Anda di halaman 1dari 2

ANATOMI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG

PERKAWINIAN

BAB I dasar perkawinan (pasal 1-5)

BAB II syarat – syarat perkawinan (pasal 6-12)

BAB III pencegahan perkawinan (pasal 13-21)

BAB IV batalnya perkawinan (pasal 22-28)

BAB V perjanjian perkawinan (pasal 29)

BAB VI hak dan kewajiban suami-istri (pasal 30-34)

BAB VII harta benda dalam perkawinan (pasal 35-37)

BAB VIII putusnya perkawinan serta akibatnya (pasal 38-41)

BAB IX kedudukan anak (pasal 42-44)

BAB X hak dan kewajiban antara orang tua dan anak (pasal 45-49)

BAB XI perwakilan (pasal 50-54)

BAB XII ketentuan – ketentuan lain (55-63) terdiri dari 4 bagian

Bagian pertama : pembuktian asal usul anak (pasal 55)

Bagian kedua : perkawinan diluar Indonesia (pasal 56)

Bagian ketiga : perkawinan campuran (pasal 57-62)

Bagian keempat : pengadilan (pasal 63)

BAB XIII ketentuan peralihan (pasal 64-65)

BAB XIV ketentuan penutup (pasal 66-67)

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1


Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Perubahan tersebut salah satunya tertera pada Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan bahwa “Perkawinan hanya diizinkan bila
pria mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16
(enam belas) Tahun”. Adapun perubahannya dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pada
Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa ”Perkawinan hanya dapat diizinkan apabila pria dan
wanita sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun”.

Artinya terdapat kenaikan usia perkawinan dari 16 tahun menjadi 19 tahun.

Dari perubahan tersebut memiliki Norma kabur :

1. efektifitas hukum dari Soerjono soekanto bahwa suatu efektifitas hukum dipengaruhi
oleh beberapa aspek di antaranya aturannya sendiri, penegak hukum, fasilitas,
masyarakat dan budaya. Efektifitas Undang -undang nomor 16 tahun 2019 tentang
perkawinan belumlah efektif. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah kasus
perkawinan setiap tahunnya seperti nikah usia muda, poligami sampai dengan KDRT.

Komnas Perempuan mencatat, sepanjang tahun 2021, ada 59.709 kasus pernikahan dini yang
diberikan dispensasi oleh pengadilan.

Walaupun ada sedikit penurunan dibanding tahun 2020, yakni 64.211 kasus, namun angka ini
masih sangat tinggi dibandingkan tahun 2019 yang berjumlah 23.126 pernikahan anak.

2. Dikarenakan perubahan tersebut berakibat pada meningkatnya jumlah perkara


dispensasi kawin di Pengadilan Agama Jika terjadi penyimpangan atas ketentuan
batasan umur tersebut orang tua pihak pria dan/atau orang tua pihak wanita dapat
memintab dispensasi ke Pengadilan dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-
bukti pendukung yang cukup (Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang "Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan).

Yang dimaksud dengan "bukti-bukti pendukung yang cukup" adalah surat keterangan yang
membuktikan bahwa usia mempelai masih di bawah ketentuan undang-undang dan surat
keterangan dari tenaga kesehatan yang mendukung pernyataan orang tua bahwa perkawinan
tersebut sangat mendesak untuk dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai