Anda di halaman 1dari 17

PENYAKIT HIV/AIDS TERHADAP MANUSIA

GURU PEMBIMBING
GABRIEL

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 XI-IIS
(MICHAEL, GRACIELA, EVERT, FRANS, MARVELLE,
CLAUDIO,CELINE,GIAN, VALENTINO)

SMA SANTA LUSIA VIRGINI BEKASI


TAHUN AJARAN 2024/2025
Kata Pengantar

Pandemi HIV/AIDS telah menjadi perhatian utama dalam dunia kesehatan global
selama beberapa dekade terakhir. Dengan tersebarnya virus ini, terutama di kalangan
kelompok rentan, dampaknya tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan fisik, tetapi juga
melibatkan aspek psikososial, ekonomi, dan kehidupan sosial.

Makalah ini bermaksud untuk menguraikan kompleksitas dan multidimensionalitas


penyakit HIV/AIDS, serta mengeksplorasi upaya-upaya pencegahan, penanganan, dan
dukungan yang telah diimplementasikan.Pemahaman yang lebih mendalam tentang cara
penyakit ini memengaruhi individu, keluarga, dan masyarakat akan menjadi kunci untuk
merancang solusi yang holistik.

Melalui analisis mendalam, kita dapat merinci tantangan dan peluang yang dihadapi
oleh komunitas yang terkena dampak serta mengevaluasi efektivitas langkah-langkah
pencegahan yang telah diambil.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menggali
perspektif etika dan stigma yang terkait dengan HIV/AIDS, dengan harapan bahwa
pemahaman yang lebih baik akan membuka pintu bagi masyarakat yang lebih inklusif
dan berempati.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang berharga dan
mengilhami tindakan konstruktif dalam mendukung mereka yang hidup dengan
HIV/AIDS. Terima kasih atas perhatian Anda.
II

Daftar Isi

Bab 1 : PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar belakang ..................................................................................... 1
Bab 2 : ISI ............................................................................................................ 3
A. Cara Penularan HIV ………………………………………………… 3
B. Tahapan Terjadinya HIV ……………………………………………. 4
C. Bahaya Infeksi HIV Pada Ibu Hamil dan Bayi ……………………... 5
D. Penyebab HIV Pada Ibu Hamil ……………………………………... 5
Bab 3 : Kesimpulan dan saran ……………………………………………….. 6
A. Kesimpulan ………………………………………………………... 6
B. Saran ………………………………………………………………. 6
III

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang merusak sistem


kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4 yang merupakan
salah satu jenis sel darah yang menjadi bagian dari sistem pertahanan tubuh kita.
Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, maka kekebalan tubuh akan semakin
lemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit. Virus HIV termasuk golongan
virus yang khusus. Sekali saja virus itu masuk ke dalam tubuh manusia, dia akan
hidup di sel darah putih, memakannya sebagai amkanan dan tempat reproduksinya.

Dalam proses reproduksinya ini, seluruh sel darah putih kita terbunuh khususnya
tipe sel darah putih yang berguna untuk melindungi tubuh dari penyakit. Virus HIV
umumnya lamban dalam memberi dampak pada kesehatan pengidap virus ini. Infeksi
HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang
disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir
dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
sudah hilang sepenuhnya. Biasanya kondisi ini ditandai dengan munculnya penyakit
lain, seperti kanker, radang paru-paru, TBC dan berbagai infeksi yang muncul seiring
dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi berbagai penyakit lain itu
disebut “infeksi oportunistik”.

HIV tidak akan langsung merusak organ tubuh kita, penyakit ini akan menyerang
sistem kekebalan tubuh sehingga bisa mengakibatkan berbagai penyakit lainnya,
terutama infeksi. Gejala pertama dari HIV mirip dengan infeksi virus lainnya, seperti
demam, sakit kepala, merasa kelelahan, nyeri otot, kehilangan berat badan dan
pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha. Jika
HIV dibiarkan, kondisi ini bisa mengarah pada AIDS dengan gejala yang lebih parah
seperti luka pada lidah atau mulut yang disebabkan oleh infeksi jamur, infeksi jamur
vagina yang parah atau berulang, penyakit radang panggul kronis, sering demam dan
berkeringat di malam hari, batuk kering terus-menerus, perdarahan pada kulit, mulut,
hidung, anus, atau vagina tanpa penyebab yang pasti, maupun mati rasa parah atau
nyeri pada tangan dan kaki.

HIV ditularkan oleh orang yang telah terinfeksi HIV melalui hubungan seks
berganti-ganti pasangan, penggunaan jarum suntik dan peralatan suntik lainnya
dengan orang yang terkontaminasi HIV, penggunaan peralatan tato dan body piercing
(termasuk tinta) yang tidak disterilkan dan pernah dipakai oleh orang dengan HIV,
memiliki penyakit menular seksual (PMS) lainnya seperti klamidia atau gonore
karena virus HIV akan sangat mudah masuk saat sistem kekebalan tubuh lemah, sisa
darah yang tertinggal pada jarum suntik, transfusi darah tanpa screening dan
penularan dari Ibu ke bayinya saat proses kehamilan, melahirkan dan menyusui.

HIV terdapat di dalam darah, cairan sperma (air mani), cairan vagina, Air Susu
Ibu (ASI) dari ibu yang tertular HIV. Namun demikian, jangan salah sangka, HIV
tidak dapat ditularkan melalui kontak sehari-hari seperti bersentuhan, berjabat tangan,
berpelukan atau berciuman, batuk dan bersin, menggunakan kolam renang atau
dudukan toilet yang sama, berbagi peralatan makan atau makanan yang sama maupun
tertular dari hewan, nyamuk, atau serangga lainnya.

HIV tidak dapat hidup dalam darah yang mengering lebih dari 1 jam, dalam air
mendidih atau panas kering dengan suhu 56 derajat celcius selama 10-20 menit, serta
bahan kimia seperti Nonoxynol-9 untuk mencegah kehamilan/kondom maupun bahan
pemutih pakaian (bleach). Meskipun demikian, ada penelitian yang menyatakan
bahwa HIV dapat hidup dalam darah yang tertinggal di tabung suntik selama 4
minggu.

Saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan HIV dan AIDS, namun
telah disediakan obat Anti Retro Viral (ARV) yaitu obat untuk mengendalikan jumlah
virus HIV dan meningkatkan kualitas hidup Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA).
Gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat dilakukan para ODHA antara lain
konsumsi makanan dengan gizi seimbang, menghindari daging mentah, telur mentah,
susu yang tidak dipasteurisasi, makanan laut mentah serta memperbanyak sayur,
buah, biji-bijian, dan protein tanpa lemak.

Istirahat yang cukup serta rutin berolahraga juga dapat membantu tubuh agar tetap
bugar. Selain itu, hindari konsumsi obat-obatan terlarang termasuk alkohol dan
jangan lupa untuk mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap habis
memegang hewan peliharaan. Dengan mengatur pola hidup sehat, kita dapat
memperlambat perkembangan penyakit HIV AIDS dan meningkatkan harapan hidup
penderita.
•HIV

Gejala ini bisa termasuk:

1) Demam: Suhu tubuh yang meningkat di atas normal (37°C atau


98.6°F).

2) Kehilangan Nafsu Makan: Kehilangan selera makan atau tidak merasa


lapar.

3) Pembengkakan Kelenjar Getah Bening: Kelenjar getah bening yang


membengkak, terutama di leher, ketiak, atau pangkal paha.

4) Nyeri Tenggorokan: Rasa sakit atau iritasi di tenggorokan.

5) Sakit Kepala: Nyeri kepala yang mungkin disertai dengan migrain.

6) Kelelahan: Merasa lelah atau lemah secara berlebihan, bahkan setelah


istirahat yang cukup.
7) Ruam Kulit: Ruam yang mungkin muncul di tubuh, biasanya berwarna
merah muda atau merah.

8) Mual dan Muntah: Sensasi mual yang berlebihan dan mungkin diikuti
oleh muntah.

9) Diare: Peningkatan frekuensi buang air besar atau tinja yang encer.

10) Nyeri Sendi dan Otot: Nyeri atau kekakuan di sendi dan otot tubuh.

•AIDS

tahap lanjut penyakit AIDS:

1. Demam Berulang: Peningkatan suhu tubuh yang berulang dan tidak


dapat dijelaskan oleh infeksi virus biasa atau penyebab lainnya.

2. Berat Badan Menurun: Penurunan berat badan yang signifikan tanpa


alasan yang jelas atau perubahan pola makan yang drastis.
3. Keringat Malam: Keringat yang berlebihan terutama saat tidur di
malam hari, tanpa adanya aktivitas fisik yang berat.

4. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening: Kelenjar getah bening yang


membengkak, terutama di leher, ketiak, atau pangkal paha.

5. Kehilangan Selera Makan: Kehilangan nafsu makan yang


berkelanjutan dan menyebabkan penurunan berat badan yang
signifikan.

6. Mual, Muntah, dan Diare: Gangguan gastrointestinal seperti mual,


muntah, diare, atau perut kembung yang berulang.

7. Sesak Napas dan Batuk: Kesulitan bernapas, batuk berkepanjangan,


atau rasa sakit di dada yang terkait dengan infeksi paru-paru.

8. Nyeri Sendi dan Otot: Nyeri atau kekakuan di sendi dan otot
tubuh.Infeksi

9. Oportunistik: Infeksi yang disebabkan oleh patogen yang biasanya


tidak menyebabkan penyakit pada individu dengan sistem kekebalan
tubuh yang sehat. Contohnya adalah pneumonia, tuberkulosis,
sitomegalovirus (CMV), toksoplasmosis, kandidiasis mulut atau
esofagus, dan infeksi jamur yang berat.

10. Perubahan Neurologis: Gangguan neurologis seperti kelemahan otot,


kejang, kesulitan berbicara, gangguan penglihatan, atau perubahan
perilaku.

11. Lesi Kulit dan Luka yang Sulit Sembuh: Luka atau lecet pada kulit
yang sulit sembuh dan berisiko terinfeksi, termasuk infeksi herpes
simplex dan herpes zoster.

12. Pembengkakan Kelenjar Limfe: Pembengkakan kelenjar limfe yang


menetap, terutama di area leher, ketiak, atau pangkal paha.

3
BAB II
ISI

A. Cara Penularan HIV


Orang bisa terkena HIV melalui beberapa cara, termasuk:

 Hubungan seksual: Melalui hubungan seksual yang tidak dilindungi dengan


seseorang yang telah terinfeksi HIV, baik melalui hubungan seksual vaginal,
anal, atau oral.

 Penggunaan jarum bersama: Berbagi jarum suntik atau peralatan lain yang
terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi HIV, seperti yang terjadi pada
pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik bersama.

 Transfusi darah: Meskipun jarang terjadi sekarang karena pengujian darah


yang lebih baik, infeksi HIV dapat terjadi melalui transfusi darah yang
terkontaminasi dengan virus HIV.

 Transmisi dari ibu ke bayi: Seorang ibu yang terinfeksi HIV dapat
menularkan virus kepada bayinya selama kehamilan, persalinan, atau
menyusui.

 Paparan langsung terhadap darah terinfeksi: Misalnya, melalui luka terbuka


atau luka tusukan dengan benda tajam yang terkontaminasi.

 Human immunodeficiency virus (HIV) dapat masuk ke tubuh melalui tiga


cara, yaitu melalui

1. Hubungan Seksual

Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling dominan dari
semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama
sanggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Sanggama
berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, atau oral antara dua
individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung
dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual oral langsung (mulut ke penis
atau mulut ke vagina) termasuk dalam kategori risiko rendah tertular HIV.
Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang ke luar dan masuk ke dalam
tubuh seseorang, seperti pada luka sayat/gores dalam mulut, perdarahan gusi, dan
atau penyakit gigi mulut atau pada alat genital.

2. Pajanan oleh darah, produk darah, atau organ dan jaringan yang terinfeksi

Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak ditapis (uji saring)
untuk pemeriksaan HIV, penggunaan ulang jarum dan semprit suntikan, atau
penggunaan alat medik lainnya yang dapat menembus kulit. Kejadian di atas dapat
terjadi pada semua pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik,
pengobatan tradisional melalui alat penusuk/jarum, juga pada pengguna napza
suntik (penasun). Pajanan HIV pada organ dapat juga terjadi pada proses
transplantasi jaringan/organ di fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Penularan dari ibu ke anak

Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya. Virus dapat
ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama hamil, saat
persalinan dan menyusui. Tanpa pengobatan yang tepat dan dini, setengah dari
anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum ulang tahun kedua.HIV
tidak ditularkan melalui bersalaman, berpelukan, bersentuhan atau berciuman;
penggunaan toilet umum, kolam renang, alat makan atau minum secara bersama;
ataupun gigitan serangga, seperti nyamuk.

B. Tahapan Terjadinya HIV

Tahapan terjadinya penyakit HIV/AIDS dapat diuraikan secara rinci sebagai


berikut:

1. **Paparan terhadap Virus HIV**: Penularan HIV terjadi melalui kontak


langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti darah, air mani, cairan
vagina, dan ASI. Kontak ini dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa
kondom, berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, atau dari ibu ke anak
selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.

2. **Masuknya Virus ke dalam Tubuh**: Setelah terjadi paparan, virus HIV


masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terbuka atau membran mukosa,
seperti pada vagina, anus, atau mulut. Virus kemudian menyerang dan
menyerbu sel-sel sistem kekebalan tubuh, terutama limfosit CD4 (sel T CD4),
yang merupakan komponen penting dari sistem kekebalan tubuh.

3. **Replikasi Virus**: Setelah masuk ke dalam sel T CD4, virus HIV


mengubah sel tersebut menjadi “pabrik” baru untuk menghasilkan salinan
virus. Proses ini disebut replikasi virus, di mana virus menggandakan dirinya
sendiri dalam jumlah besar dan merusak sel T CD4 tersebut. Akibatnya,
sistem kekebalan tubuh menjadi melemah karena jumlah sel T CD4 yang
menurun.

4. **Infeksi Primer**: Tahap awal setelah terinfeksi HIV disebut infeksi


primer. Pada tahap ini, beberapa individu mungkin mengalami gejala seperti
demam, nyeri otot, kelenjar bengkak, dan ruam kulit. Namun, banyak orang
yang terinfeksi HIV tidak mengalami gejala apa pun pada tahap ini.

5. **Asimtomatik atau Tahap Laten**: Setelah infeksi primer, virus HIV tetap
aktif dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala yang nyata. Tahap ini dapat
berlangsung selama beberapa tahun, di mana individu yang terinfeksi dapat
merasa sehat dan tidak menyadari bahwa mereka memiliki HIV. Namun,
selama tahap ini, virus tetap merusak sistem kekebalan tubuh secara perlahan.

6. **Tahap Simtomatik**: Pada akhirnya, sistem kekebalan tubuh menjadi


sangat melemah sehingga individu mulai mengalami gejala penyakit yang
berkaitan dengan AIDS. Gejala yang muncul dapat berupa infeksi
oportunistik, seperti pneumonia, tuberkulosis, kandidiasis mulut dan
kerongkongan, serta kanker tertentu. Ini adalah tahap di mana seseorang
dinyatakan menderita AIDS.

7. **Komplikasi Lanjutan dan Kematian**: Jika tidak diobati, penyakit


HIV/AIDS dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gagalnya sistem
kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan kanker tertentu. Kondisi ini dapat
berujung pada kematian. Meskipun terapi antiretroviral (ARV) telah
membantu meningkatkan harapan hidup bagi banyak orang dengan
HIV/AIDS, tetapi masih ada risiko komplikasi dan kematian terkait penyakit
ini.

Memahami tahapan terjadinya penyakit HIV/AIDS penting untuk mengambil


langkah-langkah pencegahan, deteksi dini, dan perawatan yang tepat guna
mengendalikan penyebaran virus dan meningkatkan kualitas hidup bagi individu
yang terinfeksi.

C.Beberpaa cara untuk mengetahui terkena atau tidak

Cara-cara untuk Mengetahui Anda Terkena Penyakit HIV/AIDS

Penyakit HIV/AIDS adalah kondisi serius yang dapat memengaruhi kesehatan dan
kualitas hidup seseorang secara signifikan. Penting untuk memahami tanda dan
gejala yang mungkin muncul jika Anda terinfeksi HIV, serta cara-cara untuk
mendeteksinya. Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengetahui apakah seseorang terkena penyakit HIV/AIDS:

**1. Pengujian HIV:**


- Pengujian HIV adalah cara paling akurat untuk mengetahui apakah seseorang
terinfeksi HIV atau tidak.
- Tes HIV tersedia di banyak fasilitas kesehatan, klinik, dan organisasi kesehatan
masyarakat. Tes ini umumnya dilakukan dengan mengambil sampel darah atau air
liur.
- Terdapat berbagai jenis tes HIV, termasuk tes antibodi, tes antigen, dan tes
kombinasi antibodi-antigen. Hasil tes biasanya tersedia dalam beberapa hari
hingga beberapa minggu setelah pengujian dilakukan.
**2. Penggunaan Alat Tes Mandiri (Home Test Kit):**
- Di beberapa negara, alat tes HIV mandiri telah tersedia untuk digunakan di
rumah. Alat ini memungkinkan seseorang untuk menguji diri mereka sendiri
dengan mengambil sampel darah atau air liur, dan kemudian mengirimkannya ke
laboratorium untuk dianalisis.
- Hasil tes akan tersedia dalam beberapa hari setelah sampel dikirimkan, dan
biasanya dapat diakses secara online atau melalui telepon.

**3. Perhatikan Gejala Awal:**


- Meskipun tidak semua orang mengalami gejala awal setelah terinfeksi HIV,
beberapa orang mungkin mengalami gejala flu-like dalam waktu 2 hingga 4
minggu setelah paparan terhadap virus. Gejala ini dapat mencakup demam, sakit
tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam kulit, dan kelelahan.
- Gejala awal HIV seringkali mirip dengan gejala penyakit lain, sehingga sulit
untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi HIV berdasarkan gejala saja. Oleh
karena itu, penting untuk melakukan pengujian HIV untuk mendapatkan diagnosis
yang akurat.

**4. Hubungan Seksual yang Berisiko:**


- Jika Anda telah melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan
seseorang yang terinfeksi HIV atau memiliki risiko tertular HIV,
sangat disarankan untuk melakukan pengujian HIV. Ini termasuk
hubungan seksual dengan orang yang memiliki riwayat penggunaan
jarum suntik bersama, atau dengan orang yang memiliki banyak
pasangan seksual.

**5. Riwayat Penggunaan Jarum Suntik Bersama:**


- Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal memiliki riwayat menggunakan
jarum suntik bersama dengan orang lain, terutama jika jarum tersebut tidak steril,
ada risiko terinfeksi HIV. Penggunaan jarum suntik bersama adalah salah satu cara
utama penularan HIV di kalangan pengguna narkoba suntik.
- Penting untuk melakukan pengujian HIV secara teratur jika Anda atau
seseorang yang Anda kenal memiliki riwayat penggunaan jarum suntik bersama.

**6. Riwayat Transfusi Darah atau Transplantasi Organ:**


- Meskipun sangat jarang terjadi di negara-negara maju karena adanya
skrining darah yang ketat, terdapat risiko terinfeksi HIV melalui
transfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi.
Jika Anda memiliki riwayat menerima transfusi darah atau
transplantasi organ, pertimbangkan untuk melakukan pengujian HIV.

**7. Tes Prakiraan Risiko HIV:**


- Beberapa organisasi kesehatan masyarakat menyediakan tes
prakiraan risiko HIV, di mana seseorang dapat menghitung risiko
mereka terkena HIV berdasarkan perilaku seksual, penggunaan obat-
obatan terlarang, dan faktor-faktor risiko lainnya. Tes ini dapat
membantu seseorang menilai apakah mereka perlu melakukan
pengujian HIV atau tidak.

**8. Pengujian Rutin:**


- Jika Anda memiliki risiko tinggi terkena HIV, seperti memiliki
banyak pasangan seksual atau menggunakan jarum suntik bersama,
pertimbangkan untuk melakukan pengujian HIV secara rutin.
Pengujian rutin memungkinkan deteksi dini infeksi HIV dan
memungkinkan seseorang untuk segera memulai perawatan jika

4
D. Bahaya Infeksi HIV Pada Ibu Hamil dan Bayi

Sistem imun yang lemah atau rusak akibat infeksi HIV kronis dapat membuat ibu
hamil sangat rentan terhadap infeksi oportunistik, seperti pneumonia, toksoplasmosis,
tuberkulosis (TBC), penyakit kelamin, hingga kanker. Kumpulan penyakit ini
menandakan bahwa HIV telah berkembang menjadi penyakit AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome). Pengidap HIV yang telah memiliki AIDS biasanya
dapat bertahan hidup sekitar 3 tahun jika tidak mendapatkan pengobatan. Tanpa
penanganan medis yang tepat, masing-masing dari infeksi tersebut juga berisiko
menyebabkan komplikasinya tersendiri pada kesehatan tubuh serta kehamilan.

Ambil contoh toksoplasmosis. Parasit penyebab penyakit ini dapat menginfeksi bayi
lewat plasenta sehingga menyebabkan keguguran, bayi lahir mati (stillbirth), dan
dampak buruk lainnya bagi ibu dan bayi.NBahaya HIV pada ibu hamil dan bayinya
tidak Cuma itu. Ibu hamil yang terdiagnosis positif HIV juga dapat menularkan
infeksinya pada bayi di dalam kandungan lewat plasenta. Tanpa pengobatan, seorang
ibu hamil yang positif HIV berisiko sekitar 25-30% untuk menularkan virus pada
anaknya selama kehamilan.

E. Penyebab HIV Pada Ibu Hamil

HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh human immunodeficiency


virus. Virus ini menyerang sel T (sel CD4) dalam sistem imun yang tugas utamanya
adalah melawan infeksi. Besarnya angka ini kemungkinan dipengaruhi oleh kerutinan
berhubungan seksual dengan suami yang positif HIV (baik terdiagnosis dan
diketahui, maupun tidak). Penetrasi penis ke vagina tanpa kondom merupakan jalur
penularan HIV yang paling umum di antara pasangan heteroseksual (lelaki yang
berhubungan seks dengan perempuan).
Setelah masuk dalam tubuh, virus dapat tetap aktif menginfeksi tapi tidak
menunjukkan gejala HIV/AIDS yang berarti selama setidaknya 10-15 tahun. Selama
masa jendela ini, seorang ibu rumah tangga bisa saja tidak pernah mengetahui bahwa
dirinya terjangkit HIV hingga pada akhirnya positif hamil. Selain dari hubungan seks,
seorang perempuan juga bisa terinfeksi HIV dari penggunaan jarum suntik tidak steril
sewaktu sebelum hamil.

F. Solusi

Berikut adalah solusi yang lebih rinci untuk mengatasi


HIV/AIDS:Pencegahan Melalui Edukasi: Program edukasi yang komprehensif
perlu diselenggarakan di sekolah, komunitas, dan tempat kerja untuk
meningkatkan kesadaran tentang faktor risiko HIV, seperti perilaku seksual
yang berisiko, penggunaan jarum suntik bersama, dan penularan dari ibu ke
anak.

Promosi perilaku seksual yang aman, penggunaan kondom, dan


mengurangi jumlah pasangan seksual dapat membantu mengurangi
penyebaran HIV.Akses Mudah ke Pengujian dan Deteksi Dini: Penting untuk
meningkatkan akses terhadap tes HIV yang mudah dijangkau dan aman.

Kampanye pengujian HIV rutin di fasilitas kesehatan, tempat-tempat


masyarakat, dan melalui program penyuluhan dapat membantu mendeteksi
kasus HIV lebih awal, memungkinkan individu untuk segera memulai
perawatan dan mencegah penularan lebih lanjut.

Perawatan dan Terapi Antiretroviral (ARV): Memastikan akses yang lebih


baik ke terapi ARV bagi individu yang terinfeksi HIV sangat penting. Ini
melibatkan peningkatan ketersediaan obat-obatan dan perawatan yang
berkualitas, serta layanan pendukung seperti konseling dan dukungan
psikososial.

Program pemantauan yang ketat juga diperlukan untuk memastikan


kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan deteksi dini terhadap
perkembangan resistensi obat.Dukungan Sosial dan Pengurangan Stigma:
Mendukung individu yang hidup dengan HIV/AIDS adalah kunci dalam
mengelola kondisi ini.
Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat dapat membantu
mengurangi isolasi dan stigma yang sering terkait dengan HIV/AIDS.
Program-program anti-stigma dan advokasi juga diperlukan untuk memerangi
diskriminasi terhadap individu yang terinfeksi.

Pendidikan Masyarakat dan Kampanye Kesadaran: Penting untuk terus


mendukung kampanye edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang HIV/AIDS. Ini melibatkan penyuluhan
tentang bahaya HIV, cara penularannya, pentingnya pengujian dan perawatan,
serta upaya untuk mengurangi prasangka dan diskriminasi terhadap individu
yang terinfeksi.Dengan menggabungkan pendekatan ini secara holistik,
diharapkan dapat mengurangi angka penularan HIV dan meningkatkan
kualitas hidup bagi individu yang hidup dengan HIV/AIDS.

5
6

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem


kekebalan tubuh manusia, khususnya menyerang sel-sel CD4 atau limfosit T, yang
merupakan komponen penting dari sistem kekebalan tubuh manusia. HIV
menyebabkan penurunan kekebalan tubuh, membuat tubuh rentan terhadap infeksi
dan penyakit lainnya. Infeksi HIV biasanya menyebar melalui kontak langsung
dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti darah, sperma, cairan vagina, dan air
susu ibu. HIV bisa berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) jika tidak diobati, di mana sistem kekebalan tubuh rusak parah dan
membuat tubuh rentan terhadap infeksi yang parah dan penyakit lainnya.

HIV/AIDS adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus HIV. Meskipun
telah ada kemajuan dalam pengobatannya, belum ada vaksin yang efektif, yang
menjadi masalah serius karena bukan hanya merupakan masalah kesehatan atau
persoalan pembangunan, tetapi juga masalah ekonomi, sosial, dan lain-lain.
Berdasarkan sifat dan efeknya, sangatlah unik karena AIDS mematikan kelompok
yang paling produktif dan paling efektif secara reproduksi dalam masyarakat, yang
kemudian berdampak pada mengurangi produktivitas dan kapasitas dari masyarakat.

Dampak yang ditimbulkan AIDS terhadap masyarakat dapat bersifat permanen


atau setidaknya berjangka sangat panjang. AIDS secara sosial tidak terlihat (invisible)
meski demikian kerusakan yang ditimbulkannya sangatlah nyata. HIV/AIDS karena
sifatnya yang sangat mematikan sehingga menimbulkan rasa malu dan pengucilan
dari masyarakat yang kemudian akan mengiring pada bentuk-bentuk pembungkaman,
penolakan, stigma, dan diskriminasi pada hampir semua sendi kehidupan.

Hampir semua orang yang diduga terinfeksi AIDS tidak memiliki akses terhadap
tes HIV. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran, mendukung
pencegahan, dan memberikan perawatan kepada individu yang terinfeksi guna
mengendalikan penyebaran penyakit ini. Dukungan sosial dan edukasi masyarakat
menjadi kunci dalam menghadapi tantangan HIV/AIDS.

B. Saran

Masa depan bangsa ini harus segera diselamatkan caranya adalah dengan
mendidik dan membimbing generasi muda secara intensif agar mereka mampu
menjadi motor penggerak kemajuan dan mendorong perubahan kearah yang lebih
dinamis, progesif dan produktif. Dengan demikian diharapkan kedepannya bangsa ini
mampu bersaing dengan negara lainya. Agar mencapai impian tersebut remaja
Indonesia harus tumbuh secara positif dan kontruktif, serta sebisa mungkin dijauhkan
dari telibat kenakalan remaja. Inialah tantangan riil yang kita hadapi sebagai guru dan
orang tua.

Peningkatan Akses ke Pengujian dan Perawatan: Untuk mengatasi HIV/AIDS,


diperlukan investasi yang lebih besar dalam infrastruktur kesehatan, terutama di
wilayah-wilayah terpencil dan masyarakat yang kurang terlayani. Langkah-langkah
ini mencakup pembangunan lebih banyak fasilitas kesehatan, pelatihan petugas
kesehatan, dan pengembangan program pengujian HIV yang lebih terjangkau dan
mudah diakses bagi masyarakat.

Promosi Perilaku Seksual yang Aman: Program edukasi seksual yang


komprehensif dan berbasis bukti harus diperluas di semua tingkatan pendidikan dan
komunitas. Fokus harus diberikan pada edukasi tentang penggunaan kondom,
pengurangan jumlah pasangan seksual, penghindaran berbagi jarum suntik, dan
perlindungan terhadap penularan HIV dari ibu ke anak.Pengurangan Stigma dan
Diskriminasi: Salah satu hambatan terbesar dalam upaya mengatasi HIV/AIDS
adalah stigma dan diskriminasi yang terkait dengan kondisi ini.

Langkah-langkah perlu diambil untuk mengurangi stigma melalui kampanye


publik, pelatihan bagi petugas layanan kesehatan, dan dukungan psikososial bagi
individu yang terinfeksi.Penguatan Layanan Dukungan: Penting untuk memperkuat
layanan dukungan sosial bagi individu yang hidup dengan HIV/AIDS.

Ini meliputi penyediaan konseling, dukungan psikososial, dan akses yang lebih
baik ke kelompok pendukung dalam komunitas. Dengan meningkatkan aksesibilitas
layanan dukungan, individu yang terinfeksi dapat merasa didukung dan didorong
untuk mengikuti perawatan yang diperlukan.Penelitian dan Inovasi: Investasi dalam
penelitian dan inovasi dalam bidang pengobatan dan pencegahan HIV/AIDS adalah
kunci untuk mencapai kemajuan yang lebih lanjut dalam mengatasi penyakit ini.

Diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat,


sektor swasta, dan lembaga akademis untuk mempercepat pengembangan vaksin
yang efektif, terapi antiretroviral yang lebih baik, dan metode pencegahan
inovatif.Dengan menerapkan saran-saran ini secara serius dan berkelanjutan, kita
dapat bergerak maju dalam mengatasi tantangan HIV/AIDS dan menuju dunia yang
lebih sehat dan inklusif bagi semua.

Anda mungkin juga menyukai