Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA


DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH
KRASAK BOYOLALI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

SKRIPSI

Disusun Oleh:
Fitriya Puri Asmawati
NIM. 23040170023

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2023
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
E. Definisi Operasional ..................................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................... 10
A. Landasan Teori .......................................................................................... 10
B. Kajian Pustaka ........................................................................................... 25
C. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 29
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 29
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 29
D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 31
E. Uji Coba Instrumen Penelitian .................................................................. 32
F. Metode Pengumpulan Data........................................................................ 35
G. Teknik Analisa Data ................................................................................... 36
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 37
Lampiran ........................................................................................................................ 41

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar mengoptimalkan bakat
dan potensi anak untuk memperoleh keunggulan dalam hidupnya. Unggul
dalam bidang intelektual dan anggun sikap moralnya adalah sebuah harapan
demi mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Undang-Undang
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal I,
pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana suasana belajar dan
proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak yang mulia, serta ketrampilan yang berguna bagi dirinya,
masyarakat, berbangsa dan negara (Ningsih, 2019).
Pendidikan merupakan pondasi utama dalam membentuk karakter dan
kemampuan siswa untuk menghadapi tantangan kehidupan di masa depan.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebagai lembaga pendidikan formal tingkat dasar
memiliki peran penting dalam membekali anak-anak dengan pengetahuan dan
keterampilan dasar. Dalam konteks ini, mata pelajaran matematika menjadi
fokus krusial, karena tidak hanya melibatkan pemahaman konsep tetapi juga
mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis.
Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, salah
satunya adalah faktor dari dalam keluarga. Pendidikan dalam keluarga adalah
pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar adalah untuk
pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan pendidikan dalam
ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Dari penjelasan
tersebut jelas bahwa pendidikan anak di dalam keluarga itu sangat penting dan
apa yang dilihat anak dalam keluarga sangatlah berpengaruh terhadap belajar
anak (Linda Urfatullaila, Ima Rahmawati, Hana Lestari, 2021).

1
Oleh karena itu dalam menentukan masa depan anak adalah pendidik
itu sendiri. Sebelum anak berinteraksi dengan dunia luar (tetangga, teman, dan
lain-lain), ia terlebih dahulu berinteraksi dengan keluarganya. Maka, disinilah
peran keluarga atau orang tua sangat vital dalam pembentukan tingkah lakunya.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan
demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga
(Dr. M. Roqib, 2009). Pada setiap anak terdapat suatu dorongan dan suatu daya
untuk meniru.
Dengan dorongan ini anak dapat mengerjakan sesuatu yang dikerjakan
oleh orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus menjadi teladan bagi
anak_anaknya. Apa saja yang didengar dan dilihatnya selalu ditiru tanpa
mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan
kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua. Karena masa meniru ini
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan
dan bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya
secara tidak langsung turut membentuk watak anak di kemudian hari
(Manurung & Tafonao, 2021).
Salah satu tugas pendidikan ialah membuat anak menjadi dewasa dan
mandiri. Maka lingkungan keluarga berperan penting dalam proses
pertumbuhan, perkembangan, dan pendidikan anak melalui fasilitas-fasilitas
dan motivasi yang diberikan.
Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan belajar siswa,
terutama dalam mata pelajaran matematika, adalah dukungan dan motivasi dari
lingkungan keluarga. Orang tua, sebagai agen utama dalam pendidikan
non-formal di rumah, memiliki peran strategis dalam membentuk sikap dan
motivasi belajar anak-anak mereka. Oleh karena itu, penting untuk memahami
bagaimana pendidikan orang tua, yang mencakup tingkat pendidikan,
pemahaman materi, dan cara mereka mengaplikasikan pengetahuan tersebut,
dapat memotivasi siswa dalam menghadapi tantangan matematika.

2
Motivasi dapat mempengaruhi siswa saat mereka akan mempelajari
materi yang baru atau pada saat mereka belajar materi yang sebelumnya telah
dipelajari. Selain itu motivasi dapat mempengaruhi apa, kapan, dan bagaimana
siswa belajar. Siswa yang termotivasi belajar ia akan menunjukkan antusiasme
terhadap aktivitas– aktivitas belajar. Salah satu faktor dari dalam diri
seseorang untuk menentukan berhasil atau tidaknya dalam belajar adalah
motivasi. Motivasi merupakan daya penggerak dalam diri seseorang yang
menimbulkan kegiatan belajar. Dimana pengertian dari motivasi adalah upaya
untuk membangkitkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan
perilaku yang diarahkan untuk tujuan tertentu (Boyliu, 2021:247).
Motivasi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu motivasi belajar
intrinsic (keadaan yang berasal dari diri anak yang dapat mendorongnya untuk
melakukan tindakan belajar) dan motivasi belajar ekstrinsik (suatu kondisi
yang berasal dari luar individu anak yang mendorongnya untuk melaksanakan
kegiatan belajar) (emda, 2017). Dorongan atau motivasi yang diberikan oleh
orang tua tentu akan membuat anak lebih giat dalam belajar. Keberhasilan
belajar akan tercapai jika ada kemauan dan dorongan dalam belajar (Oktiani,
2017). Dengan hal ini, siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan
berusaha menjadi lebih baik. Begitu juga dengan siswa yang tidak memiliki
motivasi belajar tidak akan menunjukan keseriusan dalam belajar terutama
pada mata pelajaran matematika.
Di MI Muhammadiyah Krasak Boyolali, merupakan sebuah lembaga
pendidikan Islam yang memiliki kekhususan dalam pendidikan tingkat dasar.
Kendati demikian, tantangan dalam meningkatkan motivasi belajar matematika
tetap menjadi fokus perhatian. Kondisi sosioekonomi dan budaya setempat
dapat memengaruhi peran orang tua dalam mendukung pembelajaran
anak-anak mereka.
Dari hasil wawancara dari guru yang dilakukan oleh peneliti
mendapatkan informasi bahwa jumlah siswa keselurahan di MI Krasak
Kecamatan Teras adalah 102 Dari kelas 1 sampai kelas 6. Orang tua di MI

3
Krasak Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali berpendidikan dari
SD-SMP-SMA/K hingga perguruan tinggi. Pendidikan orang tua tersebut
berdampak pada anak, ketika orang tua bekerja anak akan ditinggal sendrian di
rumah atau dititipkan pada neneknya. Tanpa memikirkan apakah anak
disekolah mempunyai PR, bagimana pembelajaran selama disekolah, apakah
mengerti materi yang sudah dijelaskan oleh bapak atau ibu guru. Terutama
matematika, seharusnya anak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang
lebih dari orang tua. Mengingat bahwa matemtika digunaknan dalam
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan observasi di MI Krasak menunjukan bahwa
kurangnya dorongan atau motivasi anak untuk mempunyai minat belajar
matematika bisa dilihat ketika pembelajaran dikelas, banyak anak kurang
memperhatikn guru ketika dijelaskan, serta berbicara dengan teman sebelanya.
Hal ini sangat mempengaruhi minat untuk belajar matematika. Seiring
perkembangan zaman anak-anak lebih mementingksan bermain game online
serta media social lainnya.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada korelasi antara tingkat
pendidikan orang tua dan prestasi akademis anak. Namun, masih kurangnya
penelitian yang secara khusus mengeksplorasi bagaimana pendidikan orang tua
dapat memotivasi belajar matematika di tingkat MI Muhammadiyah,
khususnya di Krasak, Boyolali (Aunurrahman, 2014).
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis pengaruh pendidikan orang tua dalam memotivasi belajar siswa
pada mata pelajaran matematika di MI Muhammadiyah Krasak, Boyolali.
Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
matematika, diharapkan dapat ditemukan strategi dan rekomendasi yang dapat
membantu meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di MI tersebut.
Implikasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif pada kebijakan pendidikan dan praktik pembelajaran di tingkat MI
Muhammadiyah, serta memberikan arahan bagi orang tua dalam mendukung
perkembangan akademis anak-anak mereka. Berdasarkan uraian diatas maka

4
penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “PENGARUH
PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI MADRASAH
IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KRASAK BOYOLALI.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kemudian penulis merumuskan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pendidikan orang tua pada siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Muhammadiyah Krasak Boyolali?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah
Krasak Boyolali?
3. Apakah pendidikan orang tua mempengaruhi motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran matematika di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah
Krasak Boyolali?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat pengaruh pendidikan orang tua pada siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Krasak Boyolali.
2. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar pada siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Krasak Boyolali.
3. Untuk mengetahui tingkat pengaruh pendidikan orang tua terhadap
motivasi belajar matematika pada siswa di Madrasah Ibtidaiyah
Muhammadiyah Krasak Boyolali.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
1.1 Kontribusi terhadap Literatur Akademis: Penelitian ini dapat
memberikan kontribusi baru terhadap literatur akademis dalam bidang
pendidikan, khususnya dalam konteks hubungan antara pendidikan

5
orang tua dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
di Madrasah Ibtidaiyah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan manfaat praktis bagi siswa, orang tua, guru, dan
pihak sekolah.
2.1 Bagi Siswa
2.1.1 Dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa sehingga
mereka menyukai mata pelajaran matematika
2.1.2 Siswa mendapatkan motivasi belajar yang tinggi sehingga
Siswa mendapatkan hasil belajar yang baik
2.2 Bagi Orang Tua
2.2.1 Menambah wawasan bagi orang tua agar dapat memberikan
motivasi belajar matematika supaya mendapatkan nilai yang
bagus
2.2.2 Menumbuhkan kesadaran bagi orang tua akan pentingnya
pendidikan terhadap motivasi belajar matematika
2.3 Bagi guru
2.3.1 Menumbuhkan motivasi guru dalam membantu orang tua
untuk motivasi belajar matematika pada anak
2.3.2 Memberikan pola pendidikan yang sesuai dengan motivasi
belajar anak dalam pelajaran matematika
2.4 Bagi Sekolah
2.4.1 Memberikan referensi bagi sekolah agar dapat membantu
meningkatkan motivasi belajar anak dalam pelajaran
matematika
2.4.2 Memberikan referensi dalam mengambil kebijakan yang
bertujuan untuk memperbaiki pola belajar yang didasarkan
pada motivasi siswa itu sendiri

6
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan penafsiran mengenai pengertian judul
ini, maka kemudian penulis menjelaskan beberapa istilah dalam penelitian ini.
1. Pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua adalah suatu tatanan, jenjang pendidikan yang
diselesaikan oleh orang tua semasa menempuh bangku pendididkan.
Jenjang pendidikan atau tingkat pendidikan adalah suatu tahapan dalam
pendidikan beerkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan perserta didik (kadir, 2015:221)
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan yang ada pada diri seorang siswa
yang dapat membuat perubahan yang lebih baik dalam belajar agar
tercapainya tujuan tertentu. (Sundari, 2017). Sedangkan Manizar (2015)
perpendapat bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak pada diri
siswa yang membuat timbulnya berlangsungnya kegiatan belajar yang
dapat memberikan arah untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
3. Pembelajran Matematika
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapatkan dari hasil
proses belajar, yang diperoleh dengan cara bernalar. (Trygu, 2020:61).
Para ahli lain berpendapat bahwa matematika adalah ilmu universal yang
memeplajari perkembangan teknologi modern, dimana matematika dapat
memberikan penagruh terhadap perkembangan dunia teknologi di
Indonesia maupun dunia (Trygu dalam Ratumanan, 2017:1). Konsep
matematika tersusun secara hiearkis yaitu konsep-konsep matematika yang
baru dapat terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep
sebelumnya. Matematika merupakan bidang studi yan dipelajari oleh
semua siswa dari SD hingga SLTA hingga perguruan tinggi.

F. Sistematika Penulisan
Untuk pmempermudah pembaca dalam mengkaji isi skripsi Kualitatif

7
ini, sistematika yang dipakai dalam proposal ini sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal mencangkup halaman sampul luar, lembar logo UIN,
halaman sampul dalam, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian penelitian, halaman
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar table, daftar
gambar, daftar lampiran, dan abstrak.
2. Bagian Inti
Bagian inti skripsi dari lima bab, yaitu Pendahuluan, Landasan Teori,
Metode Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan, serta Penutup.
Rincian isi dari masing-masing bab diuraikan pada bahasan berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan menjelaskan secara umum tentang arah penelitian yang
dilakukan. Pendahuluan meliputi: latar belakang penelitian, fokus
penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, dan sistenmatika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan teori memuat uraian tentang teori yang relevan, lengkap,
mutahir/sejalan dengan permasalahan. Teori diambil dari sumber teori/hasil
temuan yang mempunyai bobot kualitas relatif sama/lebih baik dengan
penelitian yang ditulis dan kajian pustaka (kajian penelitian terdahulu).
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian meliputi: jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan
pengecekan keabsahan data.
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
Paparan dana analisis data meliputi: paparan data dan analisis data
BAB V PENUTUP
Penutup meliputi: kesimpulan dari pembahasan dan saran.
3. Bagian Akhir

8
Bagian akhir terdiri dari: daftar pustaka, lampiran dan daftar riwayat
hidup.

9
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Pendidikan Orang Tua
Orang tua selain sebagai peserta didik di dalam pendidikan orang
tua juga merupakan bagian dari masyarakat Indonesia mempunyai hak
pendidikan untuk terus mengembangkan kemampuannya, terutama untuk
melakukan pendampingan atas anak-anak mereka dalam menempuh
pendidikan. Hal tersebut dijamin Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Selain itu, keterlibatan keluarga dan masyarakat, terutama orang tua
murid juga dijamin dengan undang-undang tersebut, pasal 8 (delapan)
menyatakan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan, dan pasal 5
(lima) ayat 1 (satu) menyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam
pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga,
organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Jadi orang
tua sebagai objek dan subjek pendidikan harus terus dikembangkan
kemampuannya agar lebih cerdas, berkembang potensinya, dan lebih
demokratis untuk mendampingi putra-putrinya. Selain itu, juga perlu

10
ditingkatkan keterlibatannya dalam pendidikan putra-putrinya baik secara
individu maupun berkelompok (Wododo, 2020: 1).
a. Tanggung jawab dan kewajiban pemerintah terhadap pendidikan
orang tua
Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 30 tahun 2017 tentang
Pelibatan Keluarga dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mempunyai kewajiban atas keberlangsungan pelibatan keluarga dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pasal 15 menyatakan adanya peran dan
tanggung jawab Kementerian yang meliputi: 1) menyusun norma,
standar, prosedur dan kriteria; 2) mengoordinasikan pelaksanaan
kebijakan Pelibatan Keluarga; 3) memfasilitasi Pemerintah Daerah,
Satuan Pendidikan, Komite Sekolah, dan Masyarakat dalam
pelaksanaan pelibatan keluarga; 4) melaksanakan bimbingan teknis
untuk mendukung kegiatan pelibatan keluarga di satuan pendidikan;
dan 5) melakukan supervisi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan pelibatan keluarga (wododo, 2020: 3).
Orang tua sebagai bagian yang tidak terpisahkan di dalam
keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan manfaat atas
penyelenggaraan pelibatan keluarga di dalam penyelenggaraan
pendidikan dan sekaligus mempunyai kewajiban atas
penyelenggaraan tersebut. Sesuai Permendikbud RI Nomor 30 tahun
2017 Pasal 6, kewajiban yang harus dilakukan orang tua antara lain: 1)
menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan;
2) mengikuti kelas orang tua/wali; 3) menjadi narasumber dalam
kegiatan di satuan pendidikan; 4) berperan aktif dalam kegiatan pentas
kelas akhir tahun pembelajaran; 5) berpartisipasi dalam kegiatan
kokurikuler, ekstrakurikuler, dan kegiatan lain untuk pengembangan
diri anak; 6) bersedia menjadi anggota Komite Sekolah; 7) berperan
aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Komite Sekolah; 8)

11
menjadi anggota tim pencegahan kekerasan di satuan pendidikan; 9)
berperan aktif dalam kegiatan pencegahan pornografi, pornoaksi, dan
penyalahgunaan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
(NAPZA); dan 10) memfasilitasi dan/ atau berperan dalam kegiatan
penguatan pendidikan karakter anak di satuan pendidikan.
Permendikbud tersebut pada Pasal 2 (dua) menjelaskan bahwa
pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan bertujuan untuk:
1) meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama antara
satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan; 2) mendorong penguatan pendidikan
karakter anak; 3) meningkatkan kepedulian keluarga terhadap
pendidikan anak; 4) membangun sinergi antara satuan pendidikan,
keluarga, dan masyarakat; dan 5) mewujudkan lingkungan satuan
pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan (widodo, 2020:
4).
2. Jenjang Pendidikan
a. Pengertian Jenjang Pendidikan
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Hafid, et.al. 2014:30).
Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sisdiknas dalam Hafid pengertian jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan (Hafid, et.al. 2014:179).

12
Menurut Ihsan jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan
yang berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan
cara menyajikan bahan pengajaran (Ihsan, 2013:22).
Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan berkelanjutan yang
ditetapkan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan kemampuan
yang dikembangkan (Eliyanto, 2013:38).
Dari beberapa pengertian mengenai jenjang pendidikan di atas,
penulis menarik kesimpulan bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang harus ditempuh oleh peserta didik secara
berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dirinya.
b. Jenis-jenis jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
1) Pendidikan Formal
a. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar
berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah
pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk
lain yang sederajat (Hafid, et.al. 2014:184).
Menurut Kepmendikbud No. 0186/P/1984 dalam Ihsan
(2013:22) pendidikan dasar adalah pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan
sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah. Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan
pendidikan yang memberikan bekal dasar bagi

13
perkembangan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk
masyarakat. Karena itu, bagi setiap warga negara harus
disediakan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar.
Pendidikan ini dapat berupa pendidikan sekolah ataupun
pendidikan luar sekolah, yang dapat merupakan pendidikan
biasa atau pendidikan luar biasa (Ihsan, 2013:22).
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan
dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas
(SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan
(SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk
lain yang sederajat (Hafid, et.al, 2014:184).
Menurut Kepmendikbud No. 0186/P/1984 dalam Ihsan
pendidikan menengah adalah pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal
balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar,
serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam
dunia kerja atau pendidikan tinggi (Ihsan, 2013:23).
Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah umum diselenggarakan selain untuk
mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan tinggi,
juga untuk memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah
kejuruan diselenggarakan untuk memasuki lapangan kerja
atau mengikuti pendidikan keprofesian pada tingkat yang
lebih tinggi. Pendidikan menengah dapat merupakan
pendidikan biasa atau pendidikan luar biasa (Ihsan, 2013:23).

14
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi
diselenggarakan dengan sistem terbuka. Perguruan tinggi
dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut,
atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat
menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau
vokasi (Hafid, et.al. 2014:184-185).
Menurut Kepmendikbud No. 0186/P/1984 dalam Ihsan
pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang
memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademik
dan atau profesional sehingga dapat menerapkan,
mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan
meningkatkan kesejahteraan manusia (Ihsan, 2013:23).
2) Pendidikan Non Formal
Selain jenjang pendidikan formal terdapat pula jenjang
pendidikan nonformal yang merupakan pendidikan yang
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan

15
nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri
atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis.
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat
yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan
hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan
profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat
dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah
melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk
oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan.
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Sardiman (2007:73) menyatakan bahwa motivasi berasal dari
kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif
dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal
dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat
tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan/ mendesak.

16
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. (Pupuh Dkk,
2007:19) Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik
dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin
kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
Dalam kegiatan belajar Sardiman (2007:75) mengatakan
motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu (siswa) dapat
tercapai. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang
bersifat non-intelektual yang berperan dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki
motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan
kegiatan belajar, dengan motivasi yang tepat maka hasil belajar
akanoptimal.
b. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar yang penting adalah bagaimana
menciptakan kondisi atau proses yang mengarahkan siswa melakukan
aktivitas belajar. Disinilah pentingnya peran seorang guru, seorang
guru harus mampu mengetahui seberapa besar motivasi seorang siswa.
Menurut Sardiman (2007:83) motivasi yang ada pada setiap orang
dapat dilihat melalui ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

17
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya.
7) Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri tersebut, berarti orang itu
memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti di atas
akan sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar. Kegiatan
belajar-mengajar akan berhasil baik kalau siswa tekun mengerjakan
tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara
mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada
sesuatu yang rutinitas dan mekanis.
c. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar. Hasil belajar
akan menjadi optimal dengan adanya motivasi. Sehubungan dengan
hal tersebut, Sardiman (2007:85) menyatakan bahwa ada tiga fungsi
motivasi, diantaranya sebagai berikut:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberiakan arah dari
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyelesaikan perbuatannya, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan secara serasi guna

18
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang
tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
d. Macam-macam Motivasi
Macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, sehingga motivasi yang aktif itu sangat berfariasi. Sardiman
(2007:86-91) membagi macam-macam motivasi yang diantaranya
yaitu:
1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
Motif-motif bawaan, adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi
motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misalnya: dorongan untuk
makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk
beristirahat, dorongan seksual. Motif-motif yang dipelajari,
maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai
contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan,
dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat.
2) Motivasi menurut Woodwoerth dan Marquis
Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan
untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan
untuk beristirahat. Motif-motif darurat, yang termasuk dalam
jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri,
dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu.
Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh
minat.
3) Motivasi jasmani dan rohani
Motivasi jasmaniah, seperti misalnya: refleks, insting otomatis,
nafsu. Motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi rohaniah
adalah kemauan.
4) Motivasi ekstrinsik intrinsik

19
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
e. Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar
Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi sangat
diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas
dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar. Ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah menurut
Sardiman (2007:92-95), yaitu: Memberi angka, Hadiah, Saingan/
kompetisi, Ego-involvement, Memberi ulangan, Mengetahui hasil,
Pujian, Hukuman, Hasrat untuk belajar, Minat, Tujuan yang diakui.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Rifa’i dan Chaterina (2009:162-168) menyatakan setidaknya
terdapat enam faktor yang didukung oleh sejumlah teori psikologis
dan penelitian terkait yang memiliki dampak substansial terhadap
motivasi belajar peserta siswa. Keenam faktor yang dimaksud yaitu:
1) Sikap
Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi
yang dihasilkan dalam predisposisi untuk merespon orang,
kelompok, gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
2) Kebutuhan
Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai
suatu kekuatan internal yang memandu siswa untuk mncapai
tujuan.
3) Rangsangan

20
Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau
pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat
aktif.
4) Afeksi
Afeksi berkaitan dengan pegalaman emosional (kecemasan,
kepedulian dan pemilikan) dari individu atau kelompok pada
waktu belajar.
5) Kompetisi
Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah
berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara
efektif. Rasa kompetensi pada diri siswa akan timbul apabila
menyadari bahwa pengetahuan atau kompetensi yang diperoleh
telah memenuhi standar yang telah ditentukan
6) Penguatan
Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau
meningkatkan kemungkinan respon. Penggunaan peristiwa
penguatan yang efektif seperti penghargaan terhada hasil karya
siswa, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian.
4. Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari Bahasa Yunani mathema yang artinya
adalah pengetahuan, pemikiran, dan pembelajaran. Sejalan dengan hal
tersebut, Menurut (Susanto, 2013: 184), “matematika merupakan
salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian
masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja serta memberikan
dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”.
Lalu menurut (Indah L, 2017: 1), “matematika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang bilangan, model, dan struktur yang terorganisasi.

21
Matematika juga membahas mengenai definisi, teorema,fakta,dan
korelasi diantara ruang dan bentuk”
Sedangkan menurut (Evi, 2011: 84), “pembelajaran matematika
adalah usaha sadar guru untuk membentuk watak, peradaban, dan
meningkatkan mutu kehidupan peserta didik serta membantu peserta
didik dalam belajar matematika agar tercipta komunikasi matematika
yang baik”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa
matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bilangan,
model, dan struktur dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir
serta berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian
masalah sehari-hari. Serta, meningkatkan mutu kehidupan peserta
didik dan juga membantu peserta didik dalam belajar matematika agar
tercipta komunikasi matematika yang baik.
b. Tujuan Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika tentunya memiliki tujuan
pembelajaran adapun seperti yang dijelaskan oleh Susanto (2013:
183), “tujuan pembelajaran matematika di sekolah dimaksudkan agar
siswa tidak hanya dapat terampil menggunakan matematika, tetapi
dapat memberikan bekal kepada siswa dengan tekanan penataan nalar
dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari
ditengah-tengah masyarakat dimana ia tinggal”. Menurut Susanto
(2013: 183) penggolongan tujuan pembelajaran matematika menjadi:
1) Tujuan yang bersifat formal, Tujuan yang bersifat formal lebih
menekankan kepada menata penalaran dan membentuk
kepribadian.
2) Tujuan yang bersifat material, Tujuan yang bersifat material lebih
menekankan kepada kemampuan menerapkan matematika dan
keterampilan matematika.

22
Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah bahwa selama ini
dalam praktek pembelajaran di kelas guru lebih menekankan kepada
tujuan yang bersifat material antara lain tuntutan lingkungan yang
sangat dipengaruhi oleh sistem regional atau nasional. Ini
mengakibatkan banyak orang beranggapan bahwa tujuan pendidikan
matematika hanya di domain kognitif saja.
Berdasarkan Pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah dapat memberikan
bekal kepada siswa dengan tekanan penataan nalar dalam kehidupan
sehari-hari dan lebih menekankan kepada kemampuan menerapkan
matematika serta keerampilan.
c. Karakteristik Pembelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika diberikan pada tingkat SD selain
untuk mendapatkan ilmu matematika itu sendiri, juga untuk
mengembangkan daya berpikir siswa yang logis, analitis, sistematis,
kritis, kreatif dan mengembangkan pola kebiasaan bekerjasama dalam
memecahkan masalah. Kompetensi tersebut diperlukan peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan mencari, memperoleh,
mengelola dan pemanfaatan informasi berdasarkan konsep berpikir
logis ilmiah dalam rangka bertahan dalam kehidupan yang serba tidak
pasti. (Suherman, Erman, dkk, 2014: 77) menyatakan bahwa:
Pembelajaran matematika yang diajarkan di SD merupakan
matematika sekolah yang terdiri dari bagian-bagian matematika yang
dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan
membentuk pribadi anak serta berpedoman kepada perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa
matematika SD memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika, yaitu:
memiliki objek kajian yang abstrak, memiliki pola pikir deduktif.
Pelajaran matematika sebagai objek abstrak tentu saja sangat
sulit untuk dapat dipahami oleh peserta didik SD yang belum mampu

23
berpikir formal, sebab orientasinya masih terkait dengan benda-benda
konkret. Ini tidak berarti bahwa matematika tidak mungkin tidak
diajarkan di jenjang pendidikan dasar, bahkan pada hakekatnya
matematika lebih baik diajarkan pada usia dini. Mengingat pentingnya
matematika untuk siswa di SD, perlu dicari suatu cara mengelola
proses pembelajaran di SD sehingga matematika dapat dicerna oleh
mereka.
Almira Amir (2014: 78) Pembelajaran matematika di sekolah
dasar berbeda dengan pembelajaran matematika di SMP dan SMA.
Pembelajaran matematika SD mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral
Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan
pendekatan yang selalu menghubungkan suatu topik sebelumnya
yang menjadi prasyarat untuk mempelajari topik matematika
berikutnya. Topik baru yang dipelajari merupakan pendalaman
dan perluasan dari topik sebelumnya. Pemberian konsep dimulai
dengan benda-benda konkrit kemudian konsep itu diajarkan
kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan
menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam
matematika.
2) Pembelajaran matematika bertahap Materi pelajaran matematika
diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep yang
sederhana, sampai kepada konsep yang lebih sulit. Selain itu
pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, dilanjutkan
ke semi konkret dan akhirnya menuju konsep abstrak.
3) Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai
tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran
matematika di SD digunakan pendekatan induktif. Contoh: Pada
materi bangun datar dan bangun ruang. Pengenalannya tidak
dimulai dari definisi, tetapi dimulai dengan memperhatikan

24
contoh-contoh dari bangun tersebut dan mengenal namanya.
Menentukan sifat-sifat yang terdapat pada bangun tersebut
sehingga didapat pemahaman konsepnya.
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten
artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan
kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika
didasarkan kepada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah
diterima kebenarannya.
5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna Pembelajaran
secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran
yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Dalam
pembelajaran bermakna siswa mempelajari matematika mulai
dari proses terbentuknya suatu konsep kemudian berlatih
menerapkan dan memanipulasi konsep konsep tersebut pada
situasi baru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mempunyai karakteristik
seperti menggunakan metode spiral, bertahap, menggunakan metode
induktif, menganut kebenaran konsistensi, dan pembelajaran yang
hendaknya bermakna.
B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan penjelasan mengenai penelitian terdahulu
yang relevan dengan tema penelitian yang sedang dilakukan. Adapun
penelitian yang relevan dengan pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh M. Maulana (2023) dalam jurnal Unisan
Jurnal Manajemen Dan Pendidikan, Vol. 02 No. 05 (2023) : 590-597. Yang
Berjudul Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Motivasi Dan
Prestasi Belajar Siswa Di Ma Al Umar. Hasil dari penelitian ini adalah
bahwa ada pengaruh antara tingkat pendidikan orangtua dengan motivasi

25
belajar siswa MA Al Umar Karena nilai interpretasinya sangat kuat, yaitu
22,084.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Didik Kurniawan (2014) dalam Jurnal
Riset Pendidikan Matematika, Volume 1 - Nomor 2, November. Yang
berjudul Pengaruh Perhatian Orang Tua, Motivasi Belajar, Dan
Lingkungan Sosial Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Smp.
hasil penelitian menunjukkan bahwa perhatian orangtua, motivasi belajar
dan lingkungan sosial secara bersama-sama memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP dengan
sumbangan sebesar 10,6%. Secara parsial perhatian orangtua dan motivasi
belajar memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar sementara
lingkungan sosial tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Maria Goretty D. Bantas (2021) dalam
Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Volume 10, No. 4, 2021,
2568-2576. Yang berjudul Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Minat
Dan Hasil Belajar Matematika. Hasil dari penelitian ini adalah peran yang
diberikan orang tua dalam proses pembelajaran matematika berupa
memberikan bimbingan dan arahan, memberikan nasihat, mengawasi
proses belajar, dan memenuhi fasilitas anak sebagai peserta didik dapat
menumbuhkan minat anak yang dlihat dari perasaan senang, perhatian,
ketertarikan dan keterlibatan anak dalam proses pembelajaran matematika
yang dilaksanakan secara online.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Riduean Masykur (Skripsi
2021) yang berjudul Pengaruh Motivasi Belajar Dan Dukungan Orang Tua
Terhadap Hasil Belajar Pada Madrasah Diniyah Takmiliah Awaliyah
(Mdta) Miftahul Huda Di Desa Wanengpaten Kabupaten Kediri. Hasil dari
penelitian ini adalah 1) Motivasi belajar santri di MDTA Miftahul Huda
tergolong pada kategori sedang yakni sejumlah 47,7% dari 44. 2)
Dukungan orang tua santri di MDTA Miftahul Huda tergolong pada
kategori sedang yakni sejumlah 54,5% dari 44 santri. 3) terdapat pengaruh

26
antara variabel motivasi belajar terhadap hasil belajar santri di MDTA
Miftahul Huda sebesar 0,006 < 0,05 dan nilai t hitung -2,874 > t tabel
2,020. 4) Terdapat pengaruh antara variabel dukungan orang tua terhadap
hasil belajar santri di MDTA Miftahul Huda sebesar 0,065 > 0,05 dan nilai
t hitung 1,879 < t tabel 2,020. 5) Terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel motivasi belajar dan dukungan orang tua secara bersama-sama
mempengaruhi hasil belajar santri Madrasah Diniyah Takmiliyah
Awaliyah Miftahul Huda sebesar, dengan tingkat pengaruh sebesar 12,8%.
Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mendukung teori yang diambil
dari Mc Celland dari variabel motivasi belajar teruji dengan baik dan dari
variabel dukungan orang tua dari teori Jean Piaget tidak teruji.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hafiz Awaludin (Skripsi 2019)
yang berjudul Pengaruh Perhatian Orang Tua Dan Motivasi Belajar
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sd Kelas V Se Dabin Ii
Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal. Hasil dari penelitian ini adalah : (1)
ada pengaruh yang signifikan perhatian orang tua terhadap hasil belajar
matematika yang ditunjukkan dengan nilai thitung > ttabel (4,188 > 1,980)
dengan besar pengaruh 12,7% ; (2) ada pengaruh yang signifikan motivasi
belajar terhadap hasil belajar matematika yang ditunjukkan dengan nilai
thitung> ttabel (4,297 > 1,980) dengan besar pengaruh 13,2%; (3) ada
pengaruh yang signifikan perhatian orang tua dan motivasi belajar
terhadap hasil belajar matematika yang ditunjukkan dengan nilai Fhitung >
Ftabel (11,516 > 3,072) dengan besar pengaruh 16,1%. Dapat disimpulkan
bahwa perlunya peningkatan perhatian orang tua dan motivasi belajar
siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika yang optimal.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Suharsimi, 20010:110). Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini, maka hipotesis dalam penelitian iniadalah:

27
1. Ada pengaruh pendidikan orang tua terhadap motivasi belajar pada mata
pelajaran matematika siswa Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Krasak
Boyolali tahun ajaran 2022/2023.
2. Ada pengaruh motivasi belajar dan pendidikan orang tua terhadap prestasi
belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Krasak Boyolali tahun
ajaran 2022/2023.

28
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan uji
statistik data numerik. Penelitian kuantitatif, merupakan jenis penelitian yang
digunkan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunkan instrumen penelitian, analisis data yang bersifat kuantitaif dengan
tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010: 8). Penulis
menggunakan analisis uji regresi untuk mengetahui seberapa besar pengarauh
variabel x terhadap variabel y. MI Muhammadiyah Krasak Boyolali

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di kalicebong wetan, desa Krasak,
kecamatan Teras, kabupaten Boyolali pada bulan desember – Januari 2024.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang menjadi sasaran
penelitian dan pada populasi itu hasil penelitian diberlakukan. Populasi
merupakan tempat terjadinya masalah yang kita selidiki (Kasiram, 2010:
257). Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah siswa Sekolah
Dasar di MI Muhammadiyah Krasak Boyolali. Data populasi siswa
Sekolah Dasar di Dusun krasak sebanyak 102 dengan tingkat kelas 1
sampai dengan kelas 6 dan berjenis laki-laki juga perempuan. Berikut
adalah data responden dengan jumlah 102 siswa yang menjadi populasi
dalam penelitian ini:

29
Tabel 3.1 jumlah Populasi
Kelas Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 7 7 14
2 12 11 23
3 17 10 7
4 10 10 20
5 7 7 14
6 6 8 14
Jumlah Keseluruhan Populasi 102

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diselidiki. Dalam penelitian
ini penulis menggunkan non probability samplingyang merupakan metode
sampling yang tidak memberikan kesempatan atau peluang yang sama bagi
setiap unsur atau populasi untuk dipilih menjadi sampel dengan
menggunakan teknik pendekatan purposive sampling. Menurut Sugiyono
(2017: 85), teknik purposive sampling artinya responden dipilih secara
sengaja dengan karakteristik tertentu. Alasan menggunakan purposive
sampling, karena sampel yang dipilih sengaja ditentukan berdasarkan
kriteria yang ditentukan oleh peneliti.
a) Karakteristik penentuan Sampel
1) Anak yang mendapatkan nilai bagus dalam mata pelajaran
matematika
2) Anak kelas 4-6
Alasan penulis tidak mengambil kelas 1-3 dikarenakan mereka
belum mampu untuk berfikir tentang motivasi belajar, serta masih
senang untuk bermain. Penulis mengambil kelas 4-6 karena
mereka sudah mampu berfikir tentang motivasi belajar.

30
3) Anak yang sudah berumur 9-10 tahun
4) Anak yang mendapatkan rengking 1-3

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 102 populasi


penulis tidak mengambil secara keseluruhan tetapi penulis melakukan seleksi
berdasarkan karakteristik yang sudah penulis tentukan, seperti penjelasan
diatas.

D. Variabel Penelitian
Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Pendidikan Orang Tua Dalam
Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika di Madrasah
Ibtidaiyah Muhammadiyah Krasak Boyolali” dapat diketahui variabel
penelitiannya sebagai berikut:

1. Variabel dependen atau variabel (x)


Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat, baik secara positif maupun
negatif (Muh. Fitrah dan Lutfiyah, 2017: 124). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel bebas (X) adalah tingkat pendidikan orang tua dimana
pendidikan orang tua dilihat dari keterlibatan orang tua dalam belajar
matematika anak yang menjadi latar belakangnya pendidikan orang tua
dalam mendidik anaknya. Indikator keterlibatan orang tua dalam belajar
matematika anak, antara lain: membimbing anak dalam belajar
matematika, mengawasi kegiatan belajar matematika, memotivasi anak
dalam belajar matematika.

Tabel 3.2 Indikator Tingkat Pendidikan Orang Tau


Variabel Indikator Butir Jumlah
Tingkat Pendidikan - Tingkat pendidikan
Orang Tua formal
- Bidang Studi
- Sertifikasi atau gelar

31
2. Variabel independen atau variabel (y)
Variabel terikat (Y) adalah variabel yang menjadi perhatian utama dan
variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel bebas (X)
motivasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui
kegiatan belajar dan mengakibatkan adanya perubahan. Jadi variabel
terikat (Y) pada penelitian ini adalah motivasi belajar matematika siswa di
MI Muhammadiyah Krasak Boyolali (Muh. Fitrah dan Lutfiyah, 2017:
163).
Tabel 3.3 Indikator Motivasi Belajar Siswa
Variabel Indikator Butir Jumlah
Motivasi Belajar - Adanya hasrat dan
keinginan untuk
berhasil
- Adanya dorongan
dan kebutuhan
dalam belajar
- Adanya
penghargaan dalam
belajar
- Adanya kegiatan
menarik dalam
belajar

E. Uji Coba Instrumen Penelitian


1. Pendidikan Orang Tua
c. Definisi Konseptual
Yang dimaksud Pendidikan orang tua dalam penelitian ini
adalah mencakup tingkat pendidikan formal yang pernah dicapai
oleh orang tua. Seperti pendidikan dasar, menengah, atau tinggi. Hal
ini dapat mempengaruhi lingkungan belajar dirumah, nilai-nilai yang
diterapkan, dan dukungan pendidikan yang diberikan kepada anak.

32
Tingkat pendidikan orang tua juga bias berkaitan dengan akses mereka
terhadap sumber daya pendidikan dalam dampaknya pada pilihan
pendidikan anak.
d. Defisi Operasional
1) Tidak tamat SD
Seseorang yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar atau setara
dengan itu
2) SD/Sederajat
Seseorang yang menyelesaikan pendidikan dasar atau setara
dengan itu.
3) SMP/Sederajat
Seseorang yang menyelesaikan pendidikan menengah atau setara
dengan itu.
4) SMA/Sederajat

Seseorang yang menyelesaikan pendidikan menengah atas atau


setara dengan itu.
5) D3/S1/S2/S3 atau tingkat pendidikan yang lebih tinggi
Seseorang yang menyelesaikan pendidikan tinggi, termasuk
diploma (D3), Sarjana (S1), Magister (S2), Doktor (S3)
e. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
-
f. Skor dan Penilaian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket atau
kuesioner sebagai instrument dalam mengumpulkan data yang akan
penulis bagikan kepada responden yang telah penulis tentukan
sebelumnya. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis membuat
pernyataan yang masing-masing memiliki nilai tersidiri yaitu sebagai
berikut.

33
Sesuai 4
Tidak sesuai 3
Sangat sesuai 2
Sangat tidak sesuai 1

2. Motivasi Belajar
a. Definisi Konseptual
Yang dimaksud motivasi belajar dalam penelitian ini adalah
sejauh mana seseorang merasa tertarik, memiliki tekad, dan merasa
bermanfaat dalam aktivitas pembelajaran. Ini melibatkan factor-faktor
seperi keinginan untuk mencapai perestasi, rasa percaya diri, minat
terhadap subjek tertentu, pendidikan orang tua serta pengakuan atas
usaha yang dilakukan. Motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh
berbagai factor seperti, lingkungan, pengalaman sebelumnya, dan
pendidikan orang tua. Tingkat motivasi belajar juga dapat berdampak
pada tingkat kekuatan dan pencapaian akademis seseorang atau
peserta didik.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional dati motivasi belajar dapat diukur melalui
indicator-indikator konkrit sebagai berikut:
1) Indicator
2) Tingkat Pendidikan
Tingkat usaha dan kegigihan siswa dalam menghadapi tantangan
pembelajaran, termasuk kemampuan untuk mengatasi hambatan
3) Bidang Studi
4) Sertivikat dan Gelar
Tingkat minat siswa terhadap materi pembelajaran atau aktivitas
pembelajaran tertentu.
5) Evaluasi diri

34
Penilaian subjektif siswa terhadap kemampuan dan kemajuan
belajar mereka.
a. Indikator Penelitian
Indikator dari variabel motivasi belajar adalah sebagai berikut:

Variabel Indikator
Motivasi Belajar - Adanya hasrat dan keinginan untuk
berhasil
- Adanya dorongan dan kebutuhan
dalam belajar
- Adanya penghargaan dalam belajar
- Adanya kegiatan menarik dalam
belajar

b. Skor dan Penilaian


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket atau
kuesioner sebagai instrument dalam mengumpulkan data yang akan
penulis bagikan kepada responden yang telah penulis tentukan
sebelumnya. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis membuat
pernyataan yang masing-masing memiliki nilai tersidiri yaitu sebagai
berikut.

Sesuai 4
Tidak sesuai 3
Sangat sesuai 2
Sangat tidak sesuai 1

F. Metode Pengumpulan Data


1. Angket (Kuisioner)
Kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan

35
tertulis. Kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner atau angket merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden (Sugiyono, 2010: 142).
Dalam hal ini angket yang dilakukan peneliti untuk data tentang
pengaruh pendidikan orang tua terhadap motivasi belajar matematika
siswa di MI Muhammadiyah Krasak Boyolali Dan angket ini akan
diberikan dan diisi oleh siswa MI Muhammadiyah Krasak Boyolali. Untuk
mendapatkan informasi tentang seberapa banyak pengaruh pendidikan
orang tua terhadap motivasi belajar matematika siswa MI Muhammadiyah
Krasak Boyolali.

G. Teknik Analisa Data


Syazali (2014:39) menyebutkan bahwa analisis data adalah pengubahan
data yang sudah tersedia kemudian di olah dengan statistik yang digunkan
untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Untuk mengetahui kondisi
darin setiap variabel maka penulis menggunkan tabel distribusi frekuensi yang
di rumuskan sebagai berikut:

P = F/N x 100%

P : Presentase

F : Frekuensi

N : Jumlah data/ responden

Teknik analisis data lanjutan yang akan digunkan penulis untuk menjawab
rumusan masalah yang ada adalah menggunkan uji regresi sederhana. Uji
tersebut digunkan untuk mengetahui besarnya variabel x terhadap variabel y
yang dapat dilakukan dengan menggunkan aplikasi SPSS.

36
Daftar Pustaka

Aunurrahman, 2014. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta, Bandung.

Dr. M. Roqib, M. A. (2009). Ilmu Pendidikan Islam; Pengembangan Pendidikan


Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat. LKiS Yogyakarta. Retrieved
from https://books.google.co.id/books?id=h9BqDwAAQBAJ

Husaini Usman Dan Purnomo Setiadi Akbar, Metode Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara.2006).

Linda Urfatullaila, Ima Rahmawati, Hana Lestari, Z. I. (2021). Pengaruh Motivasi


Intrinsik Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab
Kelas V di MI Al Azkia Tenjolaya Bogor. AS- SYAR ’ I : Jurnal Bimbingan &
Konseling Keluarga, 3(1), 85–94. https://doi.org/10.47476/assyari.v4i3.1191

Manurung, R. D. F. M. B., & Tafonao, T. (2021). Problem Pembelajaran Online di


Masa Pandemi terhadap Psikologi Anak Usia 10-12 Tahun. Problem
Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Terhadap Psikologi Anak Usia 10-12
Tahun, 1(1), 11–19. Retrieved from
https://ejournal.staknkupang.ac.id/ojs/index.php/teuo/article/view/33

Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodelogi Penelitian. (Jawa Barat: CV Jejak, 2017)

Nana Sukmadita. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosda karya


Offset. 2007).

Ningsih, T. (2019). Peran Pendidikan Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Di Era
Revolosi Industri 4.0 Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Banyumas.
INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 24(2), 220–231.
https://doi.org/10.24090/insania.v24i2.3049

37
Nur'aini, Indah Linda.2017. Pembelajaran Matematika Geometri Secara Realistis
Dengan Geo Gebra. Jurnal Teori dan Terapan Matematika.

Sandu Siyoto, M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi


Media publishing, 2015).

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Sugiono. (2015). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D


Bandung: Alfabeta.

Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. PT kharisma


Putra Utama, Jakarta.

Widodo, 2020. Penyelenggaraan Pendidikan Orang Tua Pasca Pemberlakuan


Permendikbud Nomor 9 Tahun 2020, (Jakarta: Menenterian Pendidikan dan
Kebudayaan RI).

38
LAMPIRAN

ANGKET/KUESIONER PENELITIAN

Nama : ………………….
No. Responden : …………………..
Jenis Kelamin : …………………..

Alternatif Jawaban
Setuju :S
Tidak Sesuai : TS
Sangat sesuai : SS
Sangat Tidak Sesuai : STS

Pendidikan Orang Tua


No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
S TS SS STS
1. Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh pada
motivasi belajar saya

2. Orang tua yang memiliki pendidikan lebih tinggi


cenderung memberikan dukungan yang lebih baik
dalam hal pendidikan anak

3. Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap


pilihan karir anak

4. Tingkat pendidikan orang tua berkaitan dengan


kemungkinan anak mengikuti pendidikan tinggi

5. Orang tua yang berpendidikan lebih tinggi


cenderung memberikan dukungan financial lebih
baik dalam hal pendidikan anak

6. Tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi


tingkat kemandirian anak

7. Orang tua terlibat dalam kegiatan pendidikan anak

39
di sekolah

8. Tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi


perestasi anak

9. Tingkat pendidikan orang tua dapat membentuk


sikap positif terhadap kegiatan pembelajaran

10. Tingkat pendidikan orang tua memainkan peran


penting dalam menentukan bakat dan kemandirian

Motivasi Belajar Matematika


No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
S TS SS STS
1. Bila ada tugas matematika dari guru, saya akan
mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya

2. Saya mengumpulkan tugas matematika tepat pada


waktunya

3. Tugas matematika yang diberikan oleh guru, saya


selesaikan meskipun mencontek pekerjaan teman

4. Tugas yang diberikan guru, saya kerjakan sendiri

5. Saya mencari jawaban dengan membaca buku


apabila menemukan kesulitan

6. Saya mudah putus asa dalam mengerjakan soal-soal


matematika

7. Saya diskusi dengan teman ketika kesulitan


mengerjakan tugas matematika

8. Ketika ada waktu luang, saya gunakan untuk belajar


matematika

9. Saya membaca buku matematika sebelum kelas


dimulai

10 Saya membantu teman saya yang kesulitan


mengerjakan soal matematika

40
41

Anda mungkin juga menyukai