Anda di halaman 1dari 22

MATEMATIKA MEDIA DAN BAHAN MANIPULATIF

DALAM PEMBELAJARAN SD

Disusun untuk memenuhi :


Mata Kuliah : Pembelajaran Matematika di SD
Dosen Pengampu : Dr.Nyoto,M.Pd

Oleh kelompok : 1
Elsa Almerta Sinantulu (223010212005)
Elsya Nadia (223010212010)
Ima Valinarianti (223010212007)
Fitriana (223010212016)
Noveli Tutut (223010212012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah pembelajaran matematika di SD

Makalah ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya mempelajari matematika bagi


perkembangan peserta didik. Kami juga membahas peran guru dan sumber belajar dalam
menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Selain itu, kami juga menguraikan beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam membantu transisi siswa baru.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat bimbingan dan arahan dari Bapak Dr.
Nyoto,M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Matematika di SD. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan saran
kepada kami, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.

Palangka Raya, 19 Febuari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Media dalam pembelajaran matematika di SD ................................................. 3
B. Bahan Manipilatif dalam Pembelajaran Matematika di SD .............................. 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................... 16
B. Saran............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasamya media dan bahan manipulatif dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam
pembelajaran matematika. Keduanya merupakan alat bantu pembelajaran matematika SD.
yang penggunaannya didasarkan pada pertimbangan, alasan, atau kriteria tertentu, misalnya
kesesuaian dengan topik pelajaran, ketersediaan alat dan fasilitas pendukung, ketersediaan
operator, dan ketersediaan biaya. Perbedaan media dan bahan manipulatif terletak pada
keterkaitannya dengan materi pelajaran yang diberikan, yaitu terkait tidak langsung dan terkait
langsung. Media pembelajaran dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu
pembelajaran yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan, menyajikan, atau
menjelaskan bahan pelajaran kepada peserta didik, yang mana alat-alat itu sendiri bukan
merupakan bagian dari pelajaran yang diberikan. Bahan manipulatif dalam pembelajaran
matematika SD adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan terutama untuk menjelaskan
konsep dan prosedur matematika. Alat ini merupakan bagian langsung dari mata pelajaran
matematika, dan dapat dimanipulasikan oleh peserta didik (dibalik, dipotong, digeser,
dipindah, digambar, ditambah, dipilah, dikelompokkan atau diklasifikasikan). Penggunaan
bahan manipulatif ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami
konsep dan prosedur matematika.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian media dan bahan manipulatif itu?

2. Bagaimanakah media dalam pembelajaran matematika SD?

3. Bagaimanakah alat peraga pembelajaran matematika?

4. Bagaimanakah bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD?

5. Bagaimanakah contoh dari bahan manipulatif yang digunakan untuk pembelajaran


matematika?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari media dan bahan manipulatif.

2. Mengetahui bagaimanakah media dalam pembelajaran matematika SD.

3. Mengetahui alat peraga pembelajaran matematika.

4. Mengetahui bagaimanakah bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika di


SD.

5. Mengetahui contoh dari bahan manipulatif yang digunakan untuk pembelajaran


matematika di SD.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Media dalam pembelajaran matematika di SD

Media dalam pembelajaran matematika relatif sama dengan media dalam pembelajaran
bidang yang lain, yaitu dapat dikelompokkan berupa media: (1) sederhana, misalnya papan tulis,
papan grafik, (2) cetak, misalnya buku, modul, LKS (Lembar Kerja Siswa), petunjuk praktik atau
praktikum, dan (3) media elektronik, misalnya OHT (Over Head Transparency) atau OHP (Over
Head Projector), audio (radio, tape), audio & video (TV, VCD, DVD), kalkulator, komputer dan
internet.
Tuntutan masa kini, agar guru mampu memilih dan menggunakan media pembelajaran
yang tepat, perlu mendapat perhatian dan tanggapan sungguh-sungguh dari banyak pihak, kalau
tidak pendidikan di Indonesia akan semakin tertinggal dari negara-negara lain. Banyak keuntungan
yang dapat diperoleh dalam penggunaan media pembelajaran, antara lain adalah (1) lebih menarik
dan tidak membosankan bagi siswa, (2) lebih mudah dipahami karena di bantu oleh visualisasi
yang dapat memperjelas uraian, (3) lebih bertahan lama untuk diingat karena mereka lebih terkesan
terhadap tayangan atau tampilan, (4) mampu melibatkan peserta pembelajaran lebih banyak dan
lebih tersebar (terutama penggunaan media elektronik: radio, televisi, internet), (5) dapat
digunakan berulang kali untuk meningkatkan penguasaan bahan ajar (terutama media yang
berbentuk rekaman :kaset, VCD, DVD, film, film strip), dan (6) lebih efektif karena dapat
mengurangi waktu pembelajaran.
Garis besar jenis-jenis media dan penggunaannya sebagai berikut:
1. Papan Tulis
Sebagian besar sekolah menggunakan papan tulis hitam (black board) di dalam kelas.
Dengan menggunakan kapur atau sejenisnya untuk menulis, bahan pelajaran dibicarakan dan
dibahas dengan bantuan papan tulis. Proses pembelajaran dalam bentuk contoh, uraian, atau
pengerjaan tugas, dapat dilihat dan diikuti langsung oleh semua siswa dalam kelas. Pembelajaran
dapat dilaksanakan lebih menarik dan bersasaran jika guru menggunakan kapur yang berwarna-
warni. Pada perkembangan berikutnya, didasarkan pada alasan untuk lebih menyehatkan mata,
warna hitam pada papan tulis di ganti dengan warna hijau (green board). Akhir-akhir ini, dengan
alasan lebih menyehatkan badan, warna putih (white board) mulai banyak digunakan dan
mengganti kapur dengan spidol.
2. Papan Grafik
Pada dasarnya papan grafik sama dengan papan tulis, tetapi fungsinya lebih diarahkan
untuk mempermudah guru dalam membuat grafik. Papan ini mempunyai kotak-kotak berskala
tetap yang dapat dipakai untuk merancang koordinat dari titik-titik yang diperlukan untuk
membuat grafik.
3. Papan Tempel
Papan tempel ini dapat diletakkan di dalam atau di luar kelas. Jika diletakkan di dalam
kelas, maka papan tempel ini dipasang tidak di bagian depan kelas ( di samping kiri-kanan atau di
bagian belakang dari kelas). Fungsi dari papan tempel ini antara lain untuk memasang informasi
(pengumuman, berita, tugas), untuk menempel kliping dari koran, majalah, atau brosur yang
berkaitan dengan pelajaran atau kemajuan iptek, dan untuk memasang karya-karya tulis siswa yang
terpilih (bagus) untuk dapat diketahui oleh siswa-siwa yang lain. Untuk mata pelajaran
matematika, papan tempel ini dapat digunakan untuk menginformasikan/mengkomunikasikan
antara lain tokoh-tokoh matematisi, sejarah matematika, rekreasi matematika, permainan
matematika, pola-pola khusus matematika dan tebakan matematika.
4. Media Cetak
Media cetak merupakan media pembelajaran yang utama dapat berupa buku (buku ajar,
buku mata pelajaran), LKS (Lembar Kerja Siswa), petunjuk praktik, petunjuk praktikum, laporan
kegiatan, modul dan bahan kerja.
Jika seorang guru matematika menggunakan media buku pelajaran, maka guru itu harus
benar-benar menguasai isi buku, yaitu hal-hal yang terkait dengan uraian, contoh: latihan, tugas,
dan urutan. Penguasaan itu juga diikuti dengan wawasan yang kritis dari hal-hal tersebut di atas.
Jika ada materi, urutan, latihan atau soal di atas yang salah, maka guru itu harus berani
membetulkan (jangan dibiarkan salah); dan kalau ada yang kurang (kurang lengkap), maka guru
itu harus berani melengkapi atau menambahkan. Kalau ada sesuatu yang dianggap kurang jelas
atau meragukan, maka guru itu harus berani bertanya kepada sejawat atau orang lain yang lebih
tahu. Kalau dalam penerapan buku itu dirasakan peserta didik banyak yang mengalami kesulitan,
maka guru itu bisa menganalisisnya, dan kemudian melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

5. Kalkulator
Penggunaan kalkulator dalam pembelajaran matematika sudah lama dirintis di negara-
negara maju, sebagai alat bantu pembelajaran (instructional aids) dan alat hitung (computational
tools). Namun demikian, penggunaan kalkulator tidak boleh menggantikan perlunya proses
pembelajaran yang membawa siswa terampil dalam berhitung (komputasi). NCTM (1980)
merekomendasikan bahwa “mathematics programs must take full advantageof the power of
calculator and computers at all grade levels ”.
Beberapa contoh penggunaan kalkulator dalam pembelajaran matematika dapat dikaitkan
dengan sasaran atau keperluan yang ingin dikembangkan oleh guru.
a. Kalkulator sebagai alat bantu berhitung
Dengan kecepatan, ketepatan, dan kemampuan kalkulator dalam melakukan pengerjaan
bilangan, kalkulator dapat dipakai menghitung (35,7 x 29,8) / (22 x 31) sampai persepuluh
terdekat, mencari √3 / (5 + √2) sampai perseratus terdekat, atau mencari √2 + 3√5 - 10,2 sampai
satuan terdekat.
b. Kalkulator sebagai alat bantu meningkatkan pemahaman konsep matematika
Dengan menggunakan kalkulator, siswa dapat mempraktikan, mencoba, dan mengamati
berbagai hubungan dalam pengerjaan bilangan, dan mencoba menyimpulkan pola hubungan secara
induktif-analitis sehingga mereka seolah-olah “menemukan” sifat-sifat matematika tertentu.
Generalisasi kasus-kasus dapat dilakukan untuk menunjukkan sifat bilangan nol, sifat bilangan
satu, sifat pertukaran (komutatif), sifat pengelompokkan (assosiatif), sifat penyebaran (distributif),
sifat lawan, sifat kebalikan. Konsep bilangan prima, konsep faktor, dalam konsep-konsep dalam
pecahan dapat diselidiki dan dijelaskan dengan menggunakan kalkulator. Pembelajaran menjadi
lebih interaktif dan partisipatif jika dilengkapi dengan media belajar yang lain, misalnya buku kerja
atau LKS (Lembar Kerja Siswa).
c. Kalkulator sebagai alat bantu belajar pemecahan masalah
Sifat bilangan rasional yang dapat dinyatakan sebagai desimal dengan adanya lambang-
lambang yang berulang-ulang secara teratur, merupakan salah satu penyelidikan yang dapat
dikemas dalam kegiatan pemecahan masalah. Hubungan pecahan sederhana a (dengan fpb antara
b

a dan b adalah 1) dan lambang desimalnya, dapat dikemas dalam kegiatan pemecahan masalah.
Penyelidikan dapat dilkukan dengan memilih penyebut b secara beragam, misalnya faktor 10,
faktor 100, faktor 1000, ........, faktor 10n (n = 1, 2, 3, ...) dan bukan faktor 10n (n = 1, 2, 3, ...).
Contoh 2.1
Dengan menggunakan kalkulator, secara perorangan atau kelompok, para siswa diminta
menyatakan lambang desimal dari pecahan-pecahan yang pembilangnya 1, dan penyebutnya faktor
10 yang positif yang bukan 1 (2 dan 5), penyebutnya faktor 100 yang positif dan bukan 1 serta
bukan faktor 10 (4, 20, 25, 50), penyebutnya faktor 1000 yang positif dan bukan 1serta bukan 10
dan 100 (8, 40, 125, 200, 250, 500). Dari hasil pengamatan mereka diharapkan mereka dapat
mengemukakan bahwa banyaknya angka dibelakang koma berturut-turut adalah 1, 2, dan 3.
Mereka juga diminta untuk menulis kembali masing-masing desimal dalam bentuk pecahan
(penyebutnya 10, 100, atau 1000), sehingga mereka benar-benar memahami makna banyaknya
angka di belakang koma (dalam lambang desimal), serta perluasannya. Misalnya, karena
1 2 20 200 2000 20000 kx2
= 0,2 = = = = = = ..... =
5 10 100 1000 10000 100000 k x 10

Maka
0,2 = 0,20 = 0,200 = 0,2000 = 0,20000 = 0,200000 = 0,200000.......
Contoh 2.2
Dengan bantuan kalkulator, konsep faktor atau pembagi dapat dikembangkan dengan lebih
mudah, termasuk dalam memahami bukan faktor, atau bukan pembagi. Pada tahap berikutnya
tentu terkait makna sisa pembagian. Penggunaan kalkulator untuk menentukkan hasil bagi dan sisa
dapat ditunjukkan dengan kegiatan sebagai berikut.
89√2459
89 ....... = 1780 (diisi 20)
x
....... = 2225 (diisi 25)
....... 2403 (diisi 27)
=
....... -
2459 -56 → artinya 2.459 : 89 = 27 sisanya 56
=
Hasil bagi 27 dan sisa 56.
Latihan estimasi seperti ini dapat meningkatkan kepekaan siswa dalam pendekatan
mencari hasil bagi dan sisa.
Contoh 2.3
Di dalam melaksanakan pembagian, misalnya 8490 dibagi 24, maka menurut cara pembagian
biasa (cara pistol), dilakukan sebagai berikut:

353
8490 847 + 18 8472 18
24√8490 24
= 24
= +
24 24
72
= 353 + 18 = 353 18
129 24 24
120
90
72
18
Sehingga 8490 dapat dinyatakan sebagai:
8490 = 24 x 353 + 18
Hasli bagi = 353
Sisa = 18
Jika digunakan kalkulator, maka 8490 : 24 menghasilkan 353,75, berarti:
18 = 0,75
4

18 = 0,75 x 24
Dengan fakta ini dapat ditentukan bahwa sisa pembagian (dengan kalkulator) dapat diperoleh
dari perkalian bagian di belakang koma dengan pembaginya, misalnya:
8956 : 40 = 223,9
Hasil bagi = 223
Sisa = 0,9 x 40 = 36
8965 = 223 x 40 + 36
6. Komputer
Pembelajaran yang dibantu komputer disebut pembelajaran berbantuan komputer
(computer assisted instruction). Bahkan komputer dalam pembelajaran matematika dikembangkan
dengan memanfaatkan program-program komputer yang siap pakai dalam bentuk perangkat lunak
(software), atau program-program komputer yang dirancang dan dibuat oleh guru matematika.
Perangkat lunak dalam Pembelajaran Matematika Berbantuan Komputer (PMBK) dapat
berupa paket-paket matematis atau paket-paket pembelajaran matematika. Paket-paket
matematika (misalnya MAT LAB, MAT CAD, DERIVE, MATHEMATICA, MAPLE) memuat
topik-topik penyelesaian persoalan matematika (misalnya polinomial, grafik fungsi,
pendiferensialan, pengintegralan, grafik dimensi tiga, matriks edan permasalahannya), sehingga
dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memberikan penegasan kepada murid dalam penghitungan,
penampilan hasil, pengecekan hasil, pengamatan pola, dan pembuat grafik.
7. Media Tayangan
Media tayangan adalah media yang mampu menayangkan program pembelajaran pada
layar sehingga bisa diikuti oleh banyak orang peserta belajar. Media ini dapat OHP (Over Head
Projector), LCD projector, film (untuk motion picture dan still picture), audio-video, dan televisi.
Dengan memanfaatkan plastik transparansi, OHP secara efektif dapat digunakan untuk
mempresentasikan uraian, penjelasan, atau laporan. Dengan kombinasi bentuk tulisan, warna, dan
gambar, tayangan pembelajaran matematika dengan OHP menjadi lebih menarik dan berpusat.
Perkembangan teknologi foto copy yang mampu meng-copy gambar dan tulisan pada plastik
transparansi, tayangan OHP dapat dikembangkan menjadi lebih baik dan lebih komunikatif.
Meskipun penggunaan film (dan film strip) sudah diganti dengan teknologi yang lebih
mudah dioperasikan (misalnya VCD dan DVD), film (dan film strip) pernah menjadi media
tayangan media yang mampu menarik perhatian dan mengajak pemirsa lebih antusias dan
menikmati pembelajaran yang diberikan. Hal serupa dapat dilakukan dengan menggunakan
menggunakan media pembelajaran VCD/DVD, dan televisi. Peragaan dari suatu proses
penyelesaian matematika menjadi lebih mudah dipahami, apalagi jika digabung dengan gerak,
musik, nyanyian, dan permainan.
A. Bahan Manipilatif dalam Pembelajaran Matematika SD
Dalam pembelajaran matematika SD, agar bahan pelajaran yang diberikan lebih mudah
dipahami siswa, diperlukan bahan-bahan yang perlu dipersiapkan guru, dari barang-barang yang
harganya relatif murah dan mudah diperoleh, misalnya dari karton, kertas, kayu, kawat, kain, untuk
menanamkan konsep matematika tertentu sesuai dengan keperluan.
Bahan-bahan itu dapat dipegang, dipindah-pindah, dipasang, dibolak-balik, diatur/ditata,
dilipat/dipotong oleh siswa sehingga dapat disebut sebagai bahan manipulatif, yaitu bahan yang
dapat “dimain-mainkan” dengan tangan. Bahan ini berfungsi untuk menyederhanakan konsep
yang sulit/sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan
pengertian atau konsep secara lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat tertentu yang terkaitkan
dengan pengerjaan (operasi) hitung dan sifat-sifat bangun geometri, serta memperlihatkan fakta-
fakta.
Dengan semakin banyaknya kesempatan dan keleluasaan guru melaksanakan proses belajar
mengajar, agar siswa benar-benar meguasai kompetensi yang dituntut, maka guru dapat berkreasi
secara dinamis. Bahan-bahan ini tidak harus mahal, atau dapat menjadi murah, karena dibuat dari
barang bekas/buangan/tak terpakai, misalnya dari berbagai karton bungkus makanan, bungkus
berbagai rokok, plastik-plastik bekas dan potongan-potongan kayu yang terpakai.
1. Bahan Manipulatif dari Kertas
Bahan kertas ini mudah diperoleh, dengan warna yang beragam, dari kertas manila yang dibeli
dari toko, atau dari bekas berbagai sampul tak terpakai (buku, map), dari macam-macam bungkus
rokok yang berwarna-warni, dari karton pembungkus makanan/minuman.
Manfaat dari bahan manipulatif kertas/karton ini antara lain adalah:
a. Untuk menjelaskan pecahan (konsep, sama/senilai, operasi)
Konsep pecahan m/n sebagai m bagian dari n bagian yang sama, dapat didemonstrasikan guru,
atau dipraktikan siswa, dengan menggunakan berbagai bangun
geometri, misalnya persegi, persegi panjang, jajargenjang, belah ketupat, segitiga lingkaran.

A B C D E
Gambar 2.1.
1 ditunjukan dengan satu bagian dari empat bagian yang sam.
4

A B C D
Gambar 2.2.
2 ditunjukkan dengan dua bagian dari tiga bagian yang sama.
3

Pecahan-pecahan senilai juga dapat ditunjukkan dengan potongan kertas memanjang atau
potongan kertas dalam bangun-bangun geometris, misalnya dengan menggunakan potongan kertas
memanjang, dapat ditunjukkan pecahan-pecahan senilai, misalnya:
2 3 4
= = dan 1 = 2
4 6 8 3 6

½ ½
1/3 1/3 1/3
¼ ¼ ¼ ¼
1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6
1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8

Dengan menggunakan pola, dapat dikembangkan bentuk-bentuk pecahan senilai, yaitu:


a axp
=
b bXp

Perkalian pecahan dapat ditunjukkan dengan berbagai cara sebagai berkut.


2/3 2/3 2/3 2/3
1 1 1

4x2=22
3 3

4 x 2 dapat ditunjukan menggunakan luas daerah sebagai berikut.


3
1 1 1 1

1 satuan = 3 bagian bertitik.


4 x 2 = 8 bagian tertitik.
3

4x2 =8
3 3

Pada akhirnya, dengan berbagai kasus, dapat diketahui bahwa:


a x b = ab
c c

Selanjutnya, perkalian 2 x 1 dapat dilakukan dengan menggunakan luas daerah sebagai


3 4

berikut:

2
3

1
4
1 2 2
x =
4 3 12

Dengan menggunakan makna:


2 : 1 = ...
2

sebagai mencari banyaknya perpaduan dalam 2, maka dapat ditentukan bahwa 2 : 1 = 4.


2

1 1
½ ½ ½ ½

Terdapat empat duaan dalam 2.


Jadi, 2 : 1 = 4.
2

Dengan menggunakan makna


2 : 1 = ...
3 2

Sebagai mencari banyaknya perpaduan dalam 2, maka dapat ditentukan bahwa:


3
2 1 1
: =1
3 2 3

2/3
1/2
lebihnya

2 : 1 menghasilkan perduaan sebanyak 1 dan lebihnya 1 .


3 2 3

Jadi, 2 : 1 = 11.
3 2 3

Dalam perkembangan kognitif Piaget, konservasi luas merupakan tahapan perkembangan


kognitif yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika SD. Jika suatu bangun datar
dipotong-potong dan disusun menjadi bangun-bangun lain yang berbeda, maka luas dari bangun-
bangun itu sama meskipun bentuknya berubah. Misalnya, jika bangun jajaran genjang ABCD
mempunyai luas L, lihat gambar 2.3A dan 2.3B, kemudian dipotong pada tepi-tepi sisi AB, BC,
CD, dan DA, serta pada diagonal BD, maka akan diperoleh dua potong bangun segitiga. Dua
bangun segitiga ini dapat disusun menjadi bangun-bangun lain, sesuai dengan kreativitas masing-
masing penyusun, antara lain akan diperoleh bangun-bangun seperti di bawah, yang mana luas
setiap bangun sama (tetap, tidak berubah) yaitu sama dengan L.

D C

A B

A B

Gambar 2.3

A B C
D E
Gambar 2.4

Tangram 3 Tangram 5
Tangram 7

Model penyusunan potongan-potongan kertas (karton) seperti di atas dapat membangun


kreativitas, dan memantapkan konservasi luas, dan pada akhirnya dapat digunakan untuk
menjelaskan matematika. Model lain yang terkenal disebut tangram, antara lain meliputi tangram
3, tangram 5, dan tangram 7.
Dengan banyak latihan tentang konservasi luas, para siswa menjadi siap untuk
menggunakannya dalam pembahasan topik-topik matematika yang sesuai, misalnya penentuan
luas bangun jajar genjang dan trapesium, serta penentuan hubungan Teorema Phytagoras dalam
segitiga siku-siku, luas jajar genjang dijelaskan sebagai berikut:

Luas = a x t
a a

Luas trapesium dijelaskan seperti di bawah

Luas = (a + b) . 1
2

Teorema Phytagoras dijelaskan sebagai berikut:


a b a b

b c b2 b
b
c2
a2
a b a a

a b
I b a ii
Luas I = Luas II
c2 + 4 ( 1 ab ) = a2 + b2 + 4 ( 1 ab )
2 2
2 2 2
c =a +b

1 1
5 4 2 2
a b 4
5 3
c

2 4
1 3

5 5
4
3 1
2

L1 + L2 + L3 = b2 L1 + L2 + L3 + L4 = b2
L4 + L5 = a2 L5 = a2
L1 + L2 + L3 + L4 + L5 = c2 L1 + L2 + L3 + L4 + L5 = c2
c2 = a2 + b2 c2 = a2 + b2

Jaring bangun-bangun datar tertentu dapat ditunjukkan dengan kertas/karton, dan sebaliknya
bangun-bangun ruang itu dapat dibangun dari jaringnya (jaring atau rebahan). Bangun-bangun itu
antara lain kubus, balok, parallepipidum, tetrahedron, oktahedron, ikosahedron, dan
dodekahedron. Bangun-bangun tersebut merupakan bangun-bangun yang konveks, yaitu bangun-
bangun ruang yang perpanjangan rusuknya, atau perluasan bidangnya tidak memotong dirinya
sendiri, dengan menampilkan secara fisik model-model bangun ruang konveks, siswa mempunyai
kesempatan untuk “mempraktekkan” berlakunya Teorema Euler, yaitu:

B+T =R+2
B = banyaknya bidang datar (face)
T = banyaknya titik (vertex)
R = banyaknya sisi (edge)
Tetrahedron/piramid Kubus
Oktahedron Ikosahedron

Dodekahedron

Dari model-model bangun ruang tersebut dapat ditentukan lebih lanjut bahwa untuk:
s = banyaknya sisi dari setiap bidang.
b = banyaknya bidang dari setiap titik.
Terdapat hubungan:
bT = 2R
sB = 2R
sehingga: T = R = B
b 1 1
s 2 s

2. Model Stik (lidi: dari rangka daun kelapa, dari bambu, atau dari plastik)
Model ini dapat dipakai untuk menjelaskan konsep satuan, puluhan, dan ratusan untuk siswa-
siswa SD kelas rendah. Lidi-lidi tersebut dalam bentuk lepas (sebagai satuan), bentuk ikatan
(dengan tali /karet) sepuluhan, dan bentuk ikatan dari ikatan (dan disebut seratusan). Model-model
stik ini dapat digunakan untuk menjelaskan konsep numeral (lambang bilangan), kesamaan
bilangan, operasi (penjumlahan, pengurangan, perkalian) bilangan bulat, misalnya:
234 = 2 ratusan + 3 puluhan + 4 satuan
= 2 ikatan ratusan + 3 ikatan puluhan + 4 lepas
35 = 30 + 5 = 20 + 15 = 10 + 25
= 23 + 12 = 18 + 17 = 9 + 26
3x6 = 6 + 6 + 6 = 18
5 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 50
2 x 100 = 100 + 100 = 200
46 – 23 = (40 + 6) – (20 + 3) = (40 + 20) + (6 – 3) = 20 + 3 = 23
35 – 19 = (30 + 5) – (10 + 9) = (20 + 10 + 5) – (10 + 9)
= (20 – 10) + (10 + 5 – 9) = 10 + 6 = 16
3. Model persegi dan strip dari kayu/tripleks
Model ini terdiri dari potongan-potongan persegi kayu/tripleks, strip-strip sepanjang sepuluh
persegi, dan daerah seluruh strip. Kegunaan model persegi dan strip serupa dengan kegunaan
model stik, yaitu untuk menjelaskan konsep numeral, kesamaan bilangan dan operasi bilangan
bulat. Bahan kayu/tripleks dapat diganti dengan karton yang relatif tebal.
4. Model kertas bertitik/berpetak
Kertas bertiti dapat bersifat persegi atau bersifat isometrik. Model ini dapat digunakan untuk
menjelaskan banyak hal yang terkait dengan geometri (bangun datar dan sifat-sifatnya, hubungan
antar bangun datar, dan luas bangun datar). Berbagai posisi datar, tegak, miring bangun datar
(segitiga persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium)
dapat diperagakan dengan model kertas bertitik (pengerjaannya menggunakan pensil sehingga bisa
dihapus).
Latihan/Tugas:
1. Sebutkan model-model matematika yang merupakan bahan manipulatif matematika !
2. Jelaskan perbedaan utama antara media dan bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika
!
3. Ada berapa cara menyusun dua segitiga berikut menurut cara yang berbeda ?

4. Buatlah 2 jaring kubus, dan 1 jaring yang bukan kubus !


5. Gambarkan satu cara mencari 3 x 2 !
4 3
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Media dalam pembelajaran matematika di SD memiliki peran yang penting dalam


meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika. Dengan memanfaatkan
media secara efektif, pembelajaran matematika di SD dapat menjadi lebih menarik, relevan, dan
memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep matematika yang mungkin abstrak.
Pendekatan ini dapat berkontribusi pada pembentukan dasar matematika yang kuat untuk
perkembangan selanjutnya.Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar. Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru
dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien serta sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim,kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan
diciptakan oleh guru. Dengan menggunakan media pembelajaran maka akan mempermudah
pendidik dalam proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran matematika yang sangat
dienggani oleh para peserta didik.Untuk itu sebagai pendidik sudah sepatutnya kita membuat
matematika agar lebih disegani oleh para siswa, jadikan matematika itu lebih menyenangkan dan
mengasyikan dalam proses belajar mengajarnya. Oleh karena sangatlah penting dalam proses
mengajar itu menggunakan media sebagi bahan untuk menyampaikan materi agar peserta didik
dapat lebh memahami yang disampaikan oleh pendidik. Media pembelajaran ini juga berfungsi
untuk memperbaiki metode pengajaran.

Saran

Seorang guru harus bisa memanfaatkan media pembelajaran dengan baik,apalagi media
pembelajaran dalam pembelajaran matematika yang agak sedikit rumit, jadi pandai lah dalam
memilih media pembelajaran agar murid tidak bosan dan cepat tanggap dalam proses belajar
mengajar dan memperdalam pengetahuan tentang media pembeljaran demi mendukung
tercapainya tujuan yang diinginkan,dan mendapatkan siswa dan siswi yang berprestasi.

Anda mungkin juga menyukai