Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BERPIKIR KREATIF

“Hambatan atau Masalah Dalam Berpikir Kreatif”

OLEH:

KELOMPOK II

SUMIRDA : 22105006
TRI PICITA M : 22105002
ENDANG SULASTRI : 22105013

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

KENDARI

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah Subhanahu wata’ala.


Karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah BERPIKIR KREATIF tepat pada waktunya.

Dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima


kasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan maklah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


Kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan dari berbagai pihak. Semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa
melimpahkan rahmat serta petunjuk kepada semua pihak yang telah banyak
membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan, Aamiin.

Kendari, 14 November 2023

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI.....................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................6

3.1 Pengertian Berpikir Kreatif....................................................................6

3.2 Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif........................................7

3.3 Tahap Berpikir Kreatif...........................................................................8

3.4 Komponen-komponen Dalam Berpikir Kreatif.....................................8

3.5 Pengukuran Kemampuan Berpikir Kreatif............................................9

3.6 Permasalahan-Permasalahan Kemampuan Berpikir Kreatif..................11

3.7 Solusi Permasalahan Kendala Kemampuan Berpikir Kreatif ...............13

BAB IV PENUTUP..............................................................................................17

4.1 Kesimpulan............................................................................................17

4.2 Saran.......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui
proses pendidikan adalah keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir memiliki
dua istilah yang berbeda, yaitu berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking), dan
berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking Skill). HOTS dicapai jika siswa
memiliki proses berpikir dari C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi) dan C6
(meng-create).

Kemampuan berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan yang perlu


dikembangkan dan diterapkan dalam pembelajaran. Berpikir kreatif adalah cara-
cara baru yang non konvesional untuk menemukan dan menggali ide baru dalam
mengkaji sesuatu atau menyelesaikan suatu masalah. Kurikulum 2013
menekankan siswa berpikir kreatif dengan banyaknya kegiatan yang menuntut
siswa untuk menemukan dan mencari solusi dari suatu permasalahan.

Kemampuan berpikir kreatif sangat diperlukan mengingat bahwa dewasa


ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan
siapa saja bisa memperolah informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah
dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan
cepatnya perubahan tatanan hidup serta perubahan global dalam kehidupan. Jika
tidak dibekali dengan kemampuan berpikir kreatif maka tidak akan mampu
mengolah menilai dan megambil informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi
tantangan tersebut. Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis dan kreatif adalah
merupakan kemampuan yang penting dalam kehidupan.

1
1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :

1. Apa sajakah teori kreativitas?

2. Bagaimanakah pengertian kemampuan berpikir kreatif?

3. Bagaimanakah tahapan berpikir kreatif?

4. Bagaimanakah faktor yang mempengaruhi berpikir kreatif?

5. Bagaimanakah komponen-komponen dalam berpikir kreatif?

6. Bagaimanakah pengukuran kemampuan berpikir kreatif?

7. Bagaimanakah permasalahan-permasalahan kemampuan berpikir kreatif?

8. Bagaimanakah solusi permasalahan kendala kemampuan berpikir kreatif?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menbah wawasan
terkait berpikir kreatif, hambatan yang sering muncul dalam menungkapkan
kreativitas atau ide serta bagaimana solusi untuk mengatasi hal tersebut.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

Berpikir kreatif adalah proses mental di mana seseorang menghasilkan ide-


ide baru, orisinal, dan bermanfaat. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan
bagaimana orang berpikir kreatif. Beberapa teori tersebut melibatkan faktor-faktor
seperti proses kognitif, lingkungan, dan aspek psikologis. Berikut adalah beberapa
teori utama tentang berpikir kreatif:

1. Teori Psikoanalisis (Sigmund Freud): Menurut Freud, kreativitas dapat


dipahami melalui konsep sublimasi, di mana energi emosional yang dituju pada
kebutuhan dasar dialihkan ke aktivitas kreatif.

2. Teori Proses Kognitif (Wallas): Graham Wallas mengusulkan model empat


tahap dalam proses kreatif, yaitu persiapan (preparation), inkubasi (incubation),
illuminasi (illumination), dan verifikasi (verification). Tahap-tahap ini mencakup
persiapan masalah, merenungkan masalah secara tidak langsung, mendapatkan
pemahaman mendalam, dan menguji dan mengonfirmasi ide.

3. Teori Fase Ganda (Guilford): J.P. Guilford memperkenalkan konsep fase ganda
dalam berpikir kreatif, yang melibatkan dua fase utama: fase pemikiran divergen
(menghasilkan berbagai ide) dan fase pemikiran konvergen (mengevaluasi dan
memilih ide-ide terbaik).

Teori Pengolahan Informasi (Mednick): Mednick mengusulkan bahwa kreativitas


melibatkan pengolahan informasi yang lebih luas dan lebih fleksibel,
memungkinkan individu untuk membuat hubungan yang tidak biasa dan
menghasilkan ide-ide baru.

4. Teori Flow (Csikszentmihalyi): Csikszentmihalyi mengemukakan konsep


"flow," di mana seseorang mengalami keadaan fokus dan keterlibatan penuh
dalam suatu aktivitas. Keadaan ini dapat meningkatkan kreativitas karena individu
merasa termotivasi dan puas.

3
5. Teori Kreativitas Inkremental (Amabile): Teresa Amabile menekankan
pentingnya faktor-faktor lingkungan, seperti dukungan atasan, kebebasan untuk
bereksperimen, dan kejelasan tujuan, dalam mendukung kreativitas di tempat
kerja.

6. Teori Keterbukaan untuk Pengalaman (Costa dan McCrae): Teori ini


mengatakan bahwa tingkat keterbukaan seseorang terhadap pengalaman baru dan
ide-ide inovatif dapat memengaruhi kemampuannya dalam berpikir kreatif.

7. Teori Psikologi Positif (Seligman): Martin Seligman berpendapat bahwa faktor-


faktor seperti optimisme, ketahanan, dan sikap positif dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif.

8. Teori Brainstorming (Osborn): Alex Osborn mengembangkan konsep


brainstorming sebagai cara untuk menghasilkan ide secara kolektif dan
mengurangi hambatan kritisisme selama tahap awal.

9. Mackler dan Shontz (Semiawan, 1998) mengemukakan bahwa dalam studi


kreativitas ada 6 (enam) teori pokok kreativitas:

► Teori Psikoanalisis

Teori psikoanalisis dikembangkan oleh Freud dengan konsep sublimasi sebagai


titik tolaknya. Kemampuan sublimasi merupakan kemampuan merubah tujuan
seksual asli menjadi tujuan lain.

► Teori Assosiasionistik

Teori assosiasionistik berkenaan dengan kreativitas yang dipelopori oleh Ribot


yang merupakan pelopor assosiasionist. Assosiasionist menunjukkan pada
pertautan dalam proses mental sehingga suatu proses cenderung menimbulkan
proses mental lainnya. Menurut teori assosiasionistik, dalam proses berfikir
kreatif, berfikir analogis memainkan peranan penting.

► Teori Gestalt

4
Teori gestalt memfokuskan perhatiannya terhadap proses terjadinya persepsi
dan pengertian pada manusia. Teori ini mengemukakan bahwa pengalaman
manusia berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Manusia
mengamati stimulus dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam bagian-
bagian yang terpisah.

► Teori Eksistensial

Teori eksistensial menjelaskan bahwa pribadi kreatif dalam momen-momen


kreatifnya. Teori eksistensial tidak mencoba mengurangi keseluruhan menjadi
segmensegmen dan menjelaskan proses secara keseluruhan. Jika teori Gestalt
memberikan konsep kekuatan medan, struktur, gestalt dan vektor-vektor, maka
teori eksistensial hanya memberikan konsep encounter (pertemuan).

► Teori Interpersonal

Teori interpersonal memandang kreativitas menekankan pada creator sebagai


innovator dan orang lain yang mengenal dan mengakui kreasinya. Dengan kata
lain teori ini memandang penting arti nilai dalam karya kreatif, karena nilai
mengimplikasikan pengakuan dan kontrol sosial.

► Teori Trait

Karakteristik pada individu yang dapat diteliti melalui suatu pendekatan yang
menekankan pada perbedaan individual. Guilford menjelaskan bahwa trait
utama pada manusia berkaitan dengan kreativitas. Trait tersebut mencakup
antara lain: sensitivitas terhadap masalah, kelancaran berfikir, keluwesan
berfikir, orisanalitas berfikir, redefinisi dan elaborasi.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Berpikir Kreatif

3.1.1 Pengertian Berpikir

Berpikir pada umumnya didefinisikan sebagai proses mental yang dapat


menghasilkan pengetahuan.(Maxwell, 2004: 82) mengartikan berpikir sebagai
segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah,
membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah
sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna.

Pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir,
yaitu;

1. Berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat
diperkirakan dari perilaku,

2. Berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi


pengetahuan dalam sistem kognitif,

3. Berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau


diarahkan pada solusi.

3.1.2 Pengertian Kreatif

Menurut (Drevdahl, 1999) kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk


menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru,
dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya. Sikap kreatif dapat berupa kegiatan
imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman.

Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru,


baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun
kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang belum pernah ada sebelumnya
dengan menekankan kemampuan yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk

6
mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan
kemampuan operasional anak kreatif.

Kreatif seringkali dianggap sebagai sesuatu ketrampilan yang didasarkan


pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi
kreatif, Anggapan ini tidak sepenuhnya benar, walaupun memang dalam
kenyataannya terlihat bahwa orang-orang tertentu memiliki kemampuan untuk
menciptakan ide-ide baru dengan cepat dan beragam (Munandar, 1999).

3.1.3 Pengertian Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental yang menghasilkan sesuatu


yang baru hasil dari pengembangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Coleman dan
Hammen (Sukmadinata, 2004) bahwa “Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan
mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman
(insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating)”. Kemampuan berpikir
kreatif berkenaan dengan kemampuan menghasilkan atau mengembangkan
sesuatu yang baru,yaitu sesuatu yang tidak biasa yang berbeda dari ide-ide yang
dihasilkan kebanyakan orang.

Menurut de Bono (2007), Kemampuan siswa dalam berpikir kreatif


memungkinkan siswa tersebut memperoleh banyak cara atau alternative
penyelesaian dari suatu masalah. Meskipun terkadang terlalu banyak cara akan
menyulitkan sampai kepada hasil akhir, namun dengan banyaknya pilihan akan
memungkinkan siswa sampai kepada tujuan dibandingkan siswa yang memang
benar-benar tidak memiliki cara untuk sampai kepada solusi masalahnya. Oleh
karena itulah berpikir kreatif sangat penting dalam diri seorang siswa. Berpikir
kreatif merupakan kunci dari berpikir untuk merancang, memecahkan masalah,
untuk melakukan perubahan dan perbaikan, memperoleh gagasan baru.

3.2 Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif

Ada tiga aspek yang secara umum menandai orang-orang kreatif menurut
Munandar (1999):

7
1. Kemampuan kognitif : Kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan
gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas
kognitif.

2. Sikap yang terbuka : Orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli


internal maupun eksternal.

3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri : Orang kreatif ingin
menampilkan dirinya semampu dan semaunya, dan tidak terikat oleh konvensi-
kovensi.

3.3 Tahap Berpikir Kreatif

Tahap berpikir kreatif menurut Campbell David (Surya, 2013):

1. Persiapan yaitu peletakan dasar, mempelajari masalah seluk beluk dan


problematiknya.

2. Konsentrasi yaitu memikirkan, meresapi masalah yang dihadapi.

3. Inkubasi yaitu mengambil waktu untuk meninggalkan masalah, istirahat, waktu


santai.

4. Iluminasi yaitu tahap menemukan ide gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara


kerja dan jawaban baru.

5. Verifikasi atau produksi yaitu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah


praktis sehubungan dengan perwujudan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian
dan cara kerja.

3.4 Komponen-komponen Dalam Berpikir Kreatif

Komponen-komponen dalam berpikir kreatif menurut Budiman (2011):

Kelancaran (fluency)Mempunyai banyak gagasan dalam berbagai kategori.

8
Keluwesan (flexibility) Mempunyai gagasan-gagasan yang beragam.

Keaslian (originality)Mempunyai gagasan-gagasan baru untuk memecahkan


persoalan

Elaborasi (elaboration)Mampu mengembangkan gagasan untuk memecahkan


masalah secara rinci.

3.5 Pengukuran Kemampuan Berpikir Kreatif

Pengukuran-pengukuran kreativitas dapat dibedakan atas pendekatan


pendekatan yang digunakan untuk mengukurnya. Ada lima pendekatan yang
lazim digunakan untuk mengukur kreativitas, yaitu: 1) analisis obyektif terhadap
perilaku kreatif, 2) pertimbangan subyektif, 3) inventori kepribadian, 4) inventori
biografis, dan 5) tes kreativitas.

1. Analisis Objektif

Pendekatan obyektif dimaksudkan untuk menilai secara langsung


kreativitas suatu produk berupa benda atau karya-karya kreatif lain yang dapat
diobservasi wujud fisiknya. Metode ini tidak cukup memadai untuk digunakan
sebagai metode yang obyektif untuk mengukur kreativitas (Amabile dalam
Dedi Supriadi, 1994), karena sangat sulit mendeskripsikan kualitas produk-
produk yang beragam secara matematis, untuk menilai kualitas instrinsiknya.

Kelebihan metode ini adalah secara langsung menilai kreativitas yang


melekat pada obyeknya, yaitu karya kreatif. Kelemahan metode ini yaitu hanya
dapat digunakan terbatas pada produk-produk yang dapat diukur kualitas
instrinsiknya secara statistik, dan tidak mudah melukiskan kriteria suatu produk
berdasarkan rincian yang benar-benar bebas dari subyektivitas.

2. Pertimbangan Subjektif

Pendekatan ini dalam melakukan pengukurannya diarahkan kepada orang


atau produk kreatif. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang praktis
penggunaannya, dan dapat diterapkan pada berbagai bidang kegiatan kreatif,

9
juga dapat menjaring orang-orang, produk-produk yang sesuai dengan kriteria
kreativitas yang ditentukan oleh pengukur, dan sesuai dengan prinsip-prinsip
pada akhirnya kreativitas sesuatu atau seseorang ditentukan oleh apresiasi
pengamat yang ahli. Adapun kelemahannya yaitu setiap penimbang
mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap yang disebut kreatif, dan
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

3. Inventori Kepribadian

Pendekatan inventori kepribadian ditujukan untuk mengetahui


kecenderungan kecenderungan kepribadian kreatif seseorang atau korelat-
korelat kepribadian yang berhubungan dengan kreativitas. Kepribadian kreatif
meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berpikir, dan kebiasaan-kebiasaan dalam
berperilaku. Alat ukurnya: Skala sikap kreatif (Munandar, 1997), Skala
kepribadian kreatif (Dedi Supriadi, 1985), How do you thing ? (Davis &
Subkoviak, 1975), Group inventory for finding creative talent (Rimm, 1976),
Kathena-Torrance creative perception inventory (Torrance Kathena, 1976),
creative personality scale (Gough, 1979), creative assessment packet
(Williams, 1980), Scales for rating the behavioral characteristics of superior
students (Renzulli, 1976), creative motivation inventory (Torrance, 1963),
Imagination inventory (Barber & Wilson, 1971), Creative Attitude survey
(Schaefer, 1971). Alat-alat ukur ini dapat mengidentifikasi perbedaan-
perbedaan karakteristik orang-orang yang kreativitasnya tinggi dan orang-
orang yang kreativitasnya rendah. Item-itemnya biasanya menggunakan forced
choice (ya, tidak) atau skala likert (Sangat setuju, Setuju, rangurangu, dan
Tidak setuju).

4. Inventori Biografis

Pendekatan ini digunakan untuk mengungkapkan berbagai aspek


kehidupan orang-orang kreatif, meliputi identitas pribadinya, lingkungannya,
serta pengalamanpengalaman kehidupannya.

10
5. Tes Kreativitas

Tes ini digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif yang


ditunjukkan oleh kemampuannya dalam berpikir kreatif. Hasil tesnya
dikonversikan ke dalam skala tertentu sehingga menghasilkan CQ (creative
quotient) yang analog dengan IQ (intellegence quotient) untuk inteligensi.
Terdapat beberapa tes kreativitas, yaitu: alternate uses, test of divergent
thinking, creativity test for children (Guilford, 1978), Torrance test of creative
thinking (Torrance, 1974) , creativity assessment packet (Williams, 1980), tes
kreativitas verbal (Munandar, 1977). Bentuk soal tes ini umumnya berupa
gambar dan verbal. Perbedaan tes inteligensi dengan tes creativitas, yaitu pada
kriteria jawaban. Tes inteligensi menguji kemampuan berpikir memusat
(konvergen), karena itu ada jawaban benar dan salah, sedangkan tes creativitas
menguji berpikir menyebar (divergen) dan tidak ada jawaban benar atau salah.

3.6 Permasalahan-Permasalahan Kemampuan Berpikir Kreatif

Adapun beberapa kendala atau permasalahan konseptual dalam berpikir


kreatif yang meliputi kendala eksternal yaitu muncul dari lingkungan tertentu
misalnya kendala kultur dan lingkungan dekat dan internal yaitu ditimbulkan oleh
diri sendiri misal kendala perseptual, intelektual, emosional, kendala imajinasi dan
kendala dalam ungkapan bahasa. Berbagai hambatan dapat muncul dalam proses
berpikir kreatif. Beberapa di antaranya termasuk:

1. Konformitas: Ketakutan untuk berpikir atau bertindak di luar norma sosial atau
ekspektasi dapat menghambat kreativitas. Orang mungkin cenderung
mengikuti arus umum daripada mengambil risiko dengan ide-ide yang
dianggap aneh atau tidak biasa.

2. Perasaan takut gagal: Takut akan kegagalan dapat menjadi hambatan besar
dalam berpikir kreatif. Orang mungkin khawatir bahwa ide-ide mereka tidak
akan berhasil atau akan ditolak oleh orang lain.

11
3. Pola pikir terbatas: Terpaku pada cara berpikir tertentu atau memiliki
pandangan yang sempit dapat menghambat kreativitas. Fleksibilitas pikiran dan
kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

4. Kurangnya motivasi atau tujuan yang jelas: Kreativitas seringkali


membutuhkan dorongan intrinsik, motivasi internal untuk mengeksplorasi ide-
ide baru. Jika seseorang tidak memiliki tujuan atau motivasi yang jelas,
mungkin sulit untuk merangsang kreativitas.

5. Gangguan lingkungan: Lingkungan yang bising atau tidak mendukung, baik


fisik maupun sosial, dapat mengganggu fokus dan menghambat kemampuan
untuk berpikir kreatif.

6 Kurangnya waktu atau tekanan waktu: Kreativitas membutuhkan waktu untuk


merenung, bereksperimen, dan mengeksplorasi ide-ide. Tekanan waktu yang
berlebihan dapat menghambat proses ini dan membatasi kemampuan untuk
menghasilkan solusi kreatif.

7. Kurangnya variasi pengalaman: Pengalaman baru dan variasi dalam kehidupan


dapat merangsang berpikir kreatif. Kurangnya pengalaman atau monoton dapat
menghambat inspirasi dan imajinasi.

8. Ketidaknyamanan dengan ketidakpastian: Beberapa orang merasa tidak nyaman


dengan ketidakpastian atau keadaan yang tidak terstruktur. Kreativitas sering
melibatkan eksplorasi dan ketidakpastian, dan ketidaknyamanan dengan hal ini
dapat menghambat kemampuan berpikir kreatif.

9. Rutinitas dan Kebiasaan: Terjebak dalam rutinitas sehari-hari atau kebiasaan


dapat menghambat kreativitas karena kurangnya stimulus baru atau
pengalaman.

10. Kurangnya Rangsangan Visual atau Sensorik: Kurangnya pengalaman


sensorik atau visual yang merangsang dapat membuat sulit bagi seseorang
untuk memikirkan hal-hal baru.

12
11. Kurangnya Kolaborasi: Kurangnya interaksi atau kolaborasi dengan orang-
orang yang memiliki pandangan atau latar belakang yang berbeda dapat
menghambat perbedaan ide dan gagasan.

12. Kurangnya Kesadaran Diri: Ketidakmampuan untuk memahami dan


mengelola emosi atau persepsi diri dapat menjadi hambatan dalam
menghasilkan ide-ide kreatif.

3.7 Solusi Permasalahan Kendala Kemampuan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif dapat menghadapi berbagai hambatan, tetapi ada beberapa


solusi yang dapat membantu mengatasi kendala-kendala tersebut. Berikut adalah
penjelasan tentang solusi dari hambatan dalam berpikir kreatif:

1. Pentingnya Keberanian:

Solusi: Melibatkan diri dalam pengalaman baru dan menghadapi ketidakpastian


dapat membantu membangun keberanian. Penerimaan terhadap ketidakpastian
adalah langkah pertama menuju berpikir kreatif.

2. Kotak Pengaturan (Mental Blocks):

Solusi: Mencari cara untuk "melompat keluar dari kotak" dengan melibatkan
diri dalam kegiatan yang tidak biasa atau memaksa diri untuk memandang
masalah dari sudut pandang yang berbeda. Latihan perubahan perspektif dapat
membantu memecahkan mental blocks.

3. Kurangnya Inspirasi:

Solusi: Menggali inspirasi dari berbagai sumber, seperti membaca buku,


mengikuti kelas, berdiskusi dengan orang-orang dari latar belakang yang
berbeda, atau hanya merenung di alam. Inspirasi bisa datang dari pengalaman
dan pengetahuan yang beragam.

13
4. Ketidakpastian dan Ketidakjelasan:

Solusi: Terima ketidakpastian sebagai bagian dari proses kreatif. Fokuslah pada
tahap pencarian solusi tanpa memerhatikan ketidakjelasan yang mungkin
muncul. Penerimaan terhadap ketidakpastian dapat memicu ide-ide inovatif.

5. Kekurangan Waktu:

Solusi: Menjadwalkan waktu khusus untuk berpikir kreatif dan memberikan


prioritas pada proses ini. Pengelolaan waktu yang baik dapat meningkatkan
produktivitas dan membantu melepaskan diri dari tekanan waktu yang terlalu
ketat.

6. Kurangnya Dukungan:

Solusi: Mencari dukungan dari rekan kerja, teman, atau komunitas kreatif.
Diskusi dan berbagi ide dengan orang lain dapat memberikan perspektif baru
dan memunculkan gagasan-gagasan yang lebih kreatif.

7. Rasa Takut Akan Kegagalan:

Solusi: Mengubah persepsi terhadap kegagalan sebagai peluang untuk belajar.


Melihat kegagalan sebagai langkah menuju kesuksesan dapat membantu
mengurangi ketakutan dan mendorong eksperimen kreatif.

8. Kurangnya Variasi dalam Cara Berpikir:

Solusi: Mencoba teknik-teknik berpikir alternatif, seperti brainstorming, mind


mapping, atau menggunakan teknik TRIZ (Theory of Inventive Problem
Solving). Memperluas keterampilan berpikir dapat membuka pintu untuk ide-
ide kreatif.

9. Kecenderungan Terpaku pada Kebiasaan:

Solusi: Menantang kebiasaan dan rutinitas dengan mencoba hal-hal baru.


Membuka diri terhadap pengalaman yang berbeda dapat merangsang pemikiran
kreatif.

14
10. Kurangnya Fokus:

Solusi: Praktikkan mindfulness untuk meningkatkan konsentrasi dan fokus.


Menyadari momen saat ini dapat membantu mengurangi gangguan dan
meningkatkan kapasitas untuk berpikir kreatif.

Kendala eksternal dapat disebabkan oleh kendala kultural dan kendala


lingkungan dekat (fisik dan sosial), solusi untuk mengatasi kendala kultural
menurut (Arini, 2017) yaitu mempertanyakan atau menyelidiki aspek-aspek yang
dibatasi atau dianggap tidak lazim, sedangkan solusi untuk kendala lingkungan
dekat yaitu siswa dihadapkan pada kenyataan dan rasionalitas yang dapat terjadi
nantinya.

Kendala internal dalam kemamapuan proses berpikir kreatif dapat


disebabkan karena kendala perseptual, kendala emosional, kendala imajinasi,
kendala intelektual, dan kendala dalam ungkapan. Masing-masing kendala
mempunyai solusi yaitu, menggunakan cara pemikiran non-verbal, dilatih oleh
guru untuk dapat mengkondisikan diri sesuai situasi yang terjadi nantinya,
diberikan kebebasan untuk menciptakan daya imajinasi yang tetap berada pada
titik keseimbangan, menggunakan teknik-teknik atau strategi pembelajaran yang
kreatif dan diajarkan sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki dalam keterampilan
berbahasa (Arini, 2017).

Beberapa penelitian menunujukkan keberagaman model pembelajaran dapat


meningkat kemampuan berpikir kreatif siswa, diantaranya:

1. Kegiatan brainstorming dalam model pembelajaran guided inquiry dilakukan di


awal pembelajaran (apresepsi) untuk membantu menggali ide-ide kreatif terkait
masalah (fenomena) yang disajikan sehingga dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif (Al-maghrawy, 2012). Sintaks guided inquiry dipadu
brainstorming meliputi brainstorming, observasi (observation), perumusan
masalah (formulate inquiry question), merumuskan hipotesis (develop
hypothesis), merancang & melaksanakan penyelidikan (design investigation &

15
conduct investigation), analisi data serta agumentasi (communication)
(Amtiningsih, 2016).

2. Pembelajaran IDEAL Problem Solving, menurut Wena (2009) dan Susiana


(2010) Strategi pembelajaran IDEAL Problem Solving terdiri dari lima tahap
pembelajaran, yaitu identify the problem (identifikasi masalah), define the
problem (mendefinisikan masalah), explore the solution (mencari solusi), act
on the strategy (melaksanakan strategi), look back and evaluate the effect
(mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh). Pada pembelajaran ini, setiap
siswa diajak melihat proses pemecahan masalah secara bertahap dari
mengidentifikasi masalah, mendefinisikan masalah, mencari solusi,
melaksanakan strategi serta pada tahapan akhir siswa dapat mengevaluasi dan
mengkaji kembali cara cara tahapan yang telah dilalui. Dari tahap-tahap
tersebut dapat membantu siswa dalam memunculkan ide atau gagasan dalam
menemukan alternatif-alternatif pemecahan masalah sehingga diharapkan
pembelajaran IDEAL Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif mereka. (Elfiani, 2017)

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berpikir kreatif merupakan kemampuan yang sangat penting dalam


menanggapi dan menyelesaikan masalah. Namun sebelum dapat menemukan
solusi yang efektif, penting untuk memahami masalah secara mendalam. Berpikir
kreatif tidak hanya melibatkan generasi ide-ide baru, tetapi juga pemahaman yang
mendalam tentang sifat dan aspek-aspek masalah. Maka dari itu dengan berpikir
kreatif, seseorang dapat menemukan solusi yang inovatif dan tidak konvensional.
Salah satu kekuatan berpikir kreatif adalah kemampuannya menghasilkan
berbagai ide dan solusi. Dengan mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda-
beda, seseorang dapat menghadirkan alternatif-alternatif yang mungkin tidak
terpikirkan sebelumnya.

4.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan


terutama mengenai tata bahasa dan juga refrensi. Juga kita sebagai mahasiswa
semester awal menyadari akan kekurangan itu. Maka, penulis berharap apabila
terdapat kesalahan mohon dimaklumi dan dimaafkan karena keterbatasan penulis.
Juga kritik ataupun saran, sangat diharapkan agar di kemudian hari dapat
menghasilkan makalah maupun karya tulis yang lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amtiningsih, Septi, dkk. (2016). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif


melalui Penerapan Guided Inquiry dipadu Brainstorming pada Materi
Pencemaran Air. Proceeding Biology Education Conference (ISSN:
2528-5742), Vol 13(1) 2016: 868-872
Arini, Wahyu dan Asmila, Asista. (2017). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif
pada Materi Cahaya Siswa Kelas VIII SMP XAVERIUS KOTA
LUBUKLINGGAU. Science and Physics Education Journal, Vol. 1,
No. 1, Desember 2017.
Elfiani, Fika. (2017). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Kelas VII F MTs Ma’arif NU 1 Wangon Melalui Pembelajaran Ideal
Problem Solving. Jurnal Nasional UMP, vol.1, No. 1.
Budiman, H.( 2011). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah Berbantuan Software Cabri 3d. Jurnal Pendidikan MIPA 13
(1): 1-80.
Surya, Hendra. (2013). Cara Belajar Orang Genius Study Hard Belumlah Cukup
Tanpa Didukung Study Smart. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
de Bono, E. (2007). Revolusi Berpikir. Bandung: Kaifa
Sukmadinata, N.S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung:
Yayasan Kesuma Karya.
Drevdahl. (1999). Psikologi Perkembangan: Jilid II Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga.
Maxwell, John C. (2004). Berpikir Lain Dari Yang Biasanya (Thinking For A
Change). Batam: Karisma Press.
Semiawan, R. C. (1998). Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja
Rosda Karya

18

Anda mungkin juga menyukai