Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurmalisa Kusmartini

NIM : 1403619021

Kelas : Pendidikan Sejarah A 2019

MASALAH PUSAT DAN PINGGIRAN DALAM SASTRA JAWA

A. PENGERTIAN PUSAT DAN PINGGIRAN


Pusat adalah tempat berhimpunnya kekuatan-kekuatan yang menentukan jalannya
percaturan politik, yaitu yang menentukan arah perkembangan bangsa dan negara dalam
skala apapun pengertian itu dipahami. Pusat yang demikian dalam suatu negara adalah
identic dengan ibukota negara. Di pusat semacam itu, sebagai fungsi dari berbagai
kemudahan serta tuntutan keunggulan terus-menerus biasanya terhimpun pula
keutamaan-keutamaan dalam berbagai sector kehidupan bangsa.
B. SKEMA PERKEMBANGAN KENEGARAAN JAWA
Perkembangan kemasyarakatan di Jawa yang mempunyai implikasi ketatanegaraan
(dalam pengertiannya yang selonggar-longgarnya) adalah mengikuti tahap-tahap sebagai
berikut:
1) Negara desa
2) Negara federasi antardesa
3) Negara dengan organisasi kewilayahan 3 jenjang
4) Imperium
5) Negara kembar dalam bayang-bayang kekuasaan kolonial
6) Masyarakat tanpa negara di dalam negara kesatuan republik Indonesia.

Dengan mengacu pada skema perkembangan terssebut, maka akan terlihat bahwa
persoalan pusat-pinggiran beru mungkin muncul pada tahap perkembangan nomor 2.
PEWARISAN NILAI DALAM MASYARAKAT JAWA

Ada beberapa saluran untuk pewarisan nilai-nilai budaya dalam suatu masyarakat. Salah
satu diantaranya adalah melalui pengasuhan anak serta segala upaya enkulturasi yang terjadi
dalam lingkungan keluarga. Saluran lain yang umumnya paling disorot adalah sistem pendidikan
yang kurang lebih bersifat formal. Adapun saluran yang ketiga adalah kegiatan-kegiatan dalam
masyarakat yang kurang lebih dapat diikuti oleh “umum” seperti pembacaan sastra, pergelaran
seni pertunjukan, penyimakan terhadap penggambaran relief pada bangunan candi, upacara dan
lain-lain.

Pada masa Jawa Kuno, yaitu ketika bahasa Jawa Kuno digunakan sebagai bahasa resmi
dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat berbagai kegiatan pendidikan yang dapat diketahui
dari data artefaktual maupun tekstual. Yang dimaksud “kegiatan pendidikan” disini adalah dalam
artinya yang amat luas, meliputi yang bersifat formal, nonformal maupun informal. Untuk
kontenks Jawa Kuno, pendidikan formal dicirikan dengan; (1) ada guru dan ada murid dengan
kejelasan status masing-masing, (2) ada suatu pokok pelajaran tertentu yang dipelajari, (3) ada
tempat tertentu di mana proses belajar dilakukan.

Adapun yang dimaksud pendidikan nonformal dalam konteks Jawa Kuno ini dapat
ditandai oleh tidak adanya kriteria ketiga tersebut di atas, yaitu tempat belajar khusus. Lalu untuk
pendidikan informal itu tidak diikat oleh batas-batas waktu tertentu maupun tingkatan (dan
tempat) dan tujuannya adalah untuk secara umum memberikan informasi ataupun menanamkan
watak, moral maupun nilai-nilai budaya ataupun keagamaan.

A. NILAI-NILAI YANG DIWARISKAN


Secara garis besar, pembahasan dalam tulisan ini dibatasi hanya oada nilai-nilai
budaya yang berkenaan dengan: (1) hubungan manusia dengan adi-kodrati; dan (2)
hubungan manusia dengan sesamanya. Hubungan manusia dengan adi-kodrati
menyangkut beberapa aspek yang dari adi-kodrati itu seperti konsep mengenai hakikat
“kebenaran tertinggi”, konsep mengenai kosmos, serta konsep mengenai hakikat
kehidupan makhluk dalam alam semesta.
B. SARANA PEWARISAN NILAI
Kepatutan perilaku sehubungan dengan kedudukan dan peran di dalam
masyarakat amat diperhatikan oleh orang Jawa. Perilaku yang tidak tepat atau tidak patut
dianggap sebagai tanda kekurangan adab. Unsur-unsur kaidah interaksi antaranggota
masyarakat itu, sebagai suatu kesepakatan sosial, diwujudkan ke dalam sejumlah sarana
berkenaan dengan berbagai arena kehidupan manusia. Juga jumlah sarana penanda posisi
sosial telah amat dikembangkan dalam kebudayaan Jawa. Karena itulah dalam
penggunaan tingkat tutur, pemilihan laras bahasa dan kosa kata, orang yang “berbudaya”
akan sangat berhati-hati untuk membuat pilihan yang tepat.

KELOMPOK MATA KULIAH KEBUDAYAAN JAWA

A. PERKULIAHAN KEBUDAYAAN JAWA


Himpunan mata kuliah bertajuk Kebudayaan Jawa pada dasarnya dapat
memenuhi dua tuntutan, yaitu pertama¸sebagai latar bagi pemahaman yang lebih
mendalam atas bahasa dan sastra Jawa dan kedua, sebagai suatu arah pengkhususan studi
tersendiri yang akan lebih mantap apabila didukung oleh sumber-sumbernya.
Pengetahuan mengenai Kebudayaan Jaw aitu dapat dirinci berdasarkan aspek-aspek
berserta permasalahannya, yaitu:
1. Sejarah Jawa
2. Sejarah Kebudayaan Jawa
3. Tradisi-tradisi dalam Kebudayaan Jawa; dan
4. Permasalahan Kebudayaan Jawa Masa Kini

Pertanyaan :

1. Sebutkan tahapan-tahapan perkembangan masyarakat Jawa!


 Perkembangan kemasyarakatan di Jawa mengikuti tahap-tahap berikut:
1) Negara desa
2) Negara federasi antardesa
3) Negara dengan organisasi kewilayahan 3 jenjang
4) Imperium
5) Negara kembar dalam bayang-bayang kekuasaan kolonial
6) Masyarakat tanpa negara di dalam negara kesatuan republik Indonesia.
2. Jelaskan perbedaan antara pendidikan bersifat formal, nonformal dan informal pada masa
Jawa Kuno!
 Untuk kontenks Jawa Kuno, pendidikan formal dicirikan dengan; (1) ada guru dan
ada murid dengan kejelasan status masing-masing, (2) ada suatu pokok pelajaran
tertentu yang dipelajari, (3) ada tempat tertentu di mana proses belajar dilakukan.
Adapun yang dimaksud pendidikan nonformal dalam konteks Jawa Kuno ini
dapat ditandai oleh tidak adanya kriteria ketiga tersebut di atas, yaitu tempat
belajar khusus. Lalu untuk pendidikan informal itu tidak diikat oleh batas-batas
waktu tertentu maupun tingkatan (dan tempat) dan tujuannya adalah untuk secara
umum memberikan informasi ataupun menanamkan watak, moral maupun nilai-
nilai budaya ataupun keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai