Anda di halaman 1dari 13

ISSN 2088 – 5369

IDENTIFIKASI TINGKAT KESEGARAN DAN KERUSAKAN FISIK IKAN DI


PASAR MINGGU KOTA BENGKULU

LEVELS OF FRESHNESS AND PHYSICAL DAMAGE IDENTIFICATION OF FISH


AVAILABLE FOR COMSUMERS AT PASAR MINGGU MARKET BENGKULU

Novia Lestari1, Yuwana2* dan Zulman Efendi2


1
Alumni Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
2
Dosen Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
*E-mail: yuwana@unib.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this research was to identify level of freshness of some fishes available at Pasar
Minggu Market in Bengkulu City based on SNI 01-2729.1-2006. The research was done by
observing the available Sarden (Sadinella spp), Tuna (Thunnus spp), Tongkol (Euthynnus pelamial),
Bawal Putih (Pampus argenteus) and Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) in the morning (07.00
am), noon (12.00 am) and evening (17.00 am) for their freshness during September to Oktober 2013.
Result of the research indicated that all of the observed fishes were fresh in the morning; only
Sarden became unfresh at noon, and all of the observed fish has turned to unfresh anymore in the
evening. Types of physical damage for Sarden was that its stomach was out and its head was off, for
Tuna and Tongkol were bruish, injury, and material inside the body of fish; for Bawal and Kakap
were bruish and injury.
Keywords: fish freshness, SNI 01-2729.1- 2006, fish damage

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kesegaran ikan di Pasar Minggu
Kota Bengkulu berdasarkan SNI 01-2729.1-2006. tentang Spesifikasi Ikan Segar, jenis-jenis
kerusakan fisik, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan fisik tersebut. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode survei. Analisis data dilakukan menggunakan metode induktif
kualitatif, yaitu pendekatan dengan pendeskripsian data dari bentuk umum ke khusus. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan SNI 01-2729.1- 2006, tingkat kesegaran ikan Sarden
(Sadinella spp), Ikan Tuna (Thunnus spp), Ikan Tongkol (Euthynnus pelamial), Ikan Bawal Putih
(Pampus argenteus) dan Ikan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) di Pasar Minggu Kota Bengkulu
pada pagi hari semuanya tergolong segar, pada siang hari ikan Sarden sudah mengalami penurunan
tingkat kesegaran, dan pada sore hari semua jenis ikan tersebut sudah tidak segar. Jenis-jenis
kerusakan fisik ikan di Pasar Minggu Kota Bengkulu untuk ikan Sarden adalah isi perut keluar dan
kepala lepas, untuk ikan Tuna dan ikan Tongkol karena memar, luka, dan adanya benda asing dalam
tubuh ikan, dan untuk ikan Bawal dan ikan Kakap adalah karena memar dan luka.
Kata kunci :kesegaran ikan, SNI 01-2729.1- 2006, kerusakan ikan
IDENTIFIKASI TINGKAT KESEGARAN DAN KERUSAKAN FISIK IKAN

PENDAHULUAN yang ada, sehingga secara keseluruhan,


ikan segar adalah ikan dengan peroleh
Ikan termasuk komoditas yang sangat total nilai 42 sampai dengan 54. Artinya,
mudah rusak dan membutuhkan ikan yang perolehan total nilainya kurang
penanganan segera setelah diambil dari 42 termasuk kategori ikan tidak segar.
(dipanen) dari laut. Hal ini dapat dilihat Selain tingkat kesegaran ikan yang
pada ikan-ikan yang baru ditangkap dalam menentukan mutu dan nilai jual ikan,
beberapa jam saja kalau tidak diberi tingkat kerusakan yang terjadi pada bagian
perlakuan atau penanganan khusus yang tubuh ikan juga turut mempengaruhi mutu
tepat, maka mutu ikan tersebut akan dan nilai jualnya.Kerusakan yang dialami
menurun. Penanganan ikan basah harus ikan secara fisik ini disebabkan
dimulai segera setelah ikan diangkat dari penanganan yang kurang baik, sehingga
laut (saat pemanenan) dengan perlakuan menyebabkan luka ataupun memar pada
suhu rendah serta memperhatikan faktor bagian badan ikan, sehingga ikan menjadi
kebersihan (sanitasi) dan kesehatan lembek.Benturan fisik dapat terjadi mulai
(higienis). Salah satu faktor yang dari penangkapan (pemanenan), selama
menentukan nilai jual ikan dan hasil pengangkutan dan distribusi, sampai ke
perikanan lainnya adalah tingkat tangan penjual (pengecer) di pasar.
kesegarannya (Junianto, 2003). Benturan fisik akan menyebabkan luka
Ikan segar adalah ikan yang masih dan memar pada tubuh ikan. Bahan
mempunyai sifat yang sama seperti ikan pangan yang luka dan memar akan
hidup, baik rupa, bau, rasa, maupun menyebabkan terjadinya peningkatan
teksturnya. Menurut Adawyah (2007), enzim proteolitik (Afrianto, 2003). Faktor-
salah satu parameter untuk menentukan faktor yang menyebabkan terjadinya
kesegaran ikan adalah penilaian kerusakan fisik ikan harus menjadi
organoleptik. Dalam rangka memberikan perhatian serius, baik oleh nelayan,
jaminan mutu dan keamanan pangan distributor, dan pedagang (pengecer).
komoditas ikan segar yang akan Penanganan yang baik dan tepat dapat
dipasarkan di dalam dan luar negeri, maka mengeliminir probabilitas tingkat
ikan yang dipasarkan harus memenuhi kerusakan fisik yang terjadi, sehingga nilai
semua ketentuan yang terdapat dalam jualnya tetap tinggi dan gizi yang
Standar Nasional Indonesia Nomor 01- terkandung di dalamnya tidak berkurang.
2729.1 Tahun 2006 tentang Spesifikasi Pasar Minggu Kota Bengkulu sebagai
Ikan Segar. Dalam SNI 01-2729.1-2006 salah satu pasar yang dikelola oleh
tentang Spesifikasi Ikan Segar ini Pemerintah Kota Bengkulu berperan
dijelaskan bagian tubuh yang mendapat sebagai tempat para pedagang menjual
perhatian untuk menilai tingkat kesegaran berbagai hasil laut, termasuk jenis ikan.
ikan meliputi 1) kenampakan mata, 2) Ikan yang dijual di pasar ini sebagian
insang, 3) lendir permukaan tubuh, 4) besar merupakan ikan hasil tangkapan
daging (warna dan kenampakan), 5) bau, nelayan yang berdomisili di wilayah
dan 6) tekstur daging. Penilaian pesisir Kota Bengkulu, seperti Pantai
berdasarkan SNI ini dinamakan dengan Zakat dan ikan yang diambil dari PPI
penilaian organoleptik.Setiap indikator (Pangkalan Pelelangan Ikan) di daerah
penilaian ini masih memiliki spesifikasi Pulau Baai yang ditangkap dengan kapal
lagi yang masing-masing diberi bobot dan menggunakan alat tangkap yang lebih
nilai yang berbeda tergantung kondisi modern. Penelitian ini bertujuan untuk
yang diamati. Ikan segar adalah ikan mengidentifikasi tingkat kesegaran, jenis-
dengan nilai minimal 7 untuk setiap jenis kerusakan fisik dan factor-faktor
spesifikasi dari keenam indikator penilaian

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015: 44-56 | 45


N. Lestari, Yuwana dan Z. Efendi

penyebab kerusakan beberapa jenis ikan Kesegaran Ikan


tersedia di Pasar Minggu Kota Bengkulu Pengidentifikasian tingkat kesegaran
ikan menggunakan lembar penilaian
METODE PENELITIAN organoleptik berdasarkan SNI 01-2729.1-
2006 tentang Spesifikasi Ikan Segar.
Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Menurut Moskovitz (dalam Affandi,
Minggu Kota Bengkulu pada bulan 2008), jumlah panelis terlatih yang
September sampai dengan bulan Oktober digunakan sebanyak 4-6 orang. Selain itu,
2013. Alat yang digunakan dalam untuk mencapai hasil pengamatan yang
pelaksanaan penelitian adalah alat tulis, lebih akurat dan mendekati kondisi riil di
nampan, cutter (pisau pemotong), dan lapangan, waktu pelatihan diberikan
talenan. Sedangkan Bahan-bahan yang selama 40 s.d 120 jam untuk mengetahui
digunakan dalam pelaksanaan penelitian secara mendalam mengenai bahan
ini terdiri dari: ikan Sarden (Sadinella pengamatan. Penilaian organoleptik ini
spp), Ikan Tuna (Thunnus spp), Ikan bertujuan untuk mengetahui tingkat
Tongkol (Euthynnus pelamial), Ikan kesegaran ikan di PasarMinggu Kota
Bawal Putih (Pampus argenteus) dan Ikan Bengkulu dengan melibatkan panelis
Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) terlatih sebanyak 6 (enam) orang
yang dibeli di Pasar Minggu Kota mahasiswa Universitas Bengkulu.
Bengkulu. Berdasarkan pendapat dari Moskovitz
Metode yang digunakan dalam (dalam Affandi, 2008) di atas dan agar
penelitian adalah metode survei. tujuan penelitian dapat tercapai secara
Penentuan sampel penelitian dilakukan optimal, maka keenam mahasiswa tersebut
dengan menggunakan metode Purposive dipilih berdasarkan pertimbangan (a)
Sampling, yaitu metode penarikan sampel memiliki prestasi akademik yang bagus
yang dilakukan secara sengaja dengan dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) ≥
pertimbangan agar tujuan penelitian dapat 2,75, (b) sehat inderawi, khususnya indera
tercapai secara optimal (Sugiyono, 2011). penciuman dan penglihatan untuk
Pengambilan sampel pertama kali melakukan penelitian secara sensorik, (c)
dilakukan pada pagi hari sekitar pukul memiliki ketertarikan mengenai bahan
07.00 WIB saat ikan baru sampai, pengamatan, yaitu kesegaran ikan,
selanjutnya dilakukan dengan interval sehingga adanya sinkronisasi antara minat
waktu 5 jam, maka pengambilan sampel dan bahan pengamatan, dan (d) mengikuti
pada siang hari dilakukan pada pukul proses pelatihan intensif selama 4 (empat)
12.00 WIB dan pada sore harinya minggu dengan durasi pelatihan selama 2
dilakukan pada pukul 17.00 WIB, jam/hari (total 48 jam) yang diberikan
sehingga dari sampel ikan yang diperoleh oleh peneliti mengenai penilaian
dari ketiga waktu tersebut dapat diketahui organoleptik ikan berdasarkan SNI 01-
perubahan fisik yang terjadi pada ikan 2729.1-2006 tentang Spesifikasi Ikan
secara lebih akurat. Sampel penelitian Segar yang meliputi 6 (enam) indikator
akan dianalisis secara fisik (morfologis) penilaian, yaitu kenampakan mata, insang,
untuk mengetahui dan mendeskripsikan lendir permukaan badan, daging (warna
tingkat kesegaran ikan berdasarkan SNI dan kenampakan), bau, dan tekstur.
01-2729.1-2006 tentang Spesifikasi Ikan
Segar, jenis-jenis kerusakan fisik ikan, dan Kerusakan Ikan
faktor-faktor penyebabnya. Pengidentifikasian jenis-jenis
Variabel yang diamati meliputi: kerusakan fisik ikan dan melakukan
Kesegaran Ikan, Kerusakan Ikan, dan pencatatan pada lembar pengamatan yang
Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Ikan.

46 | Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015: 44-56


IDENTIFIKASI TINGKAT KESEGARAN DAN KERUSAKAN FISIK IKAN

berisikan data mengenai jenis ikan dan yaitu pendekatan dengan pendeskripsian
jenis-jenis kerusakan fisik. dari umum ke khusus (Sugiyono, 2011).
Faktor Penyebab Kerusakan Ikan
Pengidentifikasian faktor-faktor HASIL DAN PEMBAHASAN
yang mempengaruhi kerusakan fisik ikan
dan melakukan pencatatan pada lembar Tingkat Kesegaran Ikan di Pasar
pengamatan yang berisikan data mengenai Hasil pengamatan tingkat kesegaran
a) jenis ikan, b) lokasi terjadinya ikan berdasarkan SNI 01-2729.1-2006
kerusakan, dan c) faktor-faktor penyebab tentang Spesifikasi Ikan Segar yang
kerusakan fisik. dilakukan oleh 6 (enam) orang panelis
terhadap kelima jenis ikan laut yang dibeli
Analisa Data di Pasar Minggu Kota Bengkulu dapat
Data yang diperoleh dianalisis dilihat pada tabel 1.
menggunakan metode induktif kualitatif,

Tabel 1. Rata-rata Tingkat Kesegaran di Pasar Minggu Kota Bengkulu

Waktu Pengamatan
Jenis Ikan
Pagi Siang Sore
Sarden 47,67 39,67 29,00
Tuna 49,67 43,67 38,67
Tongkol 49,33 42,67 38.00
Bawal 49,00 42,00 37,00
Kakap 51,67 45,33 39,33

Rekapitulasi tingkat kesegaran 1 di atas dapat juga dilihat dalam bentuk


untuk kelima jenis ikan berdasarkan tabel histogram seperti terlihat pada Gambar 1
.
60 51.67
47.6749.6749.33 49
50 43.6742.67 42 45.33
39.67
40 38.67 38 37 39.33
29
30
20
10
0 PAGI

Kakap Sarden Tuna Tongkol Bawal

Gambar 1. Histogram Rekapitulasi Tingkat Kesegaran Ikan di Pasar Minggu Kota Bengkulu
Gambar1 menunjukkan tingkat dengan rata-rata nilai 49 (segar), dan ikan
kesegaran ikan di Pasar Minggu Kota Kakap dengan rata-rata nilai tertinggi
Bengkulu pada pagi hari, ikan Sarden 51,67 (segar). Pada siang hari, ikan Sarden
dengan rata-rata nilai terendah 47,67 dengan rata-rata nilai terendah 39,67
(segar), ikan Tuna dengan rata-rata nilai (tidak segar), ikan Tuna dengan rata-rata
49,67 (segar), ikan Tongkol dengan rata- nilai 43,67 (segar), ikan Tongkol dengan
rata nilai 49,33 (segar), ikan Bawal rata-rata nilai 42,67 (segar), ikan Bawal

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015: 44-56 | 47


N. Lestari, Yuwana dan Z. Efendi

dengan rata-rata nilai 42 (segar), dan ikan (tidak segar). Secara keseluruhan dapat
Kakap dengan rata-rata nilai tertinggi disimpulkan bahwa tingkat kesegaran
45,33 (segar). Pada sore hari, ikan Sarden tertinggi pada pagi hari (≥ 42) dan
dengan rata-rata nilai rata-rata nilai terendah pada sore hari (≤ 42).
terendah 29 (tidak segar), ikan Tuna Untuk dapat melihat perbedaan
dengan rata-rata nilai 38,67 (tidak segar), kenampakan dari keempat indikator
ikan Tongkol dengan rata-rata nilai 38 penelitian yang diamati (kecuali bau dan
(tidak segar), ikan Bawal dengan rata-rata tekstur) pada kelima jenis ikan yang dijual
nilai 37 (tidak segar), dan ikan Kakap di Pasar Minggu Kota Bengkulu dapat
dengan rata-rata nilai tertinggi 39,33 dilihat pada gambar 2 s.d 5

(a) Pagi (b) Siang (c) Sore


Gambar 2. Kenampakan Mata berdasarkan Ketiga Waktu Pengamatan

(a) Pagi (b) Siang (c) Sore


Gambar 3. Kenampakan Insang berdasarkan Ketiga Waktu Pengamatan

(a) Pagi (b) Siang (c) Sore


Gambar 4. Kenampakan Permukaan Badan berdasarkan Ketiga Waktu Pengamatan

48 | Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015: 44-56


IDENTIFIKASI TINGKAT KESEGARAN DAN KERUSAKAN FISIK IKAN

(a) Pagi (b) Siang (c) Sore


Gambar 5. Kenampakan Daging Ikan berdasarkan Ketiga Waktu Pengamatan

Ikan pada pagi hari tergolong ikan kornea agak keruh. Insang berwarna
yang masih segar. Ikan yang masih segar merah agak kusam, namun tidak ditutupi
mempunyai kenampakan mata yang cerah, lendir. Permukaan tubuh mulai ditutupi
bola mata menonjol (cembung), dan lendir, berwarna agak putih, dan kurang
kornea berwarna putih. Keadaan tersebut transparan. Sayatan daging berwarna
dikarenakan belum banyak perubahan kurang cemerlang, tidak ada perubahan
biokimia yang terjadi, sehingga warna merah di sepanjang tulang
metabolisme dalam tubuh ikan masih belakang, daging dinding perut masih
berjalan sempurna (Widiastuti, 2007). utuh. Berbau netral (belum berbau
Insang berwarna merah cemerlang tanpa amoniak, H2S (hidrogen sulfida), ataupun
ditutupi lendir. Lapisan lendir permukaan bau asam. Tekstur agak padat, agak elastis
badan berwarna jernih, transparan, dan bila ditekan dengan jari, dan sulit untuk
cerah mengkilat. Daging apabila disayat menyobek daging dari arah tulang
berwarna sangat cemerlang, tidak ada belakang.
perubahan warna pada sepanjang tulang Ikan pada sore hari tergolong ikan
belakang, dan dinding perut dalam kondisi yang tidak segar. Perubahan kesegaran
utuh. Bau sangat segar (tidak ada bau ikan menyebabkan perubahan yang nyata
amoniak, H2S (hidrogen sulfida), asam, pada kecerahan matanya. Mata ikan
dan busuk sama sekali). Tekstur padat, berwarna putih susu, kornea keruh, dan
elastis bila ditekan dengan jari, dan sulit bola mata menjadi cekung. Insang
untuk menyobek daging pada bagian berwarna cokelat tua dan diselimuti lendir
tulang belakang. Daging ikan segar cukup yang tebal. Insang ikan merupakan pusat
lentur jika dibengkokkan dan segera akan darah mengambil oksigen dari dalam air.
kembali ke bentuknya semula apabila Ikan yang mati mengakibatkan peredaran
dilepaskan. Kelenturan itu dikarenakan darah terhenti, bahkan sebaliknya dapat
belum terputusnya jaringan pengikat pada teroksidasi, sehingga warnanya berubah
daging (Burhan, 2006). menjadi cokelat tua (Widiastuti, 2007).
Ikan pada siang hari mengalami Lendir permukaan badan tebal
penurunan tingkat kesegaran. Perubahan menggumpal dan berwarna kuning
kesegaran ikan akan menyebabkan kecokelatan. Sayatan daging sangat kusam
perubahan yang nyata pada kecerahan dengan warna merah yang kontras di
matanya. Parameter ini merupakan yang sepanjang tulang belakang, serta dinding
paling mudah untuk dilihat. Kecerahan perut sangat lunak. Bau amoniak kuat,
mata menjadi berkurang, bola mata agak adanya bau H2S (hidrogen sulfida), serta
rata, pupil berwarna keabu-abuan, dan berbau asam dan busuk. Tekstur lunak,

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015: 44-56 | 49


N. Lestari, Yuwana dan Z. Efendi

bekas jari terlihat bila ditekan, dan mudah seperti ketika masih hidup, fase rigor
menyobek daging dari arah tulang mortis adalah fase dimana ikan memiliki
belakang. Daging ikan yang tidak segar kesegaran dan mutu seperti ketika masih
(busuk) dalam kondisi kaku dan jika hidup, namun kondisi tubuhnya secara
dibengkokkan tidak dapat kembali ke bertahap menjadi kaku, dan fase post
bentuknya semula. Kekakuan tersebut rigor mortis adalah fase ikan yang mulai
dikarenakan jaringan pengikatnya banyak mengalami pembusukan daging
mengalami kerusakan dan dinding selnya (Nurjanah, dkk, 2004). Ikan yang
banyak yang rusak, sehingga daging ikan mengalami autolisis memiliki tekstur
kehilangan kelenturan (autolisis) tubuh yang tidak elastis, sehingga apabila
(Nurjanah, dkk, 2004). daging tubuhnya ditekan dengan jari akan
Autolisis adalah proses perombakan membutuhkan waktu relatif lama untuk
sendiri, yaitu proses perombakan jaringan kembali ke keadaan semula. Bila proses
oleh enzim yang berasal dari produk autolisis sudah berlangsung lebih lanjut,
perikanan tersebut (Nurjanah, dkk, 2004). maka daging yang ditekan tidak pernah
Proses autolisis terjadi pada saat ikan kembali ke posisi semula (Sumardi, 2010).
memasuki fase post rigor mortis. Ikan
yang mati setelah penangkapan akan Jenis Kerusakan Fisik Ikan di Pasar
mengalami 3 (tiga) fase secara berurutan, Jenis-jenis kerusakan fisik ikan di
yaitu fase prerigor, rigor mortis, dan post Pasar Minggu Kota Bengkulu dapat dilihat
rigor mortis. Fase pre rigor adalah fase pada tabel 2.
dimana mutu dan kesegaran ikan sama

Tabel 2. Jenis-jenis Kerusakan Fisik Ikan di Pasar Minggu Kota Bengkulu

Jenis Ikan Jenis-jenis Kerusakan Fisik


Sarden Isi perut keluar dan kepala lepas
Tuna Memar, luka, dan adanya benda asing yang tidak normal dalam tubuh
Tongkol Memar, luka, dan adanya benda asing yang tidak normal dalam tubuh
Bawal Memar dan luka
Kakap Memar dan luka
Sumber: Data Hasil Observasi, 2013

Tabel 2 menunjukkan bahwa jenis dan luka dan yang paling sedikit adalah isi
kerusakan fisik ikan Sarden yaitu jeroan perut keluar dan kepala lepas.
(isi perut) keluar dan kepala lepas, jenis Kerusakan fisik yang terjadi pada
kerusakan fisik ikan Tuna yaitu memar, ikan Sarden berupa keluarnya isi perut dan
luka, dan adanya benda asing yang tidak kepala lepas. Isi perut keluar dipengaruhi
normal dalam tubuh, jenis kerusakan fisik kondisi lapisan permukaan tubuh ikan ini
ikan Tongkol yaitu memar, luka, dan yang tidak bersisik. Ikan yang tidak
adanya benda asing yang tidak normal bersisik lebih gampang mengalami
dalam tubuh, jenis kerusakan fisik ikan kerusakan fisik karena tidak ada bagian
Bawal berupa memar dan luka, dan jenis yang dapat melindungi kulitnya terhadap
kerusakan fisik ikan Kakap berupa memar kontak dari luar, baik berupa kontak fisik
dan luka. Secara keseluruhan untuk kelima maupun kontak terhadap cahaya matahari.
jenis ikan, jenis kerusakan terbanyak Isi perut keluar juga dipengaruhi oleh
(dominan) yang dialami adalah memar ukuran ikan tersebut (besar atau kecil).
Kerusakan fisik yang terjadi pada ikan

50 | Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015: 44-56


IDENTIFIKASI TINGKAT KESEGARAN DAN KERUSAKAN FISIK IKAN

berupa isi perut keluar atau kepala lepas box) dapat menyebabkan kerusakan fisik
lebih mudah terjadi pada ikan yang pada ikan, hentakan yang terjadi pada saat
berukuran kecil. Ikan tanpa sisik dengan dibanting wadah penyimpanan (cool-box)
ukuran tubuh yang lebih kecil akan mudah akan menimbulkan tekanan dan benturan
mengalami kerusakan fisik jenis ini pada fisik pada ikan yang berpotensi
saat setelah mati, khususnya pada saat menyebabkan memar dan luka. Selain itu,
pendaratan, pengangkutan, dan saat dijual tekanan dan benturan fisik yang dialami
di pasar atau toko/warung. Kerusakan ini ikan selama penangkapan dan
juga terjadi karena penumpukan yang penanganannya di atas kapal dan di PPI
terlalu tinggi di dalam wadah (Pangkalan Pendaratan Ikan) dapat
penyimpanan (cool box) dan pada saat menyebabkan kerusakan fisik pada tubuh
dijual di pasar. Dengan kondisi isi perut ikan seperti dagingnya memar, tubuhnya
keluar dan kepala lepas tentunya akan luka, isi perutnya keluar, dan sebagainya.
mengurangi minat pembeli dan akan Tekanan dan benturan fisik atas ikan harus
mengurangi berat ikan dalam dihindari pada tahapan-tahapan kegiatan
penimbangan. Menurut Murachman penanganan ikan di atas kapal dan di PPI
(2006), hal ini tentunya akan berimplikasi atau pelabuhan perikanan.
menimbulkan kerugian terhadap Memar yang dialami oleh ikan yang
pedagang. disebabkan karena terbanting tidak
Kerusakan fisik yang terjadi pada sengaja ataupun karena gesekan yang
ikan Tuna dan Tongkol berupa memar, timbul di atas sarana transportasi (sepeda
luka, dan adanya benda asing yang tidak motor dan mobil) selama pengangkutan
normal yang terdapat di dalam tubuh ikan. dan distribusi. Ikan yang meronta sesaat
Ikan jenis ini biasanya ditangkap dengan sebelum mati atau pedagang yang
cara dipancing, sehingga kemungkinan membanting ikan agar segera mati telah
tinggalnya mata pancing dalam tubuh ikan menyebabkan ikan mengalami memar.
menjadi cukup besar. Keberadaan mata Produk perikanan yang memar akan
pancing tersebut karena nelayan mudah mengalami proses pembusukan.
mengalami kesulitan untuk melepaskan Menurut Junianto (2003), rusaknya
mata pancing tersebut, sehingga cara yang jaringan di bagian yang memar akan
paling mudah dilakukan oleh nelayan menyebabkan peningkatan aktivitas enzim
dengan memotong tali pancing tersebut. proteolitik. Pada ikan, bagian yang memar
Menurut Burhan (2006), benda-benda cenderung menjadi lunak dan kemerahan.
asing yang tidak normal ini biasanya Pada bagian daging ikan yang mengalami
terdapat dalam tubuh ikan dengan ukuran memar, aktivitas enzimnya meningkat,
yang cukup besar, seperti ikan Tuna dan sehingga akan mempercepat proses
Tongkol, karena untuk mendapatkan pembusukan. Enzim akan merombak
kedua ikan jenis ini dilakukan dengan cara karbohidrat, protein dan lemak menjadi
dipancing oleh nelayan. Selain itu, karena alkohol, amonia, dan keton.
ikan ini termasuk jenis karnivora, yaitu Produk perikanan dapat mengalami
pemakan berbagai jenis ikan lainnya yang luka yang diakibatkan tusukan atau
berukuran lebih kecil, sehingga sayatan oleh benda tajam ataupun karena
menyebabkan probabilitas adanya benda terbanting pada saat pemanenan di kapal
asing yang tidak normal dalam tubuhnya dan pada saat pendaratan di PPI
menjadi lebih besar. (Pangkalan Pendaratan Ikan). Penggunaan
Kerusakan fisik yang terjadi pada pengait (gancu) pada saat akan
ikan Bawal dan Kakap berupa memar dan mengangkat ikan hasil tangkapan dapat
luka. Perlakuan yang kasar seperti menyebabkan luka pada ikan. Hal ini
membanting wadah penyimpanan (cool- menurut Nurjanah, dkk (2004) apabila

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015: 44-56 | 51


N. Lestari, Yuwana dan Z. Efendi

tidak segera ditangani dengan benar, luka Faktor-faktor yang mempengaruhi


tersebut dapat menjadi jalan bagi mikroba kerusakan fisik ikan di Pasar Minggu Kota
pembusuk untuk memasuki bagian tubuh Bengkulu berupa data mengenai jenis
ikan dan merombak komponen di ikan, lokasi terjadinya kerusakan, dan
dalamnya. faktor-faktor penyebab terjadinya
kerusakan fisik tersebut. Secara lengkap
Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan faktor-faktor yang mempengaruhi
Fisik Ikan di Pasar Minggu kerusakan fisik ikan di Pasar Minggu Kota
Bengkulu dapat dilihat pada table 3.

Tabel 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Fisik Ikan di Pasar Minggu Kota
Bengkulu

Lokasi Terjadi Kerusakan


Jenis Ikan Tempat Sarana Penyebab Kerusakan
Kapal Pasar
Pendaratan Transportasi
Sarden - √ - √  Terinjak
- - √ -
 Penumpukan yang terlalu tinggi di dalam wadah
penyimpanan sebelum dijual
- - - √
 Penumpukan yang terlalu tinggi di dalam wadah
penyimpanan saat dijual di pasar
Tuna √ - - -  Alat penangkapan ikan yang tidak benar yang
digunakan oleh nelayan
√ √ - -  Terbanting
- - √ -  Pengepakan yang tidak benar selama proses
pengangkutan dan distribusi
Tongkol √ - - -  Alat penangkapan ikan yang tidak benar yang
digunakan oleh nelayan
√ √ - -  Terbanting
- - √ -  Pengepakan yang tidak benar selama proses
pengangkutan dan distribusi
Bawal √ √ - -  Terbanting
- - √ -
 Penumpukan yang terlalu tinggi di dalam wadah
penyimpanan sebelum dijual
- - √ -  Pengepakan yang tidak benar selama proses
pengangkutan dan distribusi
- - - √
 Penumpukan yang terlalu tinggi di dalam wadah
penyimpanan pada saat dijual di pasar
Kakap √ √ - -  Terbanting
- - √ -
 Penumpukan yang terlalu tinggi di dalam wadah
penyimpanan sebelum dijual
- - √ -  Pengepakan yang tidak benar selama proses
pengangkutan dan distribusi
- - - √
 Penumpukan yang terlalu tinggi di dalam wadah
penyimpanan pada saat dijual di pasar
Sumber: Data Hasil Wawancara, 2013

52 | Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015: 44-56


IDENTIFIKASI TINGKAT KESEGARAN DAN KERUSAKAN FISIK IKAN

Tabel 3 merupakan data hasil pengepakan yang tidak benar selama


wawancara yang dilakukan dengan proses pengangkutan dan distribusi oleh
responden (pedagang ikan) yang distributor. Faktor-faktor penyebab
menunjukkan bahwa faktor penyebab kerusakan fisik ikan Bawal dan Kakap
kerusakan fisik ikan Sarden meliputi (1) meliputi (1) terbanting yang dapat terjadi
terinjak yang dapat terjadi di tempat di kapal dan tempat pendaratan oleh
pendaratan oleh nelayan dan di pasar oleh nelayan; (2) penumpukan yang terlalu
pedagang; (2) penumpukan yang terlalu tinggi di dalam wadah penyimpanan
tinggi di dalam wadah penyimpanan (cool-box) di atas sarana transportasi oleh
(cool-box) di atas sarana transportasi oleh distributor; (3) pengepakan yang tidak
distributor; dan (3) penumpukan yang benar selama proses pengangkutan dan
terlalu tinggi di dalam wadah distribusi oleh distributor; dan (4)
penyimpanan (cool-box) saat dijual di penumpukan yang terlalu tinggi di dalam
pasar oleh pedagang. Faktor-faktor wadah penyimpanan (cool-box) saat dijual
penyebab kerusakan fisik ikan Tuna dan di pasar oleh pedagang.
Tongkol meliputi (1) alat penangkapan Faktor-faktor yang mempengaruhi
ikan yang tidak benar yang digunakan kerusakan fisik ikan di Pasar Minggu Kota
oleh nelayan yang terjadi di kapal; (2) Bengkulu juga dapat ditampilkan dalam
terbanting yang dapat terjadi di kapal dan kerangka ikan (fish bone) dalam gambar 6
tempat pendaratan oleh nelayan; dan (3) di bawah ini:

Nelayan Distributor

Cara/metode/alat tangkap Pengepakan


Terbanting

Penumpukan Penumpukan Faktor-faktor penyebab


kerusakan fisik ikan di Pasar
Terinjak Minggu Kota Bengkulu

Penumpukan

Pedagang

Gambar 6. Kerangka Ikan (fish bone) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Fisik
Ikan di Pasar Minggu Kota Bengkulu

Cara/metode/alat tangkap yang tidak ikan yang tertangkap dan mati dibiarkan
benar agak lama terendam di dalam air, sehingga
Cara/metode/alat yang tidak benar keadaannya sudah kurang baik sewaktu
yang digunakan oleh nelayan pada saat dinaikkan ke atas dek. Sementara waktu
pemanenan dapat menyebabkan kerusakan yang dibutuhkan ikan tersebut untuk
pada ikan dalam bentuk memar dan luka sampai ke tangan pembeli relatif masih
yang akan mempercepat proses lama. Pada saat ikan mengalami
pembusukan setelah ikan mati. Alat pembusukan inilah akan mudah
tangkap yang digunakan seperti long line terkontaminasi oleh berbagai jenis bakteri.
(pukat garok/rawe) dan sebagainya. Pada Kerusakan fisik berupa memar dan luka
alat tangkap long line (pukat garok/rawe), tentunya akan menyebabkan penurunan

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015: 44-56 | 53


N. Lestari, Yuwana dan Z. Efendi

mutu ikan yang akan berimplikasi oleh pedagang. Ikan yang terinjak
terhadap penurunan nilai jual ikan tentunya akan mengalami kerusakan fisik,
tersebut. seperti isi perut keluar dan kepala lepas
Dalam Pasal 6 Peraturan Menteri untuk ikan yang berukuran relatif lebih
Kelautan dan Perikanan Republik kecil, luka dan memar untuk ikan yang
Indonesia Nomor Per. 02/MEN/2011 berukuran relatif lebih besar. Apapun
tentang Jalur Penangkapan Ikan dan bentuk kerusakan fisik yang terjadi pada
Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan ikan, tentunya akan menyebabkan
Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah penurunan mutu ikan yang akan
Pengelolaan Perikanan Negara Republik berimplikasi terhadap penurunan nilai jual
Indonesia dinyatakan bahwa: Alat ikan tersebut. Oleh karena itu menurut
penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Murachman(2006), dibutuhkan perlakuan
Perikanan Negera Republik Indonesia yang hati-hati, baik oleh nelayan,
menurut jenisnya terdiri dari 10 (sepuluh) distributor, maupun oleh penjual.
kelompok, yaitu: (1) jaring lingkar
(surrounding nets); (2) pukat tarik (seine Pengepakan yang Tidak Benar
nets); (3) pukat hela (trawls); Menurut pedagang sebagai responden
(4) penggaruk (dredges); (5) jaring angkat dari penelitian ini, pengepakan yang tidak
(lift nets); (6) alat yang dijatuhkan (falling benar juga merupakan faktor penyebab
gears); (7) jaring insang (gillnets and kerusakan ikan. Memar yang terjadi pada
entangling nets); (8) perangkap (traps); tubuh ikan disebabkan oleh tekanan berat
(9) pancing (hooks and lines); dan (10) yang menimpa tubuh ikan akibat
alat penjepit dan melukai (grappling and penumpukan yang berlebihan. Banyaknya
wounding). tumpukan ikan dan es dalam palka
Long line (pukat garok/rawe) tidak menyebabkan tubuh ikan tekanan fisik.
termasuk dalam Pasal 6 Peraturan Menteri Ikan yang tekanan fisik oleh es maupun
Kelautan dan Perikanan Republik sesama ikan akan mengalami memar,
Indonesia Nomor 02/MEN/2011 tentang terutama ikan yang berada di dasar palka.
Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Pengepakan yang tidak benar selama
Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu proses pengangkutan dan distribusi akan
Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan menyebabkan potensi terjadinya gesekan
Perikanan Negara Republik Indonesia. Hal antara ikan yang satu dengan yang lainnya
ini mengindikasikan bahwa dalam menjadi lebih besar. Menurut Sukma
penangkapan ikan yang dilakukan oleh (2010), gesekan tersebut akan
nelayan menunjukkan indikasi adanya menyebabkan kerusakan fisik berupa
penggunaan alat tangkap ikan yang tidak memar ataupun luka pada tubuh ikan.
dibenarkan oleh Pemerintah dan Oleh karena itu menurut Junianto (2003),
penggunaan metode/cara penangkapan pengepakan yang dilakukan oleh nelayan
ikan yang salah, sehingga menyebabkan ataupun distributor pada saat distribusi
kerusakan fisik ikan dan keseimbangan harus rapat untuk menghindarkan gesekan
ekosistem bawah laut. yang terjadi selama dalam perjalanan,
apalagi untuk jarak distribusi yang cukup
Terinjak dan Terbanting jauh.
Selanjutnya penyebab kerusakan
lainnya yang sering terjadi pada ikan Penumpukan
adalah terinjak dan terbanting. Ikan yang Penumpukan yang terlalu tinggi di
terinjak dan terbanting dapat terjadi pada dalam wadah penyimpanan sebelum dijual
saat pemanenan dan pendaratan oleh ataupun pada saat di pasar berpotensi
nelayan ataupun pada saat dijual di pasar menyebabkan kerusakan fisik pada ikan

54 | Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015: 44-56


IDENTIFIKASI TINGKAT KESEGARAN DAN KERUSAKAN FISIK IKAN

(Saraswati, 2011). Hal ini tentu akan terbanting, dan pengepakan yang tidak
menyebabkan ikan-ikan dengan ukuran benar selama proses pengangkutan dan
yang relatif lebih kecil apalagi yang distribusi, c) ikan Bawal dan ikan Kakap,
berada pada bagian bawah akan yaitu terbanting, penumpukan yang terlalu
mengalami kerusakan fisik berupa isi tinggi di dalam wadah penyimpanan
perut keluar dan memar. Penumpukan sebelum dijual dan pada saat dijual di
yang terlalu tinggi tentunya akan pasar, dan pengepakan yang tidak benar
menyebabkan gaya tekan yang diberikan selama proses pengangkutan dan
terhadap ikan yang berada di bawah distribusi.
semakin besar. Oleh karena itu menurut
Bahar (2003), dibutuhkan wadah yang DAFTAR PUSTAKA
cukup banyak dan berpenampang yang
luas untuk menyimpan ikan, sehingga Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan
tekanan yang dihasilkan dari penumpukan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi
menjadi lebih kecil. (Sumber: Data Aksara.
Penelitian, 2013) Affandi, M.A. 2008. Panelis terlatih
dalam Studi Pengamatan
KESIMPULAN Langsung di Lapangan. Semarang:
Aneka Ilmu.
Berdasarkan hasil penelitian yang Afrianto, E. 2003. Pengawetan dan
dilakukan terhadap 5 (lima) jenis ikan laut Pengolahan Ikan. Yogyakarta:
yang dibeli di Pasar Minggu Kota Kanisius.
Bengkulu, maka kesimpulan yang dapat Bahar, B. 2006. Memilih dan Menangani
diambil adalah tingkat kesegaran ikan di Produk Perikanan. Jakarta:
pasar minggu kota bengkulu berdasarkan Gramedia Pustaka Utama.
Standar Nasional Indonesia Nomor 01- Junianto, 2003. Teknik Penanganan Ikan,
2729.1 Tahun 2006 tentang Spesifikasi Yogyakarta: Penebar Swadaya.
Ikan Segar menunjukkan bahwa ikan pada Murachman, 2006. Penanganan Ikan
pagi hari tergolong segar, pada siang hari mulai saat Pemanenan sampai
hanya ikan sarden mengalami penurunan Penjualan dengan Metode Rantai
tingkat kesegaran, dan pada sore hari rata- Dingin (Cold Chain). Fakultas
rata kelima jenis ikan tergolong tidak Perikanan dan Ilmu Kelautan.
segar. Jenis-jenis kerusakan fisik ikan di Malang: Universitas Brawijaya
Pasar Minggu Kota Bengkulu untuk a) Nurjanah, S., Sukarno, dan M. Muldani.
ikan Sarden, yaitu isi perut keluar dan 2004. Teknik Penanganaan Ikan
kepala lepas, b) ikan Tuna dan ikan Basah di Kapal, PPI, dan Tempat
Tongkol, yaitu memar, luka, dan adanya Pengolahan. Buletin THP. VII( 1).
benda asing yang tidak normal yang Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
terdapat dalam tubuh ikan, dan c) ikan Republik Indonesia Nomor Per.
Bawal dan ikan Kakap, yaitu memar dan 02/MEN/2011 tentang Jalur
luka. Faktor-faktor penyebab kerusakan Penangkapan Ikan dan
fisik ikan di Pasar Minggu Kota Bengkulu Penempatan Alat Penangkapan
untuk a) ikan Sarden, yaitu terinjak, Ikan dan Alat Bantu Penangkapan
penumpukan yang terlalu tinggi di dalam Ikan di Wilayah Pengelolaan
wadah penyimpanan, dan penumpukan Perikanan Negara Republik
yang terlalu tinggi di dalam wadah Indonesia.
penyimpanan saat dijual di pasar, b) ikan Saraswati, S. 2011. Penanganan Ikan
Tuna dan ikan Tongkol, yaitu alat Pasca Panen untuk Mencegah
penangkapan ikan yang tidak benar, Kerusakan Fisik sampai ke Tangan

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015: 44-56 | 55


N. Lestari, Yuwana dan Z. Efendi

Konsumen. Program Studi Pengangkutan ke Tempat


Teknologi Hasil Pertanian, Penjualan. Program Studi
Fakultas Pertanian. Teknologi Hasil Pertanian,
Bandung: Universitas Fakultas Pertanian. Semarang:
Padjajaran. Universitas Diponegoro.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01- Sumardi, J.A. 2010. Ikan Segar Mutu dan
2729.1-2006 tentang Spesifikasi Cara Pendinginan Teknologi Hasil
Ikan Segar. Jakarta: Badan Perikanan. Malang: Universitas
Standarisasi Nasional). Brawijaya.
Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Widiastuti, I.M. 2007.Sanitasi dan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Mutu Kesegaran Ikan Konsumsi
Bandung: Alfabeta. pada Pasar Tradisional di Kota
Sukma. H. 2010. Penanganan Ikan Palu.
selama Proses Distribusi dan Jurnal Agroland 14(1): 77-81

56 | Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015: 44-56

Anda mungkin juga menyukai