Anda di halaman 1dari 10

[MATA KULIAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN] 2021-2022

BAB I
ILMU PENGETAHUAN, AGAMA DAN FILSAFAT

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu pengetahuan, filsafat dan agama sama-sama bertujuan untuk menemukan
kebenaran, namun ketiganya mempunyai sumber kebenaran yang berbeda-beda.
Kebenaran ilmu pengetahuan bersumber dari rasio dan fakta, kebenaran filsafat bersumber
1
dari rasio dan intuisi, menyangkut aktivitas dan olah budi manusia, sedangkan kebenaran
2
agama bersumber dari wahyu, hubungan manusia dan dunianya dengan Allah. Perbedaan-
perbedaan sumber kebenaran melahirkan tingkat kebenaran yang berbeda untuk ilmu
pengetahuan, filsafat maupun agama.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang cara mendapatkannya dilakukan dengan
langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut menghasilkan berbagai ragam ilmu
pengetahuan yang terdiri dari ilmu pengetahuan alam (Natural Sciences) dan ilmu
pengetahuan sosial (Social Sciences). Keduanya tidak selalu memberikan jawaban yang
memuaskan terhadap masalah-masalah manusia dan keterbatasan inilah yang memerlukan
bantuan filsafat.
Filsafat mampu menjawab beberapa masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan, misalnya tentang hakekat jiwa. Filsafat menjawab berbagai masalah-masalah
manusia dengan mengadakan perenungan-perenungan kefilsafatan, karena filsafat tidak lain
adalah kebenaran hasil berpikir yang dilakukan secara radikal, spekulatif dan universal.
Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari hakekat kebenaran, demikian menurut
Aristoteles, namun kebenaran yang dihasilkan oleh hasil berpikir filsafat tidak selalu
mendapatkan titik temu. Dalam mencari hakekat Allah, misalnya, pemikiran filsafat
menghasilkan pemahaman yang berbeda-beda. Sebagian filosof menyimpulkan bahwa Allah
itu ada dan ada yang menyimpulkan bahwa Allah itu tidak ada, namun ada pula yang tidak
mempersoalkan Allah itu ada atau tidak ada.
Sepintas, antara ilmu dan filsafat terlihat sama saja. Tetapi bila ditelaah lebih jauh,
akan terlihat perbedaan yang nyata antara keduanya. Namun demikian, tentu ada sisi-sisi
persamaan dan juga perbedaan-perbedaan. “Walaupun filsafat muncul sebagai salah satu
ilmu pengetahuan, akan tetapi ia mempunyai struktur tersendiri dan tidak dapat begitu saja
3
dianggap sebagai ilmu pengetahuan”.
Dalam persoalan di atas, manusia mencari jawaban yang pasti dengan berpaling
kepada agama yang merupakan segenap kepercayaan, ajaran kebaktian dan kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Agama mempunyai sumber kebenaran yang
berasal dari wahyu, namun penjelasannya secara mudah dapat dipahami oleh pemikiran
manusia.

B. Kebenaran Ilmu Pengetahuan


4
Pengetahuan dan ilmu memiliki arti yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan. Dari asal katanya pengetahuan
diambil dari bahasa Inggris (knowledge), sedangkan ilmu diambil dari kata science dan
peralihan dari kata Arab (al-ilm). Ilmu dalam arti science itu hanya sebagian dari al-ilm dalam
bahasa Arab. Maksudnya agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung
5
membedakan kata ilmu (science) dengan kata ilmu (knowledge).
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, pengetahuan merupakan milik atau isi pikiran
manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
6
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2021-2022 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Baturaja - Komaruddin 1


2021-2022 [MATA KULIAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN]

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep,
7
teori, prinsip dan prosedur yang secara probabilitas bayesian adalah benar atau berguna.
Pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal
budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru
dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan
8
tersebut.
Dalam perkembangannya pengetahuan manusia berdiferensiasi menjadi empat cabang
utama; filsasat, ilmu, pengetahuan dan wawasan. Contoh Ilmu Kalam (filsafat), Fiqh (ilmu),
Sejarah Islam (pengetahuan), praktek Islam di Indonesia (wawasan). Bahasa, matematika,
logika dan statistika merupakan pengetahuan yang disusun secara sistematis, tetapi
9
keempatnya bukanlah ilmu, keempatnya adalah alat ilmu.
Selanjutnya, ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lau, ‘ilman dengan wazan fa’ala,
10
yaf’ilu yang berarti mengerti, memahami benar-benar, pengetahuan (al-ma’rifah). Dalam
bahasa Inggris disebut science dari bahasa Latin scienta (pengetahuan) scire (mengetahui).
11
Sinonim yang paling dekat dengan bahasa Yunani adalah episeme. Jadi pengertian ilmu
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
12
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Ilmu pengetahuan cara mendapatkannya dilakukan dengan langkah-langkah tertentu.
Langkah-langkah tertentu tersebut dinamakan logico hypotetico verifikasi. Logico
hypotetico verifikasi dimulai dengan mengajukan suatu permasalahan dan untuk menjawab
permasalahan tersebut disusunlah suatu kerangka teori yang bermuara kepada jawaban
sementara atas permasalahan tersebut yang dinamakan hipotesis. Hipotesis yang telah
dirumuskan belum dapat diterima sebagai sebuah kebenaran jika belum dilakukan
pengujian. Pengujian dilakukan untuk menerima atau menolak hipotesis tersebut. Hasil
pengujian hipotesis dapat disimpulkan sebagai sebuah kebenaran atau sebaliknya.
Masalah yang diajukan dalam keilmuan merupakan bentuk kesenjangan antara kondisi
yang ideal (das sollen), sesuatu yang diinginkan menurut teori, prinsip atau hukum dengan
kondisi yang terjadi (das sein) atau kondisi faktual. Teori, prinsip atau hukum tersebut
merupakan hasil berpikir menggunakan rasio, sedangkan fakta yang terkumpul disimpulkan
dengan berpikir secara empiris.
Kerangka teori disusun dengan berpikir secara rasio atau menggunakan berbagai hasil
pemikiran para ahli yang tertuang dalam bentuk teori, prinsip atau hukum. Penyusunan
kerangka teori bermuara kepada perumusan hipotesis yang merupakan jawaban teoritis atas
permasalahan yang tengah dikaji. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk hipotesis nol dan
hipotesis alternatif. Hipotesis nol disebut sebagai hipotesis nihil atau Ho sedangkan hipotesis
alternatif disebut juga sebagai hipotesis kerja, hipotesis riset atau H1. Penyusunan kerangka
teori dan perumusan hipotesis, dengan demikian merupakan cara berpikir menggunakan
rasio. Pengujian hipotesis dilakukan dengan mengumpulkan data atau fakta yang disusun,
disajikan dan dianalisis untuk menerima atau menolak hipotesis. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan mengumpulkan fakta yang berhubungan dengan permasalahan yang
tengah dikaji. Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan teknik observasi, komunikasi atau
bibliografi. Fakta yang terkumpul selanjutnya diklasifikasikan, disajikan dan dianalisis untuk
menghasilkan suatu kesimpulan. Dalam pengujian hipotesis harus terjadi penolakan
terhadap hipotesis nol dan sebaliknya hipotesis alternatif harus diterima. Menguji hipotesis
nol untuk ditolak atau menerima hipotesis alternatif dilakukan dengan mengumpulkan fakta
yang relevan sehingga terjadi proses induksi yakni dengan menarik kesimpulan secara

2 Komaruddin – Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Baturaja


[MATA KULIAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN] 2021-2022

empiris. Penerimaan terhadap hipotesis nol mencerminkan adanya kekeliruan dalam proses
pengujian atau adanya pengambilan kesimpulan yang keliru dalam merumuskan hipotesis.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap hipotesis yang
telah dirumuskan dan diuji, sehingga bermuara kepada pernyataan diterima atau ditolak.
Hipotesis ditolak jika pengujian hipotesis tidak didukung fakta, sebaliknya hipotesis diterima
jika hipotesis tersebut didukung oleh fakta. Hipotesis yang didukung oleh fakta disimpulkan
sebagai kebenaran, sedangkan yang tidak didukung oleh fakta tidak dapat disimpulkan
sebagai kebenaran.
Hipotesis yang diterima dianggap menjadi bagian pengetahuan ilmiah yang berbentuk
teori, prinsip atau hukum. Teori menjelaskan mengapa gejala dapat terjadi, prinsip
merupakan pernyataan yang berlaku umum bagi sekelompok gejala, sedangkan hukum
menjelaskan apa yang terjadi dalam hubungan sebab akibat.
Pengetahuan ilmiah yang berbentuk teori, prinsip atau hukum tersebut disusun
berdasarkan rasio dan empiris atau menggunakan pendekatan deduktif dan induktif. Dengan
kata lain, pengetahuan ilmiah disusun menurut metoda ilmiah yang dilakukan dengan
langkah-langkah yang disiplin sehingga disebut disiplin ilmu dan mempunyai perkembangan
yang lebih cepat dibanding dengan pengetahuan lainnya. Pengetahuan yang berasal dari
hipotesis yang teruji secara formal menghasilkan pengetahuan ilmiah yang baru.
Pengetahuan ilmiah yang baru tersebut selanjutnya akan menghasilkan hipotesis baru lagi,
sehingga pengetahuan ilmiah terus berakumulasi membentuk piramida terbalik. Hal inilah
yang melahirkan berbagai ragam ilmu pengetahuan yang terdiri dari ilmu pengetahuan alam
(Natural Sciences) dan ilmu pengetahuan sosial (Social Sciences). Ilmu pengetahuan
harus rasional, artinya pengetahuan yang diperoleh harus konsisten dengan pengetahuan
sebelumnya. Perumusan hipotesis harus dilakukan secara rasional dan sesuai dengan
premis-premis yang berlaku dalam ilmu pengetahuan sebelumnya.
Sifat rasional diperoleh dengan pendekatan berpikir deduktif. Kebenaran ilmu
pengetahuan tidak absolut, artinya kebenaran tersebut diterima selama tidak ada fakta yang
menolak kebenarannya. Pengetahuan ilmiah harus teruji atau sesuai dengan fakta empiris.
Pengetahuan ilmiah memisahkan antara pengetahuan yang sesuai dengan fakta dengan
pengetahuan yang tidak sesuai dengan fakta. Sifat teruji diperoleh dengan berpikir induktif.
Sifat rasional dan teruji di atas merupakan kelebihan sekaligus kelemahan ilmu
pengetahuan.
Dikatakan sebagai kelebihan karena kedua sifat tersebut menjadikan ilmu pengetahuan
dapat memberikan penjelasan secara deduktif, probabilistik, teleologis maupun secara
genetik. Penjelasan deduktif menjelaskan gejala dengan menarik kesimpulan secara logis
dari premis yang ditetapkan sebelumnya, penjelasan probabilistik menjelaskan secara
induktif dari sejumlah kasus yang ditemukan dan bersifat kemungkinan, penjelasan
teleologis memberikan penjelasan yang bersifat fungsional dengan meletakkan unsur-unsur
dalam kaitan sistem, sedangkan penjelasan genetik menjelaskan tentang gejala yang
muncul dengan mempergunakan faktor yang timbul sebelumnya. Ilmu pengetahuan
mempunyai kelemahan, antara lain pada kebenarannya yang bersifat pragmatis. Ilmu
pengetahuan dipandang benar dan dianggap sebagai pengetahuan yang sahih sepanjang
tidak ditolak kebenarannya dan bermanfaat bagi manusia. Kebenaran ilmu tidak ditentukan
oleh kesahihan teori sepanjang jaman, namun terletak pada kemampuan memberikan
jawaban dalam peradaban tertentu. Selain itu, ilmu pengetahuan juga tidak selalu
memberikan jawaban yang memuaskan terhadap masalah-masalah manusia. Ilmu
pengetahuan alam misalnya, hanya mempelajari fenomena alam dan tidak memberikan
jawaban apakah alam tersebut dijadikan ataukah jadi dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan
sosial juga mempunyai keterbatasan yang sama. Ilmu psikologi misalnya, hanya
menjelaskan tentang gejala kejiwaan, namun tidak mampu menjawab hakekat jiwa manusia.

C. Kebenaran Filsafat
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari
bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Secara etimologi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof)
dalam pengertian pecinta kebijaksanaan. Kata falsafah merupakan arabisasi yang berarti

2021-2022 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Baturaja - Komaruddin 3


2021-2022 [MATA KULIAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN]

pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia
filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki
13
jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
Ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial, keduanya mempunyai
berbagai keterbatasan dan keterbatasan inilah yang memerlukan bantuan filsafat dalam
memberikan jawaban. Filsafat adalah ilmu tentang kebenaran dan kebenaran filsafat
diperoleh sebagai kebenaran hasil berpikir yang dilakukan secara radikal, spekulatif dan
universal.
Filsafat menemukan kebenaran dengan melakukan perenungan yang merupakan
percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional dan memadai.
Perenungan kefilsafatan bertujuan untuk memahami dunia tempat hidup dan memahami diri
sendiri. Perenungan kefilsafatan tidak berusaha menemukan fakta, tetapi menerimanya dari
mereka yang menemukan fakta tersebut. Fakta diuji dengan mengajukan kritik atas makna
yang dikandung suatu fakta dan menarik kesimpulan umum atas fakta tersebut.
Filsafat menghasilkan kebenaran hasil berpikir yang radikal, spekulatif dan universal
dengan melakukan perenungan kefilsafatan atau menggunakan metoda analisis dan
sintesis. Metoda analisis bermaksud melakukan pemeriksaan secara konsepsional atas
makna yang dikandung oleh istilah yang dipergunakan dan pernyataan yang dibuat. Metoda
analisis berusaha mencari makna baru yang dikandung dalam istilah itu melalui
penggunaannya. Metoda sintesis berusaha membicarakan hakekat terdalam suatu
kenyataan, hubungan-hubungan yang terjadi antar pelbagai segi atau hakekat nilai di dunia
fakta.
Berpikir secara radikal berarti berpikir secara mendasar. Berpikir secara mendasar
didahului dengan menerima segala sesuatu secara skeptis atau ragu-ragu. Berpikir secara
radikal dimulai dengan meragukan segala sesuatu sebagai sesuatu yang benar. Segala
sesuatu atau segala fakta yang diterima harus diuji dengan dengan mengajukan kritik atas
makna yang dikandung dalam fakta atau menarik kesimpulan atas fakta tersebut. Kegiatan
tersebut dilakukan dengan mengadakan perenungan kefilsafatan. Perenungan kefilsafatan
tidak dilakukan dengan menemukan fakta, tetapi menerimanya dari mereka yang
menemukan fakta.
Berpikir spekulatif artinya secara sistematis memisahkan penjelasan yang dapat
diandalkan dengan penjelasan yang tidak dapat diandalkan. Penjelasan disusun secara
konsisten dan rasional, sehingga bersifat runtut dan berhubungan secara logis antara satu
dengan lainnya.
Berpikir universal artinya berpikir secara menyeluruh atau berkaitan satu dengan
lainnya. Hasil berpikir tersusun secara koheren, sehingga bagian rangkaian yang satu
terkandung pada rangkaian yang lain atau hasil penyimpulan berasal dari perangkat
pernyataan yang mendahuluinya.
Kebenaran hasil berpikir filsafat bersumber dari rasio dan karenanya menghasilkan
berbagai pemikiran yang beraneka ragam sebanyak orang yang menghasilkan pemikiran
tersebut. Setiap ahli filsafat tentu akan mempertahankan argumentasi hasil pemikirannya
dan memandang kebenaran dari sudut pandang dirinya atau bersifat subyektif. Pemikiran
yang mengedepankan pendekatan rasio juga menghasilkan kecenderungan yang solipsistik,
yaitu pandangan yang cenderung membenarkan pendapatnya sendiri dan menyalahkan
pendapat orang lain yang berbeda dengannya.
Dalam mencari hakekat Allah misalnya, pemikiran filsafat menghasilkan pemahaman
yang berbeda-beda. Aliran Materialisme berpandangan bahwa dalam dunia tidak terdapat
apa pun kecuali materi yang bergerak dan tidak ada tempat bagi Allah, sementara aliran
Idealisme memandang bahwa realitas yang ada merupakan produk ide dan ide yang absolut
diidentifikasi sebagai Allah. Aliran Materialisme melahirkan paham Atheisme dan
Agnostisme, sedangkan aliran Idealisme melahirkan paham Theisme. Paham-paham terebut
melahirkan pandangan yang berbeda-beda. Paham Theisme melahirkan pandangan bahwa
Allah itu ada, sementara paham Atheisme melahirkan pandangan bahwa Allah itu tidak ada,
dan paham Agnostisme memandang bahwa Allah itu ada atau tidak ada tidak perlu

4 Komaruddin – Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Baturaja


[MATA KULIAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN] 2021-2022

dipersoalkan. Mana yang benar? Filsafat dan ilmu pengetahuan tidak mampu memberikan
jawaban yang memuaskan semua pihak.
Dalam paham Theisme sendiri terdapat pandangan Monotheisme dan Polytheisme
yang memahami keberadaan Allah secara bertolak belakang. Kaum monotheis
berpandangan bahwa Allah itu tunggal, sedangkan kaum polytheis berpandangan bahwa
Allah itu jamak. Selain kaum monotheis dan polytheis, terdapat pula kaum yang berpaham
Deisme dan Sekularisme. Kaum yang berpaham Deisme mempercayai keberadaan Allah,
namun mereka tidak merasa perlu untuk memanifestasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
sedangkan kaum yang berpaham Sekularisme berupaya memisahkan urusan dunia dan
urusan akhirat dalam kehidupannya.
Pandangan-pandangan tersebut di atas menambah kebingungan untuk menentukan
yang manakah pandangan yang benar? Filsafat dan ilmu pengetahuan sekali lagi tidak
dapat memberikan jawaban yang memuaskan dan agama mengisi kekosongan tersebut.
Agama menggambarkan kebingungan umat manusia tersebut dan solusinya dalam Al-
Qur’an :
‫َو َو َجدَ كَ ضَ ااًّل فَهَدَ ى‬
“Dan Dia mendapatimu sebagai seseorang yang bingung lalu Dia memberi petunjuk”.
(QS. Ad-Duha : 7).
‫إلسبِي َل‬
‫ِإَّنا هَدَ يْنَا ُه ا‬
“Sesungguhnya Kami telah menunjuki manusia jalan yang lurus ...” (QS. Al-Insan : 3).

D. Kebenaran Agama
Kata agama kadangkala diidentikkan dengan kepercayaan, keyakinan dan sesuatu
yang menjadi anutan. Dalam konteks Islam, terdapat beberapa istilah yang merupakan
14
padanan kata agama yaitu al-Din, al-Millah dan al-Syari’ah. Ahmad Daudy
15
menghubungkan makna al-Din dengan kata al-Huda (petunjuk). Hal ini menunjukkan
bahwa agama merupakan seperangkat pedoman atau petunjuk bagi setiap penganutnya.
Agama adalah “keyakinan (keimanan) tentang suatu dzat (Ilahiyah) yang pantas untuk
16
menerima ketaatan dan ibadah (persembahan).
Pada kenyataannya Ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab permasalahan-
pemasalahan tertentu dan filsafat memberikan solusinya. Untuk permasalahan-
permasalahan tertentu filsafat tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, maka
manusia mencari jawaban yang pasti dengan berpaling kepada agama. Agama merupakan
segenap kepercayaan, ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan
tersebut. Agama memberikan informasi yang sangat jelas dan cepat dalam memastikan
keberadaan Allah. Manusia tidak perlu bersusah payah mencari hakekat Allah dengan
mempergunakan ilmu pengetahuan atau pun filsafat. Fungsi agama salah satunya adalah
17
sebagai penyelamat akal.
Dalam hal ini, Allah memerintahkan manusia agar tidak memikirkan zat Allah, namun
pikirkanlah zat-zat ciptaan Allah, karena manusia tidak akan mungkin sampai kesana. Allah
menegaskan bahwa manusia tak akan mampu mempelajari zat-Nya.
‫َو َما ُأو ِت ُ ْيُت ِم َن إلْ ِع ْ ِْل إ اًّل قَ ِل ًيل‬
ِ
“Tidaklah engkau diberikan pengetahuan melainkan sedikit saja”. (QS. Al-Isra : 85).

Agama memberikan penjelasan yang terang berderang tentang hakekat Allah, sesuatu
yang tidak dapat dilakukan oleh filsafat maupun ilmu pengetahuan. Melalui wahyu, Allah
secara sangat sederhana dan efektif memperkenalkan diri kepada manusia melalui surat Al
Alaq ayat 1-5 dengan firman-Nya : ”Bacalah, bacalah dengan menyebut nama Allahmu yang

2021-2022 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Baturaja - Komaruddin 5


2021-2022 [MATA KULIAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN]

menciptakan ... ”. Informasi ini sekaligus mematahkan paham Atheisme yang menyangkal
keberadaan Allah.
Menyikapi pandangan yang beraneka tentang keberadaan Allah, agama, terutama
agama Islam memberikan informasi yang sangat jelas. Surat Al Ikhlas ayat 1-4 menyebutkan
bahwa Allah itu satu, Allah tempat bergantung, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan
tidak sesuatu pun yang menyerupai-Nya. Firman Allah ini memberikan jawaban tentang
keberadaan Allah yag bersifat monotheis.
Pada contoh kasus di atas, agama memberi penyelesaian yang memuaskan bagi
banyak pihak dibandingkan solusi yang diberikan filsafat dan ilmu pengetahuan. Agama
memberi kepastian yang mantap terhadap suatu bentuk kebenaran karena kebenaran
agama didasarkan pada suatu kepercayaan.
Agama mengandung sistem credo atau tata kepercayaan tentang sesuatu yang mutlak
di luar manusia. Kebenaran agama adalah kebenaran yang mutlak karena berasal dari
sesuatu yang mutlak. Agama merupakan kebenaran yang bersumber dari wahyu dan
lazimnya disebut sebagai agama wahyu, agama samawi, agama langit atau agama profetis
yang diturunkan melalui perantaraan seorang utusan/rosul. Agama memberikan petunjuk
tentang suatu kebenaran melalui kitab suci.

َ َ‫إَّنا َأ ْن َزلْنَا إلَ ْي َك ْإل ِكت‬


‫اب ِِبلْ َح ِق‬
”Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu
ِ ِ dengan membawa
kebenaran” (QS. An-Nisa : 105).

Kitab yang diturunkan Allah terdiri atas “kitab yang diturunkan” dan “kitab yang
diciptakan”. Kitab yang diciptakan adalah alam semesta dengan segala isinya, adapun kitab
yang diturunkan adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada nabi dan rasul yang tertuang
dalam Zabur, Taurat, Injil dan Al-Quran. Kitab yang diciptakan dalam bentuk alam semesta
dan isinya dilengkapi dengan peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang menjadi dasar
pergerakannya sehingga dapat berjalan rapi, teratur dan harmonis. Hukum tersebut
dinamakan Sunnatullah. Sunatullah atau hukum-hukum alam (natural laws) tidak tercipta
dengan sendirinya melainkan diciptakan oleh Allah. Tugas manusia itu mencari hukum-
hukum alam itu sebanyakbanyaknya melalui pengamatan, percobaan, latihan dan penelitian,
sehingga hasilnya dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan alam semesta.
Al Qur’an, Al Kitab yang diturunkan Allah mengandung petunjuk dan tuntunan hidup
bagi manusia dan petunjuk-petunjuk tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman bagi
penyelidikan alam semesta atau untuk memahami gejala dan hakekat hidup dan kehidupan
yang berubah-ubah dari masa ke masa.

‫ُْشى ِللْ ُم ْس ِل ِم َي‬


َ ْ ‫َش ٍء َوهُدً ى َو َر ْ َْح ًة َوب‬ َ َ‫َونَ ازلْنَا عَلَ ْي َك ْإل ِكت‬
ِ ُ ‫اب ِتبْ َياَّنً ِل‬
َْ ‫ك‬
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. (QS. An-
Nahl : 89).

Surat di atas memberikan informasi kepada manusia tentang bagaimana


menyelesaikan setiap persoalan, baik yang menyangkut masalah duniawi maupun akhirat
dengan berijtihad atau menggali nilai-nilai Al-Quran dengan kemampuan daya nalarnya dan
menganalisis setiap problema yang dihadapi. Dengan cara demikian, maka Al-Quran
merupakan sumber yang tidak pernah kering untuk menyelesaikan, dan menuntaskan
semua persoalan kehidupan. Al Qur’an sebagai sumber kebenaran banyak memberikan
petunjuk yang jelas mengenai ilmu pengetahuan, filsafat dan berbagai aspek kehidupan
lainnya.
Ayat-ayat yang menjelaskan dan memberikan solusi dalam berbagai bidang keilmuan
ada di berbagai tempat. Dalam bidang kesehatan, misalnya, terdapat ayat-ayat yang
berbicara tentang ekologi, botani, zoologi, obstetri dan ginekologi (kebidanan dan
kandungan), ilmu penyakit, dan sebagainya. Ayat-ayat yang dimaksud antara lain :

6 Komaruddin – Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Baturaja


[MATA KULIAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN] 2021-2022

1. Ayat-ayat yang berbicara tentang ekologi, yakni :


‫َِضإ ُ ُْن ِر ُج ِمنْ ُه ًََّاا‬
ً ِ ‫َش ٍء فَأَخ َْر ْجنَا ِمنْ ُه خ‬ َْ ‫ك‬ ِ ُ ‫ات‬ َ ‫إلس َما ِء َم ًاء فَأَخ َْر ْجنَا ِب ِه ن َ َب‬
‫َوه َُو ا ِإَّلي َأ ْن َز َل ِم َن ا‬
َْ ْ ََ‫ات ِم ْن َأ ْننَ ٍاب َو اإلزيْ ُوو َ َو ّمإلر اما َ ُم ْتبَهِ ًا َو‬ ٍ ‫ُم َ َتإ ِب ًبا َو ِم َن إلنال ِْل ِم ْن َللْ ِعهَا ِق ْن َوإ د َاإ ِن َي دة َو َجن ا‬
َ ‫ُمبَتَ ا ِب ٍه ۗ إن ُْظ ُروإ إ ََل ثَ َم ِر ِه إ َذإ أَثْ َم َر َوي َ ْن ِع ِه ۚ إ ا ِِف َذَٰ ِل ُ ُْك َلآ ََي ٍت ِلقَ ْو ٍم ي ُ ْؤ ِمنُو‬
“Dan Dia menurunkan air hujan dari awan, lalu Kami tumbuhkan dengannya segala
ِ ِ ِ
macam tumbuh-tumbuhan. Kami tumbuhkan diantaranya tanaman yang menghijau
(daunnya), Kami keluarkan daripadanya buah yang bersusun-susun, dari pohon korma
yaitu dari mayangnya mengurangi tangkai-tangkai yang menjula, dan ditambahkan lagi
dengan kebun-kebun anggur, zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya ketika berbuah dan masak. Sesungguhnya dalam hal yang
demikian itu dapat menjadi (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
beriman” (QS. Al-An’am : 99).
َ ‫إب َو ِمنْ ُه ََش دَر ِفي ِه ت ُ ِس ميُو‬ َ َ ‫إلس َما ِء َم ًاء ۖ لَ ُ ُْك ِمنْ ُه‬
‫َش د‬ ‫ه َُو ا ِإَّلي َأ ْن َز َل ِم َن ا‬
“Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi
minuman dan sebagiannya (menyuburkan tumbuh-tumbuhan pada tempat tumbuhnya),
kamu menggembalakan ternakmu”. (QS. An-Nahl : 10)

2. Ayat-ayat yang berbicara tentang botani, yakni :


‫ات ِم ْن َأ ْننَ ٍاب َو َز ْر دع َو َ ُِني دل ِص ْن َوإ د َوََ ْ ُْ ِص ْن َوإ ٍ ي ُْسقَى ِب َما ٍء‬ ‫َو ِِف ْ َإل ْر ِض ِق َط دع ُمتَ َجا ِو َر د‬
‫إت َو َجن ا د‬
ِ ُ ُ‫َوإ ِح ٍد َون ُ َف ِض ُل ب َ ْعضَ هَا عَ ََل ب َ ْع ٍض ِِف ْإل‬
َ ‫ك ۚ إ ا ِِف َذَٰ ِ َِل َل آ ََي ٍت ِلقَ ْو ٍم ي َ ْع ِقلُو‬
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan kebun-kebun anggur,
ِ
tanam-tanaman dan pohom korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami
dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian
yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu Terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir” (QS Ar-Ra’du : 4).
‫ فَأَنْ َببْنَا ِفهيَا ًََّاا‬- ‫ ُ اُث َشقَ ْقنَا ْ َإل ْر َض َشقاا‬- ‫ َأَّنا َص َببْنَا إلْ َم َاء َص ابا‬- ‫فَلْ َي ْن ُظ ِر ْإًّلن ْ َسا ُ إ ََل َل َعا ِم ِه‬
ِ
‫ َمتَاعًا لَ ُ ُْك َو ِ َلنْ َعا ِم ُ ُْك‬- ‫ َوفَا ِبهَ ًة َو َأ اِب‬- ‫ َو َحدَ إئِ َق َُلْ ًبا‬- ‫ َو َزيْ ُووَّنً َو َ ُْن ًل‬- ‫َو ِننَ ًبا َوقَضْ ِ ًبا‬
“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makannya. Sesungguhnya Kami benar-
benar telah mencurahkan air (dari langit). Kemudian Kami belah bumi dengan
sebaikbaiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran,
zaitun dan pohon korma, kebun-kebun yang lebat dan buah-buahan serta rumput-
rumputan, untuk kesenangan dan untuk binatang-binatang ternakmu” (QS ‘Abasa : 24
– 32).
ٍ َ‫ َوإلنا ْل َل َِب ِسق‬- ‫ات َو ََ اب إلْ َح ِصي ِد‬
‫ات لَهَا َللْ دع ن َِضي دد‬ ٍ ‫إلس َما ِء َم ًاء ُمًَّ َار ًًك فَأَنْ َببْنَا ِب ِه َجن ا‬ ‫َونَ ازلْنَا ِم َن ا‬
ُ ‫ِر ْزقًا ِللْ ِع َبا ِا ۖ َو َأ َْ َي ْينَا ِب ِه ب َ ْ َْل ًة َم ْي ًوا ۚ َب َ َٰذ ِ َِل إلْخ ُُر‬
‫وج‬
“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon korma yang
tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezeki
kepada hamba-hamba (Kami). Dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati
(kering). Seperti itulah terjadi Kebangkitan” (QS Qaf : 9 – 11).

3. Ayat-ayat yang berbicara tentang Zoologi, yakni :


‫ك اَإب ا ٍة ِم ْن َما ٍء ۖ فَ ِمْنْ ُ ْم َم ْن ي َ ْم ِِش عَ ََل ب َ ْط ِن ِه َو ِمْنْ ُ ْم َم ْن ي َ ْم ِِش عَ ََل ِر ْجلَ ْ ِي َو ِمْنْ ُ ْم َم ْن‬ ‫إَّلل َخلَ َق ُ ا‬
ُ ‫َو ا‬
‫َش ٍء قَ ِد دير‬ َْ ‫ك‬ ِ ُ ‫إَّلل عَ ََل‬
َ ‫إَّلل َما يَتَ ا ُء ۚ إ ا ا‬ ُ ‫ي َ ْم ِِش عَ ََل َأ ْربَع ٍ ۚ َ َْيلُ ُق ا‬
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagiaan dari jenis
ِ
hewan itu ada yang berjalan diatas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki,

2021-2022 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Baturaja - Komaruddin 7


2021-2022 [MATA KULIAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN]

sedangkan sebagian yang lain berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa
yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS.
An-Nur : 45).
‫َأفَ َل ي َ ْن ُظ ُرو َ إ ََل ْإًّلب ِِل بَ ْي َف ُخ ِلقَ ْت‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan ِ ِ unta, bagaimana ia diciptakan” (QS. Al-
Ghasyiyah : 17).
‫َو َأ ْو ََح َرب ّم َك إ ََل إلنا ْح ِل َأ ِ ا ِإَّت ِذي ِم َن إلْجِ َبالِ بُ ُيوًتً َو ِم َن ا‬
َ ‫إلت َج ِر َو ِم اما ي َ ْع ِر ُشو‬
“Dan Tuhanmu mewahyuklan kepada lebah : Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
ِ
pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibikin manusia” (QS. An-Nahl : 68).
َ ‫إَّلل ۗ إ ا ِِف َذَٰ ِ َِل َلآ ََي ٍت ِلقَ ْو ٍم يُ ْؤ ِمنُو‬
ُ ‫إلس َما ِء َما ي ُ ْم ِس ُكه اُن إ اًّل ا‬
‫ا‬ ‫َألَ ْم يَ َر ْوإ إ ََل ا‬
‫إلط ْ ِْ ُم َسخ َار ٍإت ِِف َج ِو‬
ِ ِ
“Tidaklah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa
ِ
bebas. Tidak ada yang menahannya selain Allah. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (Kebesaran Tuhan) bagi orang yang beriman”.
(QS An-Nahl : 79).
َ ‫إَّلل ِم ْن ِن َبا ِا ِه إلْ ُعلَ َما ُء ۗ إ ا ا‬
‫إَّلل‬ َ ‫َو ِم َن إلنا ِاس َوإدلا َو ِإب َو ْ َإلنْ َعا ِم ُمخْ وَ ِل دف َألْ َوإن ُ ُه َب َ َٰذ ِ َِل ۗ إن ا َما َ َْي ََش ا‬
ِ ِ
‫َن ِز ديز غَ ُف دور‬
“Dan (demikian pula) diantara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-
binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya
yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah Ulama. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al-Fathir : 28).
ْ َ ‫َو َما ِم ْن اَإب ا ٍة ِِف ْ َإل ْر ِض َو ًَّل َلائِ ٍر ي َ ِط ُْ ِ َِبنَا ََ ْي ِه ِإ اًّل ُأ َم دم َأ ْمث َالُ ُ ُْك ۚ َما فَ ار ْلنَا ِِف ْإل ِكتَ ِاب ِم ْن‬
‫َش ٍء‬
“Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidaklah Kami
alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab”. (QS. Al-An’am : 38).

4. Ayat-ayat yang berbicara tentang Obstetri dan Ginekologi, yakni :


‫ ُ اُث َخلَ ْقنَا ألنّم ْط َف َة عَلَقَ ًة‬. ٍ‫ ُ اُث َج َعلْنَ َٰ ُه ن ُْط َف ًة ِِف قَ َر ٍإر ام ِكي‬. ٍ‫َولَقَدْ َخلَ ْقنَا أ ًّْل َنس َٰ َن ِمن ُسلَ َٰ َ ٍَل ِمن ِلي‬
‫فَ َللَ ْقنَا ألْ َعلَقَ َة ِ ُمضْ غَ ًة فَ َللَ ْقنَا ألْ ُمضْ غَ َة ِن َظ َٰ ًما فَ َك َس ْوَّنَ ألْ ِع َظ َٰ َم ل َ ْح ًما ُ اُث َأنتَ أْن َ َٰ ُه َخلْقًا َءإخ ََر ۚ فَتَ َب َاركَ أ ا َُّلل‬
‫َأ َْ َس ُن ألْ َل َٰ ِل ِق َي‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian Kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging (mudgah), dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik” (QS. Al-Mu’minun : 12 – 14).
ِ ْ َ ‫إَّلل ًَّل ي َْس وَ ْح ِِي َأ ْ ي‬
‫ِض َب َمث ًَل َما ب َ ُعوضَ ًة فَ َما فَ ْوقَهَا‬ َ‫إ ا ا‬
“Sesungguhnya Allah tidak segan memberikan perumpamaan berupa apapun seperti
ِ
seekor nyamuk atau yang lebih rendah dari itu…” (QS. Al-Baqarah : 26).
ِ ‫ُض َب َمث َ دل فَ ْاس وَ ِم ُعوإ َ َُل ۚ إ ا ا ِإَّل َين تَدْ نُو َ ِم ْن اُو ِ ا‬
‫إَّلل لَ ْن َ َْيلُ ُقوإ ُذ َِب ًِب َول َ ِو‬ ِ ُ ‫ََي َأُّيّم َا إلنا ُاس‬
ِ
‫ْإجتَ َم ُعوإ َ َُل‬
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan maka dengarkanlah olehmu perumpamaan
itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat
menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya…”
(QS. Al-Hajj : 73).

8 Komaruddin – Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Baturaja


[MATA KULIAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN] 2021-2022

5. Ayat-ayat yang berbicara tentang penyakit, yakni :


‫إب ُم ْخوَ ِل دف َألْ َوإن ُ ُه ِفي ِه‬ َ َ ‫ك إلث ا َم َر ِإت فَ ْاسلُ ِِك ُس ُب َل َرب ِِك ُذلُ ًل ۚ َ َْي ُر ُج ِم ْن بُ ُطوِنِ َا‬
‫َش د‬ ِ ُ ‫ُ اُث ُ ُِكي ِم ْن‬
َ ‫ِش َفا دء ِللنا ِاس ۗ إ ا ِِف َذَٰ ِ َِل َلآي َ ًة ِلقَ ْو ٍم ي َ َو َفكا ُرو‬
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
ِ
telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” (QS. An-Nahl : 69).
َ ‫َظه ََر إلْ َف َسا ُا ِِف إلْ َ ِب َوإلْ َب ْح ِر ِب َما َب َسبَ ْت َأيْ ِدي إلنا ِاس ِل ُي ِذيقَه ُْم ب َ ْع َض ا ِإَّلي َ َِعلُوإ لَ َعلاه ُْم يَ ْر ِج ُعو‬
“Telah nyata kerusakan di darat dan di laut dengan sebab perbuatan tangan manusia,
supaya Dia merasakan kepada mereka sebagian (akibat) dari yang mereka perbuat
supaya mereka kembali” (QS. Ar-Rum : 41).
‫َو َو اص ْينَا ْإًّلن ْ َسا َ ب َِو ِ َإدليْ ِه َ َْحلَ ْو ُه ُأ ّمم ُه َو ْهنًا عَ ََل َوه ٍْن َو ِف َص ُ ُاَل ِِف عَا َم ْ ِي َأ ِ ْإش ُك ْر ِِل َو ِل َو ِ َإدليْ َك‬
ِْ ُ ‫إ َ اِل إلْ َم ِص‬
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ibu bapaknya. Ibunya
ِ
telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan menyapihnya dalam dua tahun.
Hendaklah engkau bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu. Hanya
kepada-Ku lah tempat kembali” (QS. Luqman : 14).

E. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang cara mendapatkannya melalui langkah-
langkah tertentu yang disebut logico hypotetico verifikasi. Logico hypotetico verifikasi dimulai
dengan mengajukan suatu permasalahan, menyusun kerangka teori, merumuskan hipotesis,
menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat
absolut. Kebenaran ilmu pengetahuan dapat diterima selama tidak ada fakta yang menolak
kebenarannya. Kebenaran ilmu pengetahuan juga bersifat pragmatis, artinya pengetahuan
dipandang benar dan sahih sepanjang tidak ditolak kebenarannya dan bermanfaat bagi
manusia.
Ilmu pengetahuan juga tidak selalu memberikan jawaban yang memuaskan terhadap
masalah-masalah manusia dan keterbatasan-keterbasan tersebut memerlukan bantuan
filsafat. Filsafat adalah kebenaran hasil berpikir yang dilakukan secara radikal, spekulatif dan
universal. Kebenaran filsafat diperoleh dengan melakukan perenungan kefilsafatan yang
merupakan percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional dan
memadai. Perenungan kefilsafatan tidak berusaha menemukan fakta, tetapi menerimanya
dari mereka yang menemukan fakta tersebut. Fakta diuji dengan mengajukan kritik atas
makna yang dikandung suatu fakta dan menarik kesimpulan umum atas fakta tersebut.
Kebenaran hasil berpikir filsafat bersumber dari rasio sehingga menghasilkan
kebenaran yang bersifat subyektif dan solipsistik. Setiap ahli filsafat tentu akan
mempertahankan argumentasi hasil pemikirannya dan memandang kebenaran dari sudut
pandang dirinya atau bersifat subyektif.
Ahli filsafat juga bersifat solipsistik, yaitu pandangan yang cenderung membenarkan
pendapatnya sendiri dan menyalahkan pendapat orang lain yang berbeda dengannya.
Disamping kedua kelemahan tersebut, untuk permasalahan-permasalahan tertentu filsafat
juga tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, maka manusia mencari jawaban
yang pasti dengan berpaling kepada agama.
Agama adalah segenap kepercayaan, ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan itu. Kebenaran agama bersifat mutlak karena berasal dari sesuatu
yang mutlak dan memberi penyelesaian yang memuaskan bagi banyak pihak. Agama
memberi kepastian yang mantap terhadap suatu bentuk kebenaran karena kebenaran
agama didasarkan pada suatu kepercayaan dan mengandung sistem credo atau tata
kepercayaan tentang sesuatu yang mutlak di luar manusia.

2021-2022 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Baturaja - Komaruddin 9


2021-2022 [MATA KULIAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN]

Agama memberikan petunjuk tentang berbagai bidang keilmuan, termasuk filsafat dan
aspek-aspek kehidupan. Petunjuk tersebut kebenarannya bernilai mutlak sebagai sesuatu
yang datang dari Yang Maha Mutlak.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Daudy, 1997. Kuliah Aqidah Islam, Jakarta : Bulan Bintang
Ahmad Warson Munawwir. 1984. Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta : Unit
Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren al-Munawwir
Conny R, Semiawan dkk, 2004. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu, cet, ke 6, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Daniel Djuned, 2004. “Konflik Keagamaan dan Solusinya” dalam Syamsul Rijal et.al, Filsafat,
Agama dan Realitas Sosial, Banda Aceh: Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry
Jujun S, Suriasumantri. 1998. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
Lorens Bagus, 1996. Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia
Paul, Edwards. 1972. The Ensiclopedia of Philosophy. (New York : Macmillan Publishing
Rombac, 1984. H. De actualiteit van de wijsbebegeerte-Amsterdam, 1965, dalam Gerard
Beekman, Filosofie, Filosofen, Filosoferen, terj. R.A. Rivai, Filsafat para Filosot Berfilsafat,
Jakarta : Erlangga
Soegiono, Tamsil Muis, 2012. Filsafat Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Soekidjo, Notoadmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Wihadi, Admojo, et.al. 1998. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Yusuf al-Qaradhawy, 2000. Pengantar Kajian Islam, Suatu Analisis Komprehensif tentang Pilar-
Pilar Substansial, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan Islam, terj. Setiawan Budi Utomo,
Jakarta : Al-Kautsar

10 Komaruddin – Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Baturaja

Anda mungkin juga menyukai