Anda di halaman 1dari 3

Nama : LIA JATUL UMROH

Nim : 2020120193

Prodi : Manajemen

HAK ASASI MANUSIA

Menuju Democratic Governance

Democratic governance mempunyai tiga sisi lain hal krusial yang harus
dicermati yaitu hakiki ,democratic governance sebgai sebuah remidi ataucure
bagi negara-negara yang terjebak pada suatu transisi keadaan akankehilangan
atau berkurang maknanya bila negara-negara itu masuk kedalan transisi lain.
Masa transisi, yang semestinya dipandang masa peralihan menuju ke situasi
yang lebih baik,tidak dapat sebagai acuan untuk tinggal landas persoalan negara
dari waktu ke waktu. Kedua sifat kondosional untuk pemenuhan format bantuan
lembaga atau negara donor menghasilkan ketidak setaraan hubungan antar
negara,pada tahap ini suatu negara cenderung hanya berusaha mencapai
persyaratan formal yang managed,made up,dan structured. Ketiga,fokus
perhatian hal yang sering terjadi adalah peniruan atau pengopian suatu program
yang sukses dijalankan suatu negara untuk diterapkan pada negara baru tanpa
memperhatikan kondisi sosial,politik dan budaya. Maka penyelenggaraan
pemerintahan diharapkan teapt sasaran sesuai dengan rencana strategis yang
telah ditetapkan,berdaya guna dan berhasil guna,terbuka dan dapat diawasi oleh
semua orang,serta tanggung jawab terhadap segala kebijakan yang ditetapkan.
HAM dari kalangan tertentu dituntut untuk dibubarkan oleh kalangan yang
kepentingannya dirugikan. Nilai nilai HAM seharusnya diterapkan secara
menyeluruh disegala lapisan masyarakat sehingga segala bentuk diskriminasi
rasial,dan abilitas enar benar mendapat perhatian yang memadai. Di sisi lain,
pandangan yang terlalu menyederhanakan HAM perlu pula diluruskan. Harus
diakui penegakan HAM di indonesia masih tetap membutuhkan landsan yang
bakudan kuat. Kurang memadainya landasan kuat untuk jaminan HAM
memunculkan kekhawatiran tentang ragam pelanggaran HAM secara potensial
akan tetap muncul,meskipun tdak ada jaminan juga bahwa landasan yang solid
untuk penegakan HAM akan meniadakan pelanggaran. Pengingkaram HAM
yang terjadi pada masa kekuasaan rezim orde baru juga menampakan
kecenderungan yang serupa. Dalam kurun waktu 32 tahun, sejumlah kebebasan
berserikat dan kebebasan Pers dicederai, diganggu dan bahkan dimatikan.
Selain ihr, interpretasi terhadap Pancasila (melalui dan dengan nama Demokrasi
Pancasila, Pers Pancasila dan Ekonomi Pancasila). Tiga jenis pelanggaran
mengemuka dan layak catat selama periode pemerintal'ran Presiden Soekamo
dan Soeharto (Orde Baru). Ketiga jenis pelanggaran itu adalah pembatasan hak
berserikat, pembungkaman Pers/ dan terbunuhnya pelajar atau mahasiswa. Hal
terakhir ini pada umumnya terjadi pada tahun-tahun akhir masa pemerintahan
meieka, walaupun kenyataan itu tidakberarti bahwa Soekamo atau Soehartolah
yang secara langsung memberi instruksi dan bertanggung jawab untuk hal itu.
Pemerintah berdasarkan hukum, dalam demokrasi, undang-undang
merupakan batas penggunaan kekuasaan setiap penggunaan kekuasaan yang
tidak dibatasi oleh undang-undang akan memiliki kecenderungan untuk
disalahgunakan.
Pembagian kekuasaan, untuk mewujudkan rule of Law, maka kekuasaan
membuat undang-undang, kekuasaan menjadi undang-undang dan kekuasaan
untuk mengadili terhadap pelanggaran undang-undang, tidak boleh berada di
salam satu tangan.
Pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia, pemerintah yang
berdemokrasi akan memberikan Pengakuan dari perlindungan terhadap hak
asasi manusia bahwa setiap warga negara memiliki persamaan dalam bidang
politik hukum ekonomi dan sosial budaya.
Pelaksanaan good governance secara benar dan konsisten bagi dunia usaha
adalah perwujudan dari pelaksanaan etika bisnis yang seharusnya dimiliki oleh
setiap lembaga korporasi yang ada didunia. Dalam lingkup tertentu etika bisnis
berperan sebagai elemen mendasar dari konsep CSR (Corporate Social
Responsibility) yang dimiliki oleh perusahaan. Pihak perusahaan mempunyai
kewajiban sebagai bagian masyarakat yang lebih luas untuk memberikan
kontribusinya. Praktek good governance menjadi kemudian guidence atau
panduan untuk operasional perusahaan, baik yang dilakukan dalam kegiatan
internal maupun eksternal perusahaan. Internal berkaitan dengan operasional
perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut bekerja, sedangkan eksternal
lebih kepada bagaimana perusahaan tersebut bekerja dengan stakeholder
lainnya, termasuk didalamnya publik. Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of
Law) Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan
kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan
dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good governance, harus diimbangi
dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-karakter
antara lain sebagai berikut: Supremasi hukum (the supremacy of law),
Kepastian hukum (legal certainty), Hukum yang responsip, Penegakkan hukum
yang konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka hukum
harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-
hukum yang menyangkut hak asasi manusia. Diterapkannya Good Governance
diIndonesia tidak hanya membawa dampak positif dalam sistem pemerintahan
saja akan tetapi hal tersebut mampu membawa dampak positif terhadap badan
usaha non-pemerintah yaitu dengan lahirnya Good Corporate Governance.
Dengan landasan yang kuat diharapkan akan membawa bangsa Indonesia
kedalam suatu pemerintahan yang bersih dan amanah.

Anda mungkin juga menyukai