Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

LANDASAN HUKUM DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Nilatun Nafisah, M.Pdi

Disusun oleh:
Dyah Permata Manna Salwa
Naimatul Muslihah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (PGSD)


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA (SASTRA INGGRIS)
UNIVERSITAS BAKTI INDONESIA BANYUWANGI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat, nikmat, dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini dengan baik. Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas akademik dalam

mata kuliah Landasan Pendidikan dan Pengajaran dengan judul “Landasan hukum

dan filsafat pendidikan”.

Makalah ini bertujuan untuk memaparkan materi, serta untuk memberikan

pemahaman yang lebih mendalam mengenai pengertian Landasan hukum dan

filsafat pendidikan. Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang

bermanfaat bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Nilatun

Nafisah, M.Pd.i. selaku dosen mata kuliah Landasan Pendidikan dan Pengajaran.

Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi

penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah

membantu proses penyusunan makalah ini.Akhir kata, kami menyadari bahwa

makalah ini jauh dari sempurna, dan kami selalu terbuka untuk kritik dan saran

yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya.

Pasirian, 06 Desember 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul 1

Kata Pengantar 2

Daftar isi 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 4

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penulisan 6

D. Manfaat Makalah 7

BAB II PEMBAHASAN

A. LANDASAN HUKUM 7

1. Paradigma fakta Sosial 8

2. Paradigma definisi Sosial 12

3. Paradigma perilaku Sosial 18

BAB III PENUTUP

I. Kesimpulan 22

II. Saran 23

3
Daftar Pustaka 24

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan Ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi

menyebabkan arus komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini

berdampak lagsung pada bidang Norma kehidupan dan ekonomi, seperti

tersingkirnya tenaga kerja yang kurang berpendidikan dan kurang trampil,

terkikisnya budaya lokal karena cepatnya arus informasi dan budaya global,

serta menurunnya norma-norma masyarakat kita yang bersifat pluralistik

sehingga rawanterhadap timbulnya gejolak sosial dan disintegrasi bangsa.

Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan pengetahuan dan

tegnologi, menjadi semakin penting untuk kemajuansuatu bangsa. Ukuran

kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau sumberdaya

alam ke modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan kepercayaan.

Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup

(Life Skill), yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian

dengan kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu bertahan

dalam suasana yang selalu berubah, tidak pastidan kompetitif dalam

kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini

mulai pendidikan formal di sekolah maupun yang bersifat informal, yang

akan membuatnya menjadi masyrakat berpengetahuan yang belajar sepanjang

hayat (Life LongLearning).

4
Selanjutnya, Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia.

Manusia yang melupakan pendidikan bagaiakan orang buta yang berjalan

tanpa tongkat di tangannya. Pendidikan memberikan banyak arti bagi

kehidupan manusia di dalam kehidupannya. Karena itulah manusia

mempelajari filsafat pendidikan, landasan filsafat pendidikan perlu di kuasai

oleh para pendidik, karena pendidikan bersifat normative. Selain itu,

pendidikan tidak hanya di pahami melalui pendekatan ilmiah yang bersifat

parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang secara holistiik, adapun

kajian pendidikan secara holistik dapat dilakukan melalui pendekatan

filosofis.

Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme,

Pragmatisme dan sebagainya. Namun demikian, bangsa Indonesia

sesungguhnya memiliki filsafat pendidikan nasional sendiri yaitu filsafat

pendidikan yang berdasarkan Pancasila. Sehubungan dengan hal ini berbagai

alairan filsafat pendidikan tetap kita pelajari guna menambah pengetahuan

dan pemahaman kita tentang pendidikan. Pemahaman tentang filsafat

pendidikan ini akan membantu kita agar tidak terjerumus ke dalam filsafat

lain yang menjerumuskan kita, di samping itu, dengan mempelajari filsafat

pendidikan yang lain selama itu tidak bertentangan dengan pancasila kita

dapat mengambil hikmahnya dari filsafat pendidikan tersebut guna

memperkokoh landasan Filsafat pendidikan Negara kita.

5
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud landasan hukum pendidikan?

2. Apa saja undang-undang yang membicarakan pendidikan?

3. Apa saja asas-asas pokok pendidikan?

4. Apa yang dimaksud dengan konsep pendidikan dan apa saja dampak dari

konsep pendidikan?

5. Apa itu filsafat pendidikan?

6. Apa saja aliran filsafat pendidikan?

7. Bagaimana filsafat pendidikan diindonesia?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui tentang pengertian pendidikan

2. Untuk mengetahui yang melandasi pendidikan

3. Untuk mengetahui asas-asas pendidikan

4. Untuk mengetahui arti dari konsep pendidikan dam dampak dari

konsep pendidikan.

5. Untuk mengetahui tentang filsafat pendidikan.

6. Untuk mengetahui apa saja aliran filsafat pendidikan.

7. Untuk mengetahui filsafat pendidikan diindonesia

6
D. MANFAAT MAKALAH

1. Sebagai referensi bagi semua pihak yang membutuhkan informasi

mengenai Landasan Hukum dan Filsafat Pendidikan.

2. Sebagai bahan pengajaran di bidang pendidikan maupun bidang-

bidang yang lain yang terkait dengan materi.

3. Sebagai bahan untuk meningkatkan pemahaman dalam kegiatan

pembelajaran bagi Mahasiswa.

7
BAB II PEMBAHASAN

A. LANDASAN HUKUM

Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik

tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang

patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila

dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula.

Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau

titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini

kegiatan pendidikan.

1. PENGERTIAN PENDIDIKAN

a) PENGERTIAN PENDIDIKAN MENURUT UUD 1945

Pendidikan merupakan suatu amanat dari Pembukaan

UndangUndang Negara Republik Indonesia tahun 1945 alinea keempat

yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.

Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa salah satu tujuan

pembentukan Pemerintah Negara Indonesia adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan harus dipahami sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pembentukan Negara

Indonesia. Pendidikan merupakan elemen dasar dari pembangunan

8
nasional yang mampu menghantarkan kesejahteraan bagi rakyat

Indonesia. Pendidikan adalah kata kunci untuk meningkatkan

kesejahteraan dan martabat bangsa. Tak salah jika kita sebut

pendidikan sebagai pilar pokok 3 dalam pembangunan bangsa. Tinggi-

rendah derajat suatu bangsa bisa dilihat dari mutu pendidikan yang

diterapkannya.

Merujuk pada Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa tiap-tiap warga

Negara berhak mendapatkan pengajaran. Pendidikan juga merupakan

pengamalan terhadap Hak Asasi dari seluruh warga Negara Indonesia.

b) PENGERTIAN PENDIDIKAN MENURUT UURI NO.20 TAHUN

2003

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan menjelaskan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional juga menegaskan bahwa setiap warga

Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan

yang bermutu.

9
Pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa dalam

rangka memelihara, mengembangkan, dan menyebarluaskan

kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 ini menegaskan bahwa

pendidikan di Indonesia memiliki peran penting dalam

mengembangkan individu, karakter, budaya, ilmu pengetahuan, dan

teknologi, dengan tujuan untuk memajukan bangsa Indonesia secara

keseluruhan.

c) PENGERTIAN PENDIDIKAN MENURUT UURI no.14 TAHUN

2005

Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa Guru harus memiliki

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

dan kompetensi profesional.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar ,membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas

utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan

10
ilmu pengetahuan, ilmu teknologi dan seni melalui pendidikan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada

jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak

usia dini pada jalur pendidikan formal yang di angkat sesuai dengan

peraturan perundang undangan. kedudukan guru sebagai tenaga

profesional dalam pasal 2 Ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan

martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk

meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada

jenjang pendidikan tinggi yang di angkat sesuai dengan peraturan

perundang undangan. dosen sebagai tenaga profesional dalam pasal 3

Ayat (1) berfungsi meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai

agen pembelajaran, pengembangan ilmu pengetahuan,teknologi, dan

seni serta pengabdi kepada masyarakat.

Sebagai tenaga kerja profesional Guru dan Dosen bertujuan

untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan

tujuan nasional, yaitu berkembangya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang

maha esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri serta

menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

2. PENGERTIAN ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN

11
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar

atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan

pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang

memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu.

Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar

Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.

a. Asas Tut Wuri Handayani

Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari

sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar

Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.

Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing

Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.

ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu

kesatuan asas yaitu:

1) Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)

2) Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi

dukungan dan semangat)

3) Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

b. Asas Belajar Sepanjang Hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan

sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life

12
long education). Kurikulum yang dapat meracang dan

diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu

dimensi vertikal dan horisontal.

Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan

dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan

dengan kehidupan peserta didik di masa depan.

Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan

antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar

sekolah.

c. Asas Kemandirian dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin

dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari

campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila

diperlukan.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan

menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan

motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam

melatih kemandirian belajar peserta didik.

3. KONSEP PENDIDIKAN DAN DAMPAK DARI KONSEP

PENDIDIKAN.

a) Konsep Pendidikan

13
Telah dipahami oleh para pendidik bahwa misi pendidikan adalah

mewariskan ilmu dari generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu yang

dimaksud antara lain: pengetahuan, tradisi, dan nilai-nilai budaya

(keberadaban). Secara umum penularan ilmu tersebut telah diemban

oleh orang-orang yang terbeban (concern) terhadap generasi

selanjutnya. Mereka diwakili oleh orang yang punya visi ke depan,

yaitu menjadikan generasi yang lebih baik dan beradab.

Oleh karena itu, yang duduk di kementerian pendidikan, kepala

dinas, dan pembuat konsep pendidikan dipercayakan kepada orang-

orang yang dinilai memiliki konsep (pemikiran) yang matang untuk

memajukan dunia pendidikan.

Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, dalam buknya “Pengantar

Pendidikan” (2005:42), mengemukakan salah satu konsep pendidikan

itu adalah Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH). Kata dia, konsep PSH

sudah ada sejak zaman Rasulullah, sesuai sebauah hadis, “Tuntutlah

ilmu sejak di buaian hingga ke liang lahat”.

konsep PSH disebutkan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan

persekolahan, melainkan merupakan suatu proses berkesinambungan

dan berlangsung sepanjang hidup. Ide PSH ini sudah dicetuskan sejak

belasan abad silam, namun sekarang terkesan tenggelam dengan

hadirnya beragam konsep baru ala pemerintahan. Konsep-konsep baru

tersebut memandang bahwa kualitas peserta didik akan tercapai

dengan melakukan ujian akhir. Hal ini menimbulkan beberapa konsep

14
pendidikan di Indonesia yang mulai berkiblat kepada UUD 1945 dan

Pancasila, disusul dengan Surat Keputusan (SK) atau semacam

kurikulum.

Konsep pendidikan yang dicetuskan oleh sistem pendidikan

nasional (Indonesia) melahirkan sejumlah kurikulum. Tujuannya

adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Adapun kurikulum

yang dicetuskan itu kemudian melahirkan sejumlah pendekatan.

Pendekatan-pendekatan tersebut misalnya Cara Belajar Siswa Aktif

(CBSA). Setelah pendekatan ini ditengarai tidak mampu

menghasilkan tujuan pendidikan yang diharapkan, kurikum diubah

lagi dengan model pendekatan pembelajaran yang baru.

Perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia sejatinya dilakukan

setiap sepuluh tahun sekali. Akan tetapi dalam dekade ini, kurikulum

sudah berubah sesuka hati pemerintah, setiap pergantian Menteri

Pendidikan. Karena itu, kurikulum pendidikan yang pada tahun 2004

dikenal dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) hanya

dapat bertahan tiga tahun. Setelah itu diganti lagi dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Acuan Pembelajaran (KTSP).

Kendala kemudian adalah hasil pendidikan di Indonesia tidak

berubah sehingga kurikulum-kurikulum yang dianggap sangat handal

memajukan pendidikan itu mendapat pelesetan. KBK dipelesetkan

menjadi Kasih Buku Keluar. Maksudnya, guru-guru di sekolah hanya

15
pintar memberikan buku panduan (modul) kepada siswa, lalu keluar

dari ruangan. Hal ini tidak jauh beda dari pemelesetan CBSA sebagai

Catat Buku Sampai Abis. Adapun KTSP yang masih dipakai sebagai

kurikulum di Indonesia sekarang mulai dipelesetkan menjadi Kasih

Tugas Suruh Pulang.

b) Dampak Konsep Pendidikan

Pada bab sebelumnya sudah dijelaskan beberapa konsep

pendidikan. Bab ini hanya menelaah konsep pendidikan yang

diterapkan di Indonesia, yakni berdasarkan kurikulum yang ada

dengan beragam model pendekatannya.

Umumnya, perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia adalah

setiap sepuluh tahun sekali. Hal ini telah terpraktik sejak masa

pemerintahan Soeharto sebagai presiden. Namun, belakangan,

perubahan sistem pendidikan nasional sebagai sebuah standar dalam

pendidikan secara universal (nasional), telah dilakukan setiap

pergantian Menteri Pendidikan. Karenanya, pergantian kurikulum dari

KBK menuju KTSP berlaku hanya dalam rentang waktu tiga tahun

setengah. Di sini terkesan ada ego pribadi terhadap setiap menteri

yang menjabat. Kemungkinan ‘takut’ menggunakan metode yang

sudah dilakukan oleh Menteri Pendidikan sebagai sebuah ketidaka-

daaan konsep yang baru, oleh orang yang menjabat sebagai Menteri

Pendidikan berikutnya, memberikan/ memutuskan harus ada

kurikulum pendidikan yang baru. Tanpa disadari bahwa perubahan

16
konsep pendidikan (kurikulum) sebentar-sebentar telah mengacaukan

dunia pendidikan secara nasional.

Dampak dari konsep pendidikan yang disamakan dengan

persekolahan adalah pendidikan dianggap hanya sebatas kurikulum

yang harus diajarkan. Selain itu, sekolah dianggap sebagai satu-

satunya tempat pendidikan dapat diperoleh. Hal ini tentunya

bertentangan dengan prinsip dasar pendidikan itu sendiri.

B. LANDASAN FILSAFAT

1. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Definisi Filsafat secara Etimologis yaitu dari bahasa Inggris

(Phylosophy ) dan dalam bahasa arab ( falsafah ) dan yang berasal dari

yunani kuno berasal dari kata Pilos (cinta),Sophos (kebijaksanaan),

dengan demikian secara etimologis, philosopia ( filsafat ) berarticinta

kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Menurut Ciceros (106-

43 SM) penulis Romawi, orang yang pertama memakai kata-kata filsafat

adalah Phytagoras (497 SM),sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada

masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras

mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai

untuk manusia. Tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran

dalammemperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya,

namun ia tidak akanmencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara

yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup

17
keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan,

melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.

Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo”

artinya cinta dalamarti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu

selalu berusaha mencapai yang diinginkannya. ”Sofia artinya

kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.Datangnya

hikmah bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati,

ataudengan kata-kata lain , dengan mata hati dan pikiran yang tertuju

kepada alam yang adadisekeling kita, banyak orang yang melihat tetapi

tidak memperhatikan.

2. FILSAFAT SEBAGAI INDUK ILMU PENGETAHUAN

Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari

rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita

didorong untuk mengetahui apa yangkita tahu dan apa yang belum kita

tahu. Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan sebagai

berikut:

a. Plato (427-348 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat

mencapaikebenaran yang asli.

b. Aristoteles (382-322 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang

meliputi kebenaranyang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika,

logika, retorika, ekonomi, politik danestetika.

c. Al Kindi (801 – ……m), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi

18
segala sesuatu sejauh jangkauan kemampuan manusia

d. Al Farabi (870 – 950 m), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang

alam wujud bagaimanahakikat sebenarnya.

e. Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran,

sehingga manusiamenemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya

itu dialami sesungguhnya.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut:

1. Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari

pengaturan, pemikiran pengetahuan, sifat alam semesta.

2. Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan.

3. Ilmu yang berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemology.

4. Falsafah.

Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak

mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk

sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati

terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yangmenjadi dasar suatu

tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari

pengembangannya yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga

segi yaitu (1)apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika);

(2) mana yang dianggap baik dan manayang dianggap buruk (etika);

(3)apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek(estetika).

19
Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang-

cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik.

Cabang-cabang filsafat tersebut antaralain mencakup:

1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan).

2. Etika (Filsafat Moral)

3. Estetika (Filsafat Seni)

4. Metafisika

5. Politik (Filsafat Pemerintahan)

6. Filsafat Agama

7. Filsafat Ilmu

8. Filsafat Pendidikan

9. Filsafat Hukum

10. Filsafat Sejarah

11. Filsafat Matematika

Ilmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom,

bebas dari konsep-konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian

ketika ilmu tersebut mengalami pertentangan-pertentangan maka akan

kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmutersebut.

3. PENDIDIKAN SEBAGAI CABANG ILMU DARI FILSAFAT

20
Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang

dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni

melainkan filsafat khusus atau terapan. Dalam filsafat umum yang

menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu,

sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek

kehidupan manusia. Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya

mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi

fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensiitu menjadi nyata

dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah

cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan

pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna

mencapai tujuan hidupkemanusiaan.

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi

mengenaimasalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan dalam arti

luas dapat dibedakan menjadidua macam yaitu (1) Filsafat Praktek

Pendidikan dan (2) Filsafat Ilmu Pendidikan.Filsafat Praktek Pendidikan

diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana

seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam

kehidupan.Sedangkan Filsafat Ilmu Pendidikan secara konsepsional

diartikan sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai

salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkanmelalui riset baik

kuantitatif maupun kualitatif . Jika dalam Filsafat Praktek Pendidikan

biasanya membahas mengenai 3 (tiga) masalah pokok yaitu (1) apakah

21
sebenarnya pendidikan itu; (2) apakah tujuan pendidikan itusebenarnya

dan (3) dengan cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai, maka dalam

FilsafatIlmu Pendidikan membahas mengenai (1) struktur ilmu dan (2)

kegunaan ilmu bagikepentingan praktis dan pengetahuan tentang

kenyataan. Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam

4 (empat) macam yaitu:

1. Ontology ilmu pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi

dan pola organisasi ilmu pendidikan.

2. Opistomologi ilmu pendidikan, yang membahas tentang hakikat

objek formal dan material ilmu pendidikan.

3. Metodologi ilmu pendidikan, yang membahas tentang hakikatcara-

cara kerja dalam menyusun ilmu pengetahuan,

4. Aksiologi ilmu pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai

kegunaan teoriis dan praktis ilmu pendidikan.

Pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan

mendalam, sehingga diperlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain

perumusan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep,

perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan

pemikiran filosofis.

Dalam perkembangan pendidikan menjadi cabang ilmu yang mandiri

dipengaruhi oleh pandangan dan konsep yang dikemukakan oleh para

filosofi:

22
1. Plato (428-348 SM)

Plato merupakan filosofi yunani yang aktif mengembangkan

filsafat dengan mendirikan sekolah khusus yang disebut „academia‟.

Plato berpandangan bahwa konsep ide merupakan pandangan

terdapat suatu dunia di balik alam kenyataan, sebagai hakikat dari

segala yang ada. Artinya apa yang diamati sehari-hari adalah ide

tersebut, sebagai sumber segala yang ada:kebaikan dan keburukan.

Ide merupakan suatu hal yang objektif yang didalamnya berpusat

dan dikendalikan oleh puncak ide yang digambarkan sebagai ide

tentang kebaikan yang diformulasikan sebagai tuhan.

2. Aristoteles (384 – 348 SM)

Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa

ilmu pendidikan dibangunmelalui riset pendidikan. Riset merupakan

suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasimenuju prinsip-

prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada

observasi.Pandangan ini berkembang pada abad 13– 14. Aristoteles

berpandangan bahwa ilmuanhendaknya menarik kesimpulan secara

induksi dan deduksi. Dalam tahapan induksi,generalisasi-generalisasi

(kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik dari

pengalaman pengindraan. Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh

dari tahapan induksi dipergunakan untuk premis-premis untuk

deduksi dari pernyataan-pernyataan tentang observasi.

23
4. ALIRAN –ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Aliran-aliran yang berkembang saat ini sangat dipengaruhi oleh teori-

teori yang dikemukakan oleh filosofi-filosofi dunia. Aliran-aliran yang

sangat berkembang saat ini antara lain :

a. Filsafat pendidikan idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah

bukan ruh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh

melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini

memandang nilai tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan

baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari

generasi kegenerasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea

dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali.

b. Filsafat Pendidikan Realisme merupakan filsafat yang memandang

realitas secara dualitas. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas

terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas

menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di

satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya kenyataan di luar

manusia, yangdapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa

tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius,

Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo,David Hume,

John Stuart Mill.

c. Filsafat Pendidikan Materialisme berpandangan bahwa hakikat

24
realisme adalah materi, bukan rohani, rohani atau gaib. Beberapa tokoh

yang beraliran materialisme:Demokritos, Ludwig Feurbach.

d. Filsafat Pendidikan Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika

asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris,

yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang alami

bagi manusia. Beberapa tokoh yang menganut filosofi ini adalah:

Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

e. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme fokus pada pengalaman-

pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankan

pilihan kreatif, subyektifitas pengalaman manusia dan tindakan

kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk

hakekat manusia atau kenyataan. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean

Paul Satre, SorenKierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl

Jasper, GabrilMarcel, Paul Tillich.

f. Filsafat PendidikanKemajuan ivisme bukan merupakan bangunan

filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan

suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan padatahun 1918. Aliran

ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini

mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus berpikir

pada anak bukannya fokus pada guru atau bidang muatan. Beberapa

tokoh dalam aliran ini : GeorgeAxtelle, william O. Stanley, Ernest

Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.

25
g. Filsafat Pendidikan Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan

konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada

trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa

pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan

moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william

C. Bagley, ThomasBriggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

h. Filsafat Pendidikan Perenialisme Merupakan suatu aliran dalam

pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir

sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang

pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan sesuatu yang

baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh

kekacauan, sempit, dan ketidak teraturan, terutama dalam kehidupan

moral, intelektual dan sosio budaya. Oleh karena itu perlu ada usaha

untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan

menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah

menjadi pandanganhidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh

pendukung gagasan ini adalah: RobertMaynard Hutchins dan Ortimer

Adler.

i. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari

gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu

anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan

diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada saat ini.

Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg

26
pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang

pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliranini:Caroline Pratt, George

Count, Haroldkasar.

5. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Pancasila sebagai sistem filsafat adalah pengungkapan dan

penelaahan dunia fisik dan dunia nyata secara sistemik (menyeluruh) dan

sistematis (teratur, tersusun rapi). Pancasila memberi ajaran tata hidup

manusia budaya secara harmonis. Pancasila adalah filsafat keselarasan.

Pancasila sebagai sistem filsafat juga mempunyai ajaran-ajaran tentang

metafisika dan ontologi Pancasila, aksiologi Pancasila dan logika

Pancasila.

Ajaran Metafisika dan Ontologi Pancasila

Asas-asas metafisika dan ontologi dalam filsafat Pendidikan

Pancasila adalah sebagai berikut:

Asas monoteisme Merupakan realisasi dari sila I Pancasila Ketuhanan

yang Maha Esa, Bangsa Indonesia hanya mengakui satu tuhan saja ialah

Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia menganut asas kemerdekaan

untuk memilih dan menganut agama dan kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dengan menjunjung toleransi antar pemeluk agama.

Asas makrokosmos-mikrokosmos merupakan pengakuan kepada realita

yang ada, ialah alam semesta ini, dunia dengan tata suryanya. Alam

semesta raya mempunyai hukum-hukum alamnya dan menjadi sumber

27
daya kehidupan semua makhluk hidup. Manusia sering dipandang sebagai

mikrokosmos karena pada manusia terdapat sifat-sifat atau unsur-unsur

tidak seperti yang ada pada makrokosmos.

Asas tata ada yang selaras, serasi, seimbang (harmoni) Bahwa yang ada di

dunia merupakan hal yang serba berlawanan namun tetap dapat

berlangsung secara mandiriara.

Asas tata hidup manusia budaya (asas kultural/religius) Cipta, rasa dan

karsa manusia secara integratif mampu menciptakan perlengkapan-

perlengkapan hidup yang secara keseluruhannya disebut Kebudayaan.

Asas kesatuan dan kesatuan Hidup budaya manusia membentuk kesatuan-

kesatuan secaramenyeluruh mulai dari tingkat terbawah yaitu keluarga

sampai pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

Asas tertib damai, damai dan keadilan Hidup membudaya adalah hidup

tertib, teraturdan damai menghindari pertengkaran dan pertengkaran.

Asas bhineka tunggal ika Asas ini memberi makna bahwa kehidupan

budaya manusia menunjukkanvariasi-variasi, seperti adanya ras-ras

manusia, macam-macam agama dan Kebudayaan daerahdan sebagainya.

Asas idealisme, realistis dan pragmatis Hidup bangsa Indonesia tidak

tanpa arah, tetapimempunyai arah yang ideal yaitu hidup masyarakat yang

adil dan makmur.

Epistomologi Pancasila

28
Ajaran Pancasila dengan teorinya selaras, serasi dan seimbang,

mengakui kebenaran pengetahuan rasio dan pengetahuan pengalaman.

Baik rasio maupun pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan.

Pengetahuan datang dari intuisi dan juga bersumber pada kebenaran

agama. Logika yang dikembangkan dalam epistomologi Pancasila adalah

logika formal (deduksi), logika induksi, logika ilmiah dan logika intuisi.

Aksiologi Pancasila

Prinsip-prinsip ajaran nilai atau aksiologi Pancasila adalah sebagai

berikut:

Prinsip nilai religius Prinsip nilai religius bersumber pada Sila I Pancasila

(Ketuhanan YangMaha Esa). Agama menjadi sumber-sumber nilai-nilai

kebaikan dan juga kebenaran. Fungsi Pancasila terhadap agama adalah

memberi fasilitas kepada kehidupan subur dan berkembangnya agama dan

memberi situasi dan kondisi kerukunan dan kedamaian hidup antar umat

beragama.

Prinsip nilai alami Prinsip nilai alamia artinya alam semesta sebagai

ciptaan Tuhan yang berisi kebaikan-kebaikan alamiah yang berupa nilai-

nilai hukum alam.

Prinsip nilai manusia Prinsip nilai-nilai manusia yaitu bahwa manusia

adalah subjek penilai. Dalam mencapai nilai-nilai dalam hidupnya, maka

manusia akan menjalankan nilai-nilai: (1)nilai-nilai kemanusian; (2) nilai-

nilai persatuan hidup bersama; (3) nilai-nilai kerakyatan ataudemokrasi;

29
(4) nilai-nilai keadilan.

Prinsip relativitas dan kemutlakan nilai Nilai-nilai hidup budaya manusia

ada yang bersifatrelatif, terbatas oleh kurun waktu dan tempat.

6. PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FILOSOFIS SISTEM

PENDIDIKAN NASIONAL

Serupa yang tercantum dalam Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989

bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD1945. Hal

tersebut sejalan dengan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4

menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa keseluruhan rakyat

Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa

Indonesia, dan dasar negara Indonesia. Berdasarkan peraturan peraturan

tersebut jelaslah bahwa pancasila adalah Landasan Filosofi Sistem

Pendidikan Nasional.

Pendidikan nasional merupakan suatu sistem yang memuat teori

praktik pelaksanaan pendidikan yang menjadi diri diatas landasan dan

dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada

bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya. Sedangkan

Pendidikan Nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan

menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri diatas

landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi

kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlancar mencapai

cita-cita nasional Indonesia. Sehingga Filsafat pendidikan nasional

30
Indonesia dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur dan

menentukan teori dan praktik pelaksanaan pendidikan yang berdiri diatas

landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa “Pancasila” yang diabdikan

demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha

merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

Pokok-pokok fikiran Pendidikan Nasional adalah:

1. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan

disebut sistem PendidikanPancasila

2. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan ketakwaan

terhadap Tuhan YangMaha Esa, kecerdasan, keterampilan,

mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadiandan mempertebal

semangat kebangsaan agar dapat memperkuat kepribadian dan

mempertebalsemangat kebangsaan.

3. Fungsi pendidikan nasional Indonesia adalah untuk mengembangkan

warga negaraIndonesia, baik sebagai pribadi maupun anggota

masyarakat, mengembangkan bangsa Indonesia dan mengembangkan

Kebudayaan Indonesia

4. Unsur-unsur pokok pendidikan nasional adalah pendidikan pancasila,

pendidikan agama, pendidikan watak dan kepribadian, pendidikan

bahasa, pendidikan kesegaran fisik, pendidikan kesenian, pendidikan

ilmu pengetahuan, pendidikan keterampilan, pendidikan peradaban

dan pendidikan kesadaran bersejarah.

31
5. Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional Indonesia adalah asas

semesta, asas pendidikan seumur hidup, asas tanggung jawab

bersama, asas pendidikan, asas keselarasan dan keterpaduan dengan

ketahanan nasional dan wawasan nasional, asas Bhineka Tunggal

Ika,Asas keselarasan, keseimbangan dan keserasian, asas manfaat adil

dan merata.

32
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan

bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau

terapan. Filsafat Pendidikan dapat Diartikan juga upaya mengembangkan

potensi-potensi manusia didik didik dengan baik potensi fisik potensi cipta,

rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi

dalam perjalanan hidupnya.

Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,

kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup

kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam

kajian mengenai masalah-masalah pendidikanFilsafat pendidikan dalam arti

luas dapat dibedakan menjadi dua macamyaitu :

(1) Filsafat Praktek Pendidikan dan

(2) Filsafat Ilmu Pendidikan.

Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 (tiga)

masalah pokok yaitu (1)apakah sebenarnya pendidikan itu; (2) apakah

tujuan pendidikan itu sebenarnya dan (3)dengan cara apa tujuan pendidikan

dapat dicapai.

Filsafat Ilmu Pendidikan membahas mengenai :

33
(1) Struktur ilmu dan

(2) kegunaan bagi kepentingan praktis dan pmengetahui tentang kenyataan.

Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4

(empat) macamyaitu:

1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi

dan pola organisasiIlmu Pendidikan.

2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek

formal dan materialIlmu Pendidikan.

3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara

kerja dalammenyusun ilmu pengetahuan.

4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai

kegunaan teoritis dan praktis Ilmu Pendidikan Filsafat Pancasila yang

muncul pada masa kemerdekaan tahun 1945 dicetuskan olehtokoh-

tokoh perjuangan bangsa. Sebagai sebuah filsafat pendidikan, Pancasila

mengandung pemahaman nilai mengenai metafisika dan ontologi,

epistomologi dan aksiologi sebagai mana yang terkandung dalam

filsafat pendidikan. Kedudukan Pancasila sebagai filsafat

PendidikanIndonesia diperkuat dengan Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional tahun 1989.

B. SARAN

34
DAFTAR PUSTAKA

Amien,A.M., ( 2005 ), Pendidikan Dari Perspektif Sains Baru : Belajar Merajut

Realitas, Lembaga Penerbitan Unhas.

Callahan J.F., Clark,L.H., ( 1983 ), Foundation Of Education,Macmillan

Publishing Co. Inc., New York.

Henderson, S. Van P., Introduction to Phylosopy of Education, The University Of

ChicagoPress, Chicago.

Kneller, G., ( Ed ), ( 1971 ) Foundation Of Education, John Wiley and Sons, New

York.

Noor, M., ( Ed), ( 1987 ) Filsafat dan Teori Pendidikan : Jilid I Filsafat

Pendidikan, SubKoordinator Mata Kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan,

Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIPBandung.

Oesman, O., Alfian, ( Penyunting ) ( 1992 ), pancasila sebagai Ideologi dalam

Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, BP 7

Pusat.

Syarifpudin,T. dan Kurniasih, ( 2008 ), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung,

Percikan Ilmu.

35
36

Anda mungkin juga menyukai