Cerebral Palsy
Cerebral Palsy
Kerusakan otak pada cerebral palsy bersifat permanen dan tidak bisa disembuhkan.
Namun, ada perawatan yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan fungsi
saraf yang mengatur pergerakan otot tubuh. Penyakit ini juga tidak akan bertambah
buruk, tetapi beberapa gejalanya dapat berubah seiring waktu.
Kurangnya suplai oksigen pada otak bayi (asfiksia) selama proses persalinan
Kelahiran sungsang, yaitu lahir dengan kaki keluar terlebih dahulu
Penyakit kuning (kernikterus)
Radang pada otak (ensefalitis) atau selaput otak (meningitis) bayi
Cedera parah di kepala, contohnya pada kasus shaken baby syndrome atau
akibat kecelakaan
Kelahiran bayi kembar dua atau lebih, terutama jika salah satu bayi selamat dan
bayi yang lain meninggal saat dilahirkan
Berat badan bayi yang rendah saat lahir, yaitu kurang dari 2,5 kilogram
Kelahiran prematur, yaitu lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu
Kebiasaan buruk pada ibu selama masa kehamilan, seperti merokok,
mengonsumsi minuman beralkohol, atau menggunakan NAPZA
Gejala Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada otak dan fungsi
sistem saraf, seperti pada gerakan, intelektual, pendengaran, penglihatan, serta
kemampuan berbicara. Pada anak atau bayi yang terkena cerebral palsy, sejumlah
gejala yang dapat timbul berupa:
Sistem saraf
Kerusakan pada otak dapat mengakibatkan gangguan pada sistem saraf, seperti:
Kejang (epilepsi)
Gangguan penglihatan
Gangguan pendengaran
Kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri
Kondisi kesehatan mental, seperti gangguan emosional dan perilaku
Ketidakmampuan dalam menahan buang air kecil (inkontinensia urine)
Gejala cerebral palsy bisa ringan hingga berat. Jenis gejala yang muncul tergantung
pada bagian otak yang terpengaruh. Gejala tersebut biasanya muncul dalam 2 tahun
pertama usia anak dan bisa bersifat permanen.
Terapi
Selain obat-obatan, terapi juga diperlukan untuk mengatasi gejala cerebral palsy, di
antaranya:
Fisioterapi
Fisioterapi anak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan gerak dan kekuatan
otot, serta mencegah kontraktur (pemendekan otot yang membuat gerakan
menjadi terbatas).
Terapi okupasi
Terapi okupasi bertujuan untuk membantu pasien mengatasi kesulitan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, seperti duduk, berjalan, mandi, atau berpakaian.
Terapi ini akan sangat membantu dalam meningkatkan kekuatan otot, sekaligus
meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian pasien.
Terapi bicara
Terapi bicara diperuntukkan bagi pasien cerebral palsy yang mengalami
gangguan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Terapi ini akan melatih anak
untuk mengulang kata-kata dan meningkatkan kemampuannya dalam
mengucapkan kata-kata.
Operasi
Prosedur operasi diperlukan apabila kaku otot mengakibatkan kelainan pada tulang.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan pergerakan tubuh penderitanya.
Contoh tindakan operasi tersebut adalah:
Bedah ortopedi
Prosedur ini bertujuan untuk mengembalikan tulang dan sendi ke posisi yang
benar. Bedah ortopedi juga dapat memanjangkan otot dan tendon yang terlalu
pendek akibat kontraktur, agar kemampuan gerak pasien meningkat.
Selective dorsal rhizotomy (SDR)
SDR dilakukan bila prosedur lain tidak mampu mengatasi nyeri dan kaku otot.
Prosedur ini dilakukan dengan memotong salah satu saraf sensorik di sumsum
tulang belakang.
Pada pasien yang sulit menelan (disfagia), dokter akan menyarankan pasien
mengonsumsi makanan yang lunak dan lembut sambil melatih otot-otot menelan
dengan fisioterapi. Namun, jika disfagia yang dialami sudah parah, dokter akan
menganjurkan pemasangan selang makan (selang nasogastrik).
Pada pasien yang terus-menerus mengeluarkan air liur, dokter akan melakukan
tindakan operasi untuk mengarahkan aliran air liur ke belakang mulut agar tidak terus
menetes ke luar.
Kaku otot
Pengecilan otot (atrofi)
Peradangan tulang (osteoarthritis)
Kelengkungan tulang belakang (skoliosis)
Kepadatan tulang yang rendah (osteoporosis)
Penyakit paru-paru, seperti pneumonia aspirasi
Kekurangan nutrisi akibat sulit menelan makanan
Luka tekan (ulkus dekubitus)
Infeksi kandung kemih
Kerusakan kulit
Gangguan tidur
Sembelit
Penuaan dini
Post-impairment syndrome
Nyeri berkepanjangan (kronis)
Gangguan mental, seperti depresi