Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kognitif Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Lailatul Fitriah, M.Psi.,
psikolog. Selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendiddikan. Dosen yang akan
memberikan informasi bermanfaat dalam pembelajaran, serta rekan kelas yang senantiasa
memberikan motivasi dan semangat untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para
pembaca agar dapat membangun dan menyempurnakan makalah ini. Semoga dengan
disusunnya makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi mahasiswa dan para
pembaca sebagai referensi pelengkap dalam pembelajaran.
1.1.Latar belakang
Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini, kreativitas dan
kecerdasan tambahan menjadi dua konsep utama yang semakin mendapatkan perhatian
dalam bidang psikologi kognitif. Kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan
ide-ide baru dan orisinal, sementara kecerdasan tambahan mengacu pada kemampuan
seseorang untuk mengatasi tugas-tugas yang kompleks dan menunjukkan daya tanggap
yang lebih tinggi terhadap situasi tertentu. Pentingnya memahami kreativitas dan
kecerdasan tambahan tidak hanya terletak pada aspek individual, tetapi juga pada
dampaknya terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat. Psikologi kognitif
sebagai cabang ilmu yang mempelajari proses mental, pemrosesan informasi, dan
bagaimana individu mengatasi masalah, memainkan peran sentral dalam membongkar
rahasia di balik mekanisme kreativitas dan kecerdasan tambahan.
Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi konsep-konsep dasar psikologi
kognitif yang terkait dengan kreativitas dan kecerdasan tambahan. Melalui tinjauan
mendalam terhadap literatur dan penelitian terkini, kita akan mencoba mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana proses kognitif terjadi dalam konteks
kreativitas dan kecerdasan tambahan. Selain itu, kita juga akan membahas implikasi
praktis dari pemahaman ini, baik dalam konteks pendidikan, pengembangan karir,
maupun pengelolaan diri. Dengan merinci hubungan antara psikologi kognitif,
kreativitas, dan kecerdasan tambahan, makalah ini diharapkan dapat memberikan
wawasan yang berharga dan merangsang pikiran bagi pembaca untuk lebih memahami
dan mengoptimalkan potensi kreatif dan kecerdasan tambahan dalam diri mereka
sendiri maupun orang lain
1.2.rumusan masalah
1. Apa definisi dari kreativitas dan kecerdasan tambahan?
2. Bagaimana teori dari kreativitas?
3. Bagaiamana mekanisme dari kreativitas?
4. Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi kreativitas?
5. Bagaimana aspek - aspek dari kecerdasan tambahan?
1.3. tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu definisi dari kreativitas dan kecerdasan
tambahan
2. Untuk mengetahui bagaimana teori dari kreativitas
3. Untuk mengetahui bagaiamana mekanisme dari kreativitas
4. Untuk mengetahui faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi
kreativitas
5. Untuk mengetahui bagaimana aspek - aspek dari kecerdasan tambahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan ide-ide baru,
orisinal, dan inovatif yang memiliki nilai atau relevansi. Definisi ini melibatkan
kemampuan untuk berpikir di luar batasan konvensional, menemukan solusi yang
unik, dan menghadirkan kontribusi positif terhadap suatu konteks atau domain
tertentu.
Ketika kita menggunakan istilah kreativitas, gambaran berbeda muncul di benak
kita. Ada orang-orang cerdas yang mengungkapkan pemikiran-pemikiran yang
tidak biasa, menarik dan merangsang. Kreativitas mengarah pada kehidupan yang
lebih penuh dan memuaskan. Tanpa kreativitas, umat manusia tidak akan maju.
Kecuali jika mereka juga menyumbangkan sesuatu yang memiliki arti permanen,
orang-orang ini harus disebut brilian, bukan kreatif. Kreativitas dihasilkan dari
interaksi suatu sistem yang terdiri dari tiga elemen: budaya yang mengandung
aturan simbolik, seseorang yang membawa kebaruan ke dalam domain simbolik,
dan ahli di bidangnya yang mengenali dan memvalidasi inovasi. Aliran dan
psikologi penemuan dan penemuan Kreativitas adalah proses dimana domain
simbolik dalam budaya diubah. Jadi kita harus mempelajari domain tersebut dengan
baik. Untuk menguasai suatu domain, kita harus memperhatikan informasi yang
akan diasimilasi. Sebagian besar perhatian kita tertuju pada tugas-tugas.1 Kreativitas
bukan hanya tentang menghasilkan ide-ide baru tetapi juga melibatkan penilaian
objektif terhadap keorisinalan dan relevansi ide tersebut.
Kreativitas, terdiri dari tiga bagian utama. Yang pertama adalah domain, yang
terdiri dari seperangkat aturan dan prosedur simbolik. Komponen kreativitas yang
kedua adalah bidang, yang mencakup semua individu yang bertindak sebagai
penjaga gerbang ke domain tersebut. Mereka memutuskan apakah suatu ide atau
produk baru dapat diterima. Misalnya pada bidang seni rupa, yang bidangnya terdiri
dari guru seni, kurator museum, kolektor seni, kritikus, serta pengurus yayasan dan
lembaga pemerintah yang membidangi kebudayaan. Orangorang inilah yang
menentukan karya seni baru apa yang harus diakui, dilestarikan, dan diingat.
Komponen ketiga adalah individu (orang kreatif), yang menggunakan simbol-
simbol dari suatu domain tertentu, memunculkan ide baru atau melihat pola baru.
Pikiran atau tindakannya mengubah suatu domain, atau membangun domain baru.2
1
Guilford, J. P. (1950). Creativity. American Psychologist, 5(9), 444-454.
2
. Csikszentmihalyi, M. (1996). Creativity: Flow and the Psychology of Discovery and Invention. New York:
HarperCollins.
1. Teori Kreativitas
3
Torrance, E. P. (1962). Guiding creative talent. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
4
Ibid
5
Freud, S. (1958). Creative writers and day-dreaming. In Standard Edition of the Complete Psychological Works
of Sigmund Freud (Vol. 9, pp. 141-153). London: Hogarth Press.
6
Ibid
memungkinkan generasi ide-ide baru, sedangkan convergent thinking menilai
dan memilih ide-ide yang paling baik.7
Melalui berbagai teori ini, kita dapat melihat kreativitas sebagai fenomena yang
melibatkan aspek-aspek berbeda, termasuk tahapan proses, dimensi kognitif,
konflik psikodinamika, interaksi sistem, dan proses pemikiran ganda.
Penggabungan perspektif-perspektif ini memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang kompleksitas kreativitas dan memberikan dasar untuk eksplorasi
lebih lanjut dalam pengembangan teori-teori kreativitas.
7
Simonton, D. K. (1999). Creativity as blind variation and selective retention: Is the creative process
Darwinian? Psychological Inquiry, 10(4), 309-328.
8
Ibid
9
Ibid
10
Baddeley, A. (2003). Working memory: Looking back and looking forward. Nature Reviews Neuroscience,
4(10), 829-839.
keseluruhan karya saat dia menghadapi kanvas kosong. Proses ini tidak
hanya tentang penyimpanan data, tetapi juga tentang memanipulasi
informasi tersebut secara aktif untuk menciptakan hubungan dan komposisi
yang baru dan unik.
Dengan kata lain, kapasitas otak untuk mempertahankan sejumlah informasi
dalam ingatan kerja membuka pintu bagi eksplorasi ide-ide yang lebih luas dan
pemikiran yang lebih kreatif. Ingatan kerja adalah panggung di mana drama kreatif
terjadi, di mana elemen-elemen penyimpanan informasi bertemu dan bersatu untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan luar biasa.
11
Amabile, T. M. (1985). Motivation and creativity: Effects of motivational orientation on creative writers.
Journal of Personality and Social Psychology, 48(2), 393-399.
12
McCrae, R. R. (1987). Creativity, divergent thinking, and openness to experience. Journal of Personality and
Social Psychology, 52(6), 1258-1265
Lingkungan yang memberikan dukungan dan mendorong kebebasan
berpikir kreatif dapat menjadi faktor kunci dalam pengembangan kreativitas.
Ini mencakup lingkungan kerja yang kolaboratif dan mendukung eksplorasi
ide. Contohnya Di kantor desain yang kreatif, atmosfer yang mendukung
kreativitas memungkinkan setiap anggota tim merasa bebas untuk
mengemukakan ide-idenya tanpa takut kritik berlebihan. Kolaborasi yang
erat antartim membuka peluang untuk berbagi perspektif dan melahirkan
solusi yang inovatif. 13
d. Kesulitan atau Tantangan
Tantangan dan kesulitan dapat merangsang kreativitas. Saat dihadapkan
dengan masalah yang kompleks, individu sering kali dipaksa untuk berpikir
secara kreatif dalam mencari solusi.14 Tantangan memberikan stimulus
untuk berpikir di luar batas konvensional dan menggali sumber daya kreatif
yang mungkin belum tergali sebelumnya. Ini menciptakan kondisi di mana
otak terdorong untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan merancang solusi
yang inovatif. Seseorang tidak hanya mencari jawaban yang mudah, tetapi
juga menjelajahi berbagai kemungkinan yang mungkin tidak terpikirkan
tanpa adanya kesulitan.
13
Ibid
14
Baer, J. (2012). Domain specificity and the limits of creativity theory. The Journal of Creative Behavior, 46(1),
16-29.
15
Runco, M. A., & Jaeger, G. J. (2012). The standard definition of creativity. Creativity Research Journal, 24(1),
92-96.
16
Ibid
17
Ibid
kelancaran berpikir yang baik, mereka dapat dengan cepat dan terus-
menerus menghasilkan ide atau solusi tanpa hambatan oleh kekakuan atau
keterbatasan berpikir. Kemampuan ini memungkinkan eksplorasi ide yang
luas dan menciptakan ruang bagi berbagai kemungkinan.
d. Keterlibatan dalam Proses Kreatif (Flow)
Keterlibatan dalam proses kreatif atau keadaan flow menciptakan
kondisi di mana individu sepenuhnya terlibat dalam tugas kreatif tanpa
adanya gangguan eksternal.18 Ketika seseorang memiliki kelancaran
berpikir yang baik, mereka dapat dengan cepat dan terus-menerus
menghasilkan ide atau solusi tanpa hambatan oleh kekakuan atau
keterbatasan berpikir.
B. Kecerdasan Tambahan
18
Ibid
19
Sternberg, R. J. (2018). The triarchic theory of successful intelligence. In Handbook of intelligence (pp. 1-12).
Routledge
kecerdasan, yang dapat mempengaruhi fleksibilitas berpikir dan inovasi20
Dengan kata lain, kemampuan untuk mengenali, memahami, dan
mengelola emosi tidak hanya memengaruhi hubungan sosial, tetapi juga
berkontribusi pada adaptabilitas dan kreativitas seseorang dalam
menghadapi berbagai situasi kehidupan sehari-hari. Sehingga, kecerdasan
tambahan tidak hanya berkaitan dengan intelektualitas, tetapi juga dengan
kepekaan terhadap aspek emosional yang memainkan peran penting dalam
keseimbangan dan keberhasilan pribadi.
c. Pemrosesan Informasi: Cognitive Processing (Anderson, 2014)
Pemrosesan informasi, seperti yang dijelaskan oleh Anderson
(2014), adalah mekanisme kunci dalam kecerdasan tambahan. Ini
melibatkan serangkaian langkah, termasuk penerimaan,
pengorganisasian, dan interpretasi informasi untuk pemecahan masalah
yang kompleks. Dalam konteks kecerdasan tambahan. Penerimaan
informasi melibatkan pengumpulan data dari lingkungan,
pengorganisasian melibatkan penyusunan informasi tersebut secara
terstruktur, dan interpretasi melibatkan pemahaman yang mendalam
untuk merumuskan solusi yang efektif. Dengan demikian, pemrosesan
informasi menjadi mekanisme kunci yang memungkinkan seseorang
mengatasi tugas-tugas kehidupan sehari-hari dengan cara yang cerdas.
a. Kualitas pendidikan
Pendidikan yang berkualitas dapat memberikan dasar bagi
pengembangan kecerdasan tambahan. Pendekatan pembelajaran
yang menekankan pemecahan masalah dan analisis kritis dapat
meningkatkan kecerdasan analitik21. Dengan fokus pada pemecahan
masalah, siswa tidak hanya memahami informasi secara pasif, tetapi
juga dilibatkan secara aktif dalam mengaplikasikan pengetahuan
mereka untuk mengatasi tantangan. Pendekatan ini mendorong
pengembangan keterampilan berpikir logis dan sistematis, yang
merupakan inti dari kecerdasan analitik. Dengan demikian,
pendidikan yang berorientasi pada pemecahan masalah memberikan
kontribusi positif terhadap perkembangan kecerdasan tambahan,
yang mencakup kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan
tugas-tugas kehidupan sehari-hari secara efektif.
b. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional, yang melibatkan pengenalan dan
pengelolaan emosi, dapat berkontribusi terhadap kecerdasan
tambahan. Kemampuan untuk memahami dan merespons emosi
sendiri dan orang lain adalah bagian penting dari kecerdasan
20
. Goleman, D. (1995). Emotional intelligence: Why it can matter more than IQ. Bantam.
21
Ibid
emosional22. Kecerdasan emosional juga melibatkan kemampuan
untuk berkomunikasi secara empatik, memahami perspektif orang
lain, dan menjaga hubungan interpersonal. Seseorang yang memiliki
kecerdasan emosional yang baik dapat lebih mudah beradaptasi
dengan lingkungan, menyelesaikan konflik, dan bekerja sama dalam
tim.
c. Dukungan sosial
Dukungan sosial, baik dari keluarga maupun lingkungan sosial
lainnya, dapat memainkan peran penting dalam pengembangan
kecerdasan tambahan. Lingkungan yang mendukung memberikan
peluang untuk pertumbuhan intelektual23. Lingkungan yang
memberikan dukungan dapat menciptakan kondisi yang mendukung
pertumbuhan intelektual. Interaksi positif dengan keluarga dan
teman-teman tidak hanya memberikan stimulus emosional, tetapi
juga menciptakan kesempatan untuk belajar, berbagi ide, dan
mengembangkan keterampilan adaptasi terhadap berbagai situasi
kehidupan. Oleh karena itu, dukungan sosial menjadi faktor penting
yang membantu seseorang mengasah kecerdasan analitik, kreatif,
dan praktis dalam menghadapi berbagai tugas dan tantangan sehari-
hari.
a. Kecerdasan Analitik
Kecerdasan analitik melibatkan kemampuan untuk menganalisis,
mengevaluasi, dan memecahkan masalah secara logis.
b. Kecerdasan Kreatif
Kecerdasan kreatif mencakup kemampuan untuk berpikir secara
inovatif, menghasilkan ide-ide baru, dan membuat koneksi yang tidak
konvensional.
c. Kecerdasan Praktis
Kecerdasan praktis adalah kemampuan untuk mengatasi tugas-tugas
kehidupan sehari-hari dan menghadapi situasi dunia nyata.
d. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional melibatkan kemampuan untuk mengenali,
memahami, dan mengelola emosi sendiri dan orang lain.
e. Motivasi dan Dedikasi
Motivasi dan dedikasi memainkan peran penting dalam pengembangan
kreativitas dan kecerdasan tambahan. Dorongan intrinsik dan komitmen
22
Mayer, J. D., Salovey, P., & Caruso, D. R. (2008). Emotional intelligence: New ability or eclectic traits?
American Psychologist, 63(6), 503-517.
23
ibid
terhadap pencapaian tujuan berkontribusi pada kemajuan dalam kedua
bidang ini.
f. Keterbukaan terhadap Pengalaman
Keterbukaan terhadap pengalaman baru mencerminkan kemampuan
untuk menerima dan mengintegrasikan pengalaman baru dalam proses
berpikir dan pemecahan masalah.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Definisi kreativitas dan kecerdasan tambahan ini mencerminkan kompleksitas dan
multidimensionalitas kedua konsep tersebut. Dengan memahami esensi masing-masing, kita
dapat lebih mendalam dalam menggali interaksi dan dampaknya dalam konteks psikologi
kognitif dan perkembangan manusia secara lebih luas. Mekanisme kreativitas dan kecerdasan
tambahan tidak selalu terpisah. Kreativitas yang tinggi dapat menghasilkan solusi yang inovatif
dalam pemecahan masalah, memperkaya dimensi kecerdasan tambahan. Sebaliknya,
kecerdasan tambahan yang kuat dapat memberikan dasar untuk pemikiran kreatif yang lebih
kompleks.
Pemahaman mendalam tentang mekanisme kreativitas dan kecerdasan tambahan
memberikan pandangan holistik tentang bagaimana pikiran manusia dapat menghasilkan ide-
ide baru dan mengatasi tantangan intelektual. Integrasi berbagai aspek ini dapat membimbing
pengembangan strategi pendidikan dan pelatihan yang lebih efektif untuk memajukan potensi
kreatif dan intelektual manusia. Pemahaman mendalam tentang aspek-aspek kreativitas dan
kecerdasan tambahan memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang kompleksitas
kemampuan manusia. Integrasi aspek-aspek ini memungkinkan pengembangan strategi dan
pendekatan yang lebih holistik dalam mengoptimalkan potensi kreatif dan intelektual.
DAFTAR PUSTAKA
Guilford, J. (1950). Creativity. American Psychology. 5 (9), 444–454.
Freud, S. (1958). Creative writers and day-dreaming. In Standard Edition of the Complete
Psychological Works of Sigmund Freud (Vol. 9, pp. 141-153). London: Hogarth Press.
Simonton, D. K. (1999). Creativity as blind variation and selective retention: Is the creative
process Darwinian? Psychological Inquiry, 10(4), 309-328.
Baddeley, A. (2003). Working memory: Looking back and looking forward. Nature Reviews
Neuroscience, 4(10), 829-839.
Goleman, D. (1995). Emotional intelligence: Why it can matter more than IQ. Bantam.
Baer, J. (2012). Domain specificity and the limits of creativity theory. The Journal of Creative
Behavior, 46(1), 16-29.
Sternberg, R. J., & Grigorenko, E. L. (2002). The theory of successful intelligence. Review of
General Psychology, 6(4), 316-342.
Mayer, J. D., Salovey, P., & Caruso, D. R. (2008). Emotional intelligence: New ability or
eclectic traits? American Psychologist, 63(6), 503-517.
Sternberg, R. J. (2004). Successful intelligence as a basis for instruction and assessment. Phi
Delta Kappan, 86(1), 12-17.
Runco, M. A., & Jaeger, G. J. (2012). The standard definition of creativity. Creativity
Research Journal, 24(1), 92-96