Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KREATIVITAS DAN KECERDASAN TAMBAHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kognitif Dosen Pengampu :

Lailatul Fitriah, M.Psi., psikolog

Disusun Oleh :

Chumidatus Sa’diyah 22104171


M Irfan Nur Imami 22104181
Aida Julia Anggraini 22104187
Yayan Haekal Alam 22104197

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemampuan serta
kekuatan dalam menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam kami curahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kami dari zaman jahiliyah menuju
zaman yang terang benderang yakni agama islam sekarang ini. Makalah Psikologi Kognitif
dengan pembahasan “KREATIVITAS DAN KECERDASAN TAMBAHAN” selain untuk
memenuhi tugas kelompok, tentunya juga untuk menambah wawasan dasar mengenai
psikologi pendidikan terutama bagi kita sebagai mahasiswa psikologi.

Tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Lailatul Fitriah, M.Psi.,
psikolog. Selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendiddikan. Dosen yang akan
memberikan informasi bermanfaat dalam pembelajaran, serta rekan kelas yang senantiasa
memberikan motivasi dan semangat untuk dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para
pembaca agar dapat membangun dan menyempurnakan makalah ini. Semoga dengan
disusunnya makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi mahasiswa dan para
pembaca sebagai referensi pelengkap dalam pembelajaran.

Kediri, 13 November 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................4
1.3 TUJUAN.................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. KREATIVITAS.....................................................................................................5
1. TEORI KREATIVITAS................................................................................6
2. MEKANISME KREATIVITAS...................................................................7
3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS...........................8
4. ASPEK – ASPEK KREATIVITAS..............................................................9
B. KECERDASAN TAMBAHAN..........................................................................10
1. MEKANISME KECERDASAN TAMBAHAN.........................................10
2. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECERDASAN
TAMBAHAN................................................................................................11
3. ASPEK – ASPEK KECERDASAN TAMBAHAN...................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
A. KESIMPULAN...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini, kreativitas dan
kecerdasan tambahan menjadi dua konsep utama yang semakin mendapatkan perhatian
dalam bidang psikologi kognitif. Kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan
ide-ide baru dan orisinal, sementara kecerdasan tambahan mengacu pada kemampuan
seseorang untuk mengatasi tugas-tugas yang kompleks dan menunjukkan daya tanggap
yang lebih tinggi terhadap situasi tertentu. Pentingnya memahami kreativitas dan
kecerdasan tambahan tidak hanya terletak pada aspek individual, tetapi juga pada
dampaknya terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat. Psikologi kognitif
sebagai cabang ilmu yang mempelajari proses mental, pemrosesan informasi, dan
bagaimana individu mengatasi masalah, memainkan peran sentral dalam membongkar
rahasia di balik mekanisme kreativitas dan kecerdasan tambahan.
Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi konsep-konsep dasar psikologi
kognitif yang terkait dengan kreativitas dan kecerdasan tambahan. Melalui tinjauan
mendalam terhadap literatur dan penelitian terkini, kita akan mencoba mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana proses kognitif terjadi dalam konteks
kreativitas dan kecerdasan tambahan. Selain itu, kita juga akan membahas implikasi
praktis dari pemahaman ini, baik dalam konteks pendidikan, pengembangan karir,
maupun pengelolaan diri. Dengan merinci hubungan antara psikologi kognitif,
kreativitas, dan kecerdasan tambahan, makalah ini diharapkan dapat memberikan
wawasan yang berharga dan merangsang pikiran bagi pembaca untuk lebih memahami
dan mengoptimalkan potensi kreatif dan kecerdasan tambahan dalam diri mereka
sendiri maupun orang lain

1.2.rumusan masalah
1. Apa definisi dari kreativitas dan kecerdasan tambahan?
2. Bagaimana teori dari kreativitas?
3. Bagaiamana mekanisme dari kreativitas?
4. Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi kreativitas?
5. Bagaimana aspek - aspek dari kecerdasan tambahan?

1.3. tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu definisi dari kreativitas dan kecerdasan
tambahan
2. Untuk mengetahui bagaimana teori dari kreativitas
3. Untuk mengetahui bagaiamana mekanisme dari kreativitas
4. Untuk mengetahui faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi
kreativitas
5. Untuk mengetahui bagaimana aspek - aspek dari kecerdasan tambahan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan ide-ide baru,
orisinal, dan inovatif yang memiliki nilai atau relevansi. Definisi ini melibatkan
kemampuan untuk berpikir di luar batasan konvensional, menemukan solusi yang
unik, dan menghadirkan kontribusi positif terhadap suatu konteks atau domain
tertentu.
Ketika kita menggunakan istilah kreativitas, gambaran berbeda muncul di benak
kita. Ada orang-orang cerdas yang mengungkapkan pemikiran-pemikiran yang
tidak biasa, menarik dan merangsang. Kreativitas mengarah pada kehidupan yang
lebih penuh dan memuaskan. Tanpa kreativitas, umat manusia tidak akan maju.
Kecuali jika mereka juga menyumbangkan sesuatu yang memiliki arti permanen,
orang-orang ini harus disebut brilian, bukan kreatif. Kreativitas dihasilkan dari
interaksi suatu sistem yang terdiri dari tiga elemen: budaya yang mengandung
aturan simbolik, seseorang yang membawa kebaruan ke dalam domain simbolik,
dan ahli di bidangnya yang mengenali dan memvalidasi inovasi. Aliran dan
psikologi penemuan dan penemuan Kreativitas adalah proses dimana domain
simbolik dalam budaya diubah. Jadi kita harus mempelajari domain tersebut dengan
baik. Untuk menguasai suatu domain, kita harus memperhatikan informasi yang
akan diasimilasi. Sebagian besar perhatian kita tertuju pada tugas-tugas.1 Kreativitas
bukan hanya tentang menghasilkan ide-ide baru tetapi juga melibatkan penilaian
objektif terhadap keorisinalan dan relevansi ide tersebut.

Kreativitas, terdiri dari tiga bagian utama. Yang pertama adalah domain, yang
terdiri dari seperangkat aturan dan prosedur simbolik. Komponen kreativitas yang
kedua adalah bidang, yang mencakup semua individu yang bertindak sebagai
penjaga gerbang ke domain tersebut. Mereka memutuskan apakah suatu ide atau
produk baru dapat diterima. Misalnya pada bidang seni rupa, yang bidangnya terdiri
dari guru seni, kurator museum, kolektor seni, kritikus, serta pengurus yayasan dan
lembaga pemerintah yang membidangi kebudayaan. Orangorang inilah yang
menentukan karya seni baru apa yang harus diakui, dilestarikan, dan diingat.
Komponen ketiga adalah individu (orang kreatif), yang menggunakan simbol-
simbol dari suatu domain tertentu, memunculkan ide baru atau melihat pola baru.
Pikiran atau tindakannya mengubah suatu domain, atau membangun domain baru.2

1
Guilford, J. P. (1950). Creativity. American Psychologist, 5(9), 444-454.
2
. Csikszentmihalyi, M. (1996). Creativity: Flow and the Psychology of Discovery and Invention. New York:
HarperCollins.
1. Teori Kreativitas

Kreativitas, sebagai fenomena kompleks, telah menarik perhatian banyak ahli


dan ilmuwan. Beberapa teori telah diusulkan untuk menjelaskan sifat, proses, dan
faktor-faktor yang terlibat dalam kreativitas. Berikut adalah beberapa teori
kreativitas :

a. Teori Stages of Creativity (Torrance, 1962)


E. Paul Torrance mengembangkan teori ini dengan menekankan bahwa
kreativitas melibatkan tahapan tertentu. Torrance mengidentifikasi proses
kreatif dalam empat tahap: preparation (persiapan), incubation (inkubasi),
illumination (pencerahan), dan verification (verifikasi). Tahap-tahap ini
mencerminkan perjalanan kompleks dari ide awal hingga konsep kreatif yang
matang.3
b. Teori Fluency-Flexibility-Originality (Guilford, 1950)
J.P. Guilford mengusulkan teori ini yang mencakup tiga dimensi utama
kreativitas: fluency (kelancaran), flexibility (fleksibilitas), dan originality
(orisinalitas). Menurut Guilford, kreativitas terjadi ketika seseorang dapat
menghasilkan sejumlah besar ide (fluency), beralih antara berbagai jenis ide
(flexibility), dan menghasilkan ide-ide yang tidak umum atau orisinal
(originality).4
c. Teori Psikodinamika (Freud, 1958)
Sigmund Freud memberikan kontribusi dengan melihat kreativitas
sebagai hasil dari ketegangan antara keinginan sadar dan tidak sadar. Dalam
perspektif psikodinamika, kreativitas muncul ketika individu mampu
mengekspresikan konflik internal secara konstruktif.5
d. Teori Systems Model of Creativity (Csikszentmihalyi, 1988)
Mihaly Csikszentmihalyi menyajikan teori sistematis tentang kreativitas
dengan menekankan konsep flow atau keadaan di mana individu sepenuhnya
terlibat dalam tugas kreatif. Dalam model ini, kreativitas terjadi ketika
seseorang berada dalam kondisi flow, menggabungkan keahlian dan tantangan
secara optimal.6
e. Teori Dual-Process (Simonton, 1999)
Dean Keith Simonton mengembangkan teori ini, mengemukakan bahwa
kreativitas melibatkan dua proses kognitif utama: divergent thinking (berpikir
divergen) dan convergent thinking (berpikir konvergen). Divergent thinking

3
Torrance, E. P. (1962). Guiding creative talent. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
4
Ibid
5
Freud, S. (1958). Creative writers and day-dreaming. In Standard Edition of the Complete Psychological Works
of Sigmund Freud (Vol. 9, pp. 141-153). London: Hogarth Press.
6
Ibid
memungkinkan generasi ide-ide baru, sedangkan convergent thinking menilai
dan memilih ide-ide yang paling baik.7

Melalui berbagai teori ini, kita dapat melihat kreativitas sebagai fenomena yang
melibatkan aspek-aspek berbeda, termasuk tahapan proses, dimensi kognitif,
konflik psikodinamika, interaksi sistem, dan proses pemikiran ganda.
Penggabungan perspektif-perspektif ini memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang kompleksitas kreativitas dan memberikan dasar untuk eksplorasi
lebih lanjut dalam pengembangan teori-teori kreativitas.

2. Mekanisme Kreativitas (pemahaman psikologi kognitif)

Kreativitas dan kecerdasan tambahan melibatkan sejumlah mekanisme


psikologis yang kompleks. Proses kreatif dan kemampuan intelektual yang tinggi
terjalin erat dengan berbagai aspek kognitif dan psikologis. Berikut adalah
gambaran mekanisme kreativitas :
a. Aspek Kognitif (Divergent Thinking)
Kreativitas sering dikaitkan dengan divergent thinking, di mana individu
menghasilkan berbagai ide atau solusi untuk suatu masalah. Proses ini
melibatkan kemampuan untuk berpikir di luar batas konvensional dan
mempertimbangkan berbagai kemungkinan.8 Seperti Mengubah ruang
pertemuan menjadi "area ide" dengan dinding tulis yang dapat digunakan
untuk menuangkan ide-ide kreatif.
b. Keadaan Psikologis (Flow)
Mekanisme flow mencerminkan keadaan di mana seseorang sepenuhnya
terlibat dalam tugas kreatif. Csikszentmihalyi (1996) menggambarkan flow
sebagai pengalaman psikologis yang memungkinkan individu mencapai
hasil kreatif yang optimal.9 Contohnya Seorang desainer grafis yang bekerja
pada proyek besar merasakan alur mekanisme saat menciptakan konsep
kreatif untuk kampanye pemasaran. Selama proses, dia fokus pada
pekerjaannya, tanpa merasa terganggu oleh tekanan atau gangguan. Waktu
tampak berlalu dengan cepat, dan desainer tersebut merasa terhubung
sepenuhnya dengan penerapannya.
c. Pengelolaan Informasi (Working Memory)
Ingatan kerja (working memory) memainkan peran penting dalam
kreativitas dengan memfasilitasi pemikiran yang kompleks dan penyusunan
ide-ide baru. Proses ini terkait erat dengan kapasitas otak untuk menyimpan
dan mengelola informasi secara efisien.10 Sebuah contoh dapat dilihat dalam
pemikiran seorang seniman yang merencanakan karya seni yang kompleks.
Ingatan kerja memungkinkannya menyimpan warna, bentuk, dan konsep

7
Simonton, D. K. (1999). Creativity as blind variation and selective retention: Is the creative process
Darwinian? Psychological Inquiry, 10(4), 309-328.
8
Ibid
9
Ibid
10
Baddeley, A. (2003). Working memory: Looking back and looking forward. Nature Reviews Neuroscience,
4(10), 829-839.
keseluruhan karya saat dia menghadapi kanvas kosong. Proses ini tidak
hanya tentang penyimpanan data, tetapi juga tentang memanipulasi
informasi tersebut secara aktif untuk menciptakan hubungan dan komposisi
yang baru dan unik.
Dengan kata lain, kapasitas otak untuk mempertahankan sejumlah informasi
dalam ingatan kerja membuka pintu bagi eksplorasi ide-ide yang lebih luas dan
pemikiran yang lebih kreatif. Ingatan kerja adalah panggung di mana drama kreatif
terjadi, di mana elemen-elemen penyimpanan informasi bertemu dan bersatu untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan luar biasa.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas (Dalam Perspektif Psikologi


Kognitif)

Kreativitas dan kecerdasan tambahan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang


mencakup aspek kognitif, psikologis, dan lingkungan. Pemahaman mendalam
tentang faktor-faktor ini membantu kita merinci kompleksitas dan dinamika
pengembangan kreativitas dan kecerdasan tambahan. Berikut adalah beberapa
faktor yang mempengaruhi kreativitas :
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik, atau dorongan internal untuk melakukan suatu
aktivitas karena kepuasan pribadi, telah terbukti meningkatkan tingkat
kreativitas. Dorongan intrinsik mendorong individu untuk mengeksplorasi
ide-ide baru tanpa tekanan eksternal yang berlebihan.11 Dorongan intrinsik
memberikan kebebasan kepada individu untuk mengeksplorasi minat
pribadi mereka tanpa terikat pada harapan atau hadiah luar. Kreativitas yang
muncul dari motivasi intrinsik cenderung lebih otentik, karena ide-ide
tersebut tercermin dari nilai-nilai dan keinginan pribadi. Keunikan motivasi
intrinsik juga terletak pada ketahanannya terhadap keterbatasan. Karena
ditenagai oleh kepuasan internal, individu yang memilikinya
b. Keterbukaan terhadap Pengalaman Baru
Individu yang lebih terbuka terhadap pengalaman baru cenderung lebih
kreatif. Keterbukaan terhadap ide-ide baru, budaya, dan perspektif dapat
merangsang imajinasi dan inovasi.12 Budaya yang beragam, dan melihat
dunia dari berbagai perspektif. Keterbukaan ini merangsang imajinasi,
memicu inovasi, dan menciptakan lingkungan kreatif yang subur, contohnya
Seorang seniman lukis yang terbuka terhadap pengalaman baru mungkin
eksploratif terhadap berbagai teknik dan gaya seni yang belum pernah
dicoba sebelumnya, menghasilkan karya yang inovatif dan unik.
Keterbukaannya terhadap variasi dan perubahan merangsang imajinasinya,
membuka pintu untuk ekspresi kreatif yang lebih luas.
c. Lingkungan yang Mendukung

11
Amabile, T. M. (1985). Motivation and creativity: Effects of motivational orientation on creative writers.
Journal of Personality and Social Psychology, 48(2), 393-399.
12
McCrae, R. R. (1987). Creativity, divergent thinking, and openness to experience. Journal of Personality and
Social Psychology, 52(6), 1258-1265
Lingkungan yang memberikan dukungan dan mendorong kebebasan
berpikir kreatif dapat menjadi faktor kunci dalam pengembangan kreativitas.
Ini mencakup lingkungan kerja yang kolaboratif dan mendukung eksplorasi
ide. Contohnya Di kantor desain yang kreatif, atmosfer yang mendukung
kreativitas memungkinkan setiap anggota tim merasa bebas untuk
mengemukakan ide-idenya tanpa takut kritik berlebihan. Kolaborasi yang
erat antartim membuka peluang untuk berbagi perspektif dan melahirkan
solusi yang inovatif. 13
d. Kesulitan atau Tantangan
Tantangan dan kesulitan dapat merangsang kreativitas. Saat dihadapkan
dengan masalah yang kompleks, individu sering kali dipaksa untuk berpikir
secara kreatif dalam mencari solusi.14 Tantangan memberikan stimulus
untuk berpikir di luar batas konvensional dan menggali sumber daya kreatif
yang mungkin belum tergali sebelumnya. Ini menciptakan kondisi di mana
otak terdorong untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan merancang solusi
yang inovatif. Seseorang tidak hanya mencari jawaban yang mudah, tetapi
juga menjelajahi berbagai kemungkinan yang mungkin tidak terpikirkan
tanpa adanya kesulitan.

4. Aspek – Aspek Kreativitas (Pemahaman dalam Dimensi Psikologi


Kognitif)

Kreativitas dan kecerdasan tambahan melibatkan berbagai aspek psikologis


yang mencerminkan kompleksitas kemampuan kognitif dan kreatif manusia.
Berikut ini adalah beberapa aspek kunci dari kreativitas :
a. Orisinalitas
Orisinalitas merujuk pada tingkat kebaruan atau keunikkan suatu ide
atau karya. Ide atau karya yang orisinal adalah yang belum pernah muncul
sebelumnya.15 Orisinalitas seringkali melibatkan kemampuan untuk berpikir
di luar batas konvensional dan menciptakan sesuatu yang berbeda dari apa
yang telah ada sebelumnya
b. Fleksibilitas Berpikir
Fleksibilitas berpikir mencakup kemampuan untuk melihat masalah dari
berbagai sudut pandang dan menghasilkan berbagai solusi atau ide.16
Berfikir fleksibilitas merupakan kemampuan seseorang dalam
menghasilkan berbagi pendeketan dan kesimpulan dengan menghubungkan
beberapa pengetahuan dan prosedural.
c. Fluensi Berpikir
Fluensi berpikir adalah kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar
ide atau solusi dalam waktu yang singkat.17 Ketika seseorang memiliki

13
Ibid
14
Baer, J. (2012). Domain specificity and the limits of creativity theory. The Journal of Creative Behavior, 46(1),
16-29.
15
Runco, M. A., & Jaeger, G. J. (2012). The standard definition of creativity. Creativity Research Journal, 24(1),
92-96.
16
Ibid
17
Ibid
kelancaran berpikir yang baik, mereka dapat dengan cepat dan terus-
menerus menghasilkan ide atau solusi tanpa hambatan oleh kekakuan atau
keterbatasan berpikir. Kemampuan ini memungkinkan eksplorasi ide yang
luas dan menciptakan ruang bagi berbagai kemungkinan.
d. Keterlibatan dalam Proses Kreatif (Flow)
Keterlibatan dalam proses kreatif atau keadaan flow menciptakan
kondisi di mana individu sepenuhnya terlibat dalam tugas kreatif tanpa
adanya gangguan eksternal.18 Ketika seseorang memiliki kelancaran
berpikir yang baik, mereka dapat dengan cepat dan terus-menerus
menghasilkan ide atau solusi tanpa hambatan oleh kekakuan atau
keterbatasan berpikir.

B. Kecerdasan Tambahan

Kecerdasan tambahan, atau sering disebut sebagai kecerdasan sukses,


mencakup kemampuan seseorang untuk mengatasi tugas-tugas kehidupan
sehari-hari, baik yang sifatnya analitis, kreatif, maupun praktis (Sternberg,
2018). Kecerdasan tambahan menggambarkan kemampuan untuk berpikir
secara sistematis, memecahkan masalah, dan menghadapi tantangan dengan
cara yang efektif19. Sternberg (2018) mengembangkan teori kecerdasan
tambahan yang mencakup tiga aspek utama: kecerdasan analitik, kreatif, dan
praktis. Kecerdasan tambahan bukan hanya tentang kecerdasan kognitif tetapi
juga melibatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan dan penyelesaian
masalah dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Pentingnya kecerdasan tambahan tidak hanya terletak pada aspek
kognitif, tetapi juga pada kemampuan adaptasi terhadap lingkungan. Ini
mencakup kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya dan menemukan solusi yang sesuai dalam situasi kehidupan sehari-
hari. Dengan demikian, kecerdasan tambahan mencakup lebih dari sekadar
kecerdasan intelektual, melibatkan juga aspek sosial dan praktis yang
diperlukan untuk berhasil menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan
sehari-hari.

1. Mekanisme Kecerdasan Tambahan

a. Problem Solving: Teori Triarchic (Sternberg, 2018)


Kecerdasan tambahan, seperti yang dijelaskan dalam teori triarchic oleh
Sternberg, melibatkan tiga aspek utama: kecerdasan analitik, kreatif, dan
praktis. Mekanisme ini mencakup kemampuan individu dalam
memecahkan masalah kompleks dengan pendekatan yang sistematis.
b. Kecerdasan Emosional: Pengelolaan Emosi (Goleman, 1995)
Kecerdasan tambahan juga mencakup dimensi emosional. Goleman
(1995) menyoroti pentingnya pengelolaan emosi dalam konteks

18
Ibid
19
Sternberg, R. J. (2018). The triarchic theory of successful intelligence. In Handbook of intelligence (pp. 1-12).
Routledge
kecerdasan, yang dapat mempengaruhi fleksibilitas berpikir dan inovasi20
Dengan kata lain, kemampuan untuk mengenali, memahami, dan
mengelola emosi tidak hanya memengaruhi hubungan sosial, tetapi juga
berkontribusi pada adaptabilitas dan kreativitas seseorang dalam
menghadapi berbagai situasi kehidupan sehari-hari. Sehingga, kecerdasan
tambahan tidak hanya berkaitan dengan intelektualitas, tetapi juga dengan
kepekaan terhadap aspek emosional yang memainkan peran penting dalam
keseimbangan dan keberhasilan pribadi.
c. Pemrosesan Informasi: Cognitive Processing (Anderson, 2014)
Pemrosesan informasi, seperti yang dijelaskan oleh Anderson
(2014), adalah mekanisme kunci dalam kecerdasan tambahan. Ini
melibatkan serangkaian langkah, termasuk penerimaan,
pengorganisasian, dan interpretasi informasi untuk pemecahan masalah
yang kompleks. Dalam konteks kecerdasan tambahan. Penerimaan
informasi melibatkan pengumpulan data dari lingkungan,
pengorganisasian melibatkan penyusunan informasi tersebut secara
terstruktur, dan interpretasi melibatkan pemahaman yang mendalam
untuk merumuskan solusi yang efektif. Dengan demikian, pemrosesan
informasi menjadi mekanisme kunci yang memungkinkan seseorang
mengatasi tugas-tugas kehidupan sehari-hari dengan cara yang cerdas.

2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Tambahan

a. Kualitas pendidikan
Pendidikan yang berkualitas dapat memberikan dasar bagi
pengembangan kecerdasan tambahan. Pendekatan pembelajaran
yang menekankan pemecahan masalah dan analisis kritis dapat
meningkatkan kecerdasan analitik21. Dengan fokus pada pemecahan
masalah, siswa tidak hanya memahami informasi secara pasif, tetapi
juga dilibatkan secara aktif dalam mengaplikasikan pengetahuan
mereka untuk mengatasi tantangan. Pendekatan ini mendorong
pengembangan keterampilan berpikir logis dan sistematis, yang
merupakan inti dari kecerdasan analitik. Dengan demikian,
pendidikan yang berorientasi pada pemecahan masalah memberikan
kontribusi positif terhadap perkembangan kecerdasan tambahan,
yang mencakup kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan
tugas-tugas kehidupan sehari-hari secara efektif.
b. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional, yang melibatkan pengenalan dan
pengelolaan emosi, dapat berkontribusi terhadap kecerdasan
tambahan. Kemampuan untuk memahami dan merespons emosi
sendiri dan orang lain adalah bagian penting dari kecerdasan

20
. Goleman, D. (1995). Emotional intelligence: Why it can matter more than IQ. Bantam.
21
Ibid
emosional22. Kecerdasan emosional juga melibatkan kemampuan
untuk berkomunikasi secara empatik, memahami perspektif orang
lain, dan menjaga hubungan interpersonal. Seseorang yang memiliki
kecerdasan emosional yang baik dapat lebih mudah beradaptasi
dengan lingkungan, menyelesaikan konflik, dan bekerja sama dalam
tim.
c. Dukungan sosial
Dukungan sosial, baik dari keluarga maupun lingkungan sosial
lainnya, dapat memainkan peran penting dalam pengembangan
kecerdasan tambahan. Lingkungan yang mendukung memberikan
peluang untuk pertumbuhan intelektual23. Lingkungan yang
memberikan dukungan dapat menciptakan kondisi yang mendukung
pertumbuhan intelektual. Interaksi positif dengan keluarga dan
teman-teman tidak hanya memberikan stimulus emosional, tetapi
juga menciptakan kesempatan untuk belajar, berbagi ide, dan
mengembangkan keterampilan adaptasi terhadap berbagai situasi
kehidupan. Oleh karena itu, dukungan sosial menjadi faktor penting
yang membantu seseorang mengasah kecerdasan analitik, kreatif,
dan praktis dalam menghadapi berbagai tugas dan tantangan sehari-
hari.

3. Aspek – Aspek Kecerdasan Tambahan

Kecerdasan tambahan sering kali muncul dalam konteks pemecahan


masalah sehari-hari. Individu yang dapat mengatasi tantangan kehidupan
dengan cara yang efektif mencerminkan kecerdasan tambahan.

a. Kecerdasan Analitik
Kecerdasan analitik melibatkan kemampuan untuk menganalisis,
mengevaluasi, dan memecahkan masalah secara logis.
b. Kecerdasan Kreatif
Kecerdasan kreatif mencakup kemampuan untuk berpikir secara
inovatif, menghasilkan ide-ide baru, dan membuat koneksi yang tidak
konvensional.
c. Kecerdasan Praktis
Kecerdasan praktis adalah kemampuan untuk mengatasi tugas-tugas
kehidupan sehari-hari dan menghadapi situasi dunia nyata.
d. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional melibatkan kemampuan untuk mengenali,
memahami, dan mengelola emosi sendiri dan orang lain.
e. Motivasi dan Dedikasi
Motivasi dan dedikasi memainkan peran penting dalam pengembangan
kreativitas dan kecerdasan tambahan. Dorongan intrinsik dan komitmen

22
Mayer, J. D., Salovey, P., & Caruso, D. R. (2008). Emotional intelligence: New ability or eclectic traits?
American Psychologist, 63(6), 503-517.
23
ibid
terhadap pencapaian tujuan berkontribusi pada kemajuan dalam kedua
bidang ini.
f. Keterbukaan terhadap Pengalaman
Keterbukaan terhadap pengalaman baru mencerminkan kemampuan
untuk menerima dan mengintegrasikan pengalaman baru dalam proses
berpikir dan pemecahan masalah.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Definisi kreativitas dan kecerdasan tambahan ini mencerminkan kompleksitas dan
multidimensionalitas kedua konsep tersebut. Dengan memahami esensi masing-masing, kita
dapat lebih mendalam dalam menggali interaksi dan dampaknya dalam konteks psikologi
kognitif dan perkembangan manusia secara lebih luas. Mekanisme kreativitas dan kecerdasan
tambahan tidak selalu terpisah. Kreativitas yang tinggi dapat menghasilkan solusi yang inovatif
dalam pemecahan masalah, memperkaya dimensi kecerdasan tambahan. Sebaliknya,
kecerdasan tambahan yang kuat dapat memberikan dasar untuk pemikiran kreatif yang lebih
kompleks.
Pemahaman mendalam tentang mekanisme kreativitas dan kecerdasan tambahan
memberikan pandangan holistik tentang bagaimana pikiran manusia dapat menghasilkan ide-
ide baru dan mengatasi tantangan intelektual. Integrasi berbagai aspek ini dapat membimbing
pengembangan strategi pendidikan dan pelatihan yang lebih efektif untuk memajukan potensi
kreatif dan intelektual manusia. Pemahaman mendalam tentang aspek-aspek kreativitas dan
kecerdasan tambahan memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang kompleksitas
kemampuan manusia. Integrasi aspek-aspek ini memungkinkan pengembangan strategi dan
pendekatan yang lebih holistik dalam mengoptimalkan potensi kreatif dan intelektual.
DAFTAR PUSTAKA
Guilford, J. (1950). Creativity. American Psychology. 5 (9), 444–454.

Csikszentmihalyi, M. (1996). Creativity: Flow and the Psychology of Discovery and


Invention. New York: HarperCollins.

Torrance, E. P. (1962). Guiding creative talent. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Freud, S. (1958). Creative writers and day-dreaming. In Standard Edition of the Complete
Psychological Works of Sigmund Freud (Vol. 9, pp. 141-153). London: Hogarth Press.

Csikszentmihalyi, M. (1988). Society, culture, and person: A systems view of creativity. In R.


J. Sternberg (Ed.), The nature of creativity (pp. 325-339). New York: Cambridge University
Press.

Simonton, D. K. (1999). Creativity as blind variation and selective retention: Is the creative
process Darwinian? Psychological Inquiry, 10(4), 309-328.

Baddeley, A. (2003). Working memory: Looking back and looking forward. Nature Reviews
Neuroscience, 4(10), 829-839.

Sternberg, R. J. (2018). The triarchic theory of successful intelligence. In Handbook of


intelligence (pp. 1-12). Routledge.

Goleman, D. (1995). Emotional intelligence: Why it can matter more than IQ. Bantam.

Anderson, J. R. (2014). Cognitive psychology and its implications. Macmillan.

Amabile, T. M. (1985). Motivation and creativity: Effects of motivational orientation on


creative writers. Journal of Personality and Social Psychology, 48(2), 393-399.

Amabile, T. M. (1996). Creativity in context: Update to the social psychology of creativity.


Westview Press.

Baer, J. (2012). Domain specificity and the limits of creativity theory. The Journal of Creative
Behavior, 46(1), 16-29.

Sternberg, R. J., & Grigorenko, E. L. (2002). The theory of successful intelligence. Review of
General Psychology, 6(4), 316-342.

Mayer, J. D., Salovey, P., & Caruso, D. R. (2008). Emotional intelligence: New ability or
eclectic traits? American Psychologist, 63(6), 503-517.

Sternberg, R. J. (2004). Successful intelligence as a basis for instruction and assessment. Phi
Delta Kappan, 86(1), 12-17.

Sternberg, R. J. (1997). Successful intelligence. New York: Plume

Runco, M. A., & Jaeger, G. J. (2012). The standard definition of creativity. Creativity
Research Journal, 24(1), 92-96

Amabile, T. M. (1985). Motivation and creativity: Effects of motivational orientation on


creative writers. Journal of Personality and Social Psychology, 48(2), 393-399.

Anda mungkin juga menyukai