Anda di halaman 1dari 26

INOVASI PEMANFAATAN SISA KULIT BUAH SEMANGKA MERAH DENGAN MENGGUNAKAN

MAGGOT (LARVA BLACK SOLDIER FLY) SEBAGAI UPAYA PENURUNAN SAMPAH ORGANIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat


Dosen Pengampu : Samingan, SE, M.Kes

Dibuat Oleh :

Nanda Annissa Devianti


NPM 235059014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA


2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Tugas Mata
Kuliah Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat yang berjudul “Inovasi Pemanfaat Sisa Kulit
Buah Semangka Merah dengan Menggunakan Maggot (Larva Black Soldier Fly) sebagai Upaya
Penurunan Sampah Organik”

Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Samingan, SE, M.Kes selaku dosen mata kuliah pengorganisasian dan pemberdayaan
masyarakat

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya mohon maaf
atas segala kekurangannya.

Jakarta, Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum .............................................................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................4
2.1 Pengertian Sampah ...........................................................................................................4
2.1.1 Karakteristik Sampah .............................................................................5
2.1.2 Sumber Sampah ......................................................................................6
2.1.3 Sistem Pengelolaan Sampah ...................................................................6
2.2 Black Soldier Fly & Maggot Black Soldier Fly ................................................................9
2.2.1 Habitat Maggot (Larva Black Soldier Fly) ...........................................10
2.2.2 Makanan Maggot (Larva Black Soldier Fly) ........................................11
2.2.3 Siklus Hidup Maggot (Larva Black Soldier Fly) .................................11
2.2.4 Reduksi Sampah Organik dengan Larva Black Soldier Fly..................13
2.3 Buah Semangka (Citrullus lanatus) ..............................................................................13
BAB III METODE PEMBUATAN DAN INOVASI ..............................................................14
3.1 Metode Pembuatan .........................................................................................................14
3.1.1 Bahan......................................................................................................................14
3.1.2 Prosedur Kerja........................................................................................................14
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................................16
4.1 Suhu ................................................................................................................................16
4.2 Kelembapan ....................................................................................................................17
4.3 Kadar Air ........................................................................................................................18
4.4 Berat Sampah ..................................................................................................................19
4.5 Berat Maggot ..................................................................................................................19
BAB V KESEIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................21
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................21
5.2 Saran ...............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Banyaknya aktivitas yang dilakukan pada kegiatan sehari-hari menimbulkan suatu material sisa
yang tidak dapat diinginkan lagi. Material tersebut apabila dibiarkan menimbun begitu saja tanpa
adanya penanganan yang tepat dapat menyebabkan masalah yang serius bagi lingkungan. Material
sisa itulah yang biasa disebut dengan sampah.

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau suatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia
dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah berkaitan erat dengan kesehatan masyarakat, karena dari
sampah tersebut akan hidup mikroorganisme penyebab penyakit dan juga binatang serangga
pemindah atau penyebar penyakit (vektor).

Jenis- jenis sampah bedasarkan sifatnya terbagi menjadi tiga yakni sampah organic atau
degradable yang merupakan jenis sampah yang mudah membusuk, contohnya seperti sayuran, buah-
buahan , daun kering dan lainya. Kedua, sampah anorganik atau undegradable merupakan sampah
yang tidak mudah membusuk , antara lain seperti plastik wadah, kertas, botol, gelas minuman dan
lainya. Ketiga, sampah beracun atau B3, biasanya sampah ini berasal dari limbah rumah sakit,
limbah pabrik atau lainya.

Menurut Kementrian LHK jumlah Timbulan Sampah Nasional pada tahun 2020 mencapai 67,8
juta ton. Jumlahnya dipastikan akan terus meningkat dengan seiring pertumbuhan jumlah penduduk.
Dibutuhkan kebijakan dan upaya luar biasa untuk mengatasinya, apabila hanya sebatas business as
usual, diperkirakan pada tahun 2050 komposisi sampah akan bertambah lebih dari dua kali lipat
menjadi 35% dari sampah yang ada saat ini.

Bedasarkan permasalahan tersebut salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
jumlah timbulan sampah ialah dengan Penanganan atau Pengelolaan yang tepat. Pengelolaan sampah
ialah pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, atau mendaur ulang. Sampah organik sendiri dapat
dilakukan pengelolaan dengan mengubahnya menjadi hal yang dan bernilai ekonomis, yakni salah
satunya dengan menggunakan Maggot atau Larva Black Soldie Fly.

Maggot atau Larva BSF (Black Soldie Fly) merupakan jenis Larva yang sangat aktif memakan
berbagai bahan organik seperti buah-buahan, sayuran , sampah pasar, sampah dapur , limbah ikan,

1
serta kotoran hewan ternak. Lalat BSF (Black Soldie Fly) tidak teridentifikasi sebagi vektor
penyakit, baik masih dalam bentuk Larva maupun ketika sudah menjadi Lalat dewasa. Pemanfaatan
Magot sebagai pengurai sampah juga telah dilakukan oleh negara-negara berkembang lainya.

Mengelola sampah Organik dengan Maggot ini juga memiliki nilai keuntungan. Pertama, Magot
atau larva belatung yang dihasilkan dari telur lalat hitam (Black Soldier Fly) sangat aktif memakan
sampah organik dan sangat cepat untuk diuraikan menjadi pupuk. Kedua, tidak menimbulkan bau
karena sampah organik yang diberikan pada Maggot akan segera dimakan sehingga tidak akan
menimbulkan bau yantidak sedap. Ketiga, Maggot yang memakan sampah organik tersebut dapat
dijadikan pupuk alami, sehingga bernilai ekonomis tinggi. Keempat, Maggot mengandung protein
yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai alternative pakan ternak yang murah. Kelima,
dibandingkan mengolah sampah organik dengan teknolgi, mengolah sampah dengan maggot jauh
lebih murah. Hanya diperlukan larva Maggot, kain kassa, juga bak atau wadah untuk memelihara
maggot.

Bedasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat upaya pemanfaatan maggot
sebagai pengurai sampah organik untuk dijadikan topik dalam tugas mata kuliah Pengorganisasian dan
Pemberdayaan Masyarakat “Inovasi Pemanfaat Sisa Kulit Buah Semangka Merah dengan Menggunakan
Maggot (Larva Black Soldier Fly) sebagai Upaya Penurunan Sampah Organik”

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana hasil pemanfaatan
buah semangka merah dengan maggot sebagai upaya penurunan sampah organik?

1.3 Tujuan
1. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui terhadap pengurangan timbulan sampah organik sisa
kulit buah semangka dengan penggunaan Maggot ( Larva Black Soldie Fly) untuk upaya
mengurangi limbah rumah tangga yang di hasilkan.
2. Mengetahui efektivitas penurunan sampah organik sisa kulit buah semangka dengan
menggunakan Maggot.

1.4 Manfaat
1. Bagi Objek Penelitian
Untuk menambah referensi dan masukan dalam pengembangan selanjutnya

2
Bagi Pendidikan
2. Bagi Masyarakat
Sebagai masukkan informasi dalam mengurangi timbulan sampah yang ada pada lingkungan serta
memberikan nilai ekonomis
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah referensi kepustakaan, dan sebagai tambahan untuk bahan
acuan bagi peneliti selanjutnya

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Sampah

Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang sampah secara umum, menurut para ahli, sesuai aturan,
hingga menurut WHO.:

1. Pengertian Sampah Secara Umum

Secara umum sampah dapat diartikan sebagai semua benda yang sudah tidak digunakan lagi oleh
makhluk hidup, sehingga sifatnya menjadi buangan. Jadi benda sisa yang dihasilkan oleh manusia,
hewan, bahkan tumbuhan semuanya berpotensi dianggap sebagai sampah selama tidak digunakan lagi.

Sampah juga bisa didefinisikan sebagai material sisa dari rumah tangga dan produksi industri yang
dibuang. Material sisa tersebut dapat berwujud zat padat, cair, hingga gas. Tidak jarang material
seperti itu adalah bahan utama penyebab pencemaran lingkungan.

2. Pengertian Sampah Menurut Ahli

Menurut Azwar, sampah merupakan sebagian dari sesuatu yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi,
atau memang harus dibuang. Umumnya sampah dihasilkan dari kegiatan manusia, termasuk produksi
industri, namun bukan berasal dari sesuatu yang bersifat biologis seperti kotoran manusia atau human
waste.
Sementara itu, Basriyanta berpendapat bahwa sampah merupakan material yang sudah tidak
dibutuhkan dan tidak berguna lagi, sehingga pemilik membuangnya. Meskipun begitu, sampah
masih dapat berguna kembali jika didaur ulang untuk menghasilkan sesuatu yang baru.

3. Pengertian Sampah Menurut Aturan yang Berlaku

Pengertian sampah diatur di dalam Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
sampah yang dimaksud yaitu sisa kegiatan sehari-hari manusia atau sisa proses alam yang dapat
berbentuk padat atau semi padat, dapat berupa zat organik atau organik, dan bersifat bisa terurai atau
tidak bisa terurai yang dianggap tidak berguna dan dibuang ke lingkungan.

4. Pengertian Sampah Menurut WHO

Menurut World Health Organization atau WHO selaku badan kesehatan dunia, sampah adalah barang
yang dihasilkan dari kegiatan manusia dan sudah tidak digunakan lagi dalam artian tidak disenangi,
tidak dipakai, ataupun memang ingin dibuang. Sederhananya, benda yang tidak disenangi dan dibuang

4
ke alam adalah sampah. (rimbakita.com, 2019)
2.1.1. Karakteristik Sampah

(Puspawati, 2011) Karakteristik dibedakan menjadi beberapa karakter yaitu sebagai berikut :
1. Sampah Basah (Garbage)
Sampah basah adalah jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah
membusuk dan berasal dari rumah tangga.

2. Sampah Kering (Rubbish)


Sampah kering adalah sampah yang terdiri dari dari sampah yang berasal dari perkantoran,
perdagangan baik yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, platik. Maupun yang tidak mudah
terbakar seperti kaleng, bekas,klip, pecahan kaca, gelas, dan sebagainya.
3. Abu (Ashes)
Sampah yang berasal dari sisa-sisa pembakaran dan bahan yang mudah terbakar termasuk abu rokok.

4. Sampah jalanan (Street sweeping)


Sampah yang berasal dari pembersihan jalan dan trotoar yang terdiri dari bermacam- macam sampah.

5. Bangkai Binatang (Dead Animal)


Sampah yang berasal dari bangkai-bangkai yang mati karena alam, ditabrak kendaraan atau dibuang
oleh orang.

6. Houshold Refuse
Sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal dari perumahan.

7. Bangkai Kendaraan (Abandonded Vehicles)


Sampah yang berasal dari bangkai-bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.

8. Sampah Industri
Sampah padat yang terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri atau pabrik.

9. Sampah Pembangunan (Construction Wastes)


Sampah yang bersal dari proses pembangunan gedung, rumah, dan sebagainya berupa puing-puing,
potongan-potongan, kayu, besi, beton, bamboo, dan sebagainya.
10. Sampah Khusus

5
Sampah yag memerlukan penanganan khusus misalnya kaleng-kaleng cat, zat radioaktif.

2.1.2. Sumber Sampah

Sumber-sumber sampah menurut Arif Sumantri (2010) berasal dari, sebagai berikut:
1. Permukiman penduduk
Sampah di suatu permukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam
suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya
sisa makanan dan bahan sisa proses pengelolaan sampah basah (garbage), sampah kering (rubbis), abu,
atau sampah sisa tumbuhan.

2. Tempat Umum dan tempat Perdagangan


Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan,
termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan di tempat semacam itu berupa sisa-sisa
makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa- sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang
sampah berbahaya.

3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah.

Sarana layanan masyarakat yang dimakasud disini antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum,
tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misal, rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung
pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang lain. Tempat ini biasanya menghasilkan
sampah khusus dan sampah kering.

4. Industri berat dan ringan


Dalam pengertian ini termasuk indusri makanan dan minuman, indutri kayu, industri kimia, industri
logam, tempat pengelolaan industri air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yamg
sifatnya distributif atau memprose bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya
sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

2.1.3. Sistem Pengelolaan Sampah

Menurut Budiman (2007) ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik,
diantaranya, tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber, tahap pengangkutan dan tahap
pemusnahan.
1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber

Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel dan sebagainya) ditempatkan dalam

6
tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering
sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya.
Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan
berikut ini.

 Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.


 Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.
 Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam dipo (rumah
sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga.
Pengelolaannya dapat diserahkan pada pihak pemerintah.
Untuk membangun suatu dipo, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya:
 Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut
sampah.
 Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah.
 Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan binatang lain masuk
ke dalam dipo.
 Ada kran air untuk membersihkan.
 Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat dan tikus.
 Mudah dijangkau masyarakat.
 Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode:
 Sistem duet: tempat sampah kering dan tempat sampah basah.
 Sistem trio: tempat sampah basah, sampah kering dan tidak mudah terbakar.
1. Tahap Pengangkutan
Dari dipo, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan
mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota.

2. Tahap Pemusnahan
Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:

a. Sanitary landfill

Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah
dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan
demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka.

dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik
harus memenuhi persyaratan berikut.

7
 Tersedia tempat yang luas.
 Tersedia tanah untuk menimbunnya.
 Tersedia alat-alat besar.

Lokasi Sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai lagi dapat dimanfaatkan sebagai tempat
pemukiman, perkantoran dan sebagainya.
b. Inceneration
Inceneration atau insenerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar
sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain:
 Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.
 Tidak memerlukan ruang yang luas.
 Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.
 Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan.

Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini:


 Biaya besar.
 Lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk.

c. composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman
pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk
d. Hot feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (mis., babi). Perlu diingat bahwa sampah basah tersebut
harus diolah lebih dahulu (dimasak aau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan
trichinosis ke hewan ternak.
e. Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat
efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang baik.
f. Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau tempat sampah.
g. Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan
yang dapat menimbulkan bahaya banjir.

8
h. Individual inceneration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasanya dilakukan oleh penduduk terutama di daerah
perdesaan.
i. Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau daur ulang. Contoh bagian
sampah yang dapat di daur ulang, antaralain, plastik, gelas, kaleng, besi dan sebagainya.

j. Reduction

Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis garbage) sampai ke
bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan lemak.

k. Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas bekas. Bahayanya adalah bahwa
metode ini dapat menularkan penyakit.
2.2. Black Soldier Fly & Maggot Black Soldier Fly

Black Soldier Fly / Hermetia illucens (latin) / Lalat Tentara Hitam (indonesia) adalah satu
jenis lalat dari sekian banyak yang tersebar di dunia yang memiliki banyak kelebihan dan manfaat bagi
manusia. kata "fly" disini artinya adalah "lalat". Memiliki Taksonomi sebagai berikut :

Kerjaan : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Stratiomyidae
Genus : Hermetia
Spesies : Hermetia illucens

Black soldier Fly (BSF) dan Maggot BSF adalah dua istilah / nama dari satu "jenis" hewan yang sama
yang mempunyai perbedaan bentuk dan nama karena memiliki fase metamorfosis dalam siklus hidupnya
seperti kupu-kupu dan ulat. BSF sendiri melekat pada fase lalat nya, dan maggot tentu saja pada fase larva
nya.

Dalam fase hidup nya (lalat) yang singkat hanya sekitar rata-rata 7 hari, BSF ini tidak makan dan hanya
minum. Untuk itu BSF ini adalah jenis lalat yang bukan merupakan vector penyakit seperti lalat
hijau/lalat sampah, yang hinggap dan makan pada tumpukan sampah lalu masuk ke rumah-rumah dan
hinggap pada makanan kita. BSF adalah jenis lalat yang bersih dan bersahabat dengan manusia

9
berdasarkan karakternya

Seperti hewan lain pada umumnya, BSF berjenis kelamin jantan dan betina, dari seekor betina menurut
penelitian (pihak lain) akan menghasilkan sejumlah telur setelah melakukan mating (kawin). Jumlah telur
yang dihasilkan seekor betina berjumlah 500- 900 buah telur yang akhirnya akan menetas dan menjadi
larva.

BSF dapat kita budidayakan dalam sebuah kandang sehingga kebutuhan akan telur- telurnya dapat
dihasilkan secara menerus (sustainable). Sinar matahari merupakan sarat mutlak dalam mendukung
aktifitas BSF, oleh karenanya iklim tropis yang dimiliki oleh kita di Indonesia sangat mendukung dalam
budidayanya ini.

Maggot BSF adalah fase yang dimulai sejak telur-telur dari bsf ini menetas. Larva atau Maggot bsf ini
memberikan banyak manfaat bagi manusia. Selama hidupnya maggot ini memakan hal-hal yang bersifat
organik, dan ini dapat dimanfaatkan untuk menekan limbah organik yang sudah lama ini menjadi masalah
serius bagi kita termasuk pemerintah.

Kemampuan mereka dalam melahap makanan organik ini sangat fantastis, dari jumlah
10.000 larva dapat menghabiskan 1Kg makanan organik dalam 24 jam. Jika satu ekor betina dapat
menghasilkan 500 telur (minimal dari jumlah hasil penelitian 500-900bh telur), makan hanya dibutuhkan
20 ekor betina yang bertelur untuk menghasilkan 10.000 larva untuk mereduksi 1Kg sampah organik
setiap hari.

maggot bsf ini juga memiliki nutrisi yang baik, kandungan protein dan asam amino yang lengkap dimiliki
oleh maggot bsf dan hal ini menjadikannya digunakan sebagai sumber pakan alternatife yang baik bagi
sejumlah hewan ternak seperti jenis unggas dan ikan, serta sejumlah binatang peliharaan seperti iguana,
burung berkicau, dsb.

2.2.1 Habitat Maggot ( Larva Black Soldier Fly )

Rachawati (dalam Yuwono & Mentari, 2018) Larva BSF dapat hidup secara optimal pada suhu 29,3˚C
dan tersebar pada 40˚ lintang utara hingga 45˚ lintang selatan (Leclercq 1997). Maggot dikenal bukan
sebagai hama, karena bentuk dewasanya tidak tertarik pada habitat manusia atau makanan (Newton et al.
1995). Larva dan pupa H. illucens yang dipelihara pada suhu 27˚C, berkembang lebih lambat (4 hari)
daripada yang dipelihara pada suhu 30˚C, sementara pada suhu 36 ˚C, hampir tidak ada pupa yang sintas.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pemasukan panas total (total heat input). yang diterima oleh larva yang
dipelihara pada suhu 30˚C lebih cepat terpenuhi, guna melengkapi syarat perkembangan menuju tahap
pupa, daripada larva yang dipelihara pada suhu 27˚C

10
Domans (dalam Yuwono & Mentari, 2018) Kondisi lingkugan yang optimal bagi larva adalah sebagai
berikut :
 Iklim hangat: suhu idealnya adalah antara 24°C hingga 30°C. Jika terlalu panas, larva akan keluar dari
sumber makanannya untuk mencari tempat yang lebih dingin. Jika terlalu dingin, metabolisme larva
akan melambat. Akibatnya, larva makan lebih sedikit sehingga pertumbuhannyapun menjadi lambat.
 Lingkungan yang teduh: larva menghindari cahaya dan selalu mencari lingkungan yang teduh dan jauh
dari cahaya matahari. Jika sumber makanannya terpapar cahaya, larva akan berpindah ke lapisan
sumber makanan yang lebih dalam untuk menghindari cahaya tersebut.

2.2.2. Makanan Maggot ( Larva Black Soldier Fly)

Larva BSF dapat mengonsumsi berbagai makanan dengan variasi rasa yang bervariasi. Larva BSF dapat
diberi berbagai macam pakan, diantaranya adalah sampah dapur, buah- buahan, sayuran, hati, limbah
ikan, limbah perkotaan, limbah manusia, dan kotoran hewan. Fleksibilitas dari pakan larva BSF dapat
menjadi serangga yang ideal dalam memproduksi protein. Namun perbedaan pakan dapat mempengaruhi
proses perkembangan dari larva BSF. Maka dibutuhkan formulasi yang tepat dalam pemberian pakan
terhadap larva BSF agar memaksimalkan produksi dan efisiensi.(Yuwono & Mentari, 2018)

Domans (dalam Yuwono & Mentari, 2018) Secara umum, karakteristik pakan yang efektif diberikan
kepada larva adalah :
 Kandungan air dalam makanan: sumber makanan harus cukup lembab dengan kandungan air antara
60% sampai 90% supaya dapat dicerna oleh larva.
 Kebutuhan nutrisi pada makanan: bahan-bahan yang kaya protein dan karbohidrat akan menghasilkan
petumbuhan yang baik bagi larva. Penelitian yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa sampah
yang telah melalui proses penguraian bakteri atau jamur kemungkinan akan lebih mudah dikonsumsi
oleh larva.
 Ukuran partikel makanan: karena larva tidak memiliki bagian mulut untuk mengunyah, maka nutrisi
akan mudah diserap jika substratnya berupa bagian- bagian kecil itu bahkan dalam bentuk cair atau
seperti bubur.

2.2.3. Siklus Hidup Maggot ( Larva Black Soldier Fly )

Fase telur dalam larva BSF menandakan permulaan siklus hidup sekaligus berakhirnya tahap hidup
sebelumya, di mana jenis lalat ini menghasilkan kelompok telur (juga biasa disebut ovipositing). Lalat
betina meletakkan sekitar 400 hingga 800 telur di dekat bahan organik yang membusuk dan

11
memasukkannya ke dalam rongga-rongga yang kecil, kering, dan terlindung (Holmes et al. 2012). Betina
tersebut akan mati tidak lama setelah bertelur. Telur-telur tersebut diletakkan dekat dengan bahan organik
yang membusuk supaya saat menetas nanti larva dapat dengan mudah menemukan sumber makanan di
sekitar mereka, karena ditempatkan dalam rongga-rongga yang terlindungi dari pengaruh lingkungan

Pada umumnya, telur-telur tersebut menetas setelah satu hingga dua hari. Larva yang baru menetas, yang
berukuran hanya beberapa millimeter, segera mencari makan dan memakan sampah organik di sekitarnya.
Larva akan memakan bahan organik yang membusuk tersebut dengan rakus, sehingga ukuran tubuhnya
yang awalnya hanya beberapa millimeter itu akan bertambah panjangnya menjadi 2,5 cm dan lebarnya
0,5 cm, sedangkan warnanya menjadi agak krem. Pada kondisi optimal dengan kualitas dan kuantitas
makanan yang ideal, pertumbuhan larva akan berlangsung selama 12-13 hari. Waktu dari telur hingga pra-

pupa berkisar dari 22-24 hari pada suhu 27 C . (Tomberlin et al. 2002).

Gambar. 2.2.3 Siklus Hidup Maggot

Sumber : Penggunaan Larva (Maggot) Black Soldier Fly


(BSF) dalam Pengolahan Limbah Organik (2018)

Pada tahap perkembangan larva inilah mereka menyimpan cadangan lemak dan protein hingga cukup
bagi mereka untuk berpupa sampai menjadi lalat, kemudian menemukan pasangan, kawin, dan bertelur
(bagi betina) sebelum akhirnya mati. Setelah melalui lima fase larva (lima instar), larva tersebut sampai
ke fase pra-pupa. Saat bertransformasi menjadi pra-pupa, struktur mulutnya berubah menjadi struktur
yang bentuknya seperti kait dan warnanya menjadi cokelat tua hinga abu-abu arang. Mulut berbentuk kait
ini memudahkannya untuk keluar dan berpindah dari sumber makanannya ke lingkungan baru yang
kering, bertekstur seperti humus, teduh, dan terlindung, yang aman dari predator. Pada tempat inilah pupa
menjadi imago dan kemudian terbang (Dengah et al. 2016).

12
Pupasi merupakan proses transformasi dari pupa menjadi lalat. Tahap pupasi dimulai saat prapupa
menemukan tempat yang cocok untuk berhenti beraktivitas dan menjadi kaku. Supaya proses pupasi
berhasil, sebaiknya tempat memiliki kondisi lingkungan yang tidak banyak mengalami perubahan, atau
dapat dikatakan tempat yang selalu hangat, kering, dan teduh. Tahapan pupa berlangsung selama 6 hari,
kemudian imago mulai muncul pada hari ke-32 (Rachmawati et al. 2010). Pupasi ditandai dengan
keluarnya lalat dari dalam pupa. Proses keluarnya lalat ini berlangsung sangat singkat. Pada kurun waktu
kurang dari lima menit, lalat sudah berhasil membuka bagian pupa yang dulunya merupakan bagian
kepala, kemudian merangkak keluar, mengeringkan sayapnya lalu mengembangkannya dan terbang.

Setelah keluar, lalat dapat hidup sekitar satu minggu. Lalat akan mencari pasangan, kawin, dan bertelur
(bagi para betina) dalam waktu yang cukup singkat. Saat menjadi lalat, BSF tidak makan dan hanya
membutuhkan sumber air dan permukaan yang lembab untuk menjaga tubuhnya agar tetap terhidrasi.
Pada fase hidup ini, yang terpenting adalah tersedianya cahaya alami yang cukup dan suhu yang hangat
(25-32°C). Lingkungan yang lembab dapat memperpanjang lama hidup lalat sehingga dapat
meningkatkan jumlah telur yang diproduksi. Menurut hasil penelitian, lalat jenis ini lebih memilih
melakukan perkawinan di waktu pagi hari yang terang. Setelah itu, lalat betina mencari tempat yang
cocok untuk meletakkan telurnya (BPTP 2016).

2.2.4. Reduksi Sampah Organik dengan Larva Black Soldier Fly

(Yuwono & Mentari, 2018) Setelah menetas, larva BSF mulai memakan sampah yang diberikan, dan
dapat mereduksi sampah hampir 55% berdasarkan berat bersih sampah (Diener 2010). Larva BSF tidak
memiliki jam istirahat, namun mereka juga tidak makan sepanjang waktu (Alvarez 2012). Kadar air
optimum pada makanan larva BSF adalah antara 60-90% (Diener et al. 2011). Pada kondisi kadar air
sampah yang terlalu tinggi akan menyebabkan larva keluar dari reaktor pembiakan, mencari tempat yang
lebih kering. Pada saat kadar air medianya juga kurang, maka akan mengakibatkan konsumsi makanan
yang kurang e_isien pula (Alvarez 2012). Suhu media yang optimum berada pada rentang 30-36°C (Popa
& Green 2012), demikian pada suhu yang lebih rendah larva BSF tetap dapat bertahan karena adanya
asupan panas dari sampah yang dimakannya (Alvarez 2012).
2.3 Buah Semangka ( Citrullus lanatus)

Semangka adalah tanaman merambat yang berasala dari daerah setengah gurun di Afrika bagian selatan.
Tanaman ini masih sekerabat dengan labu-labuan, melon dan ketimun. Semangka biasa dipanen buahnya
untuk dimakan segar atau dibuat jus. Biji Semangka yang dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan
isinya sebagai kuaci. Semangka memiliki berat kisar 3,4 Kg hingga 4 Kg. rendah Buah semangka
mengandung gizi dan kadar air yang tinggi yaitu 91-92 % kadar air namun kalori. Semangka juga

13
memiliki beberapa manfaat bagi tubuh yaitu, mencegah asma, menyehatkan jantung, mengurangi nyeri
otot, mencegah kanker, mempertahankan hidrasi meningkatkan kesehatan kulit dan rambut,
meningkatkan kesehatan mata. Dengan kandungan air yang cukup inggi tersebutlah maka sisa kulit buah
semangka dapat dijadikan pakan yang efektif untuk maggot atau larva BSF.

BAB III
BAHAN, ALAT, DAN PROSEDUR KERJA

3.1. Bahan dan Alat

Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian, yaitu :

1. 1 kg Sampah organik sisa kulit semangka per-harinya


2. 1 kg Maggot ( Larva Black Soldier Fly)
3. Wadah Plastik
4. Kain saring
5. Sarung Tangan
6. Masker
7. Penjepit Kertas
8. Pisau
9. Sekop
10. Thermometer batang
11. Hygrometer
12. Timbangan Digital

3.2. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam penelitian, ialah :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Gunakan alat pelindung seperti sarung tangan dan masker
3. Siapkan Maggot sebanyak 1 kg yang nantinya akan ditaruh di wadah plastik yang kedap air.
4. Gunakan kain saring sebagai alas untuk Maggot.
5. Jepit kain saring menggunakan penjepit kertas pada setiap sisi wadah secara menggantung, yang
berfungsi untuk membuat media maggot tetap kering.

14
6. Siapkan sampah organik sisa kulit buah semangka, lalu timbang menggunakan alat timbang
digital.
7. Potong sisa kulit semangka tersebut menjadi bagian-bagian yang tidak terlalu kecil.
8. Masukan maggot ke wadah yang sudah dialasi dengan kain saring.

9. Berikan potongan-potongan sisa kulit semangka kepada Maggot secara merata.

10. Setelah itu tutup wadah menggunakan kain saring atau benda lainya yang mampu
mencegah maggot keluar dan masuknya binatang penganggu.
11. Lakukan pemberian sampah organik sisa kulit buah semangka merah setiap harinya sebanyak
1kg selama 10 hari dengan berat dan waktu yang sama.
12. Lakukan pemeriksaan setiap hari dengan mengukur suhu, kelembaban dan menghitung air yang
dihasilkan.
13. Lakukan pemeriksaan sisa sampah, berat maggot, hasil air pada hari ke-5 dan hari
ke- 10
14. Catat hasil-hasil yang didapatkan selama pengamatan.

15
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian mengenai efektivitas penurunan sampah organik sisa kulit buah semangka merah
dengan menggunakan Maggot ( Larva Black Soldier Fly), yang dilakukan selama 10 hari
didapatkan hasil sebagai berikut :

4.1. Suhu

GRAFIK 4.1.
SUHU SELAMA PROSES PENURUAN SAMPAH SISA KULIT BUAH SEMANGKA
MERAH MENGGUNAKAN MAGGOT ( LARVA BLACK SOLDIER FLY)

Suhu Sampah Organik Sisa Kulit Buah


Semangka
34
33
32
31
Suhu (◦C)

30
29
28
27
26
Hari-1 Hari-2 Hari-3 Hari-4 Hari-5 Hari-6 Hari-7 Hari-8 Hari-9 Hari-10

Bedasarkan gambar 6.1 Hasil pengamatan reduksi sampah organik sisa kulit buah semangka
merah dengan menggunakan Maggot (Larva Black Soldier Fly) yang dilakukan selama 10
hari didapatkan hasil suhu rata-rata yaitu 29◦C. Suhu terendah terjadi pada hari ke-9 yaitu

16
28◦C dan suhu tertinggi terjadi dihari ke-3 dan hari ke-6 dengan suhu 30◦C. Perubahan suhu
tersebut dikarenakan adanya faktor cuaca yang pada saat itu sedang musim hujan.

4.2. Kelembaban

GRAFIK 4.2.
KELEMBABAN SELAMA PROSES PENURUAN SAMPAH SISA KULIT BUAH
SEMANGKA MERAH MENGGUNAKAN MAGGOT ( LARVA BLACK SOLDIER FLY)

Kelembaban Sampah Organik Sisa Kulit Buah


Semangka
100
90
80 78 78 79 78 78
77 77 75 77 77
70
Kelembaban (%)

60
50
40
30
20
10
0
Hari-1 Hari-2 Hari-3 Hari-4 Hari-5 Hari-6 Hari-7 Hari-8 Hari-9 Hari-10

Bedasarkan gambar 4.2 Hasil pengamatan selama proses reduksi sampah organik sisa kulit buah
semangka merah dengan menggunakan Maggot ( Larva Black Soldier Fly) yang dilakukan
selama 10 hari didapatkan hasil rata-rata kelembaban yaitu 77%. Kelembaban terendah terjadi
pada hari ke-5 yaitu 75% dan terjadi peningkatan kelembaban pada hari ke-6 yaitu 79%.
Perubahan kelembaban tersebut disebabkan oleh faktor cuaca dan jenis makanan yang diberikan
memiliki kadar air tinggi.

17
4.3. Kadar Air

GRAFIK 4.3
KADAR AIR SELAMA PROSES PENURUAN SAMPAH SISA KULIT BUAH
SEMANGKA MERAH MENGGUNAKAN MAGGOT
( LARVA BLACK SOLDIER FLY)

Kadar Air Sampah Organik Sisa Kulit Buah Semangka

159
158
157
156
Kadar Air ( ml )

155
154
153
152
151
150
Hari-1 Hari-2 Hari-3 Hari-4 Hari-5 Hari-6 Hari-7 Hari-8 Hari-9 Hari-10

Bedasarkan gambar 4.3 Hasil pengamatan proses reduksi sampah organik sisa kulit buah
semangka merah dengan menggunakan Maggot ( Larva Black Soldier Fly) didapatkan hasil rata-
rata kadar air yaitu 156 ml. dengan kadar air terendah terjadi pada hari ke-5 yaitu 153 ml dan
terjadi peningkatan kadar air pada hari ke-2 dan hari ke-9 yaitu 158 ml. Hal tersebut disebabkan
karena jenis makanan yang diberikan pada Maggot yaitu sisa kulit buah semangka merah
memiliki kadar air yang tinggi 91-92%.

18
4.4. Berat Sampah

TABEL 4.4.
BERAT SAMPAH
BERAT SAMPAH BERAT SAMPAH
SAMPAH ORGANIK SEBELUM DIREDUKSI SESUDAH DIREDUKSI
OLEH MAGGOT (Kg) OLEH MAGGOT (Kg)
Sisa Kulit Buah Semangka 5 0,3
Hari ke 5
Sisa Kulit Buah Semangka 5 1,5
Hari ke 10
Sumber : Data Primer Terolah 2021
Pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasil pengamatan jumlah reduksi sampah organik sisa
kulit buah semangka merah oleh Maggot ( Larva Black Soldier Fly ) pada hari ke-5 didapatkan
hasil sisa sampah seberat 0,3 Kg dan pada hari ke-10 didapatkan hasil sisa sampah seberat 1,5
Kg. Terjadi perbedaan penurunan berat sampah antara hari ke-5 dan hari ke-10 yang dikarenakan
usia Maggot sudah mulai memasuki tahap pra pupa sehingga proses memakan sampah organik
tersebut menjadi lebih lambat.

4.5. Berat Maggot

TABEL 4.5.
BERAT MAGGOT ( LARVA BLACK SOLDIER FLY)
BERAT MAGGOT BERAT MAGGOT
SAMPAH ORGANIK SEBELUM MEREDUKSI SESUDAH MEREDUKSI
SAMPAH (Kg) SAMPAH (Kg)
Sisa Kulit Buah Semangka 1 1,4
Hari ke 5

19
Sisa Kulit Buah Semangka 1,4 1,6
Hari ke 10
Sumber : Data Primer Terolah 2021
Pada Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada hasil pengamatan proses reduksi sampah organik sisa
kulit buah semangka merah terhadap Maggot ( Larva Black Soldier Fly) selama 10 hari, terjadi
peningkatan pada berat Maggot yaitu pada hari ke-5 seberat 1,4 Kg dan hari ke-10 1,6 Kg. Hal
tersebut bertanda bahwa Maggot mampu dalam mengurai sampah organik sisa kulit buah
semangka merah dalam kurun waktu 10 hari. Tidak hanya itu peningkatan pada berat Maggot
juga harus didukung dengan kondisi suhu, kelembaban dan keadaan lingkungan yang sesuai.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis
akan membuat sebuah kesimpulan dan saran tersebut agar dapat memberikan manfaat dalam
upaya penelitian selanjutnya dalam efektitivitas reduksi sampah organik dengan menggunakan
Maggot atau Larva Black Soldier Fly

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Usaha dalam mereduksi sampah organik sisa kulit buah semangka merah dengan
menggunakan Maggot dinyatakan efektif dengan hasil efektivitas sebesar 82%. Hal
tersebut didukung dengan suhu, kadar air, jenis makanan dan kelembaban yang sesuai.
2. Terjadi perubahan berat Maggot atau Larva Black Soldier Fly, dengan berat awal 1 Kg
terjadi peningkatan pada hari ke-5 yaitu 1,4 Kg dan hari ke-10 1,6 Kg. Bedasarkan hasil
tersebut maka dapat dinyatakan bahwa pemeberian jenis makanan sampah organik sisa
kulit buah semangka merah pada Maggot mempengaruhi perubahan pada berat Maggot.

5.2. Saran

Dalam upaya memeprbaiki penelitian selanjutnya menegenai reduksi sampah organik


menggunakan Maggot atau Larva Black Soldier Fly. Penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut :

1. Tempat yang digunakan untuk proses reduksi harus teduh yakni dengan konidisi optimal
antara 24-30 derajat celcius, sehingga suhu dan kelembaban dapat optimal bagi
kehidupan Maggot.

21
2. Jenis makanan yang diberikan pada maggot harus memiliki kadar air yang cukup yakni
dengan kandungan air 60-90% sehingga media tidak terlalu basah yang dapat
menyebabkan Maggot keluar atau mati, serta memudahkan makanan tersebut dicerna
dengan baik oleh Maggot yang tidak memiliki mulut untuk mengunya.
3. Menggunakan wadah yang lebih memadai, seperti berbahan plastik yang kedap air dan
kuat sehingga mampu untuk melindungi dan mencegah Maggot keluar dari media
penyimpanan.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Addinsyah, A., Lingkungan, T., & Teknik, F. (2017). Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah
Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur. 6(1).
2. Monita, L., Sutjahjo, S. H., Amin, A. A., & Fahmi, M. R. (2017). PENGOLAHAN SAMPAH
ORGANIK PERKOTAAN MENGGUNAKAN LARVA PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK
PERKOTAAN MENGGUNAKAN LARVA BLACK SOLDIER FLY ( Hermetia illucens )
Municipal Organic Waste Recycling Using Black Soldier Fly Larvae ( Hermetia illucens ).
7(December 2017), 227–234. https://doi.org/10.29244/jpsl.7.3.227-234
3. Nur, M. (2019). Analisis Potensi Limbah Buah-buahan Sebagai Pupuk Organik Cair. 28–32.
4. Puspawati, C. (2011). Serial Buku Ajar Penyehatan Tanah dan Pengolahan Sampah (A),
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II.
5. Putra, Y., & Ariemayana, A. (2020). EFEKTIFITAS PENGURAIAN SAMPAH ORGANIK
MENGGUNAKAN MAGGOT (BSF) DI PASAR RAU. 3(1), 11–24.
6. rimbakita.com. (2019). No Title. In Pengertian, Jenis Sampah (p. 1).
https://rimbakita.com/sampah/
7. Suciati, R., Faruq, H., Biologi, J. P., & Timur, J. (2017). EFEKTIFITAS MEDIA
PERTUMBUHAN MAGGOTS Hermetia illucens ( Lalat Tentara Hitam ) SEBAGAI SOLUSI
PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK. 2(1), 8–15.
8. Yuwono, A. S., & Mentari, P. D. (2018). Penggunaan Larva (Maggot) Black Soldier Fly (BSF)
dalam Pengolahan Limbah Organik.

23

Anda mungkin juga menyukai