Anda di halaman 1dari 20

1

Nama: Jenjang/kelas:
Chanifah Ulfah, S. Pd. SMK/10

Asal sekolah: Mata Pelajaran:


SMKN 1 Kandeman Bahasa Indonesia

Profil Pelajar Pancasila: Jumlah Peserta Didik:


1. Bernalar kritis 36 peserta didik
2. Bergotong-royong
3. Berkebinekaan global Model Pembelajaran:
Discovery learning
Fase:
E Domain Mata Pelajaran:
Membaca dan memirsa
Capaian Pembelajaran:
Pada akhir fase E, peserta didik mampu Tujuan Pembelajaran Prasyarat:
mengevaluasi informasi berupa gagasan,pikiran, Memahami nilai-nilai dalam hikayat
pandangan, arahan atau pesan dari berbagai jenis Indikator Pencapaian Tujuan
teks, misalnya deskripsi, laporan, narasi, rekon, Pembelajaran:
eksplanasi, eksposisi dan diskusi, dari teks visual 1. Peserta didik mampu
dan audiovisual untuk menemukan makna yang menentukaan konjungsi urutan
tersurat dan tersirat. Peserta didik waktu dalam teks hikayat.
menginterpretasi informasi untuk mengungkapkan 2. Peserta didik mampu
gagasan dan perasaan simpati, peduli, empati menentukaan majas dalam
dan/atau pendapat pro/kontra dari teks visual dan teks hikayat.
audiovisual secara kreatif. Peserta didik
menggunakan sumber lain untuk menilai akurasi
dan kualitas data serta membandingkan isi teks.
Tujuan Pembelajaran:
Memahami kaidah-kaidah bahasa yang digunakan
dalam hikayat

Deskripsi Umum:
Fokus pembelajaran adalah membaca dan memirsa
untuk menentukan kaidah-kaidah bahasa yang
digunakan dalam hikayat.

Kata Kunci:
Teks hikayat, kaidah-kaidah bahasa.

Materi ajar, alat, bahan, dan biaya:


1. Buku penunjang yang memuat teks editorial
2. Multimedia teks hikayat
3. Internet/laptop/kertas/alat tulis

Sarana prasarana:
Laptop, LCD proyektor, jaringan internet, power point,
LKPD, aplikasi mengajar lainnya.

2
Pertanyaan Esensial: Ketersediaan Materi:
1. Ceritakan kegiatan apasaja yang Kalian 1. Pengayaan untuk peserta didik
lakukan sampai Kalian berada di berpencapaian tinggi: YA//TIDAK
sekolah! 2. Penjelasan untuk peserta didik yang sulit
2. Apasaja cerita rakyat yang pernah memahami konsep: YA//TIDAK
Kalian dengar/baca? 3. Materi khusus untuk siswa berkebutuhan
3. Bagaimana pendapat Kalian terhadap khusus: YA/TIDAK
cerita tersebut? 4. Materi pengayaan alternatif menggunakan
teknologi: YA/TIDAK
Pengetahuan Esensial:
Memiliki kemampuan kaidah-kaidah bahasa Persiapan Guru:
dalam teks hikayat. 1. Menyiapkan materi pembelajaran dalam
bentuk power point, buku paket, modul,
Pengaturan Peserta Didik: mengenai teks hikayat.
1. Individu 2. Menyiapkan media pembelajaran teks
2. Kelompok hikayat.
3. Menyiapkan teks hikayat.
Jenis Asesmen: 4. menyiapkan LKPD
1. Tertulis 5. Menyiapkan asesmen
2. Performa

Metode Pembelajaran:
1. Ceramah
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Simulasi

Apersepsi (10 menit)

(70 menit) Kegiatan inti

Penutup (10menit)

3
Metode Pembelajaran:
Discovery Learning
Sarana Prasarana:
Laptop, LCD proyektor, jaringan internet,
Indikator Pencapaian Tujuan Pembelajaran: power point, LKPD, aplikasi mengajar
Memahami kaidah-kaidah bahasa dalam teks hikayat lainnya.
Alokasi Waktu:
2 JP (90 Menit)

1. Guru mengucapkan salam pembuka, mengecek kehadiran peserta didik, berdoa untuk memulai
pembelajaran.
2. Guru menanyakan kabar kepada peserta didik.
3. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari. Misalnya, “Kalimat manakah yang menunjukkan konjungsi urutan
waktu?”
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
5. Guru menyampaikan indikator pencapaian tujuan pembelajaran, cakupan materi, dan penjelasan
uraian kegiatan pembelajaran.

1. Guru merangsang peserta didik dengan menampilkan video/teks hikayat.


2. Peserta didik mencermati video/teks hikayat.
3. Peserta didik bertanya jawab mengenai kaidah bahasa teks hikayat yang telah dibaca.
4. Peserta didik mencermati contoh analisis kaidah bahasa teks hikayat.
5. Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok diskusi.
6. Peserta didik menyimak/membaca teks editorial yang telah disiapkan dalam LK.
7. Peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan mengenai kaidah-kaidah bahasa teks hikayat.
a. Kaidah kebahasaan apa saja yang ada di dalam teks hikayat tersebut?
b. Kalimat manakah yang menunjukkan konjungsi urutan waktu?
c. Apa makna kata arkais dalam teks hikayat tersebut?
d. Majas apasaja yang terkandung dalam teks hikayat tersebut? Sertakan bukti kutipan.
8. Ketua kelompok berdiskusi untuk pembagian tugas kepada semua anggota.
9. Peserta didik mengumpulkan informasi mengenai persoalan yang telah dibuat dari berbagai
sumber berbagai yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara, dan lain-lain.
10.Peserta didik melakukan pengolahan data yang telah dikumpulkan, yaitu mengidentifikasi dan
menganalisis, serta menuliskan bukti dari kaidah-kaidah bahasa teks hikayat.
11.Guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan pembuktian dari pernyataan yang telah
dirumuskan berdasarkan hasil pengolahan informasi yang telah ada.
12.Peserta didik menyajikan hasil kerjanya pada Lembar Kerja Peserta Didik.
13.Guru menunjuk beberapa peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya.
14.Peserta didik yang lain memberikan kritikan atau masukan.
15.Guru bersama peserta didik membuat simpulan dan mengomunikasikan simpulannya.

1. Guru dan peserta didik membuat simpulan bersama-sama mengenai kegiatan menganalisis
kaidah-kaidah bahasa teks hikayat.
2. Guru dan peserta didik melakukan refleksi mengenai pembelajaran hari ini.
3. Guru mengingatkan peserta didik untuk mengerjakan latihan mandiri di rumah pada LK yang telah
disediakan.
4. Guru mengingatkan topik pembelajaran berikutnya, yaitu Menulis teks hikayat dan
mempublikasikannya di media sosial maupun media cetak.
5. Guru dan peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan doa.

4
MATERI, ALAT, DAN BAHAN
Materi Ajar Bahan ajar kaidah-kaidah bahasa dalam teks hikayat.
Alat Dan Bahan 1. Ponsel atau laptop
2. Jaringan internet
3. Kertas HVS
4. Karton
5. Spidol atau pensil warna
6. Lembar kerja siswa
Perkiraan Biaya 1. Kertas HVS (1 rim) =Rp50.000
2. Karton [8 karton (1/kelompok)] 8xRp7.000 =Rp56.000
3. Spidol atau pensil warna [8 box (1/kelompok)] 8xRp10.000 =Rp80.000
4. Print dan fotokopi lembar kerja siswa =Rp50.000
Catatan:
Bila tersedia ponsel atau laptop dan akses internet, biaya karton dan spidol atau pensil warna tidak
perlu. Hal tersebut dapat digantikan aplikasi Canva atau PicsArt atau aplikasi desain lain yang dapat
diakses secara gratis untuk membantu kreativitas dalam alihwahana.

REFLEKSI
Guru Peserta didik
1. Apakah pembelajaran yang saya lakukan 1. Apakah saya sudah dapat menganalisis kaidah-
sudah sesuai dengan urutan aktivitas kaidah bahasa teks hikayat?
pembelajaran? Sudah cukup efektif? 2. Bagaimanakah kesan kalian terhadap keseluruhan
2. Bagian manakah dari rencana proses kegiatan pembelajaran?
pembelajaran yang sulit dilakukan? Apa 3. Apakah hasil yang didapatkan sudah sesuai
yang dapat saya lakukan untuk keriteria penilaian guru?
mengatasinya? 4. Bila sudah baik, bagaimana kalian
3. Apakah 100% peserta didik sudah dapat mempertahankannya, lalu bila belum baik, usaha
menganalisis kaidah-kaidah bahasa dalam apa yang akan dilakukan untuk memperbaikinya?
teks hikayat?
4. Bila belum, berapa prosentase peserta
didik yang tercapai dan berapa persentase
yang belum tercapai?
5. Lalu apa yang menjadi kendalanya,
bagaimana solusinya?

5
ASESMEN JENIS ASESMEN
1. Individu Portofolio
2. Kelompok Portofolio dan Performa
Bagaimana asesmen dilakukan
1. Observasi guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung
2. Portofolio hasil kerja peserta didik (LK)

LK ASPEK KRITERIA SKOR


1 Ketapatan dalam menganalisis
konjungsi urutan waktu
2 Ketepatan dalam menganalisis
kata arkais
3 Kemampuan dalam
menganalisis majas

Lembar Observasi Guru

Guru memberikan tanda centang (√) pada kotak yang sesuai dengan perilaku siswa
Nama :....
Kegiatan : Individu/Kelompok
Tanggal :....

Individu Kelompok
Mengerjakan tugas dengan mandiri Terlibat aktif dalam setiap tahapan selama
mengerjakan tugas
Percaya kemampuan diri (tidak banyak bertanya Berkomentar secara positif
teman)
Tugas dikumpulkan tepat waktu Menghargai upaya rekan sekelompok
Partisipasi seimbang dengan seluruh mitra dalam
kelompok
Bernegosiasi dalam kelompok untuk mencari
kesepakatan

1. Program Pengayaan

BENTUK PENGAYAAN CENTANG KETERANGAN KEGIATAN

Kegiatan tambahan untuk peserta didik


dengan pencapaian tinggi agar lebih
mahir.
a. Belajar mandiri
b. Belajar mandiri secara
berkelompok
c. Mentoring oleh guru atau mentor

6
d. Membuat proyek
e. Penugasan berbasis literasi
f. Pemberian soal-soal tambahan
g. Melakukan praktik kerja
h. Presentasi

2. Program Remidial

BENTUK REMIDIAL CENTANG KETERANGAN KEGIATAN

Kegiatan lanjutan kepada peserta didik


yang hasil belajarnya kurang memenuhi
standa
a. Pembelajaran ulang dengan
metode dan media yang berbeda
b. Pemberian bimbingan secara
khusus
c. Pemberian tugas-tugas latihan
secara khusus
d. Pemanfaatan tutor sebaya

REKOMENDASI BACAAN
Guru Peserta didik
1. Buku Guru Kelas X Bahasa Indonesia Kurikulum 1. Buku Siswa kelas X Bahasa Indonesia Kurikulum
Merdeka Merdeka
2. Buku Guru Kelas X dan XI Bahasa Indonesia 2. Buku Siswa kelas X dan XI Bahasa Indonesia
Kurikulum 2013 Kurikulum 2013
3. Buku Kumpulan sastra-sastra lama 3. Internet
4. Internet https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/ceri
https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/ceri tarakyat
tarakyat

Aulia, Fadillah Tri dan Sefi Indra Gumilar. 2021. Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra
Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X. Jakarta: Kemendikbudristek.

7
8
Pada pertemuan yang ini, kamu akan melakukan analisis kaidah-kaidah bahasa teks hikayat.
Terdapat tiga kegiatan yang akan kamu lakukan, yaitu:
1. Menganalisis konjungsi urutan waktu
2. Menganalisis kata arkais
3. Menganalisis majas

Sebelum melakukan aktivitas semua kegiatan di atas, alangkah baiknya kamu membaca dan memahami
materi di bawah ini. Selain itu, untuk memperkuat pemahamanmu, silakan mencari referensi lainnya baik
dari media cetak (buku/modul) maupun media elektronik (televisi/artikel dari internet/youtube)

1. KONJUNGSI URUTAN WAKTU


Konjungsi urutan waktu yang digunakan dalam teks hikayat biasanya menggunakan kata-kata
arkais. Berikut contoh konjungsi urutan waktu:
a. Akisyah/alkisah
b. Seberapa mula
c. Hatta
d. Syahdan
e. Maka
“Setelah datanglah umurnya Khojah Maimum lima tahun, maka terlalulah baik pekertinya
serta bijaksananya. Maka diserahkannya oleh bapaknya Khojah Maimun mengaji kepada
mu’alim Sabian. Hatta beberapa lamanya, maka Khojah Maimun itu pun tahulah mengaji
dan terlalu fasih lidahnya serta banyak ilmu yang diketahuinya.”
2. KATA ARKAIS

Kata arkais merupakan kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan asing. Kata
arkais merupakan bahasa Melayu (asal bahasa Indonesia).

No Kata Arkais Makna


1 Beroleh Mendapat
2 Titah Kata, perinta
3 Buluh Tanaman berumpun, berakar serabut, batangnya beruas-ruas,
berongga dan keras; bambu; aur
4 Mahligai Tempat kediaman raja atau putri-putri raja (dalam lingkungan
istana)
5 Ditoreh Diiris
6 Cembul Tempat tembakau
7 Inang Pengasuh
8 Upeti Uang yang wajib dibayarkab kepada raja; pajak
9 Selit Selip
10 Bejana Bak; tabung; bajan; jambang
11 Syahdan Selanjutnya... lalu (digunakan di awal cerita)
12 Saudagar Pedagang besar

9
13 Bayan Burung Nuri
14 Tiung Jenis burung yang dapat meniru suara orang
15 Hatta Lalu....; sudah itu lalu....; maka

3. MAJAS
Majas atau gaya bahasa sangat erat kaitannya dengan cerita fiksi. Majas digunakan
untuk menambahkan keindahan cara penyampaian cerita. Beberapa majas yang sering kali
digunakan, baik dalam hikayat maupun cerpen adalah sebagai berikut:
a. Antonomasia
Antonomasia adalah majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya
yang menonjol.
Contoh:
1. Hatta beberapa lamanya maka istri si Miskin itu pun hamillah tiga bulan
lamanya.
2. Tak tahu mengapa, saat itu aku mengucapkan terima kasih kepada perempuan
tua itu.
b. Personiikasi
Personiikasi adalah majas yang menyatakan benda mati maupun benda hidup yang
bukan manusia (hewan/tumbuhan) sebagai sesuatu yang seolah-olah bersifat dan
berlaku layaknya manusia.
Contoh:
1. Samar-samar nyanyian jangkrik terdengar di sampingku.
2. Angin menyambar wajahku.
c. Simile
Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya
secara eksplisit menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata
penghubung atau kata pembanding yang biasa digunakan antara lain: seperti,
laksana, bak, dan bagaikan.
Contoh:
1. “Kamu tidur seperti kerbau,” canda ibu.
2. Mereka selalu bertengkar bak kucing dan anjing.
d. Metafora
Metafora adalah majas yang menggunakan kata atau kelompok kata untuk
mewakili hal lain yang bukan sebenarnya, mulai dari bandingan benda fisik, sifat,
ide, atau perbuatan lain. Metafora tidak menggunakan kata penghubung atau kata
pembanding seperti simile.
Contoh:
1. Seperti biasa, setibaku di istana tuaku, perempuan tua menyambutku dengan
hangat.
2. Ia adalah tulang punggung keluarga.
e. Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan dengan cara melebih-
lebihkan sesuatu dari yang sebenarnya.
Contoh:
1. Seraya berkata kepada suaminya, “Adapun akan emas ini sampai kepada anak
cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja.”
2. Aku tak dapat berbicara, tanganku dingin bak es yang keluar dari freezer.

10
Setelah kamu membaca dengan saksama materi di atas dan referensi lainnya, diharapkan kamu
memiliki pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa teks hikayat.

Silakan simak contoh proses dan hasil analisis kaidah-kaidah bahasa teks hikayat berikut ini:

HIKAYAT INDERA BANGSAWAN


Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat
Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu
hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta
beberapa lamanya, Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki
bagai pinang dibelah dua. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan
pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan
anaknya yang muda Indera Bangsawan.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan
dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula
mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa
lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka
baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya
kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan
kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata
kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut
menjadi raja di dalam negeri.
Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon
pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung,
masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.
Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut yang tak henti-
hentinya bersaut-sautan, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu
pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka
pun pergi saling cari mencari.
Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera
Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan
dengan sekuat-kuatnya.
Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah
mahligai. Ia naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu
dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang
itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah
dari gendang itu. Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh
Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di

11
dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayangdayangnya. Dengan segera Syah Peri
mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka
Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri dihadap
oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.
Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai di
suatu padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu
dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa Indera
Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri
Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa.
Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat
membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya
itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum
mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan
penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda,
ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.”
Setelah mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang
berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu. Maka ia pun duduk menunggui
pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala.
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya
susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya
akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja
yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan
besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi
tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu,
Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan menunjukkannya
kepada raja.
Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke
mata Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteripun
sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda harus
menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat
selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan daya upaya, seperti tubuh tanpa tulang
belulang.
Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata
kepada sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubah Buraksa akan menjadi suami Puteri.
Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indera Bangsawan. Indera Bangsawan diberi kuda hijau
dan diajari cara mengambil jubah Buraksa yaitu dengan memasukkan ramuan daun-daunan ke
dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa datang hendak mengambil Puteri, Puteri
menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat

12
itu tanpa pikir panjang Buraksa menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam
gentong.
Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri
dan mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat
ramuan daun-daunan dalam air minumnya. Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat
Buraksa tak berdaya, mereka mengambil selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka
hendak mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa.
Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah
Buraksa. Hata Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu
sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi.
Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya. Pergilah
mereka seperti kucing disiram air.

Sumber: Buku Kesusastraan Melayu Klasik

Tabel Jawaban

1. Kaidah-kaidah bahasa teks hikayat


Unsur
Hasil identifikasi
kebahasaan
Konjungsi urutan - Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra.
waktu - Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan
sedekah kepada fakir dan miskin
- Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga
saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.
- Maka datang pada suatu hari,…
- Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat.
- Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan
jubah Buraksa.
Kata arkais - Hatta beberapa lamanya,…
- Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun
dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian.
- Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan
dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau
baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya
bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata
kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang
dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.
- Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu
sebuah mahligai
- Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari
pun keluarlah dari gendang itu. Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa
negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh
orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul.
- Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari
sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang
pengasuhnya.
- Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan
diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat

13
Unsur
Hasil identifikasi
kebahasaan
Majas - Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan bersalin
dua orang putra laki-laki bagai pinang dibelah dua.
- Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk
rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.
- Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut yang
tak henti-hentinya bersaut-sautan, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan
tiada kelihatan barang suatu pun.
- Setelah mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil
seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada
pohon kayu.
- Baginda sudah kehilangan daya upaya, seperti tubuh tanpa tulang belulang.
- Pergilah mereka seperti kucing disiram air.

14
Sebelum melaksanakan kegiatan pada sesi ini, silakan kamu membentuk kelompok sesuai dengan arahan
Ibu/Bapak guru:
1. Membentuk kelompok 4-5 anggota
2. Memilih ketua kelompok
3. Memberi nama kelompok
4. Membagi tugas pada anggota (tugas ketua kelompok)

Bacalah teks hikayat berikut ini dan kerjakan soal latihan dibawah ini!
1. Analisislah kaidah kebahasaan teks editorial tersebut!

BAYAN BUDIMAN
Sebermula ada saudagar di negara Ajam. Khojan Mubarok namanya, terlalu amat kaya
seperti hartanya tak akan habis tujuh turunan, akan tetapi ia tiada beranak. Tak seberapa
lama setelah ia berdoa kepada Tuhan, maka saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang
anak laki-laki yang wajahnya bersinar bak bulan purnama diberi nama Khojan Maimun.
Setelah umurnya Khojan Maimun lima tahun, maka diserahkan oleh bapaknya mengaji
kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun. Ia dipinangkan
dengan anak saudagar yang kaya, amat elok parasnya, namanya Bibi Zainab. Hatta beberapa
lamanya Khojan Maimun beristri itu, ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa
di antara itu ia juga membeli seekor tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan ditaruhnya
hampir sangkaran bayan juga.
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta izinlah dia
kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu, jika ada barang suatu
pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, karena fitnah
di dunia amat besar lagi tajam daripada senjata.
Hatta beberapa lama ditinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya
rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk bertemu melalui seorang
perempuan tua. Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak
menemui anak raja itu. Maka bernasihatlah ditentang perbuatannya yang melanggar aturan
Allah Swt. Maka marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya
dan dihempaskannya sampai mati.
Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpurapura tidur. Maka
bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab pergi mendapatkan
anak raja. Maka bayan pun berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga akan binasa.
Setelah ia sudah berpikir demikian itu, maka ujarnya, “Aduhai Siti yang baik paras, pergilah
dengan segeranya mendapatkan anak raja itu. Apa pun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat
sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya. Baiklah tuan
sekarang pergi, karena sudah dinanti anak raja itu. Apalah dicari oleh segala manusia di dunia
ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan?
Adapun akan hamba, tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut
bulunya oleh tuannya seorang istri saudagar.” Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk
mendengarkan cerita tersebut.
Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat
memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin
mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka diberilah ia cerita-

15
cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. Burung tersebut bercerita, hingga akhirnyalah
Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang
dari rantauannya.
Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan
rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi Zainab dengan
cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam ke satu malam
pertemuannya dengan putera raja. Begitulah seterusnya sehingga Khoja Maimun pulang dari
pelayarannya.
Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya, tetapi juga dapat
menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat menjaga nama
baik tuannya serta menyelamatkan rumah tangga tuannya. Antara cerita bayan itu ialah
mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu
menasihatkan anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal
berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera yang
bersahabat dengan seorang anak saudagar. Pada suatu hari mereka berselisih faham. Anak
saudagar mendapat luka di tangannya. Luka tersebut tidak sembuh melainkan diobati dengan
hati kera. Maka saudagar itupun menangkap dan membunuh anak kera itu untuk mengobati
anaknya.

Sumber: Kesusasteraan Melayu Klasik dengan penyesuaian

16
LEMBAR JAWAB PESERTA DIDIK

ANGGOTA KELOMPOK:
1……………………………………………………………………………………………………….
2……………………………………………………………………………………………………….
3……………………………………………………………………………………………………….
4……………………………………………………………………………………………………….
5……………………………………………………………………………………………………….
KELAS:……………………………………………………………………………………………..
Tulislah hasil diskusi Kalian pada tabel berikut!

Unsur
Hasil identifikasi
kebahasaan
Konjungsi urutan
waktu

Kata arkais

Majas

17
BAYAN BUDIMAN
Sebermula ada saudagar di negara Ajam. Khojan Mubarok namanya, terlalu amat kaya
seperti hartanya tak akan habis tujuh turunan, akan tetapi ia tiada beranak. Tak seberapa
lama setelah ia berdoa kepada Tuhan, maka saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya
seorang anak laki-laki yang wajahnya bersinar bak bulan purnama diberi nama Khojan
Maimun.
Setelah umurnya Khojan Maimun lima tahun, maka diserahkan oleh bapaknya mengaji
kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun. Ia dipinangkan
dengan anak saudagar yang kaya, amat elok parasnya, namanya Bibi Zainab. Hatta beberapa
lamanya Khojan Maimun beristri itu, ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa
di antara itu ia juga membeli seekor tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan ditaruhnya
hampir sangkaran bayan juga.
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta izinlah dia
kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu, jika ada barang suatu
pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, karena
fitnah di dunia amat besar lagi tajam daripada senjata.
Hatta beberapa lama ditinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya
rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk bertemu melalui seorang
perempuan tua. Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu
hendak menemui anak raja itu. Maka bernasihatlah ditentang perbuatannya yang melanggar
aturan Allah Swt. Maka marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari
sangkarnya dan dihempaskannya sampai mati.
Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpurapura tidur. Maka
bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab pergi
mendapatkan anak raja. Maka bayan pun berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia
juga akan binasa. Setelah ia sudah berpikir demikian itu, maka ujarnya, “Aduhai Siti yang
baik paras, pergilah dengan segeranya mendapatkan anak raja itu. Apa pun hamba ini
haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah
menanggungnya. Baiklah tuan sekarang pergi, karena sudah dinanti anak raja itu. Apalah
dicari oleh segala manusia di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan?
Adapun akan hamba, tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut
bulunya oleh tuannya seorang istri saudagar.” Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun
untuk mendengarkan cerita tersebut.

18
Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat
memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin
mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka diberilah ia cerita-
cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. Burung tersebut bercerita, hingga akhirnyalah
Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan menunggu suaminya Khojan Maimum
pulang dari rantauannya.
Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan
rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi Zainab dengan
cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam ke satu malam
pertemuannya dengan putera raja. Begitulah seterusnya sehingga Khoja Maimun pulang dari
pelayarannya.
Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya, tetapi juga dapat
menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat menjaga nama
baik tuannya serta menyelamatkan rumah tangga tuannya. Antara cerita bayan itu ialah
mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu
menasihatkan anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal
berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera yang
bersahabat dengan seorang anak saudagar. Pada suatu hari mereka berselisih faham. Anak
saudagar mendapat luka di tangannya. Luka tersebut tidak sembuh melainkan diobati dengan
hati kera. Maka saudagar itupun menangkap dan membunuh anak kera itu untuk mengobati
anaknya.
Sumber: Kesusasteraan Melayu Klasik dengan penyesuaian

Keterangan :
Merah : konjungsi urutan waktu.
Kuning : kata arkais
Hijau : majas

19
20

Anda mungkin juga menyukai