Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 6 Kelas 2 A
VISI
“Menjadi Program Studi DIII Kebidanan yang unggul dalam bidang
kewirausahaan kebugaran pada ibu dan bayi”.
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan bidan yang terampil
dalam bidang kewirausahaan kebugaran pada ibu dan bayi.
2. Melakukan penelitian dalam bidang kebugaran pada ibu dan bayi.
3. Melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kebugaran pada ibu
dan bayi.
4. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak.
i
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR
PENGESAHAN
ii
MAKALAH MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
DAN BAYI BARU LAHIR
KATA PENGANTAR
iii
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji serta syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta nikmat sehat wal afiat sehingga penulis dapat membuat dan
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Evidance Based dalam Asuhan
Persalinan Kala II ”. Penulis memperoleh banyak bantuan dan bimbingan dalam
menyelesaikannya sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu penulis menyampaikan beribu-ribu terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan serta do’a yang tak
pernah putus.
Dengan demikian penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
serta dapat bertambah wawasan tentang ”Evidance Based dalam Asuhan
Persalinan”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini,untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kemajuan yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................ii
iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................v
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
B Tujuan Penulisan.............................................................................................3
BAB II....................................................................................................................4
TINJAUAN MATERI..........................................................................................4
BAB III..................................................................................................................7
PEMBAHASAN....................................................................................................7
BAB IV ...............................................................................................................33
YPENUTUP.......................................................................................................33
A Kesimpulan ..................................................................................................33
B Saran.............................................................................................................34
REFERENSI ......................................................................................................35
DESKRIPSI SINGKAT
v
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah yang wajib dipelajari oleh setiap
bidan dimana bidan harus mengetahui langkah – langkah dalam membantu
proses persalinan dan isi makalah ini telah disusun dan disesuaikan dengan yang
materi yang ada di RPS Asuhan Persalinan.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insidensi partus lama bervariasi dari 1 hingga 7 persen. Partus lama dapat
menyebabkan berbagai komplikasi atau efek berbahaya baik bagi ibu
ataupun bayi. Beratnya cedera terus meningkat dengan semakin lamanya
proses persalinan, risiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam.
Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas. Kala
persalinan yang dipengaruhi oleh seluruh faktor tersebut adalah kala dua
persalinan (Oxorn dan Forte, 2015). Partus lama rata-rata di dunia
1
menyebabkan kematian ibu sebesar 8% dan di Indonesia sebesar 9%. Jumlah
kejadian partus lama di Kabupaten Konawe Utara sebesar 11% (Dinkes
Sultra, 2017). Kematian maternal banyak terjadi pada saat persalinan, salah
satu penyebabnya adalah kala II lama (37%) dan kematian perinatal sendiri
salah satu penyebabnya adalah asfiksia pada bayi (28%). Partus lama
menjadi salah satu penyebab kematian ibu karena pada partus lama akan
menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, dan dapat terjadi
pendarahan post partum yang sangat membahayakan keselamatan ibu
(Cunningham, 2015). Untuk itu bidan diwajibkan untuk mempelajari
langkah langkah dalam persalinan Kala II yang ada di dalam 60 langkah
APN.
2
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengetahui, menjelaskan,
mengaplikasikan, dan menjadi bahan acuan pembelajaran tentang
Asuhan Persalinan Kala II sesuai dengan 60 APN dan Inisiasi Menyusui
Dini.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
4
pada beberapa faktor, dapat merintangi keberhasilan pengakhiran
persalinan. Hal tersebut sangat berhubungan erat dengan lamanya
persalinan. Apabila kerja uterus (power) tidak bekerja secara efisien maka
dapat mengakibatkan partus lama. Salah satu komplikasi pada ibu yang
banyak terjadi pada persalinan kala II salah satunya adalah partus lama
(Oxorn dan Forte, 2015).
5
22% sedangkan menyusui pada hari pertama lahir (24 jam) dapat menekan
angka kematian bayi hingga 16%, 6 mencegah kematian pada bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR), serta mencegah kematian akibat diare
dan pneumonia yang menjadi salah satu penyebab utama kematian bayi.
(Faisal, Afrah Diba, 2020)
Bidan sebagai ujung tombak tenaga kesehatan yang sangat dekat
dengan ibu dan masyarakat pada umumnya memiliki peranan yang sangat
penting dalam manajemen laktasi yang diawali dengan berlangsungnya
proses IMD. Dalam 10 indikator program Baby-Friendly Hospital
Initiative (BFHI) yang digagas WHO untuk mendukung program
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara dini, bidan juga sangat diperlukan
untuk berpartipasi secara penuh.(Faisal, Afrah Diba, 2020)
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
proses persalinan (Rodiah, 2012). Fokus utama asuhan persalinan
normal adalah mencegah terjadinya komplikasi merupakan pergeseran
paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi, menjadi
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi sehingga akan
mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir (Depkes,
2002).
Manfaat APN
Bayi
a) Paru – paru bayi lebih bersih
b) Gula darah bayi lebih stabil
c) Lebih mudah dan sukses menyusui
d) Bonding yang cepat
e) Tidak terpapar obat
f) Tidak ada operasi besar
Ibu
a) Waktu pemulihan lebih cepat
b) Bonding lebih kuat
c) Masa inap singkat dirumah sakit
d) Nyeri minimal
e) Tidak ada infeksi
f) Mudah Kembali ke rutinitas harian
g) Tidak ada resiko anestesi
8
b) Perlengkapan perlindung diri, merupakan perlengkapan
penghalang/barrier penolong dengan bahan-bahan berpotensi
menularkan penyakit, yaitu celemek, penutup kepala/ ikat rambut,
masker, kacamata. Ini dikenakan selama pertolongan bayi,
melahirkan placenta dan penjahitan.
9
2) Keluarga terlibat dalam memberikan asuhan, misalnya ibu
berganti posisi, rangsangan taktil, memberikan makan atau minum,
teman bicara ataupun memberikan dukungan dan semangat.
3) Menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan.
4) Ibu harus tenang dan minta untuk menyampaikan apa
diinginkan agar bisa dibantu.
5) Ibu dapat ibu memilih posisi yang paling nyaman untuk proses
melahirkan.
6) Bila pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran bila ada
dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan
meneran berkepanjangan dan menahan nafas dan anjurkan
beristirahat diantara kontraksi.
b) Membersihkan perineum ibu
10
Setelah dicek dengan periksa dalam pembukaan servix sudah
lengkap (10 cm ), bila selaput ketuban belum pecah, beri tahu ibu
ketuban akan dipecah. Cek warna air ketuban. Jika terdapat
meconium, kemungkinan bayi mengalami hipoksia sehingga
pertolongan bayi setelah lahir perlu dipersiapkan.
f) Lakukan pimpinan persalinan dan lakukan pemantauan DJJ setiap
5-10 menit, dan pastikan ibu istirahat diantara kontraksi serta beri
cukup minum.
g) Bila ada indikasi, lakukan episiotomi (perineum kaku, DJJ <120 /
>160 x/menit).
h) Minta keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu agar
membantu kekuatan dan kualitas kontraksi.
i) Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit dipimpin, ibu segera di rujuk
kemungkinan turunnya kepala bayi karena ada disproporsi kepala-
panggul (CPD).
11
5. Menimbang kejadian penurunan kondisi janin pada beberapa laporan
kasus di Cina, apabila sarana memungkinkan dilakukan pemantauan janin
secara kontinyu selama persalinan.
6. Sampai saat ini belum ada bukti klinis kuat merekomendasikan salah satu
cara persalinan, jadi persalinan berdasarkan indikasi obstetri dengan
memperhatikan keinginan ibu dan keluarga, terkecuali ibu dengan
masalah gagguan respirasi yang memerlukan persalinan segera berupa SC
maupun tindakan operatif pervaginam.
7. Bila ada indikasi induksi persalinan pada ibu hamil dengan PDP atau
konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan untuk ditunda samapai infeksi terkonfirmasi atau keadaan
akut sudah teratasi. Bila menunda dianggap tidak aman, induksi
persalinan dilakukan di ruang isolasi termasuk perawatan pasca
persalinannya.
8. Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan PDP atau
konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan untuk ditunda untuk mengurangi risiko penularan sampai
infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi. Apabila operasi
tidak dapat ditunda maka operasi sesuai prosedur standar dengan
pencegahan infeksi sesuai standar APD lengkap.
9. Persiapan operasi terencana dilakukan sesuai standar. i) Apabila ibu
dalam persalinan terjadi perburukan gejala, dipertimbangkan keadaan
secara individual untuk melanjutkan observasi persalinan atau dilakukan
seksio sesaria darurat apabila hal ini akan memperbaiki usaha resusitasi
ibu.
10. Pada ibu dengan persalinan kala II dipertimbangkan tindakan operatif
pervaginam untuk mempercepat kala II pada ibu dengan gejala kelelahan
ibu atau ada tanda hipoksia.
11. Perimortem cesarian section dilakukan sesuai standar apabila ibu dengan
kegagalan resusitasi tetapi janin masih viable.
12
1. Operasi elektif pada pasien COVID-19 harus dijadwalkan terakhir.
2. Pasca operasi ruang operasi harus dilakukan pembersihan penuh ruang
operasi sesuai standar.
3. Jumlah petugas di kamar operasi seminimal mungkin dan menggunakan
alat perlindungan diri sesuai standar.
4. Penjepitan tali pusat ditunda beberapa saat setelah persalinan masih bias
dilakukan, asalkan tidak ada kontraindikasi lainnya. Bayi dapat dibersihkan
dan dikeringkan seperti biasa, sementara tali pusat masih belum dipotong.
5. Staf layanan kesehatan di ruang persalinan harus mematuhi Standar
Contact dan Droplet Precautions termasuk menggunakan APD yang sesuai
dengan panduan PPI.
6. Antibiotik intrapartum harus diberikan sesuai protokol.
7. Plasenta harus dilakukan penanganan sesuai praktik normal. Jika
diperlukan histologi, jaringan harus diserahkan ke laboratorium, dan
laboratorium harus diberitahu bahwa sampel berasal dari pasien suspek atau
terkonfirmasi COVID-19.
8. Berikan anestesi epidural atau spinal sesuai indikasi dan menghindari
anestesi umum kecuali benar-benar diperlukan.
9. Tim neonatal harus diberitahu tentang rencana untuk melahirkan bayi dari
ibu yang terkena COVID-19 jauh sebelumnya.
13
Langkah Langkah Persalinan Normal
No LANGKAH-LANGKAH NIL
AI
1 2 3
14
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk
semua pemeriksaan dalam
15
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10 Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah
kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit ). •
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal. • Mendokumentasikan hasil-hasil
pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK
MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN
11.
16
12.
17
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah
bokong ibu
16.
Membuka Partus set
17. Memakai sarung tangan DTT atau Steril pada kedua
tangan.
No LANGKAH-LANGKAH NILAI
1 2 3
VI.
MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang
dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa
bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala
keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat
kepala lahir.
• Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera
hisap mulut dan hidung setelah kepala lahir
menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi
tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap
yang baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung
bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
18
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian
meneruskan segera proses kelahiran bayi : • Jika tali
pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi. • Jika tali pusat melilit
leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat
dan memotongnya.
21.
Lahir bahu
22 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka
bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya.
Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan
kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke
arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu
posterior.
19
23 Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan
mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke
arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan
tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan
siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24 Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan
mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke
arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
20
Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat
mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem
27 kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi
bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara
28. dua klem tersebut.
Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,
menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat
29. terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil
tindakan yang sesuai. 30. Memberikan bayi kepada
ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
30. menghendakinya.
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
VIII.
Oksitosin
21
Memindahkan klem pada tali pusat
34.
Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut
ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan
tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
35. dengan tangan yang lain.
Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut
ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan
tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain. Menunggu uterus
berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah
atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati
untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,
menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu
36. hingga kontraksi berikut mulai.
Mengeluarkan plasenta
22
Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran
sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke
arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan
tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika tali pusat
bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5 – 10 cm dari vulva. • Jika plasenta tidak lepas
setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15
menit : - Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM. -
Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu. -
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. -
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya. - Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam
37. waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan
hatihati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput
ketuban tersebut. • Jika selaput ketuban robek, memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan
memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan
38. bagian selapuk yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
23
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan
di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
39. (fundus menjadi keras).
VIII
. MENILAI PERDARAHAN
Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel
ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk
memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau
40. tempat khusus.
Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan
perineum dan segera menjahit laserasi yang
41. mengalami perdarahan aktif.
MELAKUKAN PROSEDUR PASCA
X. PERSALINAN
Menilai ulang uterus dan memastikannya
42. berkontraksi dengan baik.
Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas
kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
43. kering.
Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi
atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat
tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar
44. 1 cm dari pusat.
24
Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi
atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat
tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar
45. 1 cm dari pusat.
Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam
46. larutan klorin 0,5 %.
Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian
kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih
47. atau kering.
Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
48.
EVALUASI
25
Kebersihan dan Keamanan
NILAI = x 100
26
54
Paraf Penilai
27
B. Inisiasi Menyusui Dini
1. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi Menyusui Dini ( IMD) adalah permulaan kegiatan
menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa
diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan
usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan The Breast Crawl atau
merangkak mencari payudara (Maryunani, 2012).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah satu program
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yang memberikan rangsangan
awal dimulai pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara dini, dan diharapkan
berkelanjutan selama enam bulan pertama. Kegagalan IMD dan pemberian
ASI Ekslusif pada periode tersebut, berpotensi menimbulkan defisiensi zat
gizi pada bayi, serta memungkinkan terjadi status gizi kurang, yang
berujung pada penurunan poin kecerdasan intelektual bayi dan menjadi
ancaman terhadap sumber daya manusia pada masa mendatang. . (Faisal,
Afrah Diba, 2020)
2. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini
28
b) Agar Bayi Baru Lahir Tidak Merasa Cemas
Perlakuan dan tindakan yang diberikan pada bayi saat baru lahir
memberikan dampak yang baik, untuk jangka waktu singkat maupun
panjang. Itulah alasannya inisiasi menyusui dini dan interaksi antara
kulit ibu dan bayi adalah hal penting yang sebaiknya diberikan kepada
bayi. Salah satunya, untuk membuat bayi tidak terlalu cemas dan
mudah beradaptasi dengan dunia luar. Bayi cenderung sering menangis
karena cemas dan stres melihat perubahan lingkungan di sekitarnya.
Itulah pentingnya IMD dan kontak antara kulit ibu dan bayi setelah
melahirkan. Karena dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu untuk
29
mulai menyusui. Rangsangan yang diberikan bayi selama proses IMD
mampu memicu produksi ASI menjadi lebih lancar. Tanda disadari,
inisiasi menyusui dini menjadi proses kedekatan dan kasih sayang ibu
pada si kecil.
Bayi yang baru lahir memiliki sistem imun tubuh yang masih
sangat lemah. Hal ini karena selama di dalam kandungan, bayi hanya
mengandalkan imunitas yang berasal dari tubuh ibu. Namun, setelah
lahir, ASI menjadi sumber makanan dan minuman yang penting bagi
bayi. Selain memenuhi kebutuhan nutrisi harian, ASI bermanfaat untuk
memperkuat sistem imun tubuh.
30
b) Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali
tangan, tanpa menghilangkan vernix mulut dan hidung bayi
dibersihkan, tali pusat diikat.
c) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada
– perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi
setinggi puting susu. Keduanya diselimuti, bayi dapat diberi topi.
d) Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi
mencari puting sendiri.
31
bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti, bayi dapat diberi
topi.
d) Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan
bayi mencari puting sendiri.
32
b. Bayi akan mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada
ditangannya
c. Bau ini sama dengan cairan yang dikeluarkan payudara ibu dan bau
serta rasa ini yang akan membimbing bayi untuk menemukan
payudara dan puting susu ibu.
3. Mengeluarkan Liur
Saat bayi siap dan menyadari ada makan disekitarnya, bayi mulai
mengeluarkan liur.
4. Bayi Mulai Bergerak Ke Arah Payudara:
a. Areola payudara akan menjadi sasarannya dengan kaki bergerak
menekan perut ibu
b. Bayi akan menjilat kulit ibu, menghentakkan kepala ke dada ibu,
menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah
puting susu dan sekitanya dengan tangannya.
5. Menyusu
Akhirnya bayi menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut
lebar-lebar, dan melekat dengan baik serta mulai menyusu.
33
34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kala II persalinan merupakan fase dalam persalinan yang dimulai ketika
dilatasi serviks lengkap dan berakhir dengan kelahiran janin. Durasi rata-rata
sekitar 50 menit untuk nulipara dan sekitar 20 menit untuk multipara.
Kemajuan persalinan yang lambat atau tidak ada kemajuan merupakan satu
dari komplikasi persalinan yang mengkhawatirkan, rumit dan tidak terduga.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu power, passage,
passenger, psychologic. Power merupakan kontraksi otot-otot rahim dan
tenaga mengejan. Passage merupakan keadaan dari tulang panggul yang
akan dilewati janin saat proses persalinan. Passanger merupakan keadaan
janin yang akan dilahirkan, sedangkan psychologic merupakan kondisi psikis
ibu yang akan melahirkan (Hidayat dan Sujiatini, 2018).
Inisiasi Menyusui Dini( IMD) adalah permulaan kegiatan menyusu dalam
satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai
cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri
dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan inisiasi
menyusui dini ini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak mencari
payudara (Maryunani, 2012).
Menurut Anik Maryunani (2012) langkah – langkah Inisiasi Menyusu
Dini dapat dilakukan pada persalinan spontan maupun seksio sesar bahkan
dapat juga pada bayi yang lahir kembar dan prematur.
35
4. Langkah-Langkah Inisiasi Menyusu Dini pada Bayi Prematur.
B. Saran
Selepasnya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-
kekurangan pembahasan yang dikarenakan oleh berbagai macam
keterbatasan waktu,oleh karena itu kepada pembaca agar mengerti maksud
dari makalah ini.
36
REFERENSI
Diana, Sulis, and Erfiani Mail. 2019. Buku ajar asuhan kebidanan, persalinan,
dan bayi baru lahir. CV Oase Group (Gerakan Menulis Buku Indonesia).
Faisal, Afrah Diba, Joserizal Serudji, and Hirowati Ali. 2020. Pelaksanaan
Program Inisiasi Menyusu Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Buaya Kecamatan Koto Tangah. Jurnal Kesehatan Andalas 8.4.
Surapti dan Herawati Mansur. 2018. Praktik Klinik Kebidanan II. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
37