapun praktik bisnis MLM yang tidak etis tergabar sebagai berikut:

Gambar 10.2. Bisnis MLM yang diubah menjadi tidak etis.


2.2.a Distributor atau Penyalur

Dalam kegiatan pemasaran, desain produk yang menarik, penetapan harga yang
kompetitif, dan kampanye promosi yang kuat saja tidak cukup untuk memastikan
keberhasilan. Konsumen dapat menjadi kecewa jika produk yang dipromosikan dengan
gencar sulit ditemukan atau diakses. Oleh karena itu, distribusi memainkan peran penting
dalam memastikan produk sampai ke tangan konsumen dengan cepat dan tepat.

Distribusi adalah kegiatan yang melibatkan pengiriman, penyaluran, dan pengiriman


produk kepada konsumen. Untuk melakukan ini, perusahaan membutuhkan saluran distribusi.
Saluran distribusi dapat dimiliki oleh perusahaan itu sendiri atau merupakan perusahaan
independen yang mengkhususkan diri dalam penyaluran produk. Misalnya, toko ritel adalah

9
contoh dari penyalur independen yang bertugas untuk menyediakan produk kepada konsumen
akhir.

Pentingnya distribusi terletak pada kemampuan untuk membuat produk tersedia


secara luas dan dengan mudah diakses oleh konsumen. Sebuah rantai distribusi yang efisien
dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mencapai target pasar dengan lebih baik.
Dengan kata lain, produk yang baik dan strategi pemasaran yang kuat akan lebih efektif jika
produk tersebut dapat dengan mudah ditemukan dan diakses oleh konsumen. Macam-macam
perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi antara lain:

1. Agen
2. Penyalur
3. Distributor
4. Pedagang Besar
5. Pengecer
6. Perwakilan dagang di luar negri

2.2.b Jenis-jenis Saluran Distribusi

dalam kegiatan distribusi, pengetahuan tentang lokasi atau tempat tinggal konsumen
sangat penting. Tanpa informasi ini, penyaluran barang dapat menjadi tidak efektif dan tidak
efisien. Lokasi konsumen sangat tergantung pada jenis produk yang dijual. Jika produk yang
dijual adalah barang konsumsi, maka konsumen mungkin berada di berbagai lokasi, karena
individu atau rumah tangga adalah pembeli potensial. Namun, jika produknya adalah barang
industri, maka konsumennya kemungkinan akan menjadi perusahaan atau bisnis. Oleh karena
itu, penentuan lokasi konsumen menjadi faktor penting dalam perencanaan dan pelaksanaan
distribusi, untuk memastikan produk sampai ke tangan target pasar dengan efektif. Berikut
adalah jenis-jenis saluran distribusi:

1. Distribusi Intensiif
Distribusi intensif adalah strategi distribusi di mana tujuan utamanya adalah untuk
menyebarkan produk seluas mungkin, mencapai lokasi konsumen di berbagai wilayah.
Dalam kasus produk konsumsi, calon konsumen tersebar di berbagai tempat, baik di kota,
desa, pegunungan, pantai, dan di mana saja ada calon pembeli. Oleh karena itu, distribusi
intensif melibatkan banyak penyalur, baik yang besar maupun kecil, untuk mendistribusikan
produk dengan cakupan yang sangat luas. Contoh konkretnya adalah distribusi produk

10
kebutuhan sehari-hari seperti beras, korek api, teh, sabun, sayuran, dan sebagainya. Produk-
produk ini didistribusikan oleh pengusaha hingga mencapai kampung-kampung, desa-desa,
puncak gunung, tepi pantai, bahkan sering kali ada pedagang keliling yang menjajakan
produk ini di berbagai lokasi. Tujuannya adalah untuk memastikan produk dapat diakses
oleh konsumen di mana pun mereka berada.
2. Distribusi Selektif
Distribusi selektif adalah strategi distribusi di mana produk hanya disalurkan melalui
sejumlah penyalur yang dipilih dengan cermat. Jumlah penyalur dalam distribusi ini sangat
terbatas dan biasanya perusahaan melakukan seleksi ketat terhadap mereka. Oleh karena itu,
strategi ini disebut "selektif," karena penyalurnya harus dipilih secara selektif. Sebagai
contoh, distributor komputer atau televisi merek tertentu mungkin hanya memiliki beberapa
penyalur di wilayah tertentu. Dalam strategi ini, tidak semua orang atau pengusaha dapat
menjadi penyalur, karena harus melewati proses seleksi yang ketat. Distribusi selektif
memberikan kendali lebih besar kepada perusahaan terhadap saluran distribusi dan penyalur
yang digunakan.
3. Distribusi Eksklusif
Distribusi eksklusif adalah strategi penyaluran yang melibatkan jumlah penyalur yang
sangat terbatas, bahkan seringkali hanya ada satu penyalur tunggal untuk suatu wilayah
tertentu. Sebagai contoh, dalam bisnis mobil, setiap merek mobil yang dipasarkan di suatu
wilayah mungkin hanya memiliki satu penyalur tunggal. Contohnya, merek mobil BMW,
Mercedes-Benz, dan sebagainya mungkin hanya memiliki satu penyalur tunggal di wilayah
tertentu. Distribusi eksklusif umumnya efektif digunakan untuk produk mewah atau barang
industri yang bersifat khusus. Dengan cara ini, produsen dapat mempertahankan kendali
yang kuat atas merek mereka dan menjaga eksklusivitas produk di pasaran.

11
BAB III

MANAJEMEN SALURAN DISTRIBUSI


3.1 Manajemen saluran Distribusi

3.1.1 Prilaku Saluran Distribusi

pada dasarnya merupakan suatu sistem prilaku yang kompleks, di dallamnya terdapaat unsurr
manusia dan perusahaan yang selalu berinteraksi sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan
pribadi, perusahaan, maupun tujuan saluran itu sendiri. dengan demikiann saluran distribusi ini
tidaklah tetap, tetapi daapat berubah sesuai fengan perkeembangan sistem. perilaku saluran yang
telah di tetapkan untuk para penyyalur jika tidak ditaati akan dapatt menimmbulkan konflik
saluran. konflik saluran dibagi menjadi dua macam yang biasanya timbul, yakni:

1. konflik Horizontal
2. konflik vertikal
1. Konflik Horizontal

adalah Penggambbaran konflik yang terjadi di antara perusahaan-perusahaan yang beeradda pada
tingkat yang sama pada saluran tersebut.

CONTOH : Deler Sepeda motor mengajukan Kommpllain tentang prilaku deler motor lainnyaa di
kota yang sama yang diangggap merebut kunsumen mereka dengan cara-cara yanng tidak etis dan
teerlaalu agresif yang biasanya dilakukan dalam bentuk penentuan syarat2 pembayaran, pemberian
hadiah yang sangat berlebuhan

2. Konflik Vertikal

Adalah penggabaran konflik yang terjadi di antara tingkat2 yag beerlainan pada saluran yang sama.
konflik ini biasanya terjadi antara pabrik dengan para penyaluurnya. konflik ini biasanya
berhubunngan dengan diskon atau rabat yang dibelakukan bagi penyalur dengan diskon atau rabat
yang diberikan kepadda konsumen. Apabila diaantara salah satu ada yangg jomplang maka yang
lebih sedikit untungnya akan protes.

3.2 Organisasi Saluran Distribusi

12
● Sistem pemasaran Vertikal
Sistem pemasaran yang baru ini bergerak dalam suatu sistem kesatuan,

sistem ini di gunakan kerena merasa bahwa kekuatan mereka masing2 aka n lebih besar bila
bekeerja bersama-sama.

Sistem pemasaran Vertikal atau SPV adalah jaringan yang terprogram secara terpusat dan
dikelola sevara propesiona, dipersiapkan untuk mencapai luas pasar yang maksimum.

Tentunya dengan adanya SPV akan lebih mudahh dalam:: meengendalikan konflik yangg
terjadi baik itu Vertikal atau Horizontal.

3.3 Perdagangan Eceran Dan Grosir

● Pedagang Eceran
adalah semua kegiiatan yang berhubungan dengan penjualaan barang atau jasa secara langsung
kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi.

Ada bebrapa persoalan yang perlu di perhatikan dalam perdagangan eceran ini, yakni:

1. Bentuk Pelayan:
ada tiga bentuk yaknni: Swalaya,Terbatas dan penuh.

2. Lini Produk yang dijual:


merupakan jalur atau garis yanng menunjukkan panjang-pendeknnya diversifikasi produk yang
dilakukan perusahaan.

3. penjualan bukan toko


menjualnya bukan lewat toko, misalnya :

 pesanan telephon
 mesin penjual (Vending mesin)
 jasa pembelian
 menjual dari pintu ke pintu dsb.

4. Pengendalian atas toko


Untuk mengendalikan toko, maka lembaga perdagangan eceran dapat diklasifikasikan berdasar bentuk
kepemilikannya sebagai berikut.

 Toko Eceran Independent: toko eceran yang dimiliki oleh satu orang. Rantai Gabungan
(corporate chain): toko berantai.

13
 Rantal sukarela dan koperasi pengecer.
 Konsumen (consumer cooperative): adalah perusahaan eceran yang merupakan milik
parakonsumennya sendiri.
 Organisasi Frensais (Franchise organization): adalah merupakan asosiasi kontraktual antara
pihak yang memberikan hak peng- gunaan nama (franchisor) dan pihKoperasiak yang
membeli hak penggu- naan nama (franchisee).
 Konglomerat perdagangan (merchandising conglomerate): adalah merupakan koperasi bentuk
bebas yang menggabungkan beberapa bentuk usaha eceran bermacam-macam di bawah
kepemilikan sentral, bersama-sama dengan integrasi atas beberapa fungsi dan manajemen.

5. jenis kelompok toko

Sebagian besar toko dewasa ini berkelompok bersama untuk me- ningkatkan daya tarik konsumen,
kenyamanan berbelanja dan kon- sumen mendapatkan segala kebutuhan pada satu toko (one-stop
shopping).

Ada 4 jenis kelompok toko, yaitu sebagai berikut:

 Distrik pusat bisnis: adalah bentuk usaha eceran yang dominan, ini hampir setiap kota besar
dan kota kecil mempunyainya.
 Pusat perbelanjaan regional: adalah sebuah kelompok bangunan komersial yang
direncanakan, dikembangkan dan dikelola sebagai sebuah unit perbelanjaan di regional
tertentu.
 Pusat perbelanjaan komunitas: pusat perbelanjaan ini terdiri dari 15 sampai 20 toko pengecer
yang melayani penduduk sekitar 20.000 sampai 100.000, dengan radius tempat tinggal sekitar
1,5 mil dan lazimnya pusat perbelanjaan komunitas ada toko utama dan di sampingnya ada
toko barang shopping dan yang agak jauh ada barang konveniens.
 Pusat perbelanjaan hunian (tetangga): adalah pusat perbelanjaan yang terdiri dari 5 hingga 15
toko dan melayani penduduk yang berjumlah kurang dari 25.000 warga. Pelanggan ke toko
hanya dengan jalan kaki atau dengan kendaraan sekitar paling lama 5 menit.

3.4 Keputusan Pemasaran Pengecer

Dalam usaha eceran maka perdagangan eceran pada umumnya memiliki margin rendah, harga rendah
dan status rendah. Selanjutnya usaha ini akan berkembang dan meningkat yang biasanya juga diikuti
dengan meningkatnya margin dan harga. Dalam hal ini meliputi berbagai keputusan yaitu:

1. Keputusan tentang pasar sasaran, di sini perlu adanya riset pasar.

14
2. Keputusan mengenai ragam produk dan pelayanan, jadi harus ditentukan mengenai produk-produk
yang disukai konsumen, dan pelayanan-pelayanan yang bisa memuaskan konsumen, untuk hat ini
perlu riset pasar yang mendalam.

3. Keputusan mengenai harga merupakan inti persaingan dari pasar eceran sehingga harus ditentukan
produk-produk manaana yang dikenakan mark-up rendah dan mana yang mark-up tinggi.

4. Keputusan mengenai promosi, semua bauran promosi biasanya di- gunakan untuk menjangkau
konsumen.

5. Keputusan mengenai tempat, lokasi juga merupakan faktor kunci dalam persaingan, oleh karenanya
penentuan lokasi ini harus dengan pertimbangan biaya maupun prospek bisnis di lokasi tersebut.

3.5 Perdagangan Grosir

Perdagangan grosir adalah perdagangan yang menyangkut penjualan barang-barang dan jasa-jasa
kepada mereka yang membeli dengan tujuan untuk dijual kembali atau digunakan dalam bisnis.

Pebedaan antara perdagangan eceran dengan grosir adalah:

1. Grosir biasanya berurusan dengan pelanggan bisnis dan bukan pengguna akhir.

2. Grosir memiliki wilayah penjualan yang lebih luas dan biasanya, penjualannya dalam partai besar.
Produsen sebenarnya dapat menjual barangnya secara langsung kepada konsumen, akan tetapi hal ini
jarang dilakukan oleh produsen, bahkan sering produsen menggunakan grosir sebab grosir dianggap
lebih efisien dalam menjalankan fungsi saluran distribusi.

Jenis-jenis Grosir

a. Berdasarkan Barang yang Dijual


1. The Specialist Wholesaler (pedagang grosir khusus).
Sesuai namanya, pedagang grosir satu ini hanya membeli barang tertentu yang spesifik dalam jumlah
banyak. Misalnya, seorang pedagang grosir hanya menyediakan stok pakaian anak. Maka, ia tidak
membeli pakaian lainnya misalnya pakaian dewasa atau yang sejenisnya.

2. The General Line Whosaler (pedagang grosir umum).


Sebagai kebalikan dari jenis yang pertama, pedagang grosir tipe ini akan menjual berbagai merek dan
variasi produk. Selain itu, jika pedagang grosir khusus memilih satu bidang tertentu, maka tipe ini
akan menyetok berbagai barang meski di bidang yang berbeda.

b. Berdasarkan Luas Daerah Usaha

15
1. The Regional Wholesaler (pedagang grosir wilayah/provinsi). Adalah grosir yang cakupan
pemasarannya berada di wilayah atau negara bagian tertentu. Tak menutup kemungkinan bahwa
pedagang grosir jenis ini juga memperluas pasarnya ke wilayah yang berdekatan. Contoh grosir jenis
ini adalah grosir di wilayah Surabaya yang juga mencakup Sidoarjo karena jaraknya yang relatif
dekat.
2. The Local Whosaler (pedagang grosir lokal). Merupakan grosir di tingkat kota/kabupaten
yang cakupan pasarnya terbatas pada wilayah lokal terkait. Contohnya adalah pedagang grosir kota
Jakarta yang menjual barang grosir terbatas di kota tersebut.
3. The National Wholesaler (pedagang grosir nasional). Sesuai namanya, jenis pedagang grosir
ini menjual barang grosir di level nasional, misalnya layanan grosir di negara Indonesia. Mereka
mempunyai kantor pusat yang akan mengantarkan grosir ke semua wilayah Indonesia.
4. The International Wholesaler (pedagang grosir internasional). Pedagang grosir jenis ini
memiliki level tertinggi, yaitu internasional. Dengan level tersebut, mereka akan melakukan
ekspor/impor, atau bahkan melakukan keduanya.

c. Berdasarkan Lapangan Kegiatan

1. The Service Wholesaler (grosir penuh).


Jenis ini merupakan pihak yang kegiatannya murni melakukan apa yang umumnya dilakukan oleh
seorang pedagang grosir secara penuh. Misalnya, dari kegiatan pembelian barang, mengurus gudang,
hingga pengantaran pesanan ke pedagang eceran. Biasanya, jenis ini dilakukan oleh perusahaan
penyedia barang tahan lama dalam jumlah yang sangat besar.

2. The Whole Collector (grosir pengumpul).


Sedangkan, pedagang grosir jenis ini mengumpulkan barang karena keinginan sendiri ataupun karena
mendapat pesanan terlebih dahulu.

3. The Limited Function Wholesaler (grosir terbatas).


Jenis ini merupakan kebalikan dari grosir penuh di mana pedagang grosir hanya melakukan sebagian
kegiatan atau terbatas pada kegiatan tertentu dalam grosir. Misalnya dengan hanya melakukan
pembelian dan pengantaran barang, tanpa menyimpan barang di gudang.

4. Truck Wholesaler (grosir truk)


Sebagai turunan dari grosir terbatas, pedagang grosir jenis ini hanya melakukan kegiatan pengiriman
barang menggunakan truk.

5. Cash Carry Wholesaler (grosir tunai).


Sesuai namanya, transaksi penjualan grosir jenis ini dilakukan dengan pembayaran secara tunai di
tempat alias toko grosir terkait. Selain itu, tidak ada jasa pengiriman barang seperti pada grosir truk.

16
6. Mail order wholesaler (grosir pesanan lewat pos).
Adalah kegiatan grosir yang transaksinya melalui pos. Pedagang eceran memesan barang, lalu
pedagang grosir akan mengirimkannya melalui layanan pos untuk mengurangi biaya operasional
pengiriman.

7. Manufacture wholesaler (grosir pabrik).


Pedagang grosir jenis ini melakukan kegiatan grosir sebagai pemasok kebutuhan barang dari industri
tertentu. Misalnya, grosir kain untuk pabrik pembuat pakaian.

8. Dropshipper (grosir pengiriman).


Istilah ini menjadi sangat umum belakangan ini, karena menjadi bisnis yang cukup menjanjikan di
mana seorang dropshipper tidak perlu menyimpan barang untuk mendistribusikannya. Dropshipper
hanya perlu mempromosikan barang, lalu barang tersebut akan dikirimkan langsung oleh produsen ke
konsumen.

17
PENUTUP

18
DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai