Anda di halaman 1dari 3

KOLESISTITIS

No. Dokumen : /PKM-BTG/SPO/I/2022

No. Revisi : 01
UPT PUSKESMAS BATANG SPO
Tanggal Terbit : 15 Januari 2022
Andi Ismainar Bahtiar, S.Kep, Ns
Halaman : 1/1 Nip. 19780128 199303 2 005
1. Pengetian Kolesistitis adalah reaksi inflamasi akut atau kronis dinding kandung
empedu. Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis
adalah stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung
empedu. Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu
(90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan stasis cairan
empedu

2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas dalam memberikan penanganan pada


pasien yang di diagnosis kolesistitis

3. Kebijakan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK 01.07 /


Menkes / 1186 /2022 Tentang panduan praktik klinis bagi dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama

4. Referensi Buku Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan Primer

5. Bahan/Alat Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin


6. Prosedur/ Langkah- 1. Anamnesis
langkah Kolesistitis akut:

a. Demam

b. Kolik perut disebelah kanan ataas atau epigastrium dan teralihkan


ke bawah angulus scapula dekstr, bahu kanan atau yang ke sisis
kiri, kadang meniru nyeri angina pectoris, berlangsung 30-60 menit
tanpa peredaan, berbeda dengan spasme yang Cuma berlangsung
singkat pada kolik bilier

c. Serangan muncul setelah konsumsi makanan besar atau maknan


berlemak dimalam hari.
d. Flatulens dan mual
Kolesistitis kronik

a. Gangguan pencernaan menahun

b. Serangan berulang namun tidak mencolok

c. Mual, muntah dan tidak tahan makanan berlemak

d. Nyeri pert yang tidak jelas disertai dengan sendawa

2. Pemeriksaan fisk
Pemeriksaan fisik

a. Ikterik bila penyebab adanya batu disaluran empedu ekstra hepatik

b. Teraba massa kandung empedu

c. Nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis local, tanda Murphy


positif.

Pemeriksaan penunjang: leukositosis

3. Penegakan diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
laboratorium.

4. Penatalaksanaan
Pasien yang telah terdiagnosis kolesistitis dirujuk ke fasilitas
kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesilis penyakit dalam.
Penanganan dilayanan primer, yaitu:

a. Tirah baring
b. Puasa
c. Pasang infus
d. Antibiotik
1) Golongan penisilin: ampisilin injeksi 500 mg/6jam dan amoksilin
500 mg/8 jam IV, atau
2) Sefalosporin: ceftriaxone 1 gr/12 jam, cefotaxime 1 gr/8 jam,
3) Metronidazole 500 mg/ 8jam
5. Kriteria rujukan
Pasien yang telah terdiagnosis kolesistitis dirujuk ke layanan
sekunder (spesialis penyakit dalam) sedangkan bila terdapat indikasi
untuk pembedahan pasien dirujuk pula ke spesialis bedah.
6. Dokumentasi dalam rekam medik
7. Diagram Alir

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang

Penegakan
Kriteria Penatalaksanaan Diagnosis utama
Rujukan dan diagnosis
banding

Dokumentasi
dalam RM

8. Hal-hal yang perlu


1. Keluarga diminta untuk mendukung pasien untuk menjalani diet
diperhatikan
rendah lemak dan menurunkan berat badan.
2. Pada pasien yang pernah mengalami serangan kolesistitis akut dan
kandung empedunya belum diangkat kemudian mengurangi asupan
lemak dan menurunkan berat badannya harus dilihat apakah terjadi
kolesistitis akut berulang.
3. Perlu dilihat ada tidak indikasi untuk dilakukan pembedahan.
9. Unit terkait 1. Poli Umum
2. Apotek
10. Dokumen Terkait Rekam Medik (Family Folder)

11 Rekaman Historis
Tanggal Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai