Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

GUGUS FUNGSI

MATA KULIAH: KIMIA ORGANIK


Dosen Pengampu: Rufina Pramudia. S. Si., M. Si

Disusun Oleh:
Ummy Royhanun : (2201011250)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan


karunia-Nya sehingga makalah berjudul “Gugus Fungsi dalam Kimia
Organik” ini telah dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Kimia Organik Farmasi.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang Materi Kimia Organik terutama mengenai gugus fungsi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Terima kasih.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
1.1. Latar belakang....................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
PEMBAHASAN...............................................................................................................7
2.1. Pengertian Gugus Fungsi....................................................................................7
2.2. Macam-Macam Gugus Fungsi...........................................................................7
2.2.1. Asil Halida.................................................................................................7
2.2.2. Alkohol.......................................................................................................8
2.2.3. Alkana........................................................................................................1
2.2.4. Alkena........................................................................................................1
2.2.5. Alkuna........................................................................................................2
2.2.6. Amida.........................................................................................................3
2.2.7. Amina.........................................................................................................4
2.2.8. Asam Karboksilat.......................................................................................5
2.2.9. Eter.............................................................................................................6
2.2.10. Ester...........................................................................................................7
2.2.11. Haloalkana..................................................................................................9
2.2.12. Imina........................................................................................................10
2.2.13. Keton........................................................................................................10
2.2.14. Peroksida..................................................................................................11
2.2.15. Benzen......................................................................................................11
2.2.16. Fosfina......................................................................................................12
2.2.17. Sulfida......................................................................................................12
2.2.18. Tiol...........................................................................................................13
2.2.19. Toluen......................................................................................................14
2.2.20. Tiano........................................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan......................................................................................................16
3.2. Saran................................................................................................................16

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai
struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik
dibangun terutama oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur- unsur
lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang.
Definisi asli dari kimia organik ini berasal dari kesalahpahaman bahwa semua
senyawa organik pasti berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan bahwa
ada beberapa perkecualian. Bahkan sebenarnya, kehidupan juga sangat bergantung
pada kimia anorganik; sebagai contoh, banyak enzim yang mendasarkan kerjanya
pada logam transisi seperti besi dan tembaga, juga gigi dan tulang yang
komposisinya merupakan campuran dari senyama organik maupun anorganik.
Contoh lainnya adalah larutan HCl, larutan ini berperan besar dalam proses
pencernaan makanan yang hampir seluruh organisme (terutama organisme tingkat
tinggi) memakai larutan HCl untuk mencerna makanannya, yang juga digolongkan
dalam senyawa anorganik. Mengenai unsur karbon, kimia anorganik biasanya
berkaitan dengan senyawa karbon yang sederhana yang tidak mengandung ikatan
antar karbon misalnya oksida, garam, asam, karbid, dan mineral. Namun hal ini
tidak berarti bahwa tidak ada senyawa karbon tunggal dalam senyawa organik
misalnya metan dan turunannya.
Senyawa hidrokarbon memiliki sifat tertentu akibat adanya atom selain atom
karbon dan hidrogen di dalamnya. Atom-atom tersebut dinamakan gugus
fungsional senyawa hidrokarbon. Gugus fungsional pada senyawa hidrokarbon
berperan penting dalam kereaktifannya terhadap senyawa atau atom lain. Oleh
karena itu, para Kimiawan banyak mensintesis senyawa hidrokarbon yang
mengandung gugus fungsi berbeda-beda untuk dimanfaatkan dalam berbagai
aplikasi. Kosmetik untuk wanita, cuka yang digunakan pada makanan, dan
pengawet bahan biologis merupakan contoh aplikasi zat yang mengandung
senyawa hidrokarbon dengan gugus fungsi yang berbeda.

5
1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Apa yang dimaksud dengan gugus fungsi?
2. Apa macam-macam gugus fungsi dan sifatnya masing-masing?
1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian gugus fungsi.

2. Untuk mengetahui macam-macam dan sifat gugus fungsi dalam kimia


organik.

6
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Gugus Fungsi

Senyawa hidrokarbon memiliki sifat tertentu akibat adanya atom selain atom
karbon dan hidrogen di dalamnya. Atom-atom tersebut dinamakan gugus
fungsional senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon memiliki sifat tertentu
akibat adanya atom selain atom karbon dan hidrogen di dalamnya. Atom-atom
tersebut dinamakan gugus fungsional senya a hidrokarbon.
Gugus fungsi adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul, yang
berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa
yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip. Gugus
fungsi dalam kimia organik berada pada jumlah yang banyak, tetapi pada makalah
ini hanya dijelaskan bebrapa jenis dari gugus fungsi yang ada.

2.2. Macam-Macam Gugus Fungsi

2.2.1. Asil Halida


Asil halida adalah turunan asam karboksilat yang paling reaktif. Reaktivitas
turunan asam karboksilat ditentukan oleh kebasaan gugus perginya. Basa yang
lemah bersifat lebih elektronegatif, selain itu kecil kemungkinannya
menyumbangkan elektronnya pada karbon karbonil lewat efek resonansi. Ion halida
adalah basa sangat lemah karena asam konjugasinya adalah asam kuat. Oleh karena
itu, asil halida lebih reaktif dibandingkan turunan asam karboksilat lainnya.
Asil halida dapat diubah menjadi turunan asam karboksilat lainnya lewat reaksi
substitusi nukleofilik asil. Asil halida bereaksi dengan ion karboksilat membentuk
anhidrida, dengan alkohol membentuk ester, dengan air membentuk asam
karboksilat, dan dengan amina membentuk amida. Hal ini bisa terjadi karena
nukleofilik yang datang lebih basa dibanding ion halida.
Gugus RCO- adalah sebuah asil halida. Asol klorida adalah asil halida yang
sering digunakan. Asil halida dibuat dengan halogenasi sebuah asam karboksilat,

7
sehingga dinamakan asam halida. Gugus RCO- adalah sebuah asil halida.
Asol klorida adalah asil halida yang sering digunakan. Asil halida dibuat
dengan halogenasi sebuah asam karboksilat, maka dari itu dinamakan asam
halida.
Kegunaan Asil Halida

Sebuah molekul dapat memiliki lebih dari satu gugus asil halida.
Contohnya, adipoil diklorida, atau adipoil klorida. Adipoil klorida memiliki
dua asil klorida. Adipoil klorida digunakan dalam polimerisasi pada senyawa
di-amino organik untuk membentuk poliamida seperti nilon atau polimerisasi
dengan senyawa organik tertentu untuk membentuk poliester.
Dalam kimia, istilah asil halida atau asam halida adalah suatu
senyawa yang diturunkan dari sebuah asam karboksilat dengan menggantikan
gugus hidroksil dengan gugus halida. Jika asam tersebut adalah asam
karboksilat, senyawa tersebut mengandung gugus fungsional -COX, yang
terdiri dari gugus karbonil terikat pada atom halogen seperti pada klorin.
Rumus umum untuk sebuah asil halida dapat dituliskan dengan RCOX, di
mana R dapat sebuah gugus alkil, CO adalah gugus karbonil, dan X
menunjukkan atom halogen.

2.2.2. Alkohol

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut


grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal
ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar
pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu
juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang
dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki
pengertian yang lebih luas lagi.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk
senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat
pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom

8
karbon lain.
Jenis-Jenis Alkohol
Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus
OH pada rantai karbon utama karbon. Ada tiga jenis alkohol antara lain
alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier. Alkohol primer yaitu
alkohol yang gugus –OH nya terletak pada C primer yang terikat langsung
pada satu atom karbon yang lain contohnya : CH3CH2CH2OH (C3H7O).
Alkohol sekunder yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada
atom C sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain. Alkohol tersier
adalah alkohol yang gugus –OH nya terletak pada atom C tersier yang terikat
langsung pada tiga atom C yang lain.

Alkohol diklasifikasikan menjadi primer, sekunder, dan tersier,


berdasarkan jumlah atom karbon terhubung ke atom karbon yang
menanggung gugus hidroksil. Para alkohol primer memiliki rumus umum
RCH2OH; yang sekunder RR'CHOH, dan tersier yang RR'R "COH, dimana
R,, R 'dan R" berdiri untuk kelompok alkil. Etanol dan alkohol n-propil
adalah alkohol primer, alkohol isopropil adalah satu sekunder. Awalan
second-(atau s-) dan tert-(atau t-), konvensional dalam huruf miring, dapat
digunakan sebelum nama gugus alkil untuk membedakan alkohol sekunder
dan tersier, masing-masing, dari yang utama. Sebagai contoh, isopropil
alkohol kadang-kadang disebut sec-propil alkohol, dan alkohol tersier (CH3)
3COH, atau 2-metilpropan-2-ol dalam tata nama IUPAC umumnya dikenal
sebagai tert-butil alkohol atau tert-butanol.

9
2.2.3. Alkana
Hidrokarbon jenuh yang paling sederhana merupakan suatu deret
senyawa yang memenuhi rumus umum CnH2n+2 yang dinamakan alkana atau
parafin. Suku perfama sampai dengan 10 senyawa alkana dapat anda peroleh
dengan mensubstitusikan harga n dan tertulis dalam tabel berikut.

Suku pertama sampai dengan 10 senyawa alkana

Suku titik didih massa 1 mol


n rumus molekul nama
ke (°C/1 atm) dalam g

1 1 CH4 metana -161 16

2 2 C 2H 6 etana -89 30
3 3 C 3H 8 propana -44 44

4 4 C4H10 butana -0.5 58


5 5 C5H12 pentana 36 72
6 6 C6H14 heksana 68 86
7 7 C7H16 heptana 98 100
8 8 C8H18 oktana 125 114
9 9 C9H20 nonana 151 128
10 10 C10H22 dekana 174 142

Alkana-alkana penting sebagai bahan bakar dan sebagai bahan mentah


untuk mensintesis senyawa-senyawa karbon lainnya. Alkana banyak terdapat
dalam minyak bumi, dan dapat dipisahkan menjadi bagian-bagiannya dengan
distilasi bertingkat. Suku pertama sampai dengan keempat senyawa alkana
berwujud gas pada temperatur kamar.

2.2.4. Alkena
Alkena mempunyai gugus fungsi yang berupa ikatan-ikatan rangkap
(double bound). Untuk mengkarakterisasi senyawa yang tidak diketahui
sebagai suatu alkena, kita harus menunjukkan bahwa ia mengalami reaksi

1
khas ikatan karbon-karbon ganda. Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak
jenuh yang memiliki satu ikatan rangkap (C = C). Senyawa yang mempunyai
dua ikatan rangkap disebut alkadiena, yang mempunyai tiga ikatan rangkap
disebut alkatriena, dan seterusnya.

Alkena mempunyai dua keisomeran sebagai berikut.

2.2.4.1. Keisomeran Struktur


Keisomeran struktur, yaitu keisomeran yang terjadi jika rumus molekul
sama, tetapi rumus struktur berbeda. Keisomeran pada alkena mulai ditemukan
pada C4H8 terus ke suku yang lebih tinggi.

2.2.4.2. Keisomeran Geometri


Keisomeran geometri, yaitu keisomeran yang terjadi karena perbedaan
orientasi gugus-gugus di sekitar C ikatan rangkap. Syarat terjadinya isomer
geometri adalah apabila masing-masing atom karbon yang berikatan rangkap
mengikat 2 atom atau 2 gugus yang berbeda, sehingga jika atom atau gugus yang
diikat tersebut bertukar tempat, maka strukturnya akan menjadi berbeda.

2.2.5. Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon yang mengandung satu ikatan rangkap tiga di
antara dua atom karbon. Catat bahwa akhir nama masing-masing adalah -una.
Akhiran ini menunjukkan adanya rangkap tiga di dalam molekul. Rumus umum
untuk alkuna ini adalah CnH2n-2. Alkuna juga merupakan contoh dari deret
homolog.

Ciri-ciri alkuna

 Hidrokarbon tak jenuh mempunyai ikatan rangkap tiga

 Sifat-sifatnya menyerupai alkena, tetapi lebih reaktif

 Pembuatan : CaC2 + H2O → C2H2 + Ca(OH)2

 Sifat-sifat :

1. Suatu senyawaan endoterm, maka mudah meledak

2
2. Suatu gas, tak berwarna, baunya khas

 Penggunaan etuna:

 Pada pengelasan: dibakar dengan O2 memberi suhu yang tinggi (±


3000oC), dipakai untuk mengelas besi dan baja

- Untuk penerangan

- Untuk sintesis senyawa lain

Sifat Fisika Alkuna

Sifat fisis alkuna, yakni titik didih mirip dengan alkana dan alkena.
Semakin tinggi suhu alkena, titik didih semakin besar. Pada suhu kamar,
tiga suhu pertama berwujud gas, suhu berikutnya berwujud cair sedangkan
pada suhu yang tinggi berwujud padat.

2.2.6. Amida
Amida merupakan salah satu turunan asam karboksilat. Turunan-
turunan asam karboksilat memiliki stabillitas dan reaktifitas yang berbeda
tergantung pada gugus terbalik, yang berarti bahwa senyawa yang lebih
stabil umumnya kurang reaktif dan sebaliknya. Karena amida adalah jenis
yang paling stabil, secara logis harus mengikuti bahwa amida tidak dapat
dengan mudah berubah menjadi jenis molekul lain.

Sifat-sifat fisika

Kepolaran molekul senyawa turunan asam karboksilat yang


disebabkan oleh adanya gugus karbonil (-C-), sangat berpengaruh terhadap
sifat-sifat fisiknya (titik didih,titik lebur dan kelarutan) diketahui bahwa
titik didih halida asam, anhidrida asam karboksilat dan ester hampir sama
hampir sama dengan titik didih aldehid dan keton yang berat molekulnya
sebanding. Perlu diingat bahwa aldehid dan keton adalah senyawa yang
juga mengandung gugus karbonil. Khusus untuk senyawa amida, ternyata

3
harga titik didihnya cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan
hidrogen antar molekulnya.

Semua turunan asam karboksilat dapat larut dalam pelarut organik,


sedangkan dalam air kelarutannya tergantung pada jumlah atom karbon
yang terdapat dalam molekulnya. Sebagai contoh, untuk kelompok
senyawa ester yang mengandung 3-5 atom C dapat larut dalam air, tetapi
untuk kelompok senyawa amida yang larut dalam air adalah yang
memiliki 5-6 atom C.

2.2.7. Amina
Amina adalah turunan organik dari amonia. Amina dapat
dikelompokkan sebagai amina primer, sekunder, atau tersier, menurut
banyaknya substituen alkil atau aril yang terikat pada nitrogen. Klasifikasi
halida dan alkohol berdasarkan banyaknya gugus yang terikat pada karbon
yang memiliki halida atau gugus hidroksil itu.

Ikatan dalam suatu amina beranalogi langsung dengan ikatan


dalam amonia, suatu atomnitrogen sp3 yang terikat pada tiga atom atau
gugus lain (H atau R) dan dengan sepasang elektronmenyendiri dalam
orbital sp3 yang tersisa. Dalam garam amina atau garam amonium
kuartener,pasangan elektron menyendiri membentuk ikatan sigma
keempat. Kation beranalogi dengan ion amonium.

Karena tidak mempunyai ikatan NH, amina tersier dalam bentuk


cairan murni tidak dapatmembentuk ikatan hidrogen. Titik didih amina

4
tersier lebih rendah daripada amina primer atau sekunder yang bobot
molekulnya sepadan, dan titik didihnya lebih dekat ke titik didih alkana
yangbobot molekulnya bersamaan. Amina berbobot molekul rendah larut
dalam air karena membentuk ikatan hidrogen dengan air.Amina tersier
maupun amina sekunder dan primer dapat membentuk ikatan hidrogen
karena memilikipasangan elektron menyendiri yang dapat digunakan
untuk membentuk ikatan hidrogen dengan air.

Sifat amina yang merupakan basa yang lebih kuat makan


mempunyai asam konjugat yang jauhlebih lemah karena pKa lebih rendah.
Sifat-sifat struktural yang sama yang mempengaruhi kuat asamrelatif dari
asam karboksilat dan fenol juga mempengaruhi kuat basa relatif dari
amina.

2.2.8. Asam Karboksilat


Asam karboksilat (R–CO–OH) mengandung gugus karbonil dan
gugus hidroksil. Walaupun gugus karboksilat merupakan gabungan gugus
karbonil dan gugus hidroksil, tetapi sifat-sifat gugus tersebut tidak muncul
dalam asam karboksilat karena menjadi satu kesatuan dengan ciri
tersendiri. Ester adalah turunan dari asam karboksilat dengan mengganti
gugus hidroksil oleh gugus alkoksi dari alcohol

Sifat-sifat

Dua asam karboksilat paling sederhana adalah asam metanoat dan


asam etanoat, masing-masing memiliki titik didih 101 °C dan 118 °C.
Tingginya titik didih ini disebabkan oleh adanya tarik menarik antar
molekul asam membentuk suatu dimer.

5
Ditinjau dari gugus fungsionalnya, asam karboksilat umumnya
bersifat polar, tetapi kepolaran berkurang dengan bertambahnya rantai
karbon. Makin panjang rantai atom karbon, makin berkurang
kepolarannya, akibatnya kelarutan di dalam air juga
berkurang.Sebagaimana alkohol, empat deret pertama asam karboksilat
(format, etanoat, propanoat, dan butanoat) dapat larut baik di dalam air.
Asam pentanoat dan heksanoat sedikit larut, sedangkan asam karboksilat
yang rantai karbonnya lebih panjang tidak larut.

2.2.9. Eter
Eter adalah nama senyawa kimia yang memiliki gugus eter (atom
oksigen yang diikat 2 substituen (alkil/aril)). Senyawa eter biasanya
dipakai sebagai pelarut dan obat bius. Molekul eter tidak dapat
membentuk ikatan hidrogen sehingga titik didihnya rendah. Eter sedikit
polar (lebih polar dari alkena). Eter dapat dikatakan sebagai basa lewis dan
dapat membentuk polieter.

Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan
jarak C-O sekitar 140 pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah.
Menurut teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah
sp3.

Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen


yang berada pada posisi alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam
daripada hidrogen senyawa hidrokarbon.

Sifat-sifat fisika

Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan


sesamanya, sehingga mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih
yang relatif rendah dibandingkan dengan alkohol.

6
Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110
derajat, sehingga dipol C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya.
Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester,
ataupun amida. walau demikian, keberadaan dua pasangan elektron
menyendiri pada atom oksigen eter, memungkinkan eter berikatan
hidrogen dengan molekul air.Eter dapat dipisahkan secara sempurna
melalui destilasi.

Eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut


dalam air karena atom oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen
dibandingkan dengan eter-eter alifatik lainnya.

Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh


asam-asam mineral seperi asam bromat dan asam iodat. Asam klorida
hanya membelah eter dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan
menghasilkan metil halida:

ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH

Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan


boron tribomida (dalam beberapa kasus aluminium klorida juga dapat
digunakan) dan menghasilkan alkil bromida. Berganting pada
substituennya, beberapa eter dapat dibelah menggunakan berbagai jenis
reagen seperti basa kuat.

2.2.10. Ester
Ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui
penggantian satu (atau lebih) atom hidrogen pada gugus hidroksil dengan
suatu gugus organik (biasa dilambangkan dengan R'). Asam oksigen
adalah suatu asam yang molekulnya memiliki gugus -OH yang
hidrogennya (H) dapat menjadi ion H+.

Gugus fungsional ester (R–COOR’). Ester adalah senyawa yang


dapat dianggap turunan dari asam karboksilat dengan mengganti ion

7
hidrogen pada gugus hidroksil oleh radikal hidrokarbon. Beberapa contoh
ester ditunjukkan berikut ini.

Gugus –OH dari gugus karboksil diganti oleh gugus –OR’. Dalam
ester, R dan R’ dapat sama atau berbeda.

Sifat dan Kegunaan Ester

Ester dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam atau basa.


Hidrolisis ester disebut juga reaksi penyabunan. Hidrolisis ester tiada lain
adalah mengubah ester menjadi alkohol dan garam yang berasal dari
turunannya. Misalnya, hidrolisis etil asetat. Proses hidrolisis berlangsung
sempurna jika dididihkan dengan pelarut basa, seperti NaOH. Reaksi
penyabunan bukan merupakan reaksi kesetimbangan sebagaimana pada
esterifikasi sebab pada akhir reaksi, ion alkoksida mengikat proton dari
asam karboksilat dan terbentuk alkohol yang tidak membentuk
kesetimbangan.

Ester adalah nama dari gugus fungsi -COO- yang terdapat pada
golongan senyawa alkil alkanoat. Rumus umum ester adalah RCOOR atau
CnH2nO2. Ester adalah turunan dari asam karboksilat atau asam alkanoat,
RCOOH. Sebab itu kedua golongan senyawa ini memiliki rumus molekul
yang sama, sehingga keduanya adalah pasangan isomer fungsi, yaitu

8
isomer yang memiliki rumus molekul sama, CnH2nO2 namun rumus
strukturnya berbeda karena adanya perbedaan gugus fungsi.

Ester dapat dibuat melalui reaksi esterifikasi, yaitu reaksi


pembentukan ester dari asam alkanoat dan alkanol. Reaksi ini merupakan
reaksi kesetimbangan, jadi memerlukan katalis untuk mempercepat
tercapainya keadaan setimbang. Katalis yang digunakan adalam asam
sulfat. Contoh, asam asetat (asam etanoat) dengan alkohol (etanol)
membentuk etil etanoat atau etil asetat.

Sifat Fisik

 Lebih polar dari eter tapi kurang polar dibandingkan alcohol

 Semakin panjang rantainya, ester semakin tidak larut dalam air

 Dalam ikatan hidrogen, ester berperan sebagai akseptor hidrogen,


tapi tidak dapat berperan sebagai donor hydrogen

 Lebih volatil dibandingkan asam karboksilat dengan berat


molekuler yang sama

Sifat Kimia
 Dapat mengalami hidrolisis
 Dapat mengalami reaksi penyabunan

2.2.11. Haloalkana
Haloalkana adalah senyawa karbon yang mengandung halogen. X
adalah atom halogen (F, Cl, Br, I). Dengan kata lain, haloalkana adalah
senyawa karbon turunan alkana yang atom H-nya diganti oleh atom
halogen.Haloalkana memiliki rumus umum :
CnH2n+1X
Sifat-sifat
Senyawa klorometana dan kloroetana berwujud gas pada suhu
kamar dan tekanan normal. Haloalkana yang lebih tinggi berupa cairan
mudah menguap. Titik didih isomer haloalkana berubah sesuai urutan

9
berikut: primer > sekunder > tersier, seperti ditunjukkan pada tabel
berikut.

Ikatan C-F memiliki nilai entalpi disosiasi yang paling besar,


diikuti C-Cl, C- Br, dan C-I. Hal ini menunjukkan haloalkana yang
mengandung C-F bersifat sangat stabildan sulit bereaksi. Ikatan C-Cl tidak
begitu kuat namun tetap masih stabil dan cukup inert. Ikatan C-Br dan C-I
semakin kurang stabil sehingga lebih mudah bereaksi.Disamping itu,
haloalkana juga memiliki ikatan karbon dan halogen yang agak polar
sehingga di dalam reaksinya cenderung tertarik ke pereaksi polar/ionic
seperti -OH.

2.2.12. Imina
Imina adalah gugus fungsi turunan amina. Sebuah kelas senyawa
yang merupakan produk dari reaksi kondensasi aldehida atau keton dengan
amonia atau amina, mereka memiliki radikal NH terikat pada atom karbon
dengan ikatan ganda, R_HC_NH, contoh adalah benzaldimine. Pada reaksi
Mannich, amonia atau amina primer atau sekunder digunakan untuk
aktivasi formaldehida.

2.2.13. Keton
Keton (R–CO–R') tergolong senyawa karbonil karena memiliki
gugus fungsional C=O, dan atom karbon pada gugus karbonil
dihubungkan dengan dua residu alkil (R), dan atau aril (Ar).

10
Sifat-sifat
Keton dengan jumlah atom C rendah (C1 – C5) berwujud cair pada
suhu kamar.Oleh karena keton memiliki gugus karbonil yang polar maka
senyawa keton larut dalam pelarut air maupun alkohol. Kelarutan senyawa
keton berkurang dengan bertambahnya rantai alkil.Adanya kepolaran
menimbulkan antaraksi antarmolekul keton sehingga senyawa keton
umumnya memiliki titik didih relatif tinggi dibandingkan dengan senyawa
non polar yang massa molekulnya relatif sama.

2.2.14. Peroksida
Peroksida adalah larutan berair dari hidrogen peroksida (HOOH or
H2O2), senyawa yang dijual sebagai disinfektan atau pemutih ringan.
Dalam kimia organik peroksida adalah suatu gugus fungsional dari sebuah
molekul organik yang mengandung ikatan tunggal oksigen-oksigen (R-O-
O-R'). Jika salah satu dari R atau R' merupakan atom hidrogen, maka
senyawa itu disebut hidroperoksida (R-O-O-H). Radikal bebas HOO
disebut juga radikal hidroperoksida, yang dianggap terlibat dalam reaksi
pembakaran hidrokarbon di udara.
Ion perokida mengandung dua elektron lebih banyak daripada
molekul oksigen. Menurut teori orbital molekul, kedua elektron ini
memenuhi dua orbital π* (orbital antiikatan). Hal ini mengakibatkan
lemahnya kekuatan ikatan O-O dalam ion peroksida dan peningkatan
panjang ikatannya: Li2O2 memiliki panjang ikatan 130 pm dan BaO2 147
pm. Selain itu, hal ini juga menyebabkan ion peroksida bersifat
diamagnetik.

2.2.15. Benzen
Benzena, juga dikenal dengan rumus kimia C6H6, PhH, dan
benzol, adalah senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak
berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai bau yang manis. Benzena
terdiri dari 6 atom karbon yang membentuk cincin, dengan 1 atom
hidrogen berikatan pada setiap 1 atom karbon. Benzena merupakan salah

11
satu jenis hidrokarbon aromatik siklik dengan ikatan pi yang tetap.
Benzena adalah salah satu komponen dalam minyak bumi, dan merupakan
salah satu bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang penting
dalam dunia industri.
Sifat Fisik
 Zat cair tidak berwarna
 Memiliki bau yang khas
 Mudah menguap
 Tidak larut dalam pelarut polar seperti air air, tetapi larut dalam
pelarut yang kurang polar atau nonpolar, seperti eter dan
tetraklorometana
 Titik Leleh : 5,5 oC Titik didih : 80,oC Densitas : 0,88
Sifat Kimia
 Bersifat kasinogenik (racun)
 Merupakan senyawa nonpolar
 Tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar dengan menghasilkan
banyak gejala
 Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi

2.2.16. Fosfina
Fosfina adalah nama umum dari fosforus hidrida (PH3), juga
disebut dengan nama fosfana (phosphane), dan kadang-kadang fosfamina.
Fosfina merupakan gas tak berwarna dan dapat terbakar dengan titik didih
88 °C. Fosfina murni tidak berbau. Fosfina merupakan zat yang beracun.

2.2.17. Sulfida
Sulfida merupakan tioter. Sturkturnya analog dengan eter, dengan
belerang sebagai pengganti oksigen. Penamaannya sama dengan eter.
Dalam susunan berkala belerang terletak tepat dibawah oksigen. Bayak
senyawa organik yang mengandung oksigen mempunyai analog belerang.

12
Analog belerang dari suatu alkohol disebut alkanatiol (tiol) atau dengan
nama lama merkaptan. Gugus –SH disebut gugus tiol atau gugus sulhidril.
Rumus Kimia Selenium Disulfida: SeS2

2.2.18. Tiol
Dalam kimia organik, tiol adalah sebuah senyawa yang
mengandung gugus fungsi yang terdiri dari atom sulfur dan atom hidrogen
(-SH). Sebagai analog sulfur dari gugus alkohol (-OH), gugus ini dirujuk
baik sebagai gugus tiol ataupun gugus sulfhidril. Secara tradisional, tiol
sering dirujuk sebagai merkaptan. Istilah merkaptan berasal dari Bahasa
Latin mercurium captans, yang berarti 'menggenggam raksa', karena gugus
-SH mengikat kuat unsur raksa.
Sifat Fisika
 Bau
Banyak senyawa tiol adalah cairan dengan bau yang mirip dengan bau
bawang putih. Bau tiol sering kali sangat kuat dan menyengat, terutama
yang bermassa molekul ringan. Tiol akan berikatan kuat dengan protein
kulit.
 Titik didih dan kelarutan
Oleh karena perbedaan elektronegativitas yang rendah antara hidrogen
dengan sulfur, ikatan S-H secara praktis bersifat kovalen nonpolar.
Sehingga ikatan S-H tiol memiliki momen dipol yang lebih rendah
dibandingkan dengan ikatan O-H alkohol. Tiol tidak menampakkan efek
ikatan hidrogen, baik terhadap molekul air, maupun terhadap dirinya
sendiri. Oleh karena itu, tiol memiliki titik didih yang rendah dan kurang
larut dalam air dan pelarut polar lainnya dibandingkan dengan alkohol.
Sifat Kimia
 Sintesis
Metode pembuatan tiol mirip dengan pembuatan alkohol dan eter.
Reaksinya biasanya lebih cepat dan berendemen lebih tinggi karena anion
sulfur merupakan nukleofil yang lebih baik daripada atom oksigen/Tiol

13
terbentuk ketika halogenoalkana dipanaskan dengan larutan natrium
hidrosulfida.
 Reaksi
Gugus tiol merupakan analog sulfur gugus hidroksil (-OH)
yangditemukan pada alkohol. Oleh karena sulfur dan oksigen berada
dalam golongan tabel periodik yang sama, ia memiliki sifat-sifat ikatan
kimia yang mirip.
 Keasaman
Atom sulfur tiol lebih nukleofilik daripada atom oksigen pada alkohol.
Gugus tiol bersifat sedikit asam dengan pKa sekitar 10 sampai 11. Dengan
keberadaan basa, anion tiolat akan terbentuk, dan merupakan nukleofil
yang sangat kuat.

2.2.19. Toluen
Toluena adalah suatu senyawa tidak berwarna, cairan berbau
aromatik yang khas dimana tidak setajam benzena. Asal kata toluena
diambil dari sebuah resin alami, kata tolu, merupakan sebuah nama dari
sebuah kota kecil di Colombia, Amerika Selatan. Toluena ditemukan
antara produk degradasi dengan cara pemanasan resin tersebut. Toluena
dikenal juga sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana yaitu cairan bening
tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma seperti pengencer cat
dan berbau harum seperti benzena.
Sifat Fisika
 Massa Molar: 92,14 gr/mol
 Temperatur leleh normal: 178,15 0K
 Titik didih normal: 383,15 0K
 Densitas
 Padat pada 93,15 0K : 11,18 L/mol
 Cair pada 298,15 0K : 9,38 L/mol
 Tekanan kritis : 4,108 Mpa
 Temperatur kritis : 591,8oK

14
 Volume kritis : 0,316 L/mol
 Faktor kompresibilitas kritis : 0,264
 Viskositas : 0,548 mPa.s (cPa)
 Panas pembentukan : 50,17 kJ/mol
 Panas penguapan : 33,59 kJ/mol
 Panas pembakaran : -3734 kJ/mol
Sifat Kimia
- Reaksi hidrogenasi, dengan katalis nikel, platinum atau paladium dapat
menjenuhkan cincin aromatik sebagian maupun keseluruhan,
menghasilkan benzena, metana dan bifenil.
- Reaksi oksidasi, dengan katalis kobalt, mangan atau bromida pada fase
cair menghasilkan asam benzoat.
- Reaksi substitusi oleh metil, pada temperatur tinggi dan reaksi radikal
bebas. Klorinasi pada 100oC atau dengan ultraviolet membentuk benzil
klorida, benzal klorida dan benzotriklorida.
- Reaksi substitusi oleh logam alkali menghasilkan normal-propil benzena,
3- fenil pentana, dan 3-etil-3-fenil pentana.

2.2.20. Tiano
Gugus siano (C N) merupakan gugus pendeaktivasi cincin yang
mendeaktifkan cincin yang mengikatnya, dan bagian cincin yang lebih
aktif terhadap serangan elektrofil adalah cincin di sebelahnya. Gugus siano
juga merupakan gugus pengarah meta, sehingga posisi 5 yang
berhubungan dengan posisi 1 sebagai ‘meta-like’ (atau berhubungan 1,3)
menjadi posisi substitusi yang paling disukai.

15
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penulisan makalah ini yaitu :


1. Gugus fungsi adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam
molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia
pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama
memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip.

2. Macam-macam gugus fungsi yaitu asil halida, alkohol, aldehida,


alkana, alkena, alkuna, amida, amina, toluen, asam karboksilat, siano,
eter, ester, haloalkana, imina, keton, peroksida, benzen, fosfina,
sulfide dan tiol

3.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah
pengetahuan mengenai gugus fungsi sangat penting, sehingga tidak hanya
teori sebaiknya praktikum tentang gugus fungsi juga dilakukan.

16
DAFTAR REFERENSI

Budimarwanti, C., 2009, Sintesis Senyawa 4-Hidroksi -5-Dimetilaminometil-3-


Metoksibenzil Alkohol dengan Bahan Dasar Vanilin Melalui Reaksi Mannich,
Seminar Nasional Kimia Jurusan Pendidikan FMIPA UNY.

Cipto dan Jojo, K., 2003, Harga Diri Dan Konformitas Terhadap Kelompok
Dengan Perilaku Minum Minuman Beralkohol Pada Remaja, Proyeksi, Vol. 5 (1),
ISSN:1907-8455, Universitas Sultan Agung.

Fessenden, R. J. dan Joan S. F., 1982, Kimia Organik, Edisi Ketiga Jilid 1,
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Oxtoby, 2003, Prinsip-prinsip Kimia Modern, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Suaniti, N.M. A.A., Gede Sudewa Djelantik, I Ketut Suastika, dan I Nyoman
Mantik Astawa, 2011, “Aldehid Dehidrogenase Dalam Tikus Wistar Sebagai
Biomarker Awal Konsumsi Alkohol Secara Akut”, Jurusan Kimia FMIPA
UNUD, Kampus Bukit Jimbara, Bandung.

Sulaiman, A.H., 1995, Kimia Anorganik, USU Press: Medan.

17

Anda mungkin juga menyukai