Anda di halaman 1dari 2

Judul Buku : Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan

Penulis : Abdul Munir Mulkhan


Peresensi : Immawati Fayza Widya Puspita
Jabatan : Anggota Bidang Kader PK IMM Insan Kamil

Bagian pertama, etika welas asih pembaruan, pada bagian ini membahas mengenai
etos pembaruan Kiai Ahmad Dahlan, dimana beliau mendirikan rumah sakit yang
berkerjasama dengan dokter-dokter berkebangsaan Belanda, yang padahal pada saat itu umat
memandang haram seorang muslim untuk berteman dengan orang-orang Belanda dan yang
beragama Nasrani.

Rasionalsasi fungsional yang melahirkan etika welas asih bisa disebut sebagi
paradigma pembaruan Kiai Ahmad Dahlan dalam merealisasikan Islam yang ia pahami
dalam praktik kehidupan sosial. Pemahaman Kiai Ahmad Dahlan yang terbaca dari berbagai
aksi sosial merupakan tafsiran surat Al-Ma,un. Tafsir Kiai atas Al-Maun mendasari karya
beliau berupa rumah sakit, panti asuhan, rumah jompo, rumah miskin, dan berbagai aksi
sosial yang seluruhnya diperuntukkan bagi kaum duafa.

K.H. Ahmad Dahlan mengajarkan banyak sekali konsep kehidupan yang kemudian
diterapkan di organisasi Muhammadiyah. Metode pembelajaran yang dikembangkan K.H
Ahmad Dahlan bercorak kontekstual melalui prosses penyadaran. Sebagai contoh, beliau
mengajarkan surat al- Ma’un secara berulang-ulang kepada santri sampai santri menyadari
bahwa surat itu mengajarkan kita memperhatikan dan menolong fakir miskin dan harus
mengamalkan isinya.

Bagian kedua, pendidikan kemanusian, pada bagian ini menjelaskan bahwa inti
ajaran islam, dengan satu asas kebenaran yang memandang semua manusia berkedudukan
sama. Dari kerja Kiai Dahlan, tumbuh suatu sistem nilai dan tradisi pendidikan
dalam pengertian yang
luas. Dari sini muncul kesadaran, bahwa setiap orang wajib menyebarkan ilmu sekaligus
ajaran Islam ke semua orang di semua tempat, menjadi guru sekalius murid, belajar dan
juga mengajar untuk sebuah kebaikan hidup bagi seluruh umat manusia. Sekolah, madrasah,
dan pesantren adalah instrumen dan media promosi kebaikan
hidup, penyumpurnaan budi dan akal yang terus disempurnakan sesuai zaman dan perkemban
gan ilimu. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan mengenai pendidikan dalam Muhammadiyah
yaitu penggabungan disiplin ilmu umum dan agama menjadi satu kesatuan yang
tidak terpisahkanantara satu dengan yang lainnya.

Tak hanya di bidang pendidikan, gerakan Muhammadiyah ini di kumudian hari


lebihmengidentifikasi diri sebagai gerakan puritan yang antara lain gencar memberantas
takhayu, bid’ah dan k(c)hufarat (TBC). Program spiritualisasi syariah, lebih sesuai peran hati
sucisebagai pondasi keselahan spiritual dan revatalisme puralistik Kiai Ahmad Dahlan
sebagaidasar terbuka, kritis dan kreatif dalam mencari kebenaran. Pandangan itulah yang
kemudian dikenal dalam gagasan islam inklusif, seperti enolakan Kiai Ahmad Dahlan
terhadap fanatisme keagaman sebagai dasar pencarian kebenaran. Baginya, tradisi TBC
adalah karena kebodohan yang kuncinya ialah pendidikan bagi penyemputrnaan akal kritis
dan bebas-kreatif.

Judul Buku : Manifesto Gerakan Intelektual Profetik


Penulis : Halim Sani
Peresensi : Immawati Fayza Widya Puspita
Jabatan : Anggota Bidang Kader PK IMM Insan Kamil

Anda mungkin juga menyukai