Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PEMBELAJARAN METODE

PROBLEM BASED LEARNING

ASKEB KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal Dan Neonatal

Dosen pengampu : Tutik Iswanti, M.Keb

Disusun oleh : Kelompok A ( 2C )

1. Anisa Rahmawati 7. Finanda Dwianti

2. Dhea Nabila Novariyanti 8. Indah Septianti

3. Dhiya Afina Febrinanda 9. Norma Fajerin

4. Elsa Wulandari 10. Siti Lutfiatussilah

5. Elisa 11. Siti Nurfaiza

6. Elvira Widiyanti

PROGRAM D3 KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES BANTEN

Jl. Raya Rangkasbitung, Pandeglang No.421 Kaduagung Tengah, Kec. Cibadak , Kab.Lebak,
Banten 42317

Tahun 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, atas segala rahmat dan hidayahnya yang
telah dilimpahkan kepada kita semua, karena dengan izin-Nya-lah semua usaha dan pekerjaan
yang kita lakukan dapat terselesaikan dengan baik dan sempurna. Dan tentunya dengan
karunia-Nya jugalah kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal membuat Laporan dengan Metode Problem Based
Learning dengan materi “Plasenta Previa” dengan dosen pengampu Tutik Iswanti,M.Keb ini
tepat pada waktunya.

Dalam penulisan lapopran ini kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk penulisan makalah
selanjutnya bisa lebih baik lagi. Dan terakhir kami berharap, mudah- mudahan laporan ini
dapat bermanfaat dan berguna sebagai sumber ilmu bagi yang membacanya dan dapat
dijadikan bahan referensi. Apabila ada kesalahan penulisan kami mohon maaf dan ucapkan
terimakasih.

Rangkasbitung, 15 Februari 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. TINJAUAN TEORI........................................................................................................... 1
B. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
ISI............................................................................................................................................... 2
A. STRUKTUR KELOMPOK............................................................................................... 2
B. HASIL DISKUSI ............................................................................................................... 3
A. DEFINISI INFEKSI MASA NIFAS PERITONITIS ...................................................... 5
B. TANDA DAN GEJALA PERITONITIS ........................................................................ 6
C. PENYEBAB PERITONITIS ............................................................................................. 7
D. PENCEGAHAN INFEKSI MASA NIFAS PERITONITIS ........................................... 8
E. PENATALAKSANAAN INFEKSI MASA NIFAS PERITONITIS............................... 8
BAB III .................................................................................................................................... 10
PENUTUP................................................................................................................................ 10
A. KESIMPULAN ............................................................................................................... 10
B. SARAN............................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. TINJAUAN TEORI
Problem Based Learning adalah suatu tipe pengelolaan kelas yang diperlukan
untuk mendukung pendekatan dalam pengajaran dan meng akomodasikan keterlibatan
mahasiswa dalam belajar serta terlibat dalam pemecahan masalah yang kontektual
(warsono & Harianto, 2013, p.147).
The seven jumps merupakan metode yang umum dipakai dalam PBL dengan
pendekatan 7 langkah yang sistematis dalam menemukan penyelesaian dari suatu
masalah pemicu, yaitu:
1) Identifikasi istilah atau konsep,
2) Identifikasi masalah,
3) Analisa masalah,
4) Strukturisasi,
5) Identifikasi tujuan belajar,
6) Masa belajar mandiri,
7) Presentasi hasil belajar mandiri (Kamil, 2014, p.50-51).
Berdasarkan perkembangan strategi belajar pada kurikulum berbasis kompetisi
(KBK) hasil belajar yang diperoleh mahasiswa dipengaruhi oleh penggunaan metode
pembelajaran yang aktif. Menurut Sudjana (2010, p.22)
keberhasilan belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar, sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu
menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di
antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya
terhadap suatu objek.

B. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui definisi Peritonitis
b. Untuk mengetahui tanda dan gejala Peritonitis
c. Untuk mengetahui penyebab Peritonitis
d. Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan Peritonitis

1
BAB II

ISI

A. STRUKTUR KELOMPOK
1. Tutor : Tutik Iswanti,M.Keb
2. Ketua : Elvira Widiyanti
3. Sekretaris : Indah Septiyanti
4. Anggota : Anisa Rahmawati

Dhea Nabilla Novariyanti

Dhiya Afina Febrinanda

Elisa

Elsa Wulandari

Finanda Dwianti

Norma Fajerin

Siti Lutfiatussilah

Siti Nurfaiza

2
B. HASIL DISKUSI
1. STEP 1 (Mengklarifikasi Istilah Atau Konsep)
a. Postpartum
b. Anamnesis
c. Lochea
d. P2A0
e. Demam
f. Nyeri Perut
g. Pusing
h. Keluhan
2. STEP 2 ( Diidentifikasi Dan Dirumuskan Dengan Jelas (bisa dalam bentuk
pertanyaan))
a. Postpartum : Postpartum adalah masa nifas yang dimulai sejak bayi lahir dan
plasenta bayi dilahirkan hingga keadaan kandungan kembali seperti saat
sebelum hamil. masa ini pada umumnya terjadi sekitar 6 minggu..
b. Anamnesis : anamnesis merupakan suatu kegiatan wawancara antara
pasien/keluarga pasien dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang
berwenang untuk memperoleh keterangan- keterangan tentang keluhan dan
riwayat penyakit yang diderita pasien
c. Lochea : Lochea adalah perdarahan yg terjadi setelah melahirkan dalam kurun
waktu tertentu
d. P2A0 : persalinan ke 2 tidak pernah abortus atau keguguran
P- Partus adalah melahirkan bayi atau persalinan
A-abortus adalah keguguran atau berakhirnya kehamilan dengan
dikeluarkannya janin sebelum memiliki kemampuan bertahan hidup di luar
janin
e. Demam : Suhu tubuh diatas normal, normal suhu tubuh 36,5-37,2
f. Nyeri perut : keadaan tidak nyaman pada perut
g. Pusing : kepala terasa berputar
h. Keluhan : pengaduan atau penyampaian ketidakpuasan, ketidaknyamanan,
3. STEP 3 (Brainstorming)
Seseorang perempuan umur 27 tahun anak ke 2 tidak pernah keguguran. Datang
ke bidan 5 hari postpartum ibu mengeluh sejak 2 hari yang lalu. Dari hasil
anamnesis persalinan ditolong oleh dukun, terasa nyeri pada perut, pusing dan
3
badan terasa lemas. Setelah diperiksa oleh bidan hasil pemeriksaan Tekanan Darah
: 110/80 mmHg, setelah di cek suhu ternyata suhu ibu tinggi yaitu : 38,5°C, Nadi
normal : 100x /menit, Pernapasan normal : 24x /menit, tetapi lochea berbau tidak
sesuai dengan hari postpartumnya.
4. STEP 4 (Menarik Kesimpulan Dari Masalah Yang Sudah Dianalisis Pada Step 3)
Kesimpulan dari kasus tersebut bahwa ibu mengalami infeksi masa nifas,
(Peritonitis) dikarenakan dari hasil pemeriksaan dan keluhan ibu terdapat ciri
khusus yaitu : Persalinan ditolong oleh dukun, nyeri perut, pusing, suhu tubuh
meningkat 38,5°C, dan lochea berbau.
Diagnosis: Seorang perempuan usia 27 tahun P2A0 Postpartum dengan
infeksi masa nifas peritonetis
5. STEP 5 (Menetapkan Tujuan Belajar (Learning Objective)
a. Definisi Infeksi Masa Nifas Peritonitis
b. Tanda dan gejala Infeksi Masa Nifas Peritonitis
c. Penyebab Infeksi Masa Nifas Peritonitis
d. Pencegahan Infeksi Masa Nifas Peritonitis
e. Penatalaksanaan asuhan kebidanan Ibu Nifas dengan Peritonitis
6. STEP 6 (Mengumpulkan Informasi Tambahan Dengan Belajar Mandiri)
7. STEP 7 (Laporan)

4
A. DEFINISI INFEKSI MASA NIFAS PERITONITIS
Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membran serosa yang
melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnya. Peritonitis adalah
inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera
merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis /
kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada. palpasi,
defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis adalah peradangan pada peritonitis yang merupakan pembungkus
visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari
peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri. Peritoneum
adalah mesoderm lamina lateralis yang bersifat epitelial, Pada permulaan, mesoderm
merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelm. Diantara kedua rongga terdapat
entoderm yang merupakan dinding enteron. Enteron di daerah abdomen menjadi usus.
Kedua rongga mesoderm, dorsal, dan ventral usus saling mendekat, sehingga
mesoderm tersebut menjadi peritonium.

Lapisan peritoneum dibagi menjadi 3, yaitu:


1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika
serosa)
2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis
3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis

Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, para
metritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau
langsung sewaktu tindakan perabdominal. Peritonitis adalah infeksi nifas yang dapat
menyebar melalui pembuluh limfe yang berada di dalam uterus langsung mencapai
peritoneum.

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, selaput tipis yang melapisi dinding


abdomen dan meliputi organ-organ dalam. Kasus peritonitis akut yang tidak tertangani
dapat berakibat fatal. Pada saat ini penanganan peritonitis dan abses peritoneal
melingkupi pendekatan multimodal yang berhubungan juga dengan perbaikan pada
faktor penyebab, administrasi antibiotik, dan terapi suportif untuk mencegah
komplikasi sekunder dikarenakan kegagalan sistem organ.

5
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan. bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.
Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan
nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Peritonitis, yang tidak
menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Penderita demam, perut bawah
nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik.

B. TANDA DAN GEJALA PERITONITIS


Tanda dan gejala Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2011), tanda dan
gejala dari peritonitis yaitu syok (neurologik dan hipovolemik) terjadi pada penderita
peritonitis umum, demam, distensi abdomen, nyeri tekan abdomen, bising usus tidak
terdengar, nausea, dan vomiting

Tanda dan Gejala lainnya yaitu seperti:

1. Nyeri abdomen yang semakin hebat dan konstan, saat bergerak dan bernafas

2. Demam atau temperatur tubuh meningkat

3. Hipotensi

4. Tanda dehidrasi (nausea, muntah dan diare)

5. Bising usus positif (awal), bising usus tidak ada (lanjut)

6. Takikardia (140 x/menit)

7. Denyut nadi lemah

8. Cegukan

9. Nyeri tekan pantul

10. Urin terbatas

11. Haus

12. Kehilangan nafsu makan (anoreksia)

13. Ketidakmampuan defekasi dan flatus

14. Posisi khas pasien: berbaring sangat tenang dengan lutut fleksi

6
C. PENYEBAB PERITONITIS
Penyebab peritonitis primer yang paling umum terjadi adalah sirosis hati dengan
asites atau menumpuknya cairan pada rongga perut. Akan tetapi, ada pula kondisi lain
yang dapat memicu asites, misalnya gagal ginjal atau gagal jantung. Tak hanya itu,
menjalani prosedur medis untuk mengatasi gagal ginjal, seperti prosedur cuci darah
juga menjadi penyebab munculnya peritonitis primer. Sementara itu, peritonitis
sekunder umumnya muncul karena terdapat lubang atau robekan yang ada di saluran
cerna.

Berdasarkan penyebabnya, peritonitis terbagi menjadi dua jenis yaitu peritonitis


spontan dan sekunder. Berikut masing-masing penjelasannya.

• Peritonitis Bakteri Spontan


Jenis peritonitis ini berasal dari infeksi bakteri. Hal ini dapat terjadi pada
seseorang dengan gangguan hati seperti sirosis hati atau gangguan ginjal seperti
gagal ginjal. Kondisi ini dapat menyebabkan asites yaitu penumpukan cairan di
rongga perut yang kemudian dapat memicu terjadinya infeksi di rongga
peritoneum. Peritonitis bakteri spontan biasanya terjadi tanpa ada luka di
dinding perut.
• Peritonitis Sekunder
Peritonitis sekunder terjadi akibat adanya luka pada dinding perut dan
menyebabkan bakteri atau jamur dapat menyebar melalui saluran pencernaan
dan menginfeksi peritoneum. Peritonitis sekunder juga dapat dipicu oleh
beberapa hal berikut ini:
1. Sakit maag yang berujung pada perforasi lambung.
2. Kecelakaan yang menyebabkan luka di bagian perut sehingga bakteri dari
luar tubuh masuk ke bagian peritoneum.
3. Penyakit hati, seperti sirosis hati.
4. Penyakit Crohn.
5. Penyakit radang panggul.
6. Infeksi kantong empedu, aliran darah, dan usus.
7. Pankreatitis (radang pankreas).
8. Divertikulitis (infeksi kantong kecil yang menonjol di saluran pencernaan).
9. Robekan pada bagian usus yang dapat meningkatkan risiko menyebarnya
bakteri ke peritoneum.

7
D. PENCEGAHAN INFEKSI MASA NIFAS PERITONITIS
1. Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan
untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya
diet yang baik harus diperhatikan. Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena
dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
2. Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman
dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan
persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan
banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut
dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci
hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan
harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut
keperluan.
3. Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari
pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman
dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama
dengan wanita-wanita dalam nifas sehat.

E. PENATALAKSANAAN INFEKSI MASA NIFAS PERITONITIS


Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Dengan Peritonitis

Sebagai seorang bidan harus dapat mendeteksi dini komplikasi yang di alami oleh
pasien dengan cara mengetahui tanda dan gejala pada peritonitis, sehingga seorang
bidan dapat menentukan tindakan yang akan dilakukannya secara tepat. Adapun asuhan
yang diberikan oleh bidan, diantaranya ;

a. Komunikasi kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan ibu


b. Merencanakan upaya rujukan ke RS dengan alasan: Ibu memerlukan penanganan &
pemantauan khusus dari tim ahli
c. Memberikan dukungan psikologis
d. Sebelum melakukan rujukan, berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24
jam: Ampisilin 2g IV, kemudian 1g setiap 6 jam, ditambah gantamisin 5 mg/kg berat
badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam dan antibiotik

8
harus diberikan dalam dosis yang tinggi untuk menghilangkan gembung perut di
beri Abot Miller tube.
e. Bila peritonitis meluas maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena yang
berupa infuse NaCl atau Ringer Laktat untuk mengganti elektrolit dan kehilangan
protein (selama dilakukan rujukan)

Selain itu, bidan melakukan pendidikan kesehatan mengenai hal yang berhubungan
dengan masalah tersebut.

9
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan. bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya,
ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke
rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Peritonitis, yang tidak menjadi
peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Penderita demam, perut bawah nyeri,
tetapi keadaan umum tetap baik.

Sebelum melakukan rujukan, berikan antibiotika sehingga bebas panas selama


24 jam: Ampisilin 2g IV, kemudian 1g setiap 6 jam, ditambah gantamisin 5 mg/kg berat
badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam dan antibiotik
harus diberikan dalam dosis yang tinggi untuk menghilangkan gembung perut di beri
Abot Miller tube. Bila peritonitis meluas maka cairan oral dihindari dan diberikan
cairan vena yang berupa infuse NaCl atau Ringer Laktat untuk mengganti elektrolit
dan kehilangan protein (selama dilakukan rujukan) Selain itu, bidan melakukan
pendidikan kesehatan mengenai hal yang berhubungan dengan masalah tersebut.

B. SARAN

Semoga apa yang kita pelajari dalam makalah dan hasil diskusi ini dapat dipelajarin
dengan sungguh sungguh, dan kita dapat terapkan dengan baik. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca, kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Idyawati, S. (April 2022). Faktor-Faktor Penyebab Infeksi Masa Nifas. Jurnal Penelitian dan
Kajian Ilmiah Kesehatan, Volume 8. No. 1 – , 58. From
file:///C:/Users/ikhwa/Downloads/330-Article%20Text-906-1-10-20220623.pdf

Istiqomah, I., Aulya, Y., & Widiawati, R. (2022). Faktor-Faktor Penyebab Infeksi Masa Nifas.
Jurnal Penelitian Dan Kajian Ilmiah Kesehatan, Vol.8 No.1.
doi:https://doi.org/10.33651/jpkik.v8i1

Novembriany, Y. E. (Desember 2021). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN NASIONAL


KUNJUNGAN. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI) Desember 2021, Vol.6, No. 2,
, 124. From file:///C:/Users/ikhwa/Downloads/296-Article%20Text- 967-1-10-
20220106.pdf

Priyanti, S., & Churotin, A. (2021). STUDI KASUS IBU NIFAS DENGAN INFEKSI LUKA
PERINEUM. Jurnal Kesehatan Marcusuar, Vol.4 No.1, 1.
doi:https://doi.org/10.36984/jkm.v4i1.176

SELVIANTI, D., & WIDYANINGSIH, S. (2022). GAMBARAN KEBERSIHAN DIRI


TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI MASA NIFAS DI BPM WILAYAH KERJA
KOTA BENGKULU. JOURNAL OF MIDWIFERY, Vol 10 No 1 , 1.
doi:https://doi.org/10.37676/jm.v10i1.2306

11

Anda mungkin juga menyukai