Anda di halaman 1dari 3

Nama : Irma Yulianti

"Becoming A Montessori Teacher"

Menjadi seorang guru bukanlah tantangan yang mudah, terlebih jika ingin menerapkan sistem
pendidikan baru berdasarkan metode Montessori. Pendidikan yang saat ini banyak
diselenggarakan, lebih mengedepankan sosok guru sebagai figur yang harus diikuti dan
sangat otoriter. Anak diperlakukan sama tanpa melihat kelebihan masing-masing individu
dan semua dibentuk seperti layaknya batu bata yang dicetak serupa. Banyak anak yang pada
akhirnya tidak mencapai perkembangan yang maksimal serta tidak menikmati proses pada
masa-masa periode emasnya. Permasalahan mulai tampak saat anak mendapat muatan
akademis yang mulai tinggi dan merasa kesulitan dengan tekanan dan ekspektasi dari
lingkungan yang menuntutnya untuk menjadi sempurna.

Melihat fenomena tersebut, motode Montessori dapat menjadi suatu pencerahan untuk
mencoba berubah dari konsep yang semula pembelajaran berpusat kepada guru menjadi
student-centered. Hal ini tentu saja merupakan tantangan yang luar biasa mengingat
lingkungan, baik orangtua maupun sesama rekan kerja masih banyak memahami dan
menganut sistem yang lama. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah belajar mandiri
dengan membaca buku, mengikuti training dan seminar serta mencari tahu bagaimana sistem
Montessori ini yang sebenarnya. Kemajuan teknologi juga membantu memudahkan
mendapatkan informasi dari genggaman tangan kita setiap saat. Selain itu, mengunjungi
sekolah yang sudah menerapkan pendekatan Montessori ini, dapat dilakukan untuk berbagi
pengalaman dan informasi.

Filosofi Montessori seperti membuka mata dan pikiran kita yang telah lama dininabobokan
dari konsep yang seharusnya diterapkan. Banyak yang mungkin menolak karena terlanjur
berada dalam zona nyaman selama berpuluh-puluh tahun dengan metode dan sistem
pengajaran yang ada saat ini sehingga butuh niat yang tulus dan kuat untuk bergeser
memberikan hak yang harusnya diterima anak-anak kita. Misalnya menjadi guru yang pasif
dalam tingkah laku dan aktif dalam observasi, menjadi sangat sulit saat kita selalu berusaha
mengintervensi setiap aktivitas anak-anak. Selalu berusaha membantu walaupun anak akan
bias mengerjakan sendiri tugasnya, juga merupakan kebiasaan guru-guru konvensional. Atau
tidak sabar melihat anak yang bekerja dengan santai dan menikmati proses, membuat kita
orang dewasa seperti tidak dapat menahan diri untuk membuatnya segera selesai.

Perbedaan antara orang dewasa dan anak-anak, merupakan hal fundamental lainnya yang
harus kita pahami untuk menjadi seorang guru Montessori. Sehingga kita sebagai orang
dewasa selalu dapat melihat anak dan semua aktivitasnya dari kacamata anak-anak, bukan
dari perspektif kita orang dewasa. Mengharapkan hasil atau pujian dari luar diri kita akan
sangat berbeda saat anak-anak tidak memperdulikan itu semua. Jika konsep perbedaan orang
dewasa dan anak-anak ini tidak dapat dipahami guru, maka apa yang diharapkan Maria
Montessori pada sistem Pendidikan baru ini tidak akan pernah berjalan.

Semoga apa yang dibangun dan dirancang oleh Maria Montessori ini dapat diterapkan dalam
sistem pendidikan kita, dimana anak akan mendapatkan segala kebebasannya baik bebas
dalam memilih, bebas dalam berbicara, bebas dalam bergerak, bebas dari kompetisi, bebas
dari tekanan, bebas dari bahaya serta bebas mencintai dan dicintai. Hal ini tentu saja akan
dapat dicapai dengan kerjasama antara orangtua dan guru, yang semuanya harus paham dan
bersama memfasilitasi anak-anak ini melewati setiap fase perkembangannya. Memberikan
anak kebebasan dan menjadi orang dewasa yang tidak egois dan tidak otoriter. Dengan
demikian, anak akan dapat bertumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang memadai dan
pada akhirnya akan menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam spiritual, moral dan
emosional, serta dapat mencapai potensi terbaiknya.
QUOTES

Children need the freedom and time to play.


Play is not a luxury. Play is a necessity
- Kay Redfield Jamison -

Children are not things to be molded.


But people to be unfolded
- Jess Lair -

Children aren’t coloring books.


You don’t get to fill them with your favorite colors
- Khaled Hosseini -

The goal of early childhood education should be to activate


the child’s own natural desire to learn
- Maria Montessori -

Children must be taught how to think,


Not what to think
- Margaret Mead -

BIBLIOGRAFI

Rossalyn Tamara. 2023. Filosofi Montessori.


Tempat Terbit: Yogyakarta. Nama Penerbit: Penerbit Bintang

Simone Davies, Junniva Uzodike. 2022. The Montessori Baby.


Tempat Terbit: Yogyakarta. Nama Penerbit: Penerbit Bentang

Ivy Maya Savitri. 2022. Mathematics in Montessori Way.


Tempat Terbit: Sleman. Nama Penerbit: Bentang Pustaka

Ivy Maya Savitri. 2019. Aktivitas Montessori, Latihan Keterampilan Hidup.


Tempat Terbit: Jakarta. Nama Penerbit: Cikal Aksara

Munif Chatib. 2014. Gurunya Manusia.


Tempat Terbit: Bandung. Nama Penerbit: Penerbit Kaifa

Anda mungkin juga menyukai