Anda di halaman 1dari 17

ASBABUN NUZUL

OLEH MITHA SUHENI

DOSEN : Dr. Muhammad Rozali, MA.

KATA KUNCI : ASBABUN NUZUL

Pendahuluan

Terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya satu. Dalam hal ini tidak ada
permasalahan yang cukup penting. Karena itu banyak ayat yang turun di dalam berbagai surah
berkenaan dengan satu peristiwa. Asbabun nuzul ada kalanya berupa kisah tentang peristiwa
yang terjadi, atau berupa pertanyaan yang di sampaikan kepada rasulullah saw untuk mengetahui
hukum suatu masalah, sehingga Quran pun turun peristiwa atau pertanyaan tersebut, asbabun
nuzul mempunyai pengaruh tersebut. Asbabun nuzul mempunyai pengaruh dalam memahami
makna dan menafsirkan ayat-ayat al-Quran.

Ayat-ayat yang terdapat dalam al-Quran dibagi menjadi dua bagian:

1. Ayat-ayat yang di turunkan memberikan hidayah dan pendidikan serta pencerahan, tanpa
di dahului dengan adanya kejadian dan sebab-sebab tertentu yang menyebabkan ayat itu
di turunkan, contohnya ayat-ayat yang menggambarkan tentang kan terjadinya hari
kiamat, nikmat dan azab kubur, ayat-ayat tersebut di turunkan Allah SWT untuk
memberikan hidayah kepada umat manusia yang bukan merupakan jawaban atas
pertanyaan atau tanggapan dan sikap atas kejadian yang tengah berlangsung.
2. Ayat-ayat al-Quran yang di turunkan karena di dahului dengan adanya sebab berupa
kejadian-kejadian yang terjadi pada masa wahyu di turunkan. Contohnya adalah
persoalan-persoalan yang di hadapi oleh rasulullah saw dalam berdakwah. Penyebab-
penyebab yang menuntut turunnya ayat-ayat al-Quran ini di sebut dengan sebutan
asbabun nuzul.
Al-Quran di turunkan untuk memahami petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang
terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang di dasarkan pada
keimanan kepada Allah SWT dan risalah-Nya, sebagian besar Quran pada mulanya di
turunkan untuk tujuan menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi di
antara mereka khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah SWT.

Pengertian Asbabun Nuzul

Kata asbabun nuzul terdiri dari kata asbab dan an-nuzul. Asbab adalah kata jamak
(plural) dari kata mufrad (tunggal) sabab, yang secara etimologis berarti sebab, alasan.

Yang di maksud dengan nuzul adalah disini ialah penurunan al-Quran dari Allah SWT
kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril as. Karena itu istilah lengkap
asalnya ialah Asbabun nuzuzlul-Qur’an yang berarti sebab-sebab turun al-Quran.

Ada beberapa rumusan yang di kemukakan para ahli „ilumul Qur‟an Di antaranya Manna‟ al-
Qaththan mendefinisikan, Sababun-Nuzul ialah sesuatu yang dengan keadaan sesuatu yang
dengan keadaan sesuatu itu al-Qur‟an di turunkan pada waktu sesuatu itu terjadi seperti suatu
peristiwa atau pertanyaan. Sedang Shubhi as-Shalih mendefinisikan Sababun nuzul ialah sesuatu
yang karena sesuatu itu menyebabkan satu atau beberapa ayat al-Qur‟an di turunkan yang di
maksud dengan sesuatu itu sendiri ada kalanya berbentuk pertanyaan dan kejadian, tetapi bisa
juga berwujud alasan logis (illat) dan hal-hal lain yang relevan serta menedorong turunnya satu
atau beberapa ayat al-Qur‟an.1

Ada banyak ulama yang berbeda pendapat dalam mendefinisikan tentang asbab an-
Nuzul, di antaranya Az-Zargani, Ash-Shabuni, Shubhi Shaleh dan Manna‟Khalil Al-Qattan,.
Akan tetapi kendatipun redaksi pendefinisian di atas sedikit berbeda, semuanya menyimpulkan
bahwa asbab an-nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat
Alquran, dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul dari kejadian tersebut. Asbab an-nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai
untuk memberikan keterangan terhadap turunnya ayat Alquran dan memberinya konteks dalam
memahami perintah-perintahnya.

1
Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, MA. SH. Studi ilmu-ilmu Al-Quran. (Jakarta: Pustaka firdaus,
2004), h.100-103
Dari pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa sebab turunnya suatu ayat itu berkisar pada
dua hal yaitu:

 Apabila terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Qur‟an mengenai peristiwa
tersebut, seperti kisah turunnya surah Al-lahab,
 Apabila Rasulullah SAW di Tanya tentang sesuatu hal, maka turunlah ayat al-Qur‟an
untuk menerangkan hukumnya. Seperti ketika khaulah binti sa‟labah di kenakan zihar
oleh suaminya Aus hin tsamit, hingga khaulah bertanya kepada Rasulullah SAW
mengenai hukumnya, maka turunlah surat Al-Mujadalah ayat 3.

Namun tidak semua ayat Al-Qur‟an di turunkan karena adanya suatu peristiwa atau karena suatu
pertanyaan. Ada di antara ayat Al-Qur‟an yang di turunkan sebagai permulaan tanpa sebab,
seperti kewajiban muslim, mengenai akidah dan syari‟at Allah SWT dalam kehidupan umat
manusia

Macam-Macam Asbabun Nuzul

Mengutip pengertian dari subhi al-shaleh kita dapat mengetahui bahwa asbabun nuzul
ada kalanya berbentuk peristiwa atau juga berupa pertanyaan, kemudian asbabun nuzul yang
berupa peristiwa itu sendiri terbagi menjadi 3 macam:

1. Peristiwa berupa pertengkaran


Seperti kisah turunnya surat ali imran : 100. Yang bermula dari adanya perselisihan oleh
kaum asus dan khazraj hingga turun surah ali imran :100. Dari surat ali imran yang menyerukan
untuk menjauhi perselisihan

َ َ ْ َ ْ ُ ُّ َ َ َ ْ ُ ُ َ َّ َ ً َ ُ ُ ْ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
َ ‫يمان ُك ْم َكافر‬
‫ين‬ ِ ِ ِ ‫يا أيها إل ِذين آمنوإ ِؤن ت ِطيعوإ ف ِريقا ِمن إل ِذين أوتوإ إل ِكتاب ي ُردوكم بعد ِؤ‬

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū in tuṭī'ụ farīqam minallażīna ụtul-kitāba yaruddụkum ba'da


īmānikum kāfirīn

Terjemah Arti: Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang
yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah
kamu beriman.
2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius

Contoh : saat itu ada seorang imam sholat dalam keadaan mabuk. Sehingga salah
mengucapkan surat al-kafirun, dan kemudian turunlah surat an-nisa‟ dengan perintah untuk
menjauhi sholat dalam keadaan mabuk.

Artinya “ hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan”

a. Peristiwa karna suatu hasrat atau cita-cita


Ini di contohkan dari sebagian rasullah yang mempunyai 3 cita-cita besar dan
salah satunya adalah permintaan umar kepada rasulullah tentang maqam Ibrahim sebagai
tempat shalat,
Sedangkan peristiwa berupa pertanyaan terbagi 3 yaitu :
Pertanyaan tentang masa lalu seperti :
ً َ ‫ْ ْ ا‬ ُ ُ َ َ ِ َ ْ َ ْ ُ ُّ ُ َ َُ ْ َ َ
ُّ ‫ون َك َعن‬
‫وتيت ْم ِم َن إل ِعل ِم ِؤَّل ق ِليل‬
ِ ‫وح ۖ ق ِل إلروح ِمن أم ِر ر ّ يب وما أ‬
ِ ‫إلر‬ ِ ‫ويسأل‬

Arab-Latin: Wa yas`alụnaka 'an żil-qarnaīn, qul sa`atlụ 'alaikum min-hu żikrā


Terjemah Arti: Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya"

Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu
seperti ayat:
ً َ ‫ْ ْ ا‬ ُ ُ َ َ ِ َ ْ َ ْ ُ ُّ ُ َ َُ ْ َ َ
ُّ ‫ون َك َعن‬
‫وتيت ْم ِم َن إل ِعل ِم ِؤَّل ق ِليل‬
ِ ‫وح ۖ ق ِل إلروح ِمن أم ِر ر ّ يب وما أ‬
ِ ‫إلر‬ ِ ‫ويسأل‬

Arab-Latin: Wa yas`alụnaka 'anir-rụḥ, qulir-rụḥu min amri rabbī wa mā ụtītum


minal-'ilmi illā qalīlā
Terjemah Arti: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit".
1. Pertanyaan tentang masa yang akan datang
“( orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan,
kapankah akan terjadinya2
Faktor-Faktor terjadinya asbabun nuzul
Asbab al-nuzul sesungguhnya merupakan kronologi dari turunnya ayat di sebabkan oleh
faktor-faktor tertentu. Secara umum faktor-faktor tersebut di sebabkan oleh :

Perisrtiwa yang terjadi di sebabkan kasus pertengkaran, kesalahan serius dan cita ataupun
keinginan. Kasus pertengkaran ini terlihat dalam Qs. Ali imran ayat 100 :
ُ ََْ
‫يل َح َا ّٰت تغت ِسلوإ‬ َ َ ‫ا َ َ َ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ٰ َ َا َ ْ َ ُ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ ً ا‬ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
ٍ ‫يا أيها إل ِذين آمنوإ َّل تقربوإ إلصلة وأنتم سكارى ح ّٰت تعلموإ ما تقولون وَّل جنبا ِؤَّل ع ِاب ِري س ِب‬

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū in tuṭī'ụ farīqam minallażīna ụtul-kitāba yaruddụkum


ba'da īmānikum kāfirīn

Terjemah Arti: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-
orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir
sesudah kamu beriman.”

Ayat ini turun berdasarkan kasus terjadinya perselisihan kaum aus dengan kaum kharraj,
sehingga turunlah ayat Qs. Ali imran : 100 yang menyerukan untuk menjauhkan dari
perselisihan

Kasus kesalahan serius juga terlihat dari kasus, adanya kesalahan seorang imam sholat
membaca Qs. Al-kafirun sehingga menyebabkan turunnya Qs. An-nisa‟ : 43 yaitu :
ُ ََْ
‫يل َح َا ّٰت تغت ِسلوإ‬ َ َ ‫ا َ َ َ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ٰ َ َا َ ْ َ ُ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ ً ا‬ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
ٍ ‫يا أيها إل ِذين آمنوإ َّل تقربوإ إلصلة وأنتم سكارى ح ّٰت تعلموإ ما تقولون وَّل جنبا ِؤَّل ع ِاب ِري س ِب‬

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ lā taqrabuṣ-ṣalāta wa antum sukārā ḥattā ta'lamụ mā


taqụlụna

Terjemah Arti: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan
Kasus asbab al-nuzul berkaitan dengan cita-cita dapat di lihat adanya keinginan umar ibn
khatab yang menginginkan maqam Ibrahim di jadikan sebagai tempat sholat, sehingga turun
ayat” Qs. Al-baqarah : 125

2
Zakiah hasan nasution. Ulum alquran. (medan: 2018), hal.44.
‫ى‬ َ ‫ت َم َث َاب ًة ل الناس َو َأ ْم ًنا َو اإتخ ُذوإ م ْن َم َقام ؤ ْب َرإه‬
ۖ ‫يم ُم َصًّل‬
َ َْْ ََْ َ ْ َ
‫و ِإذ جعلنا إلبي‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ

Arab-Latin: Wa iż ja'alnal-baita maṡābatal lin-nāsi wa amnā, wattakhiżụ mim maqāmi


ibrāhīma muṣallā

Terjemah Arti: “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat
berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim
tempat shalat”

1. menjawab pertanyaan yang muncul yang di tujukan kepada nabi baik dari umat islam
sendiri maupun kelompok kafir. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ada yang terkait dengan
masa lalu, masa yang sedang berlangsung dan masa akan datang. Contoh masa lalu dapat
di lihat Qs. Al-kahfi : 83
ْ ُ ْ ُ َ َُْ ُ ‫ْ َ َْْ ن‬ ْ َ َ َ َُ ْ َ َ
‫ي ۖ ق ْل َسأتلو َعل ْيك ْم ِمنه ِذك ًرإ‬
ِ ‫ويسألونك عن ِذي إلقرن‬

Arab-Latin: Wa yas`alụnaka 'an żil-qarnaīn, qul sa`atlụ 'alaikum min-hu żikrā


Terjemah Arti: Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain.
Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya".
Pertanyaan dengan waktu yang sedang berlangsung terlihat pada Qs al-isra‟ : 85, yaitu :
ً َ ‫ْ ْ ا‬ ُ ُ َ َ ِ َ ْ َ ْ ُ ُّ
‫وتيت ْم ِم َن إل ِعل ِم ِؤَّل ق ِليل‬
ُ ُّ َ َ َ َُ ْ َ َ
ِ ‫وح ۖ ق ِل إلروح ِمن أم ِر ر ّ يب وما أ‬
ِ ‫ويسألونك ع ِن إلر‬
Arab-Latin: Wa yas`alụnaka 'anir-rụḥ, qulir-rụḥu min amri rabbī wa mā ụtītum minal-'ilmi
illā qalīlā
Terjemah Arti: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu di beri pengetahuan melainkan sedikit".
asbab al-nuzul terkait dengan pertanyaan yang akan datang terlihat pada Qs al-a‟raf : 187

Terjemah Arti: Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?"


Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku, tidak
seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat
(huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang
kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu
benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat
itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".3
Cara mengetahui Asbabun Nuzul
Adapun cara untuk mengetahui turunnya ayat-ayat Al-Quran adalah dengan mencari
informasi yang di riwayatkan oleh para sahabat yang hidup sezaman dengan Rasulullah saw.
Mereka adalah orang-orang yang mengetahui hal ihwal dan latar belakang yang mendasari
turunnya ayat-ayat al-Quran, serta mendengar secara langsung dari beliau tentang segala sesuatu
yang tidak di dengar oleh orang lain yang berhubungan dengan asbabun nuzul. Di antara para
sahabat tersebut, ada yang corcern terhadap ilmu ini. Misalnya, ada sahabat yang mengabarkan
kepada kita bahwa ayat-ayat yang di sebutkan para awal surat al-mujaadilah merupakan ayat
yang turun terkait dengan sayyidah khaulah binti Tsa‟labah Ra. Kala itu, suami sayyidah
Khaulah binti Tsa‟labah berkata kepadanya, “bagikan, kamu seperti punggung ibuku. “setelah
mendengar ucapan tersebut, Sayyidah Khaulah binti Tsa‟labah menemui Rasulullah Saw dan
mengadukan peristiwa yang terjadi antar ia dengan suaminya. Maka turunlah ayat Qs. Al-
mujadilah {58}:1)
َ َّ ‫إَّلل َي ْس َم ُع َت َح ُاو َرُك َما ؤ ان‬ َّ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ‫َ ْ َ َ َّ ُ َ ْ َ َّ ُ َ ُ َ ن‬
ُ َّ ‫إَّلل َو‬
‫يع َب ِص ٌي‬
ٌ ‫إَّلل َسم‬
ِ ِ ِ ‫قد س ِمع إَّلل قول إل ِ َ يّت تج ِادلك ِ يف زو ِجها وتشت ِ يك ِؤَل‬

artinya: “ sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan
kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar
soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihat,”
Dan di antara para sahabat, ada yang menceritakan kisah sahabat yang telah masuk islam,
namun kembali melakukan kesalahan/berbuat dosa berupa meminum khimar. Kemudian, mereka
bertanya kepada rasulullah Saw, tentang hukum meminum khamar. Lalu, beliau bersabda, “Ya
Allah, jelaskanlah kepada kami hukum meminum khamar secara jelas dan gemblang,” maka,
turunlah firman Allah Awt, terhadap QS. al-Baqarah {2}: 219)4
Satu-satunya jalan mengetahui Asbabun Nuzul ini hanyalah dengan periwayatan yang di
terima dari ulama salaf. Setiap periwayatan mengandung unsur sahih dan tidak sahih (di terima
dan di tolak). Oleh karena itu, di butuhkan penyeleksian dengan cara menelusuri para riwayatan
yang dapat di percaya, seperti halnya dalam periwayatan hadis. Namun, dalam periwayatan
Asbabun Nuzul, derajat yang paling tinggi adalah mauquf, tetapi hukumnya sama dengan marfu‟

3
Nispul khoiri, ilmu-ilmu studi al-quran. (medan: perdana publishing, 2018), h.56
4
Dr. Muhammad Sayyid Thanthawi, ulumul Qur’an teori dan mwetodologi. (ircisod, 2013). h.89.
(al mauquf bi hukm al mafru) yang sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Oleh sebab itu,
mayoritas ulama berpendapat bahwa setiap Asbabun Nuzul yang di terima dari kalangan para
sahabat wajib di terima, selama tidak ada riwayat yang lebih kuat yang melemahkannya. Oleh
karena itu Al-wahidy mengatakan, “tidak di benarkan membacakan sebab-sebab turunnya Al-
Quran, kecuali melalui periwayatan dan mendengarkan dari orang-orang yang menyaksikan
turunnya ayat (itu) dan mereka mengetahui serta memahami sebab-sebab turunnya dan
membahas pengertiannya,” (al-Syuuthi, I, 1993: 99)
Sumber riwayat ini adalah para sahabat yang memiliki semangat tinggi dalam mengikuti
perjalanan turunnya wahyu, intensitas keimanan yang tinggi, serta kecintaan mereka kepada
Nabi. ketiga hal tersebut telah mendorong mereka utnuk memberikan perhatian maksimal kepada
apa yang di bawa Nabi Muhammad Saw. oleh sebab itu, sebagian sahabat seperti Ibn Mas‟ud,
Ali Bin Abi Thalib, dan yang lainnya mengatakan, “tidak suatu ayat pun di turunkan kecuali
salah seorang di antara mereka mengetahui tentang apa yang itu di turunkan, tentang kepada
siapa ayat itu di turunkan dan di mana ayat itu di turunkan. Hal ini menunjukkan betapa
tingginya semangat dan daya juang mereka dalam memperhatikan turunnya wahyu. 5
Untuk mengetahui Asbabun Nuzul tidak bisa di ketahui semata-mata dengan akal (rasio),
mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan di dengar langsung dari orang-orang
yang mengetahui turunnya Al-Quran, atau dari orang-orang yang memahami Asbabun Nuzul.
Karena tidak setiap riwayat tentang “asbab al-Nuzul” yang di kemukakan oleh para sahabat
dapat di terima begitu saja, tanpa pengecekan dan penelitian lebih cermat. Hal ini juga
menunjukkan bahwa pengetahuan tentang “asbab al-Nuzul” suatu ayat merupakan pekerjaan
yang sulit, sehingga menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang beberapa
riwayat yang terkait dengannya.
Tidak boleh memperkatakan tentang sebab-sebab turun al-Quran melainkan dengan dasar
riwayat dan mendengar dari orang-orang yang menyaksikan ayat itu di turunkan dengan
mengetahui sebab-sebab serta membahas pengertiannya.

Faedah mengetahui Asbabun Nuzul

5
Drs. H. Muhammad Zainudin, Lc, M. H. metode memahami Al-Quran, (bandung: Khazanah
Intelektual, 2005). h.56.
Turunnya Al-Quran merupakan peristiwa besar yang harus kita ketahui dan pelajari.
Peristiwa turunnya Ayat-Ayat Al-Quran mempunyai beberapa faedah yang dapat kita ambil di
antaranya:
1. menjelaskan perhatian yang di berikan kepada Al-Quran guna menjaga dan menentukan
ayat-ayat nya.
2. Mengetahui rahasia perundang-undangan islam menurut sejarah sumber yang pokok.
3. Membedakan Nasikh wal mansukh6
Dalam kitab Al-Quran fi al-Islam, Syekh Muhammad Husain Ath-Thabathaba‟I menjesalkan,
ilmu asbabun nuzul sangat penting dalam membantu memahami ayat Al-Quran. Sebab,
mengetahui sebab turunnya ayat Al-Quran dapat mempermudah seseorang dalam menggali
makna Al-Quran, bahkan menyingkap rahasia di dalamnya.
Mempelajari ilmu asbabun nuzul sangat bermanfaat bagi seseorang yang hendak memahami Al-
Quran. Asbabun nuzul mempunyai manfaat yang besar dalam mempermudah menggali makna
ayat Al-Quran. Di antara manfaat mempelajari ilmu Asbabun Nuzul sebagai berikut:
1. Mengetahui hikmah di berlakunya suatu hukum
Asbabun nuzul berkaitan dengan kejadian langsung turunnya suatu ayat. Secara tidak
langsung, Asbabun Nuzul menjelaskan latar belakang berlakunya suatu hukum. Sehingga,
seseorang yang mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat, ia dapat mengerti alasan suatu hukum
di berlakunya.
2. Mengetahui substansi ayat Al-Quran
Dalam kajian ilmu ma‟anil Quran, ayat Al-Quran yang bersifat temporal dan universal.
Ilmu asbabun nuzul dapat memudahkan untuk mengidentifikasi substansi makna Al-Quran.
Sengan memahami sebab turunnya ayat, seseorang dapat mengetahui sasaran dari ayat Al-
Quran.
Seperti yang di ketahui, ayat Al-Quran tidak hanya membincang permasalah agama atau
hukum islam, tapi juga memuat sejarah tentang peradaman di zaman rasulullah. Pemahaman
tentang asbabun nuzul ayat sangat di perlukan agar tidak terjadi keaslahan dalam memahami
maksud suatu ayat.
3. Mempermudah dalam mempelajari Al-Quran

6
Nasrudin juhana, kaidah ilmu tafsir al quran praktis, (Yogyakarta: Deepublish, 2017)
Pengetahuan tentang asbabun nuzul sangat membantu dalam memahami ayat Al-Quran.
Dengan mengetahui sebab turunnya ayat, seseorang musafir dapat menggali maksud dari ayat
Al-Quran. Tanpa mempunyai dasar pengetahuan tentang asbabun nuzul, orang akan kesulitan
dalam menggali makna Al-Quran.
Imam al-Wahidi menjelaskan, makna ayat akan mudah di pahami jika mengetahui sebab
yang berkaitan dengan turunnya ayat tersebut. Dengan mengetahui asbabun nuzul ayat,
seorang akan terbantu dalam menemukan makna dari setiap ayat Al-Quran sehingga, seorang
musafir dapat menyelami makna Al-Quran dengan sebaik-baiknya.
Pedoman mengetahui asbabun nuzul
Sebab-sebab turunnya ayat Al-Quran berkaitan dengan kejadian-kejadian dan perkara-
perkara yang terjadi pada masa dakwah nabi Muhammad saw, seperti surah al-baqarah, al-hasyr
dan al-„adiyat. Atau di turunkan karena adanya kebutuhan mendesak akan hukum-hukum islam,
seperti an-nisa‟, al-anfal, ath-thalaq dan lain-lain.
Sebagai contoh, aisyah pernah mendengar ketika khaulah binti sa‟labah mempertanyakan suatu
hal kepada nabi bahwasanya dia di kenakan zihar. Oleh suaminya aus bin samit katanya: “
rasulullah, suamiku telah menghabiskan masa mudaku dan sudah beberapa kali aku mengandung
karenanya, sekarang setelah aku menjadi tua dan tidak beranak lagi ia menjatuhkan zihar
kepadaku”. Ya allah sesungguhnya aku mengadu kepadamu, aisyah berkata: tiba-tiba jibril turun
membawa ayat-ayat ini; sesungguhnya allah telah mendengar perkataan perempuan yang
mengadu kepadamu tentang suaminya yakni aus bin samit.
“hal ini tidak berarti sebagai acuan bagi setiap orang harus mencari sebab turun setiap
ayat”, karena tidak semua ayat Quran diturunkan sebab timbul suatu peristiwa dalam kejadian,
atau karena suatu pertanyaan. Tetapi ada di antara ayat Quran yang di turunkan sebagai
permulaan tanpa sebab, mengenai akidah iman, kewajiban islam dan syariat allah dalam
kehidupan pribadi dan sosial.
Definisi asbabun nuzul yang di kemukakan pada pembagian ayat-ayat al-Quran terhadap
dua kelompok: pertama, kelompok yang turun tanpa sebab, dan kedua, adalah kelompok yang
turun dengan sebab tertentu. Dengan demikian dapat di ketahui bahwa tidak semua ayat
menyangkut keimanan, kewajiban dari syariat agama turun tanpa asbabun nuzul.
Sahabat ali ibn mas‟ud dan lainnya, tentu tidak satu ayat pun di turunkan kecuali salah
seorang mereka mengetahui tentang apa ayat itu di turunkan seharusnya tidak di pahami melalui
beberapa kemungkinan; pertama, dengan pernyataan itu mereka bermaksud mengungkapkan
betapa kuat nya perhatian mereka terhadap al-Quran dan mengikuti setiap keadaan yang
berhubungan dengannya. Kedua, mereka berbaik sangka dengan segala apa yang mereka dengar
dan saksikan pada masa rasulullah dan mengizinkan agar orang mengambil apa yang mereka
ketahui sehingga tidak akan lenyap dengan berakhirnya hidup mereka, bagaimanapun suatu hal
yang logis bahwa tidak mungkin semua asbabun nuzul dari semua ayat yang mempunyai sebab
al-nuzul bisa mereka saksikan. Ketiga, para periwayat menambah dalam periwayatnya dan
membangsakannya kepada sahabat.
Intensitas para sahabat mempunyai semangat yang tinggi untuk mengikuti perjalanan
turunnya wahyu, mereka bukan saja berupaya menghafal ayat-ayat al-Quran dan hal-hal yang
berhubungan serta mereka juga melestarikan sunnah nabi, sejalan dengan itu al-hakim
menjelaskana dalam ilmu hadist bahwa seorang sahabat yang menyaksikan masa wahyu dan al-
Quran di turunkan tentang suatu ( kejadian ) maka hadist itu di pandanng hadist musnad, ibnu al-
shalah dan lainnya juga sejalan dengan pandangan ini.
Asbabun nuzul dengan hadist mursal, yaitu hadist yang gugur dari sanad nya seorang
sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada seorang tabi‟in, maka riwayt ini
tidak di terima kecuali sanad nya shahih dan mengambil tafsir nya dari para sahabat, seperti
mujahid, hikmah dan said bin jubair. Para ulama menetapkan bahwa tidak ada jalan untuk
mengetahui asbabun nuzul kecuali melalui riwayat yang shahih. Mereka tidak dapat menerima
hasil nalar dan ijtihad dalam masalah ini, namun tanpak nya pandangan mereka tidak selama nya
berlaku secara mutlak, tidak jarang pandangan terhadap riwayat-riwayat asbabun nuzul bagi ayat
tertentu berbeda-beda yang kadang-kadang memerlukan tarjih ( mengambil riwayat yang lebih
kuat )untuk melakukan tarjih di perlukan analisis dan ijtihad. 7

Bentuk ungkapan asbabun nuzul


Bentuk ungkapan asbabun nuzul da yang di ungkapkan secara tegas, namun adapula yang
hanya menunjukkan kemungkinan adanya hal yang dimaksud, ungkapan-ungkapan itu tertulis
sebagai berikut:
 Jika perawi menyatakan dengan ungkapan kalimat yang jelas tentang turunnya ayat,
seperti pernyataannya:

7
Dr. H. Hasan Mansur nasution, ulumul Quran, (medan: duta azhar, 2011), h.117.
......‫ﺳﺒﺐ ﻧﺯ ﯙﻞ ﻫﺫﻩﺍ ﻷﯾﺔ ﮔﺬﺍ‬
Menunjukkan ketetapan yang tegas adanya sebab turunya ayat dan tidak ada kandungan yang
lain. Terdapat ungkapan yang lain yang menggunakan huruf fa‟ta‟qibiyah ( fa‟, yang berarti
“maka” yang menunjukkan urutan peristiwa ) yang di rangkaian dengan turunnya ayat
sesudah ia menyebutkan peristiwa atau pertanyan seperti

 Jika perawi menyatakan

Ungkapan ini tidak secara tegas menyatakan adanya sebab turunnya ayat. Ungkapan tersebut
bisa mengandung tentang asbabun nuzul atau hal lain yang merupakan kandungan hukum
ayat. 8

Urgensi mempelajari asbabun nuzul


Mengetahui asbabun nuzul merupakan hal yang penting seperti hal nya munasabah,
I‟jaznya dan lain-lain. Memahami al-Quran dengan bantuan asbabun nuzul berarti memahami
melalui konteks kesejarahannya, karena ayat al-Quran terkadang menjelaskan hukum secara
umum sedang kan yang di maksud adalah khusus yang terkait dengan peristiwa itu saja.
Mayoritas ulama sepakat bahwa konteks kesejarahan yang terakumulasi dalam riwayat-riwayat
asbabun nuzul merupakan satu hal yang signifikan untuk memahami pesan-pesan al-Quran.
Dalam satu pernyataan ibnu taimiyah mengatakan: “ asbabun nuzul sangat menolong dalam
menginterprestasikan al-Quran.” Ungkapan serupa juga di nyatakan oleh ibn daqiq al-led:
“penjelasan terhadap asbabun nuzul merupakan metode yang kondusif untuk
menginterprestasikan makna-makna al-Quran.” (Al-Suyuti, tt:29).
Di samping ulama salaf, ulama khalaf juga member perhatian serius terhadap asbabun
nuzul dan mensyaratkan perlunya pemahaman terhadap situasi-situasi historis khusus yang
mengitari al-Quran ketika di turunkan.
Adapun manfaat mampelajari asbabun nuzul (Al-Zarqani, tt:109) antara lain adalah
untuk:
 Mengetahui peristiwa yang menyebabkan di syariatkannya suatu hukum, di mana satu

8
Prof. Dr. H. Nawir Yuslem, MA. Ulumul Quran, (Bandung, citapustaka media perintis, 2010). h.
23
kasus hukum dapat juga berlaku untuk peristiwa yang sama jika terjadi di waktu yang lain.
Untuk hal ini dapat di lihat pada asbabun nuzulbayat berikut:
ُ َ َ َ َ ٌ ْ َ ْ ًَ َ ً ُ ْ َ َ َ
‫ف َم ْن كان ِمنك ْم َم ِريضا أ ْو ِب ِه أذى ِم ْن َرأ ِس ِه ف ِفد َية ِم ْن ِص َي ٍام أ ْو َصدق ٍة أ ْو ن ُس ٍك‬

Artinya : “ maka siaoa saja di antaramu yang sakit atau gangguan di kepalanya (lalu ia
bercukur), maka wajiblah atasnya membayar fidyah, yaitu: berpuasa atau sedekah atau
berkorban” (Qs. Al-Baqarah: 196)
sebenarnya asbabun nuzul ayat ini berkaitan dengan peristiwa yang pernah di alami oleh ka‟ab,
ketika sedang ihram di kepalanya banyak kutu sehingga ia kurang nyaman. Dia ingin mencukur
rambutnya untuk menghilangkan kutu tersebut, tetapi hal itu di larang bagio orang yang sedang
dalam keadaan ihram. Maka turunlah ayat di atas yang membolehkan ka‟ab mencukur
rambutnya dengan syarat bahwa ia harus membayar fidyah dengan salah satu dari tiga hal:
berpuasa, member fakir miskin, atau berkurban. Keringanan seperti ini juga berlaku untuk siapa
saja jika mengalami kasus yang sama tidak hanya untuk ka‟ab.
Membantu mengatasi keraguan dalam memahami pesan-pesan ayat Al-Quran. Umpamanya
dalam ayat berikut:
َّ ُ ْ َ ‫َ َّ ْ َ ْْ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ ُّ َ َ ا‬
َ َّ ‫إَّلل ؤ ان‬
ٌ ‫إَّلل َوإس ٌع َعل‬
‫يم‬ ِ ِ ِ ِ ‫شق وإلمغ ِرب فأينما تولوإ فثم وجه‬ ِ ‫َّلل إلم‬
ِ ِ‫و‬

Artinya: “dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap
di situlah wajah allah. Sesungguhnya Allah maha luas (rahmat-Nya) lagi maha
mengetahui” . (Qs. Al-Baqarah: 115)
Jika ayat di atas di pahami secara zahir tanpa menelaah asbabun nuzul dalam kasus shalat
misalnya, maka seseorang boleh menghadap kearah mana saja sesuai dengan kehendak
hatinya. Ia tidak berkewajiban menghadap kearah hiblat ketika shalat kemanapun di
hadapkan wajah nya Allah ada di sana. Akan tetapi setelah di tinjau dari sisi asbabun
nuzul nya, kekeliruan interpretasi tersebut sangat jelas, sebab asbabun nuzul ayat di atas
berkaitan dengan seseorang yang sedang berada dalam perjalanan hendak melakukan
shalat di atas kendaraan, atau berkaitan dengan orang yang tidak mengetahui arah kiblat
dan sedang berijtihad dalam menentukan arah kiblat, di tengah hutan belantara misalnya.
Jadi ayat di atas tidak di ragukan lagi untuk orang yang shalat di atas kendaraan di boleh
kan mengadap sesuai arah kendaraan, begitu pula orang yang tidak mengetahui arah
kiblat saat berada di dalam hutan boleh menentukan arah kiblat sesuai keyakinannya.
 Mengetahui hukum-hukum mana yang mengandung pengertian usus (khas) walau pun
lafalnya umum („am). Misalnya dalam surat al-an‟am ayat 145:
َ ُ ً َ ٌ ْ ُ ‫َ ْ َ ُ ُ ا َ ْ َ ُ َ َ ْ َ ً َ ْ َ ً َ ْ ُ ً َ ْ َ ْ َ نْ ن َ ا‬ َ ََٰ ً‫ُ ْ َ َ ُ ن َ ُ َ َا ُ َ ا‬
‫ٌ أ ْو ِف ْسقا أ ِه ال ِلغ ْ ِي‬ ‫ًّل ط ِاع ٍم يطعمه ِؤَّل أن يكون ميتة أو دما مسفوحا أو لحم ِخ ِيير ف ِِنه ِرج‬ ‫وح ِؤ يَل محرما ع‬ ‫قل َّل أ ِجد ِ يف ما أ ِ ي‬
ٌ ‫إْ ُط ار ََ ْ َي َباٍ َو ََّل َعاد َفِ ان َراب َك ََ ُف‬
ٌ ‫ور َرح‬
‫يم‬
ْ َ َّ
‫إَّلل ِب ِه ف َم ِن‬
ِ ِ ٍ ِ
Artinya: “ tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang di wahyukan kepadaku, sesuatu yang
di harmkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai,
atau darah yang mengalir atau daging babi – karena sesungguhnya semua itu kotor –
atau binatang yang di sembelih atas nama Allah. Barang siapa yang dalam keadaan
terpaksa, sedang dia tidak mengingikannya Tuhanmu maha pengampun lagi maha
penyayang.”(Qs. Al-an’am: 145)
Jika dilihat asbabun nuzul nya, ayat ini tidaklah bersifat umu. Menurut al-Syafi‟I ayat ini
di turunkan sehubungan dengan adanya orang-orang kafir yang tidak mau memakan
sesuatu, kecuali apa yang telah di halalkan Allah dan menghalalkan apa yang telah di
haramkan Allah merupakan kebiasaan orang kafir terutama yahudi, maka turunlah ayat
tersebut.
 Membantu muafassir mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Quran bagi
mereka yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab bersifat khusus
dan bukan lafaz yang bersifat umum.
Terkadang sebuah ayat bercerita tentang peristiwa yang di alami seseorang seperti hal
nya ayat berikut:
َ َّ ‫َ ْ َ َ َّ ُ َ ْ َ َّ َ ُ َ ُ َ ن َ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َّ ُ َ ْ َ ُ َ َ ُ َ ُ َ ا‬
‫يع َب ِص ٌي‬
ٌ ‫إَّلل َسم‬
ِ ِ ‫قد س ِمع إَّلل قول إل ِ يّت تج ِادلك ِ يف زو ِجها وتشت ِ يك ِؤَل‬
‫إَّلل وإَّلل يسمع تحاوركما ِؤن‬

Artinya: “sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan
kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah
mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi
maha melihat.”( Qs. Al-Mujadilah: 1)
Asbabun nuzul ayat ini ialah sehubungan dengan persoalan seorang wanita bernama Khaulah
binti Tsa‟labah yangbtelah dizihar oleh suaminya Aus bin Shamit, yaitu dengan mengatakan
kepada istrinya: “kamu bagiku seperti punggung ibuku” dengan maksud ia tidak boleh lagi
menggauli istrinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. Menurut adat jahiliyah
kalimat zhihar seperti itu sama dengan menthalak istri. Maka Khaulah mengadukan hal itu
kepada Rasulullah saw dan Rasulullah menjawab, bahwa dalam hal ini beklum ada
keputusan dari Allah. Pada riwayat yang lain Rasulullah mengatakan: “engkau telah di
haramkan bersetubuh dengan dia”. Lalu khaulah berkata: “suamiku belum menyebutkan
kata-kata Thalak”. Kemudian khaulah berulang kali mendesak Rasulullah supaya
menetapkan suatu keputusan hukum dalam hal ini, sehingga kemudian turunlah ayat ini dan
ayat-ayat berikutnya (Anwar: 66)
Dengan demikian ayat zihar dalam surah al-Mujadilah di atas yang berkenaan dengan Aua
bin Shamit yang menzihar istrinya ( Khaulah binti Tsa‟labah ), hanya berlaku bagi kedua
orang tersebut. Sedangkan hukum zihar yang berlaku bagi selain mereka di tentukan dengan
jalan analogi (qiyas).
 Mengidentifikasi berlaku ( kepada siapa sebenarnya ayat itu di tujukan ). Marwan pernah
menunjuk Abd. Rahman Ibn Abu Bakar sebagai orang yang menyebabkan turunnya ayat
berikut:
ُ َ ٍّ ُ ْ َ َ َ َ َّ
.....‫ف لك َما‬ ‫َوإل ِذي قال ِلو ِإلدي ِه أ‬

Artinya: “dan orang yang mengatakan kepada kedua orang tuanya “cis, (akh), adalah
kamu bedua…..””(Qs. Al-Ahqaf: 17)
Untuk meluruskan persoalan apakah ayat itu benar di turunkan untuk merespon sikap
Abd. Rahman Ibn Abu bakar?, maka Aisyah berkata kepada Marwan : “demi Allah
bukan dia yang menyebabkan ayat ini turun dan aku sanggup untuk menyebutkan siapa
orang yang sebenarnya.”
 Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk menetapkan wahyu
kedalam hati orang yang mendengarnya. Hal ini karena hubungan sebab akibat
(musabab) hukum, peristiwa dan pelaku, masa dan tempat merupakan satu jalinan yang
dapat mengikat hati.
Sementara itu ulama lainnya menjelaskan adanya 10 manfaat dan uergensi keberadaan
asbabun nuzuk dengan redaksi yang lebih singkat yaitu :
1. Penegasan bahwa Al-Quran benar-benar dari Allah SWT
2. Penegasan bahwa Allah benar-benar memberikan perhatian penuh kepada Rasulullah saw
dalam menjalankan misi risalahnya;
3. Penegasa bahwa Allah SWT selalu bersama para hambanya dengan menghilangkan duka
cita mereka
4. Saran memahami ayat secara tepat
5. Mengatasi keraguan ayat yang di duga mengandung pengertian umum
6. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam Al-Quran
7. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan turunnya ayat Al-Quran
8. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat serta untuk menetapkan wahyu di
hati orang yang mendengarnya
9. Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-Quran
10. Seorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum dan dalam
keadaan bagaimana ayat itu mesti di terapkan9

YANG PERNAH DI TURUNKAN KEPADA BEBERAPA NABI DAN YANG BELUM


PERNAH DI TURUNKAN SEBELUM NABI SAW
Di antara contoh yang pertama ialah apa yang di riwayatkan oleh al-hakimdari ibnu abbas
ra, ia berkata: “ketika di turunkan sabbihisma rabbikal a’la, nabi saw bersabda : semuanya
terdapat di dalam lembaran-lembaran ( shuhuf ) ibrahim dan musa”.

Di antara contoh Yang kedua ialah surat al-fatihah, ayat al-kuriy dan dua ayat terkahir dari surat
al-baqarah.

Di riwayatkan dari anas ra, secara marfu‟: “ sesungguhnya allah telah memberikan kepadaku
beberapa pemberian, di antaranya ( ia berfirman ): “ sesungguhnya aku telah memberimu
fatihatul kitab; ia adalah salah satu perbendaharaan arsyi-ku”

Dari ma‟qal bin yasar, secara marfu‟: “ aku di beri fatihatul kita dan akhir-akhir surat al-baqarah
dari bawah arsyi”. 10

9
Drs. Syamsu Nahar, M. Ag, studi ulumul Quran, (medan: perdana publishing). h.55
10
Imam as-suuthi, apa itu al-Quraan, (Jakarta: dar an-nafa is Beirut, 1994). h. 69
DAFTAR PUSTAKA

Suma, Muhammad Amin, Studi ilmu-ilmu Al-Quran. Jakarta: Pustaka firdaus. 2004

Nasution, Zakiah hasan. Ulum alquran. medan: 2018

Khoiri, Nispul, ilmu-ilmu studi al-quran. medan: perdana publishing. 2018

Thanthawi, Muhammad Sayyid, ulumul Qur’an teori dan mwetodologi. ircisod, 2013

Muhammad Zainudin, metode memahami Al-Quran,bandung: Khazanah Intelektual, 2005

Juhana, Nasrudin, kaidah ilmu tafsir al quran praktis, Yogyakarta: Deepublish, 2017

Nasution, Hasan Mansur, ulumul Quran, medan: duta azhar, 2011

Yuslem, Nawir, Ulumul Quran, Bandung: citapustaka media perintis, 2010

Nahar, Syamsu, studi ulumul Quran, medan: perdana publishing


Imam as-suuthi, apa itu al-Quraan, Jakarta: dar an-nafa is Beirut, 1994

Anda mungkin juga menyukai