Menurut Undang-Undang No 7 Tahun 2004, air adalah semua air yang terdapat pada, di
atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air
tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air permukaan adalah semua air yang
terdapat pada permukaan tanah. Air permukaan muncul sebagai air tawar dan air asin di
sungai, danau, waduk, teluk, muara dan laut. Air ini juga muncul dalam bentuk padat sebagai
salju atau es. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. Ketika hujan jatuh ke permukaan, sebagian akan mengalir ke perairan
permukaan dan sebagian lagi akan meresap ke dalam permukaan tanah. Air yang meresa ke
dalam tanah ini lah di sebut sebagai air tanah.
Hal ini selaras dengan pengertian siklus hidrogi yang didefinisikan dalam Buku
Environmental Engineering Fundamentals, sebagai jalur bagaimana air bergerak, dan
didistribusikan di atas, di dalam dan di bawah permukaan bumi. Kualitas air dapat bervariasi
dipengaruhi oleh pergerakan siklus hidrologi ini.
Polusi dapat didefinisikan sebagai masuknya suatu zat ke dalam lingkungan pada
tingkat yang menyebabkan hilangnya manfaat sumber daya air, udara atau tanah. Polutan
dibuang ke sistem perairan dari sumber titik (lokais yang tidak bergerak seperti pipa
pembuangan) dan dari sumber non titik (menyebar) seperti limpasan tanah dan atmosfer.
SENYAWA ORGANIK
a. Konsep Dasar Kimia Organik
Kimia organik berhubungan erat dengan jumlah dari karbon (C) yang ada dalam suatu
senyawa. Karbon itu sendiri berasal dari tumbuhan hidup dan binatang, serta dapat dibuat
oleh manusia melalui proses industri. Secara keseluruhan, semua senyawa organik memiliki
karbon yang berikatan dengan satu atau lebih elemen lainnya. Karakteristik senyawa oganik
adalah sebagai berikut:
1. Mudah terbakar
2. Titik beku dan titik didih rendah
3. Tidak mudah larut
4. Reaksi biasanya molekuler, sehingga reaksi yang terjadi lebih lama
5. Berat molekul sangat besar
6. Sumber makanan bakteri
b. Sumber
Senyawa organik bersumber dari:
1. Alam: serat, lemak, minyak tanaman/binatang, alkaloid, gula
2. Sintesis: dibuat di pabrik
3. Fermentasi: alcohol, aseton, antibiotic
Senyawa organik merupakan senyawa yang sangat kompleks yang terdiri dari berbagai
banyak jenis berkaitan dengan gugus kimianya. Selain itu senyawa organik merupakan
senyawa utama pembentukan bahan makanan (food) yang digunakan sebagai sumber
makanan oleh makhluk hidup.
Oksigen terlarut menjadi salah satu perhatian penting karena keberadaanya di air
sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup yang ada di air. Kelarutan oksigen di air
sangat dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu, semakin banyak oksigen terlaurt yang
dibutuhkan, di mana semakin sulit larut oksigen di air.
DO dapat memberikan banyak informasi terutama pada pengolahan limbah. Pada
limbah cair, oksigen terlarut merupakan faktor yang menentukan apakah perubahan secara
biologi disebabkan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Selain itu, penentuan nilai DO
merupakan dasar dari penentuan BOD yang akan berguna untuk dapat menentukan cara
mengevaluasi kekuatan polutan pada limbah domestic dan industri.
Menghitung nilai DO diawali dengan pengambilan sampel di lapangan kemudian
dilakukan titrasi menggunakan reagen (larutan thiosulfate 0.025 N) dan menggunakan agen
pengoksidasi di laboratorium. Agen pengoksidasi yang digunakan pada metode Winkler
berupa Fe3+ dan nitrat yang akan dapat mengoksidasi I- dan I2.
Perhitungan DO juga dapat dilakukan secara in situ dengan menggunakan membrane
probes. Membran ini secara khusus digunakan untuk mengetahui profil DO di sumber air dan
aliran air, ataupun pada limbah cair. Nilai DO akan dapat diketahui dengan melihat hasil nilai
BOD di mana DO merupakan bagian dari BOD. Kalibrasi yang dilakukan menggunakan
sampel air yang sudah dianalisis nilai DO-nya menggunakan prosedur Winkler. Faktor yang
perlu diperhatikan dalam perhitungan secara in situ adalah suhu dan konduktivitas karena
dapat mempengaruhi nilai DO yang didapatkan.
Sumber
Bahan organik secara alamiah berasal dari perairan itu sendiri melalui proses – proses
penguraian, pelapukan ataupun dekomposisi buangan limbah, baik limbah daratan, seperti:
domestik, industri, pertanian dan limbah peternakan ataupun sisa pakan yang dengan adanya
bakteri terurai menjadi zat hara (Suparjo, 2009). Zat-zat ini kemudian tersuspensi pada badan
air yang menyebabkan kenaikan TSS (Rozali et al., 2016). Proses dekomposisi zat yang
tersuspensi ini meningkatkan kandungan BOD yang ada di perairan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kenaikan TSS dapat menyebabkan kenaikan BOD. Besarnya nilai TDS
juga mengindikasikan bahwa proses degradasi yang terjadi cukup besar dan jumlah BOD
yang dihasilkanpun juga semakin tinggi (Paramita et al., 2012).
Nilai COD yang tinggi erat kaitannya dengan TSS. Hubungan antara TSS dan COD
berbanding lurus yang artinya, semakin tinggi nilai TSS, maka semakin tinggi juga nilai COD
(Susilo et al., 2018). Keberadaan COD dapat berasal dari alam ataupun aktivitas rumah
tangga dan industri.